※ ANTOCH berjalan perlahan menyusuri jalanan ke atas yang berupa jalan anak tangga menuju ke sebuah tempat di lereng gunung slamet, dia tidak sendirian karna dia sekarang di temani oleh seorang gadis kecil berusia tujuh tahun yaitu mei ling, seorang gadis kecil yang di tolong antoch saat hendak di tangkap oleh kawanan orang bercadar hitam di hutan rimba. saat itu mei ling bersama ibunya di kejar kejar oleh kawanan orang bercadar hitam dan nasib naas menimpa sang ibu yang terkena senjata rahasaia tepat di kepalanya hingga tewas seketika, nah saat itulah tidak sengaja antoch yang sedang istirahat di atas pohon meliat kejadian itu dan antoch buru buru menyelamatkan mei ling karna hendak di bunuh oleh kawanan orang bercadar hitam dan menghajar orang orang itu sampe kabur ketakutan. tidak di duga ternyata ibu mei ling belum mati tapi keadaannya hampir sekarat, dengan terbata bata ibu mei ling meminta antoch untuk menolong mei ling dan menjaga mei ling serta meminta antoch bersedia mengantarkan mei ling ke tempat kakek mei ling yang berada di tiongkok. ibu mei ling memberikan sebuah kotak kecil pada antoch yang kelak harus di serahkan kepada kakek mei ling dan tak lama ibu mei ling menghembuskan nafas terakhirnya. Merasa iba dan kasihan membuat antoch mau tidak mau harus menerima pesan terakhir ibu mei ling, kelak dia akan mengantarkan mei ling kepada kakeknya yang berada di tanah tiongkok, negri asing yang berada jauh di seberang lautan dan sejak saat itulah mei ling ikut dengan antoch hingga tiba di lereng gunung slamet sekarang.
"kakak!" panggil mei ling di sela perjalanannya bersama antoch.
Mei ling adalah gadis kecil berusia tujuh tahun berasal dari tanah tiongkok, ibunya asli dari tiongkok tapi ayahnya bukan orang tiongkok, ayahnya orang jawa yang merantau ke negri tiongkok jadi bisa di bilang mei ling gadis keturunan jawa tiongkok. mei ling sering di ajari ayahnya bahasa asal ayahnya sehingga dia cukup bisa mengerti bahasa asal sang ayah. pada hakekatnya mei ling anak yang sangat cerdas dan tajam ingatannya membuat dia lebih pintar dari pada anak anak sebayanya. mei ling memiliki perawakan yang imut imut dengan kulit putih khas orang orang tiongkok namun matanya tidak sipit seperti orang tiongkok kebanyakan. kelak jika mei ling besar maka dia pasti akan tumbuh menjadi seorang dara jelita yang membuat kaum lelaki terpesona.
Antoch berhenti berjalan lalu menoleh ke arah mei ling. "hmm?" gumamnya pelan.
Mei ling diam saja menatap antoch dengan wajah polosnya, seolah ada yang hendak dia ucapkan namun tidak tahu mau bicara apa.
Antoch menatap mei ling dengan kening berkerut, dia lalu agak berjongkok di hadapan mei ling dan mengusap kepala si gadis cilik yang malang itu dengan lembut. "a ling mau bicara apa, hmm?" tanyanya.
Mei ling menatap antoch agak lama namun tidak mengeluarkan suara apa apa.
Antoch kembali mengusap kepala mei ling dengan lembut penuh kasih sayang, usapan lembut laksana usapan kasih sayang seorang kakak pada adik yang di sayanginya. "a ling capek, hmm?" ucapnya.
Mei ling menggelengkan kepalanya pelan.
"a ling lapar?" tanya antoch lagi.
Mei ling menggelengkan kepalanya lagi.
"lalu a ling mau apa?" tanya antoch sabar.
"kakak...a ling kangen sama ibu." kata a ling pelan.
Mendengar itu membuat antoch jadi merasa iba dan kasihan akan nasib gadis cilik itu. anak sekecil itu harus menerima nasib malang di tinggal pergi oleh kedua orang tuanya dan terpisah jauh dari sanak saudaranya, benar benar sungguh malang nasib gadis cilik tersebut.
"hmm." gumam antoch menghela nafas panjang. "a ling, a ling kan sudah janji sama kakak kalo a ling akan ikut kakak dan tidak kangen sama ibu, apa a ling sudah lupa?" ucapnya lembut.
"iya, a ling masih ingat." kata a ling cepat.
"ya sudah,kalo a ling masih ingat, a ling pasti ingat apa pesan ibu pada a ling. a ling harus mendengar apa kata kakak dan mengikuti nasehat kakak. a ling ingatkan?" kata antoch.
"emp, a ling ingat. a ling pasti akan menuruti pesan ibu." seru mei ling mengangguk.
Antoch tersenyum lembut sambil mengusap kepala mei ling penuh kasih sayang. "Ya sudah, kalo begitu kita jalan lagi, gimana?" ucapnya.
Mei ling mengangguk cepat.
"Ya sudah, ayo jalan lagi ato a ling mau kakak gendong?" kata antoch.
"tidak, a ling mau jalan saja." kata mei ling.
"baiklah, ayo !" kata antoch.
Mereka kembali berjalan menyusuri jalanan berbentuk undak undakan menuju ke atas di lereng gunung slamet. mereka berhenti sejenak di bawah pohon rindang tepat di pinggir jalan. antoch tidak mungkin memaksakan terus berjalan karna dia bersama mei ling, mei ling masih terlampau kecil mengembara bersama antoch namun apa daya karna nasib pulalah yang harus membuat mei ling terpaksa mengikuti antoch pergi.
selama antoch dan mei ling istirahat di bawah pohon mereka beberapa kali meliat ada beberapa rombongan orang turun dari atas yang tepatnya dari arah tempat perguruan awan merah berada serta ada juga yang datang dari bawah menuju ke atas dengan agak buru buru namun semua itu tidak di hiraukan oleh antoch karna sesuai sifat antoch yang enggan mencampuri urusan orang lain.
Tidak lama dari arah bawah ada tiga orang berjalan ringan menaiki jalanan berundak menuju ke atas, mereka tidak segera menuju ke tempat perguruan awan merah namun malah berhenti di bawah pohon dimana antoch dan mei ling istirahat. tiga orang itu terdiri dari dua pria dan satu wanita.
"kakak. kenapa kita tidak segera ke atas saja malah berhenti di sini?" tanya salah satu dari tiga orang itu yaitu pria muda berperawakan keras namun agak terliat angkuh.
"benar. kenapa kita tidak langsung saja ke tempat tujuan yaitu perguruan awan merah, mau apa kita berhenti disini?" seru wanita muda kawan dari dua orang pria yang bersamanya. wanita ini terliat agak manja dan terkesan cukup angkuh, ini terliat dari nada bicaranya dan sikapnya yang seperti ingin menang sendiri.
"adik. kita istirahat disini dulu, kita jangan sembarangan langsung ke tempat partai awan merah, kita tunggu guru dan bibi guru dulu, aku tidak mau mereka marah kalo kita sembarang ke tempat partai awan merah. ingat apa yang dipesankan guru kepada kita, kalian paham?" kata pria yang lebih terliat dewasa dari dua orang yang lain.
"alaaah, ayah dan ibu tidak akan memarahi kita kalo kita duluan ke perguruan awan merah, toh tujuan kita memang kesana, nah kita tunggu saja ayah dan ibu disana, bukankah sama saja, dari pada disini." seru si wanita cepat.
"tidak. kita tidak boleh melanggar apa pesan guru. kita tunggu mereka disini." kata si pria tadi tegas.
"huh. baiklah." gerutu si wanita dengan bibir manyun.
Mereka segera duduk tanah berumput tanpa sedikitpun menghiraukan keberadaan antoch dan mei ling yang tidak jauh dari tempat mereka, seolah mereka menganggap tidak ada orang selain mereka di tempat itu.
"kakak. kira kira apa tujuan guru datang ke perguruan awan merah?" tanya pria yang lebih muda. dia bernama boko dan dua orang yang lain bernama kendil dan sari.
"aku tidak tahu apa tepatnya guru dan bibi guru datang ke perguruan awan merah tapi sekilas aku mendengar percakapan mereka bahwa mereka datang ke perguruan awan merah ingin memberikan obat pil tulang naga pada guru besar perguruan awan merah." jawab kendil.
"Apa?!" seru boko kaget. "guru hendak memberikan obat pil tulang naga pada guru besar perguruan awan merah? benarkah itu? bukankah itu pil yang amat sangat langka dan susah sekali di dapatkan, buat apa guru memberikan pil itu pada guru besar perguruan awan merah?" tanyanya heran.
"heh, boko. kau ini bego apa pura pura bego? ayah memberikan pil tulang naga yang sangat langka itu pada guru besar perguruan awan merah pasti bukan tanpa tujuan dan alasan yang jelas. kaukan tahu gimana hebatnya pil tulang naga, tentu saja ayah tidak akan memberikan pil itu bila tidak punya tujuan yang besar buat perguruan kita." seru sari cepat menghardik boko.
"iya aku tahu gimana hebatnya pil tulang naga milik guru, pil itu sanggup menyembuhkan luka dalam separah apapun serta mampu menawarkan segala jenis racun jahat, lalu untuk apa guru memberikan pil langka itu pada guru besar perguruan awan merah? Bukankah itu sangat di sayangkan?" kata boko.
"huh. dasar otak mu memang tidak bisa berpikir. dengar ya boko yang bodoh, ayah memberikan pil tulang naga yang sangat langka itu pada guru besar partai awan merah karna ayah tahu kalo murid keenam guru besar partai awan merah yaitu jantaka terluka parah akibat pertarungan di turnamen pedang puncak lawu beberapa bulan yang lalu dan konon jantaka sampe menderita lumpuh akibat pertarungan itu. Nah, pil tulang naga di harapkan mampu menyembuhkan luka jantaka, dengan begitu jika jantaka sembuh maka partai awan merah akan merasa berhutang budi yang sangat besar pada ayah. begitu." kata sari menjelaskan.
"owh,begitu." kata boko manggut manggut.
"apa yang di katakan sari itu memang benar tapi ada tujuan lain selain itu yaitu bila jantaka benar benar sembuh oleh pil tulang naga pemberian guru maka secara tidak langsung seluruh orang akan tahu bahwa jantaka sembuh berkat obat dari guru, nah dengan begitu nama guru dan perguruan kita akan jadi terkenal di dunia persilatan serta akan di hormati oleh seluruh pendekar persilatan. dengan begitu perguruan kita tidak akan dipandang sebelah mata lagi di dunia persilatan, itulah tujuan guru yang aku dengar." kata kendil menambahi penjelasan sari.
"akh, begitu rupanya. Dengan begitu dunia persilatan akan segan dengan perguruan kita karna ada partai awan merah di belakang kita, hmm..guru memang benar benar cerdik. Hahaha." seru boko mengerti.
"hahahaha." sari dan kendil ikut tertawa.
"Ngomong ngomong, aku juga mendengar jika guru datang ke perguruan awan merah ingin meliat pertarungan antara jisaka pendekar kedua awan merah melawan orang yang telah melukai jantaka. seperti yang sudah kita ketahui bersama, kabar tantangan jisaka pada orang yang melukai jantaka yaitu panji telah tersebar luas di dunia persilatan. semua orang ingin menonton pertarungan itu tapi sayangnya pihak partai awan merah tidak mengijinkan pertarungan itu di liat oleh orang luar, katanya itu urusan pribadi partai awan merah dan tidak boleh ada orang luar ikut campur bahkan berniat meliat pertarungan itu. Mudah mudahan dengan guru memberikan hadiah pil tulang naga maka kita di ijinkan meliat pertarungan itu, bukankah itu sangat menyenangkan?" kata kendil.
"hahaha. kau benar, hmm. aku juga ingin sekali meliat pertarungan itu dan aku juga merasa penasaran seperti apa orang yang telah mengalahkan jantaka. seperti yang semua orang tahu, jantaka bukanlah pendekar biasa, dia adalah pendekar kelas satu yang cukup di segani di dunia persilatan, jika bisa kalah itu berarti ilmu silat orang yang telah mengalahkannya bisa di bilang sangat hebat." kata boko.
"Ya. aku juga berpikir seperti itu. Hmm, ilmu 9 jalur neraka. seperti apa wujud ilmu itu yang telah menggemparkan dunia persilatan? aku jadi semakin penasaran." kata kendil agak bergumam.
"alaaah, orang itu menang pasti cuma kebetulan saja. ilmu 9 jalur neraka pasti hanya ilmu tipu muslihat saja, aku rasa orang orang terlalu berlebihan memuji ilmu itu. Huhuh." seru sari agak mendengus.
"tidak. aku yakin ilmu 9 jalur neraka pasti ilmu yang sangat hebat, kalo tidak kenapa jantaka bisa kalah oleh ilmu itu? konon ilmu itu bisa membuat seluruh urat tubuh jadi terputus dan membuat orang cacat seumur hidup. bukankah itu ilmu yang benar benar mengerikan?" kata kendil cepat.
"huh. aku tetap tidak percaya." dengus sari di hidung.
"kakak, aku sudah tidak capek lagi, ayo kita jalan lagi." kata mei ling yang duduk di samping antoch, dia segera berdiri dan mengajak antoch jalan lagi.
Antoch memandang mei ling dengan tersenyum, dia mengangguk pelan. "he-em." ucapnya.
Mereka kembali berjalan perlahan menaiki jalanan berundak menuju ke atas namun belum beberapa langkah mereka berjalan tiba tiba antoch merasakan ada suatu sambaran angin dari arah belakang.
"upz."
hanya dengan sedikit menggeser tubuhnya antoch sudah mampu menghindar dari serangan gelap yang menyerang dari belakang. ternyata yang menyerang dia ternyata adalah wanita yang tadi bersama dua pria kawannya yaitu sari.
"kenapa nisanak menyerang ku?" tanya antoch menatap sari dengan heran.
"heh, kisanak. siapa kau dan apa tujuan mu kesini?" tanya sari tegas menatap antoch tajam.
"siapa aku dan apa tujuanku kenapa kau ingin tahu? apa aku tidak boleh datang ke tempat ini?" kata antoch tenang saja.
"ketahuilah, daerah ini sudah memasuki wilayah perguruan awan merah dan tidak sembarang orang bisa mendatangi tempat ini sesuka hatinya, kau harus mengikuti aturan di tempat ini, jangan berbuat sesuka hati mu." seru sari tegas.
Antoch menatap sari agak beberapa lama. "hmm, gadis ini sepertinya sedang kesal, dia mencari gara gara hanya ingin menumpahkan kekesalannya saja. kebetulan aku yang jadi sasaran kekesalannya, hmm..aku tidak mau menambah masalah yang tidak penting, lebih baik aku tidak usah meladeni gadis itu." batinnya dalam hati.
"akh,begitu rupanya. kalo begitu aku minta maaf karna lancang datang ke tempat ini. permisi." kata antoch segera berjalan lagi menggandeng mei ling.
"heh. tidak semudah itu kau pergi begitu saja. Hyeaat!" teriak sari yang langsung menyerang antoch namun belum sempat sari bergerak tiba tiba dia merasakan tubuhnya tidak bisa dia gerakan, seluruh tubuhnya jadi kaku seperti orang terkena totokan.
Antoch hanya tersenyum tipis saja tanpa menoleh ke belakangdimana dia memang secara diam diam telah menotok sari dari jarak jauh, dia terus berjalan bersama mei ling hingga tidak terliat lagi di balik tikungan jalan menuju ke atas.
***
※ ANTOCH berdiri tenang di depan sebuah gapura yang ada sebuah tulisan berbunyi ’perguruan awan merah‘ di atas gambar dua pedang menyilang sebagai tanda simbol sebuah perguruan silat.
"hmm, jadi ini perguruan awan merah." gumam antoch lirih seraya meliat liat sekitar tempat tersebut.
"kakak!" panggil mei ling sambil menarik narik tangan antoch. "kakak, kenapa kita berhenti disini?" tanyanya polos.
Antoch tersenyum menatap mei ling. "ada yang harus kakak selesekan dulu di tempat ini, nanti kalo sudah selese baru kita lanjutkan perjalanan lagi." ucapnya.
"kakak mau apa?" tanya mei ling.
Antoch hanya tertawa kecil saja tidak menjawab pertanyaan mei ling.
Tidak lama dari dalam gapura muncul empat orang berseragam putih yaitu murid perguruan awan merah yang bertugas berjaga di gapura atau pintu masuk ke wilayah perguruan awan merah. mereka berdiri menghadang antoch dan mei ling di depan gapura.
"siapa tuan dan apa tujuan tuan ke tempat kami? hari ini perguruan kami sedang tidak menerima tamu dari siapapun, harap tuan kembali lain waktu." kata salah satu murid penjaga.
Belum sempat antoch membuka suara, tiba tiba dari arah lain muncul empat orang yang berlari dengan cepat sambil salah satu dari mereka memanggul seorang wanita muda entah dalam keadaan pingsan atau sadar karna wanita muda yang di panggul tidak bergerak dan kaku. siapa mereka?! mereka adalah kendil, boko dan sari serta dua orang tua. wanita muda yang di panggul oleh boko tidak lain adalah sari yang di totok antoch secara diam diam sewaktu di jalanan berundak tadi. dua orang tua yang bersama mereka adalah guru mereka yang juga orang tua sari. mereka bernama ki entos dan nyi wuryani yaitu guru di perguruan kecil tidak jauh dari gunung slamet.
"kami dari perguruan kemala, kami datang membawa obat mujarab buat tuan jantaka yaitu pil tulang naga, harap kalian sampekan kedatangan kami pada guru kalian." kata ki entos begitu tiba di depan para murid penjaga perguruan awan merah.
"akh, rupanya sahabat dari perguruan kemala yang datang. hormat kami pada ki entos dan nyi wuryani serta sahabat yang lain." kata murid penjaga segera memberi hormat pada ki entos dan yang lain. "ki entos dan para sahabat, harap maafkan ketidak nyamanan dalam menyambut kedatangan kalian, hari ini kami mendapat titah dari kakek guru bahwa perguruan awan merah tengah menutup pintu tidak menerima tamu dari siapapun juga. harap kalian tidak menjadi kecewa dan berharap datang lain waktu kemari. sekali lagi kami meminta maaf atas ketidak nyamanan ini." ucapnya sopan.
"huh, justru kedatangan kami kemari karna hendak membantu tuan jantaka. kami tahu kesulitan yang sedang di hadapi perguruan awan merah, kami memiliki pil langka yang sanggup mengobati luka tuan jantaka yaitu pil tulang naga. kalian sampekan saja kepada guru kalian, aku yakin guru kalian akan sudi menerima kami." kata ki entos cepat.
Murid penjaga itu diam sejenak menimbang nimbang baru mengambil keputusan. "baiklah. saya akan sampekan kepada guru kami akan kedatangan kalian. Harap kalian sudi menunggu sebentar." ucapnya segera pergi masuk kedalam guna melaporkan pada guru mereka.
Ki entos menatap istrinya sejenak lalu menoleh ke arah antoch dan mei ling, ada sorot mata dan senyum tipis yang terliat meremehkan antoch atau bisa di bilang menganggap pemuda itu pemuda biasa yang tidak perlu di pandang sama sekali.
"guru. orang itu yang tadi bertarung dengan sari. guru harus memberi dia pelajaran karna telah membuat sari jadi seperti ini." bisik boko pada ki entos gurunya itu.
"hm? benarkah?" tanya ki entos menatap boko.
"benar,guru." sahut boko mengangguk cepat.
"hmm." gumam ki entos melirik antoch. dia segera mendekati antoch. "anak muda. selama ini perguruan kemala tidak pernah mencari gara gara di dunia persilatan tapi kenapa kau mencari gara gara pada kami?" serunya agak di tekan nada suaranya.
Antoch menoleh meliat ke arah orang tua di dekatnya. "maaf, apa maksut kisanak?" tanyanya bersikap ramah.
"huhuh. kami tidak pernah mencari permusuhan tapi jika kami di salahi maka kami tidak mungkin diam saja. kau liat wanita yang di panggul murid ku boko, dia adalah putri ku dan menurut murid ku kau yang telah membuat dia jadi seperti itu. apa kau mau menyangkal?" kata ki entos tajam.
Antoch melirik ke arah wanita muda yang kaku tidak bergerak dalam panggulan boko. "memang apa yang terjadi pada wanita itu?" tanyanya pura pura tidak tahu.
"huh. kau anak murid siapa? dari perguruan mana kau berasal?" tanya ki entos menyelidik. dia bertanya seperti itu karna dia tidak mau gegabah dalam bertindak, pengalamannya di dunia persilatan membuat dia harus berhati hati agar tidak salah bertindak. setelah meliat keadaan sari putrinya di bawah tadi, dia tahu kalo putrinya di totok dan anehnya dia sama sekali tidak mampu membebaskan totokan pada putrinya, totokan itu sangat hebat dan tidak pernah dia liat sebelumnya di dunia persilatan, hanya orang orang berilmu sangat tinggi dan mencapai taraf kesempurnaan yang dapat melakukan totokan seperti itu. dia takut kalo dia salah bertindak jangan jangan pemuda di depannya adalah salah satu anak murid tokoh kosen dunia persilatan, tentu dia tidak mau terlibat masalah dengan salah satu tokoh kosen dunia persilatan, maka lebih baik dia harus menyelidik dulu siapa sebenarnya pemuda di depannya tersebut.
Antoch hanya bersikap biasa saja karna dia tahu ki entos sedang menyelidiki dirinya. "kenapa kisanak menatap ku seperti itu? apakah ada yang aneh pada diri saya?" tanyanya.
"jawab saja pertanyaanku. kau anak murid siapa dan dari perguruan mana kau berasal?" seru ki entos dengan nada suara di tekan.
Antoch hanya tersenyum saja tidak menjawab hardikan ki entos yang terliat memaksanya.
"huhuh. nyali mu besar juga anak muda berani tidak menghiraukan pertanyaan ku. itu sama saja kau telah meremehkan aku, kau harus di beri pelajaran tata krama pada orang yang lebih tua dari mu. " dengus ki entos gusar karna merasa di remehkan antoch. "terima serangan ku bocah, hyeaat !" serunya hendak menyerang antoch namun tidak jadi karna murid penjaga yang tadi masuk sudah kembali.
"Maaf telah membuat ki entos menunggu, guru mempersilakan ki entos masuk. silakan!" kata murid penjaga begitu tiba di depan ki entos.
"terima kasih." kata ki entos mengangguk.
Ki entos dan yang lain segera masuk di antar oleh salah satu murid penjaga.
"Maaf tuan, jika tuan juga berniat berkunjung di perguruan kami, kami mohon maaf karna hari ini perguruan kami sedang menutup pintu, jadi harap tuan datang lain waktu. Maaf." kata murid penjaga yang lain.
"begitu rupanya. tidak apa apa saya mengerti." kata antoch bersikap sopan.
"sekali lagi kami minta maaf atas ketidak nyamanan ini, lain waktu silakan datang lagi ke tempat kami atau mungkin tuan bisa membuat janji dulu dengan menitip pesan pada kami, biar nanti kami sampekan pada guru guru kami agar kami bisa menyambut tuan lebih baik lagi." kata murid penjaga.
"hmm, baiklah kalo begitu. Saya datang kesini sebenarnya atas undangan pendekar kedua awan merah yaitu tuan jisaka, namun karna perguruan awan merah sedang menutup pintu tidak menerima tamu jadi ya saya tidak mau melanggar aturan yang telah di tetapkan oleh perguruan awan merah. Tolong sampekan salam saya pada tuan jisaka bahwa saya sudah datang memenuhi undangan beliau tapi karna perguruan awan merah sedang menutup pintu tidak menerima tamu, saya minta maaf tidak bisa menemui beliau, tolong sampekan pesan ini pada beliau, terima kasih." kata antoch sopan.
"tuan di undang langsung oleh paman guru jisaka?" tanya murid penjaga itu terkejut.
"benar." jawab antoch mengangguk perlahan.
Murid penjaga itu agak kurang percaya dengan apa yang antoch katakan. dia meliat antoch dari atas sampe ke bawah memastikan apa yang antoch bilang tidak berbohong. "tuan serius di undang langsung oleh paman guru jisaka? tuan tidak bicara bohongkan?" tanyanya memastikan.
Antoch hanya tertawa kecil saja tidak menjawab pertanyaan murid penjaga tersebut. dia bersikap tenang yang memastikan kalo dia berkata jujur apa adanya.
Murid penjaga itu menoleh ke arah temennya dan berbisik meminta pendapat.
"bagaimana? apa kita laporkan pada guru saja sekarang atau kita suruh dia datang lain waktu saja? bagaimana pendapat mu?" tanya murid penjaga itu.
"hmm, aku rasa dia tidak berkata bohong. kita laporkan saja pada guru dari pada nanti kita keliru dan mendapat marah dari guru." jawab teman murid penjaga tadi.
"emp, benar juga. ya sudah aku lapor ke guru ke dalam dan kau tetap disini berjaga jaga untuk menjaga tempat ini." kata murid penjaga segera berlari masuk ke dalam namun di cegah temannya.
"sebentar. biar aku bertanya dulu pada tuan itu." kata teman murid penjaga cepat. "tuan. maaf saya hendak meminta keterangan dari tuan. kapan tuan bertemu paman guru jisaka dan mendapat undangan dari beliau?" tanya ingin tahu.
Murid penjaga itu bertanya seperti itu karna merasa heran dan janggal atas ucapan antoch yang katanya di undang langsung oleh jisaka, padahal sudah beberapa bulan ini tujuh pendekar awan merah tidak pernah keluar dari pintu perguruan, jadi bagaimana bisa antoch mendapat undangan secara langsung dari pendekar kedua awan merah yaitu jisaka. jelas itu benar benar mengherankan.
Antoch mengerti apa maksut pertanyaan murid penjaga itu yang tidak percaya ucapannya tadi, dia tersenyum sejenak baru menjawab. "Saya bertemu tuan jisaka di puncak lawu saat turnamen pedang beberapa bulan yang lalu, beliau mengundang saya ke perguruan awan merah tapi baru sekarang saya sempatkan datang ke sini."
Dua murid penjaga itu saling pandang agak kurang percaya tapi pemuda berjubah biru di depan mereka sepertinya berkata jujur maka mau nggak mau mereka harus melaporkan hal ini pada guru mereka.
"hmm. jika benar tuan di undang langsung oleh paman guru jisaka maka kami akan melaporkan hal ini pada paman guru kami. harap tuan bersabar sebentar menunggu di sini, kami akan memberitahukan kedatangan tuan pada paman guru kami." kata murid penjaga itu segera berlari masuk ke dalam.
* * *
※ KI ENTOS dan yang lain di sambut oleh tyosaka, jisaka dan barda di ruang aula utama awan merah. setelah beramah tamah saling memberi hormat, mereka segera duduk di tempat yang sudah dipersilakan.
"sungguh kunjungan yang tidak terduga oleh kami atas kedatangan ki entos dan para sahabat perguruan kemala. di karnakan kami sedang menutup pintu tentu dalam penyambutan kami jadi kurang berkenan pada ki entos dan para sahabat, untuk itu kami mohon maaf atas penyambutan ini." kata barda selaku ketua perguruan awan merah bersikap ramah.
"benar. kami berharap kalian tidak menjadi tersinggung dan gusar atas ketidak nyamanan penyambutan kami ini." kata tyosaka ikut bicara.
"hahahaha." ki entos tertawa lebar. "ketua barda dan tuan tyosaka terlalu memandang kami tinggi, tentu saja kami ini harus tahu diri dengan kedudukan kami yang tidak seberapa di banding perguruan awan merah yang sangat besar dan di kagumi di dunia persilatan. mana berani kami mengharap lebih,ini saja sudah terlalu tinggi dengan kalian menyambut kami.hahaha." ucapnya.
"hahaha. ki entos terlampau memuji." kata barda tertawa ringan. "oh iya, ada urusan apakah gerangan ki entos jauh jauh datang ke tempat kami ini? apakah ada urusan yang besar?" tanyanya.
"akh, tidak terlampau besar maksud kendatangan kami ini, hanya ingin berkunjung biasa saja untuk mempererat hubungan antar perguruan." kata ki entos berbasa basi.
"owh,begitu." ucap barda manggut manggut.
"tuan barda. bagaimankah kabar tuan jantaka? apakah dia baik baik saja?" tanya ki entos.
Barda dan tyosaka serta jisaka saling pandang sejenak mendengar pertanyaan ki entos, mereka sebenarnya berduka mengingat keadaan jantaka namun kedukaan itu tidak di perliatkan pada orang lain.
"kabar jantaka baik baik saja, dia sudah sehat dan mungkin beberapa hari ke depan dia sudah seperti sedia kala." kata barda dengan sedikit menghela nafas panjang tanda dia tengah memendang rasa gundah di dalam hatinya.
"akh, sukurlah jika tuan jantaka baik baik saja." kata ki entos.
"maaf ki, kenapa ki entos tiba tiba bertanya ten tang adik ke enam saya?" tanya tyosaka merasa heran dan penasaran.
"tuan tyosaka jangan bercuriga pada kami, maksut kedatangan kami kemari sebenarnya ada sangkut pautnya dengan jantaka. " kata ki entos cepat.
"maksut ki entos?" tanya tyosaka tidak mengerti.
"hmm,kami kemari karna mengetahui kalo tuan jantaka mengalami luka cukup berat akibat pertarungan di turnamen pedang puncak lawu beberapa saat yang lalu. dengan memandang kekuatan kami yang mungkin bisa di bilang tidak ada artinya apa apa, kami memberanikan diri untuk menawarkan bantuan kepada perguruan awan merah. Perguruan kemala kami memiliki obat langka yang mungkin sudah di ketahui oleh orang banyak yaitu pil tulang naga. pil tulang naga adalah pil mujarab dalam mengobati segala jenis luka dalam berat maupun ringan serta mampu menawarkan segala jenis racun jahat. dengan pil tulang naga ini kami berharap bisa mengobati tuan jantaka, sukur sukur tuan jantaka bisa sembuh seperti sedia kala. kami harap tuan barda sudi menerima bantuan kami yang tidak seberapa ini. silakan!" kata ki entos lalu memberikan kotak kecil terbungkus kain warna merah pada barda.
Barda tidak segera menerima pemberian ki entos, dia terdiam tuk beberapa lama seperti tengah memikirkan sesuatu. dia tahu siapa ki entos itu sebenarnya, ki entos adalah ketua perguruan kecil yang bermarkas tidak jauh dari gunung slamet yaitu perguruan kemala. barda paham gimana sifat ki entos yang cukup licin dan licik. adapun kedatangannya berbaik hati memberi pil tulang naga pasti tersembunyi maksut yang lain,entah apa maksutnya tidak dia ketahui.
Seorang murid tidak lama masuk ke ruang aula dan segera memberi hormat pada barda dan yang lain.
"Maaf paman guru, murid hendak melaporkan kalo di luar ada tamu hendak bertemu." kata murid yang datang itu.
"mara. kenapa kau tidak suruh tamu itu untuk datang lain waktu saja, hah? hari ini perguruan sedang menutup pintu jadi bilang pada tamu itu untuk datang lain waktu saja." bentak jisaka kesal karna perguruan sedang tidak ingin menerima tamu tapi tetap saja ada yang datang berkunjung.
"maaf paman guru, saya sudah bilang seperti apa yang paman guru perintahkan tapi kata tamu itu kalo dia datang karna undangan dari paman guru kedua, oleh karna itu murid langsung melapor pada paman guru." kata murid itu.
"Apa? orang itu datang karna di undang oleh ku? sejak dari turnamen pedang di puncak lawu aku tidak pernah keluar dari pintu perguruan, mana mungkin aku bisa mengundang orang kemari." kata jisaka agak heran mendengar laporan dari si murid.
"maaf paman guru, dia bilang kalo paman guru mengundang dia saat di turnamen pedang puncak lawu. apakah itu benar? jika tidak, biar murid suruh dia untuk pergi saja." kata si murid.
"sebentar." cegah barda cepat. "siapa nama tamu yang datang itu? apa dia memperkenalkan diri?" tanyanya.
"maaf paman guru pertama, dia tidak menyebutkan nama dan asal perguruan." jawab si murid.
"hmm." gumam barda.
"kakak kedua. apa kau ingat siapa orang yang telah kau undang saat turnamen pedang di puncak lawu?" tanya tyosaka pada jisaka.
Jisaka terdiam sejenak mencoba untuk mengingat ingat siapa orang yang telah dia undang saat di puncak lawu, tiba tiba dia berseru kaget. "Panji !?" serunya.
"..?!" barda juga kaget dengan nama yang di sebutkan jisaka.
"heh, mara. Gimana ciri ciri tamu itu? Cepat katakan !" seru jisaka buru buru.
"maaf paman guru, dia seorang pemuda berjubah biru yang usianya kurang lebih 20 tahunan, dia datang bersama seorang gadis cilik umurnya sekitar 7 tahunan." jawab si murid.
"akh, tidak salah. Panji, aku yakin dia pasti panji, orang yang telah membuat jantaka terluka bercacat seumur hidup. Ya pasti dia, aku yakin pasti dia." kata jisaka yakin sekali.
"Apa?! Maksut kakak kedua, panji orang yang sering kau ceritakan itu? Orang yang membuat jantaka terluka." tanya tyosaka terkejut.
"Ya. Aku yakin pasti dia yang datang. Hmm, rupanya dia menepati janjinya datang ke perguruan awan merah. Besar juga nyalinya berani datang ke tempat ini." kata jisaka dengan nada suara agak di tekan.
"kalo begitu biar aku yang keluar menyambut dia." kata tyosaka cepat.
"adik kelima. Kau harus menyambut dia dengan baik, meski antara dia dan perguruan kita ada masalah tapi kau tidak boleh bertindak sembarangan. Walau bagaimanapun saat ini dia adalah salah satu dari lima tokoh besar dunia persilatan dan juga ketua dunia persilatan yang telah di akui seluruh pendekar persilatan, jadi setidaknya kau harus menghormati dia. Apa kau mengerti?" hardik barda menasehati tyosaka.
"baik. aku mengerti." sahut tyosaka segera keluar aula bersada murid penjaga tadi.
"adik kedua, kau beritahu guru serta saudara saudara kita yang lain, cepat!" kata barda pada jisaka.
"baik !" sahut jisaka segera pergi dari aula itu.
Barda menghela nafas panjang sejenak, dia menatap ke ki entos dan yang lain. "ki entos. kalian tentu merasa lelah datang kemari, kami akan menyiapkan ruang istirahat buat kalian. Silakan." ucapnya.
"akh, tuan barda. maksut kedatangan kemari ingin memberikan pil tulang naga buat tuan jantaka, meski hanya bantuan tidak berarti kami harap tuan barda sudi menerimanya." kata ki entos buru buru.
Barda tidak punya pilihan lain selain menerima pil tulang naga dari ki entos, dia tidak mau pusing oleh desakan ki entos, dengan menerima pil itu maka dia berharap ki entos dan yang lain jadi lega serta berlalu dari tempat itu.
"hmm, baiklah. Saya ucapkan banyak terima kasih karna ki entos memberi kami pil luar biasa ini." kata barda menyoja.
"hahaha. sama sama tuan barda, tuan barda tidak perlu sungkan. kitakan bersahabat." kata ki entos tertawa ringan.
"Ya sudah, murid ku akan mengantar kalian ke tempat istirahat yang telah kami siapkan. Silakan." kata barda.
"haihz. Tidak perlu repot repot, kami datang hanya sekedar memberikan pil itu saja, kami akan kembali ke tempat kami. terima kasih sudah mau menerima kedatangan kami." kata ki entos menolak halus.
"ouh, begitu. kalo begitu biar murid ku mengantar kalian turun gunung." kata barda.
"terima kasih. Permisi!" kata ki entos dan yang lain segera keluar dari aula utama perguruan awan merah. mereka lalu di antar oleh dua orang murid perguruan awan merah turun gunung.
※ ANTOCH dan mei ling masih berdiri menunggu di depan gapura gerbang masuk ke perguruan awan merah, mereka berdiri tenang di tempatnya seraya menikmati pemandang di sekitar tempat itu yang cukup indah. tidak lama dari dalam gapura datang tiga orang menuju ke tempat mereka. tiga orang itu tidak lain adalah tyosaka pendekar ke lima awan merah dan dua murid penjaga.
Tyosaka menatap pemuda jubah biru di depannya dengan tatapan yang merasa tidak percaya kalo pemuda jubah biru di depannya adalah orang yang telah membuat jantaka terluka. dia juga bersangsi kalo pemuda jubah biru itu adalah seorang pendekar yang memenangkan turnamen pedang di puncak lawu dan mejadi salah satu tokoh besar dari lima tokoh besar dunia persilatan serta menjadi seorang ketua dunia persilatan.
Antoch bersikap biasa saja di tatap seperti itu oleh tyosaka, dia hanya tersenyum kecil saja tidak terkesan tersinggung.
"Maaf, benarkah saya sedang berhadapan dengan tuan panji, ketua dunia persilatan?" tanya tyosaka memastikan lebih dahulu.
"benar." jawab antoch agak membungkuk.
"selamat datang di perguruan kami, silakan!" kata tyosaka mempersilakan masuk.
"terima kasih." kata antoch.
Mereka segera masuk ke dalam bersama sama. di dalam ruang aula utama perguruan awan merah, mereka telah di tunggu oleh sang guru besar perguruan awan merah yaitu resi nyoman agil beserta enam pendekar awan merah yaitu barda ketua partai awan merah, jisaka, gardanara, segara, jantaka yang duduk di kursi tandu karna masih lumpuh akibat terkena ilmu 9 jalur neraka antoch dan yang terakhir adalah lingga.
Resi nyoman agil maju tiga langkah menyambut antoch sebagai tanda menghormati tamu yang sangat penting dan di anggap tokoh besar karna dunia persilatan telah mengangkat antoch menjadi ketua dunia persilatan maka hal itu sangat wajar di lakukan oleh sang resi.
"Saya resi nyoman agil mengucapkan selamat datang di perguruan awan merah kepada tuan, kami juga mengucapkan salam hormat pada ketua dunia persilatan." kata sang resi membungkuk memberi salam penghormatan.
Antoch buru buru membalas penghormatan resi nyoman agil tersebut, dia bahkan berlutut di hadapan sang resi sebagai tanda penghormatan tertinggi pada sang resi. "Murid panji memberi hormat pada resi guru, mohon resi guru sudi menerima salam hormat ku dan memaafkan atas segala kelancangan telah membuat resi guru terusik ketentramannya." ucapnya penuh penghormatan.
Buru buru resi nyoman agil membangunkan antoch dari berlututnya. dia merasa senang meliat anak muda yang begitu sopan menghormati dirinya. "anak baik, anak baik. berdirilah." ucapnya.
"terima kasih." ucap antoch lalu berdiri. "saya juga memberi salam hormat pada para pendekar awan merah." ucapnya agak membungkuk sebagai salam hormat.
Semua orang membalas salam hormat dari antoch.
"a ling, ayo berlutut dan beri salam hormat pada kakek resi guru beserta para paman paman guru." kata antoch pada mei ling.
Mei ling segera mengikuti perintah antoch, dia berlutut memberi salam hormat pada resi nyoman agil serta pada tujuh pendekar awan merah. "mei ling memberi hormat pada kakek resi dan para paman, terimalah salam hormat ku." ucapnya lantang.
"hahaha. anak yang pintar, bangunlah." kata resi nyoman agil tertawa senang meliat sikap mei ling yang lucu dan polos.
"terima kasih kakek resi." kata mei ling polos lalu berdiri.
"Resi, maksut kedatangan ku kemari adalah..." kata antoch terhenti karna di potong resi nyoman agil dengan tangan sedikit terangkat.
"aku sudah tahu, murid ku sudah menceritakan semuanya pada ku. kau datang kesini karna undangan murid kedua ku yaitu jisaka, benar begitu?" ucap sang resi kalem.
"benar, resi." kata antoch mengangguk pelan.
"hmm. Dalam pertarungan kalah menang adalah hal yang sudah biasa, terluka ataupun mati juga hal yang wajar dalam sebuah pertarungan. murid ku jisaka bertindak yang tidak pantas adalah karna rasa kecintaan dia pada saudara seperguruannya, jadi aku bisa memaklumi atas kebodohannya itu. atas nama murid ku aku sebagai gurunya meminta maaf atas tindakannya yang tidak pantas itu pada tuan panji." kata san g resi membungkuk meminta maaf.
"tidak, tidak, aku seharusnya yang meminta maaf pada para pendekar partai awan merah." sahut antoch buru buru membungkuk dalam dalam.
"hahahaha. aku sekarang jadi merasa lega, ganjelan antara partai awan merah dengan tuan panji sudah hilang, akan tetapi murid ku sudah terlanjur mengajukan surat tantangan tentu kami tidak mungkin menarik kembali surat tantangan itu. bilamana kami menarik surat tantangan itu maka itu sama saja kami merendahkan derajat partai kami sendiri. tentu tuan panji mengerti apa maksut kami." kata sang resi kalem namun sangat berwibawa.
"Ya, saya mengerti." kata antoch bersikap tenang.
"kelumpuhan yang di alami murid keenam ku yaitu jantaka akibat ilmu 9 jalur neraka tuan panji, tentu itu ilmu yang hebat luar biasa tapi kalo aku boleh berpendapat, ilmu 9 jalur neraka kehebatannya hampir sama atau mungkin setingkat dengan ilmu dewa petir, akh tidak, atau jangan jangan ilmu 9 jalur neraka adalah ilmu dewa petir. apakah itu benar?" kata sang resi.
Antoch tersenyum lebar mendengar ucapn resi nyoman agil yang menebak dengan jitu bahwa ilmu 9 jalur neraka adalah ilmu dewa petir. dia sangat kagum akan kejelian dan pengalaman sang resi yang begitu dalam.
"boleh aku tahu dari mana kau mendapatkan ilmu dewa petir itu?" tanya sang resi ingin tahu.
"hmm. maaf resi, ada hubungan apakah ilmu dewa petir sama resi? kenapa resi begitu sangat ingin tahu dari mana aku mendapatkan ilmu itu?" tanya antoch agak heran.
"hahahaha." resi nyoman agil tertawa lebar sambil mengusap dagunya yang berjenggot. "tidak ada hubungan apa apa aku sama ilmu dewa petir, aku cuma merasa heran saja karna setahu ku ilmu dewa petir sudah lama musnah 200 tahun yang lampau, adalah hal yang aneh jika ilmu itu sekarang muncul lagi." ucapnya.
"owh, begitu." kata antoch kalem.
"aku tahu ilmu dewa petir adalah ilmu yang sangat hebat dan sukar di cari tandingannya, mungkin aku sendiri tidak akan sanggup mengalahkan ilmu tersebut. pantaslah jika kau menjadi pemenang dalam turnamen pedang puncak lawu kemarin, tidak ada satu orangpun yang sanggup mengalahkan ilmu itu." kata sang resi.
Antoch paham akan ucapan resi nyoman agil yang memuji tapi di balik pujian itu tersimpan maksut merendahkan, yaitu dia menjadi pemenang karna berkat memiliki ilmu dewa petir saja, tanpa ilmu dewa petir mungkin dia tidak akan bisa apa apa. itu seperti perkataan sindiran pada dirinya, antoch tidak menjadi gusar atau tersinggung atas sindiran resi nyoman agil. dia malah tersenyum saja tidak bereaksi apa apa.
"terima kasih atas nasehat resi guru. sebagai anak muda yang masih hijau tentu nasehat resi guru telah membuka mata dan pikiran saya. sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas nasehat resi guru." kata antoch kalem.
"hmm. pemuda itu sungguh cerdas, dia tahu kalo aku tengah menyindirnya tetapi dia malah menerima sindiran ku sebagai sebuah nasehat. pikiran pemuda itu agaknya sangat sulit di baca dan di terka, hmm." guman resi nyoman agil dalam hati. "hahahaha. sungguh luar biasa, selama hidup ku baru kali ini aku bertemu seseorang yang begitu cerdas." ucapnya tulus memuji antoch.
Antoch tidak menjadi jumawa dan besar kepala di puji resi nyoman agil, dia terliat biasa saja dalam menyikapi pujian itu.
"hehehehe." resi nyoman agil tertawa terkekeh seraya berjalan menuju tempat duduknya.
Jisaka segera maju ke depan setelah gurunya duduk di kursinya, dia menyoja hormat pada antoch sebagai tanda salam kepada tamunya. meskipun hatinya menyimpan rasa dendam pada antoch atas bercacatnya jantaka tapi dia tidak lantas menurunkan wibawanya sebagai seorang besar yang di kenal luas di dunia persilatan.
"Saya ucapkan selamat datang di perguruan awan merah, aku merasa kagum atas nyali tuan panji yang menepati janji untuk datang ke perguruan awan merah memenuhi undangan ku." kata jisaka dengan suara agak bergetar.
Antoch hanya tersenyum dan membungkuk membalas salam dari jisaka.
"tuan panji. ilmu 9 jalur neraka mu hebat luar biasa, ijinkan aku meminta pelajaran ilmu 9 jalur neraka tuan panji, ilmu yang sudah membuat adik keenam ku menjadi orang bercacat seumur hidupnya. kami tujuh pendekar awan merah memiliki ikatan batin yang sangat erat, hubungan kami seperti saudara sedarah yang saling merasakan sakit bila salah satu saudaranya terluka apa lagi mengalami penderitaan menyakitkan seumur hidupnya. sebagai kakaknya aku pasti akan membalaskan rasa sakit hati adik keenam ku, meski aku harus berkalang darah." kata jisaka penuh tekanan.
"hahahaha." antoch tertawa ringan mendengar perkataan jisaka. "Aneh, sungguh aneh sekali. Apa yang ku dengar ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ku liat, ini sungguh buat ku heran." ucapnya menggeleng gelengkan kepala.
"apanya yang aneh?" tanya jisaka tidak mengerti maksut perkataan antoch.
"heheh. Tuan jisaka, kau tidak mengerti? sungguh lucu sekali." kata antoch heran meliat jisaka yang tidak mengerti.
"apanya yang lucu? kau jangan bermain kata kata." seru jisaka tampak mulai gusar.
"kakak kedua!" seru jantaka buka suara. "aku tahu kau sangat menyayangi aku, jangan gara gara aku seperti ini kau sampe lupa ajaran guru. bukankah guru slalu mengajari kita untuk menjadi murid yang tegar dan kuat, kenapa kau sekarang malah menjadi seorang yang lemah dan goyah? aku memang sudah menjadi orang yang bercacat tetapi aku menerima semua ini dengan hati tegar dan jiwa yang ikhlas. kau tahu kenapa? karna aku kalah bertarung sebagai seorang ksatria, tidak terbesit sedikitpun di hati ku rasa sakit hati untuk membalas dendam dan tidak terbesit sedikitpun ras menyesal. kalah menang dalam pertarungan adalah hal lumrah terjadi dalam sebuah pertarungan. ingat, kita adalah tujuh pendekar awan merah yang slalu menjunjung tinggi sikap ksatria di dunia persilatan. tolong kakak kedua jangan sampe lupa akan hal itu." ucapnya dengan suara lantang dan tegas, menunjukkan dia tidak menyesal dengan keadaanya yang lumpuh akibat kalah bertarung melawan antoch sewaktu di vrnamen pedang puncak lawu.
"adik !?" kata jisaka tertahan. dia merasa tergugah atas ucapan jantaka yang begitu tegar. dia jadi merasa bersalah pada gurunya yang tidak seharusnya dia berkata seperti tadi.
"adik kedua. minta maaflah pada guru, kau jangan membuat guru jadi berduka atas ucapan mu tadi, cepat!" teriak barda buka suara memarahi jisaka.
Jisaka langsung berlutut ke arah gurunya dengan sikap menyesala. "Guru, maafkan saya telah membuat guru jadi berduka. murid tahu salah." ucapnya menyesal.
"hmm. Jisaka, kau adalah murid kedua ku tapi kenapa sikap mu kalah dewasa dari pada adik adik mu. bangunlah, guru senang jika kau sudah tahu salah." kata sang guru dengan lembut membangunkan jisaka. "semua yang terjadi adalah takdir, jadi kau jangan menyalahkan diri mu atas musibah yang menimpa jantaka. kau mengerti?" ucapnya.
"murid mengerti guru." sahut jisaka mengangguk.
"baguslah. sekarang kau mintalah pelajaran pada tuan panji, tunjukkan kehebatan mu dan mempermalukan nama perguruan kita." kata sang guru memberikan dorongan semangat.
"murid pasti akan berusaha semampu murid dan tidak akan membuat malu nama harum perguruan kita." kata jisaka mantappenuh percaya diri.
"hmm." gumam sang guru manggut manggut lalu kembali duduk di kursinya.
Jisaka kembali berjalan di depan antoch dengan sikap lebih tenang dari pada tadi. "tuan panji, silakan!" ucapnya lalu memasang kuda kuda mengeluarkan jurus silat.
Antoch tersenyum sejenak menatap jisaka yang sudah membuka jurus, dia menyuruh mei ling agar menjauh darinya. dia segera memasang kuda kuda jurus pembuka dari ilmu 9 jalur neraka. "tuan jisaka, silakan!" ucapnya tenang.
DUA orang jago silat sama sama berhadapan untuk segera mengadu ilmu silat masing masing, siapa yang unggul? apakah jisaka yang mempertaruhkan harga dirinya sebagai pendekar kedua awan merah atau antoch yang menyandang sebagai gelar jawara di turnamen pedang puncak lawu? Mari kita simak pertarungan mereka.
※ DI tengah ruangan aula utama perguruan awan merah terliat dua orang sedang berhadapan dalam posisi memasang kuda kuda jurus silat, mereka adalah jisaka pendekar kedua awan merah dan antoch si dewa tengah dunia persilatan. di pinggir aula tampak para pendekar awan merah yang lain meliat dengan tegang karna pertarungan jisaka melawan antoch mempertaruhkan gengsi di dunia persilatan. mereka juga penasaran gimana wujud jurus ilmu 9 jalur neraka yang telah membuat jantaka jadi lumpuh seperti orang cacat di seluruh tubuhnya.
"hyeaaat!" teriak jisaka melesat cepat menyerang antoch mengarahkan pukulannya ke arah dada antoch.
serangan jisaka cepat luar biasa bagai badai di lautan yang menghempaskan ombak besar, itulah jurus pukulan angin menghempaskan awan di langit. jurus pembuka dari rangkaian jurus pusaran angin menyapu awan dari salah satu jurus hebat perguruan awan merah.
Antoch tidak bergerak dari tempatnya ketika jurus pukulan jisaka menerjang ke arahnya, pukulan jisaka sejengkal lagi akan mendarat telak ke dadanya tapi antoch tidak juga menghindar ataupun menangkis pukulan itu, tapi anehnya pukulan jisaka seperti menembus tubuh antoch dan ini membuat jisaka jadi seperti memukul sebuah bayangan saja. jisaka merasa seperti menembus tubuh antoch tetapi bagi semua orang yang meliat itu mereka hanya meliat antoch bergerak dengan ringan dan simpel sekali yaitu ketika pukulan jisaka hampir mendarat ke dada antoch, antoch bergerak berputar mengikuti arah pukulan jisaka dan tahu tahu sudah berdiri di belakang jisaka. gerakan jisaka tidak sampe di situ saja, setelah lawan berhasil menghindar dia langsung bergerak dengan jurus angin berputar memecah pilar langit. sungguh indah gerakan jurus itu karna dari gerakan maju tiba tiba berubah seperti gangsing menerjang ke belakang dan sasarannya kali ini lambung antoch namun lagi lagi jisaka hanya memukul tempat kosong saja. gerakan antoch yang sederhana seolah olah seperti anti jurus yang di keluarkan jisaka. dalam sekejap mereka sudah memainkan delapan gerakan jurus yang sama sama mengagumkan. sekilas jisaka terliat lebih unggul di atas antoch karna antoch tidak sedikitpun mampu membalas serangan jisaka.
"bagus kakak kedua! kau memang hebat!" teriak saudara saudara jisaka senang meliat jisaka di atas angin.
"hmm, anak muda itu memainkan jurus sederhana tapi sudah bisa menghindari setiap serangan jisaka. dia bergerak mengikuti asas putaran bambu tertiup angin, tidak berusaha melawan gerakan angin seperti pohon besar yang kaku tetapi dia bergerak layaknya pohon bambu yang lentur mengikuti arah angin sehingga tidak menjadi tumbang. pemuda itu sangat cerdik, aku kagum akan bakatnya yang luar biasa itu." gumam resi nyoman agil memperhatikan setiap gerakan antoch.
Pertarungan terus berlanjut dengan keadaan jisaka unggul di atas angin, sejauh ini antoch hanya bertahan saja. itu yang di liat oleh para penonton, padahal tidak. tanpa di ketahui oleh semua orang, setiap gerakan menghindar antoch sebenarnya di barengi sentilan jari ke setiap titik hawa di tubuh jisaka dan sejauh ini sudah delapan titik jalan hawa yang sudah di sarangkan di tubuh jisaka. karna tidak ingin melukai jisaka maka antoch tidak sepenuhnya mengeluarkan tenaga dalam ilmu dewa petirnya saat menyarangkan sentilan jarinya di titik ke sembilan di tubuh jisaka. berhasil menyarangkan sentilan jarinya di titik hawa yang kesembilan di tubuh jisaka, antoch langsung melenting tinggi menjauh dari jisaka. dia yakin jisaka pasti akan roboh tidak mampu bergerak karna sudah terkena ilmu 9 jalur neraka namun di luar dugaan antoch ternyata jisaka tidak roboh ataupun terluka, jisaka terliat sehat sehat saja dan bahkan bergerak cepat mengejar antoch. dikarnakan keterkejutannya itu membuat antoch lengah sehingga pukulan jisaka tepat mendarat di dadanya, tentu saja antoch jadi terpental di buatnya dan dadanya merasa agak sesak karna terkena pukulan jisaja.
"bagus. kakak kedua berhasil mendaratkan pukulannya. kakak kedua memang hebat!" seru lingga girang meliat jisaka berhasil memukul antoch.
"bagus!!" seru semua orang.
"hmm, pemuda itu sepertinya lengah. gerakan menjauhi jisaka sepertinya sengaja untuk berhenti bertarung tapi ada yang aneh dari gerakan menjauhi jisaka tadi, apa yang dia pikirkan tadi?" gumam resi nyoman agil merasa ada yang aneh dengan gerakan antoch yang menjauh dari jisaka.
Antoch menatap jisaka dengan tatapan heran dan tidak percaya dengan apa yang terjadi, seharusnya efek dari ilmu 9 jalur nerakanya akan membuat jisaka roboh tidak berdaya tapi jisaka malah terliat baik baik saja dan berhasil memukul dirinya. jelas hal itu membuat antoch jadi heran dan bingung. "hmm. aneh sekali, ilmu 9 jalur neraka ku tidak bekerja padanya. seolah dia tidak terpengaruh dengan ilmu 9 jalur neraka ku. ini sungguh aneh sekali, pasti ada sebab musababnya kenapa ilmu 9 jalur neraka ku tidak bekerja pada dia. aku harus mencari tahu apa sebabnya." batinnya dalam hati.
Antoch mengerahkan hawa murninya untuk meredakan rasa sesak di dadanya akibat pukulan jisaka, saat dia mengerahkan hawa murni tiba tiba dari dalam dadanya ada semacam hawa yang menyerang balik hawa murninya dan hal itu membuat dadanya malah makin sesak. hal itu langsung membuat antoch tersentak dan sadar. "ini?!" serunya tertahan.
Antoch buru buru mengerahkan hawa murni dari tenaga dalam unsur alam untuk mengusir hawa yang membuat dadanya sesak. seketika dadanya jadi lega dan sembuh total. dia menatap jisaka dengan tatapan yang sukar di lukiskan, antara kagum dan tidak percaya karna dia tahu ternyata jisaka menguasai tenaga dalam yang dapat memunahkan tenaga dalam ilmu 9 jalur neraka yaitu tenaga dalam pernafasan inti bumi. karna hanya tenaga dalam pernafasan inti bumilah yang dapat menetralkan tenaga dalam dewa petir.
"bagaimana? apa kita bisa teruskan pertarungan kita?" tanya jisaka menatap antoch tajam. dia tidak sadar kalo antoch sebenarnya sudah berhasil dia lukai tadi dan dia sudah menang.
"hahahaha." antoch tertawa lebar mendengar ucapan jisaka tersebut. "Nama besar partai awan merah memang luar biasa, tuan jisaka...ilmu tuan sungguh luar biasa, ilmu 9 jalur neraka ku rasanya sudah tidak berguna lagi di hadapan tuan. aku secara ksatria mengaku kalah dari tuan, jadi cukup sudah pertarungan kita hari ini." ucapnya mengaku kalah.
"APA?!!" seru semua orang terkejut mendengar ucapan antoch yang mengaku kalah. Ucapan antoch jelas membuat mereka bingung sekali, karna apa? karna pertarungan baru saja di mulai dan antoch baru sekali terkena pukulan jisaka tetapi kenapa lantas sudah menyerah kalah, jelas hal itu membuat mereka bingung sekali.
"Apa kata mu? Apa maksut mu mengaku kalah? Pertarungan kita baru saja di mulai, kalah dan menang belum ada yang tahu tapi kenapa kau mengaku kalah? Apa kau bergurau?" kata jisaka keheranan.
"hmm. Sepertinya pemuda itu telah menyadari sesuatu. tadi aku meliat dia coba mengalirkan hawa murni ke dadanya yang terkena pukulan jisaka dan dia seperti terkejut serta menyadari sesuatu. kira kira apa yang dia sadari itu?" gumam resi nyoman agil dalam hati coba mereka reka apa yang terjadi.
"Tuan panji !" seru barda cepat. "pertarungan baru saja di mulai kenapa kau sudah mengatakan kalah dan ilmu 9 jalur neraka mu sudah tidak berguna lagi. apa kau tengah bergurau atau sedang mempermainkan kami?" ucapnya.
"benar! Kau belum mengeluarkan jurus ilmu 9 jalur neraka, kenapa kau bilang ilmu 9 jalur neraka tidak berguna lagi, apa maksut mu?" teriak jantaka.
"huhuh." dengus antoch di hidung. "kalian tidak tahu atau pura pura tidak tahu? Sudah jelas jelas aku kalah tapi kalian malah menuduh ku bergurau." ucapnya di tekan.
"tuan panji, mungkin kami tidak tahu dimana kekalahan tuan dan dimana kami menang atas tuan. bolehkan tuan memberi petunjuk?" kata resi nyoman agil kalem seraya beranjak berdiri dari duduknya.
"Resi gurupun tidak tahu?" tanya antoch dengan tatapan tidak percaya.
"hehehehe." sang resi tertawa kecil. "mata tua ini mungkin sudah tidak setajam dulu, aku benar benar tidak tahu dimana letak kekalahan tuan dan dimana letak kemenangan kami. mohon tuan sudi memberi kami petunjuk." ucapnya kalem.
"hmmhh. baiklah." kata antoch menghela nafas. "tenaga dalam penafasan inti bumi, itulah penyebab aku kalah. Jujur aku tidak menyangka kalo partai awan merah memiliki ilmu tenaga dalam pernafasan inti bumi, ini benar benar di luar perkiraan ku. ilmu 9 jalur neraka ku tidak berdaya melawan ilmu tenaga dalam pernafasan inti bumi, itu makanya aku mengaku kalah. bila aku memaksakan diri terus bertarung maka itu sama saja aku akan semakin mempermalukan diri ku sendiri. Apakah aku benar?" ucapnya menjelaskan.
"hahahaha. Aku kagum akan pengalaman mu yang luas, kau masih muda tapi pengetahuan mu sungguh luas. tidak ku sangka kau tahu kalo tenaga dalam yang di pake murid ku jisaka adalah tenaga dalam pernafasan inti bumi, padahal tenaga dalam ilmu itu hanya kami yang tahu, tidak ada satu orang luarpun yang tahu tapi kau bisa mengetahuinya. hmm, jujur ini sangat mengherankan ku." kata sang resi.
"owh. itu artinya kalian belum lama mendalami ilmu itu. Apa aku benar?" kata antoch.
"hm?!" sang resi mengerutkan kening tanda dia agak terkejut dengan tebakan antoch yang begitu tepat. "kenapa kau bisa menebak seperti itu?" tanya ingin tahu.
"heheh. Jika tenaga dalam pernafasan inti bumi menjadi dasar ilmu partai awan merah maka sewaktu tuan jantaka melawan ku di turnamen pedang puncak lawu maka dia pasti tidak akan terluka oleh ilmu 9 jalur neraka ku tapi pada kenyataan tidak, itu berarti ilmu tenaga dalam pernafasan inti bumi bukan menjadi dasar ilmu partai awan merah atau bisa juga di katakan kalian baru saja mendalami ilmu itu hanya sekedar untuk mematahkan ilmu 9 jalur neraka ku. apakah aku benar?" kata antoch.
"luar biasa. Anak muda ini bisa berpikir sejauh itu, semua yang dia katakan tepat sekali. dia memiliki ketajaman berpikir di atas rata rata, sungguh membuat kagum orang lain." batin sang resi kagum.
"tuan jisaka. Apakah kau sudah merasa puas sudah berhasil membalaskan kekalahan tuan jantaka terhadap ku? Aku harap kau sudah tidak penasaran lagi pada ku." kata antoch pada jisaka.
Jisaka terdiam menatap antoch tajam sekali, sejenak dia menoleh meliat jantaka lalu kembali menatap antoch. Ada perasaan ti dak puas yang mengganjal di dalam hatinya. secara ksatria dia memang berhasil mengalahkan ilmu 9 jalur neraka antoch yang telah membuat adik ke enamnya cacat seumur hidupnya, namun perasaan sakit hatinya sang adik belum terbalaskan, karna dia ingin antoch juga mengalami hal yang sama seperti jantaka yaitu menjadi orang bercacat seumur hidupnya.
"jisaka." tegur sang resi pada jisaka. "guru memahami apa yang kamu rasakan saat ini, jangan kau turuti hawa nafsu kemurkaanmu yang ingin membalaskan sakit hati adik keenam mu. Apa yang terjadi pada jantaka semua sudah menjadi takdirnya jadi kau tidak boleh menyalahkan semua itu. kau harus tabah, tegar dan menerima semua ini." ucapnya penuh kewibawaan.
"Maafkan saya guru. Memang murid belum bisa menerima semua ini, hati murid belum merasa puas jika belum bisa membuat orang yang telah melukai jantaka mengalami hal yang sama dengan apa yang di alami jantaka." kata jisaka dengan kepala tertunduk.
"hmmh." sang resi tidak bisa berkata apa apa lagi, dia hanya bergumam menghela nafas panjang.
"heheh." tawa antoch di hidung. "itu artinya kau ingin membuat ku seperti apa yang di alami jantaka? Huhuh. Dengan ilmu apa kau akan membuat ku seperti jantaka?" serunya.
"aku memang tidak memiliki ilmu sesat seperti ilmu 9 jalur neraka mu tapi aku bisa mematahkan seluruh tulang tangan dan kaki mu agar kau lumpuh dan bercacat seperti jantaka, dengan begitu baru puas dan lega perasaan ku." dengus jisaka menatap tajam antoch, kata kata antoch telah membuat dia jadi terbakar amarahnya.
"adik kedua! Kakak kedua!?" teriak barda dan yang lain terkejut mendengar perkataan jisaka yang tidak seharusnya di ucapkan.
Sang resi nyoman agil terliat berduka mendengar perkataan jisaka yang tidak pantas di ucapkan oleh seorang tokoh berbudi. Jelas perkataan itu telah menampar mukanya sebagai guru dari jisaka.
"hahahaha." antoch tertawa lebar mendengar perkataan jisaka yang tidak terduga itu. "baik. Silakan saja jika kau sanggup berbuat itu. Kau pikir setelah ilmu 9 jalur nerakaku kalah dari ilmu tenaga dalam pernafasan inti bumi lantas kau bisa berbuat sesuka hati mu. Huhuh, kau terlampau jumawa sekali. Kau dengar baik baik, dalam satu jurus saja aku bisa melumpuhkan semua ilmu mu. Coba saja jika kau berani." tantangnya tandas sekali.
"APA?!" kejut semua orang mendengar ucapan antoch. "dalam satu jurus dia hendak melumpuhkan jisaka? Mustahil. itu tidak akan mungkin terjadi. Meski jisaka bukan pendekar nomer satu dunia persilatan tapi jisaka bukan orang yang mudah di kalahkan begitu saja, paling sedikit butuh puluhan atau ratusan jurus baru bisa mengalahkannya, bahkan gurunya sendiri butuh puluhan jurus untuk mengalahkan jantaka apa lagi hanya seorang pemuda seperti antoch. Jelas itu hal yang sangat mustahil sekali, jika memang benar bisa itu berarti ilmu antoch jauh di atas resi nyoman agil. Benar benar ucapan yang takabur." batin semua orang tidak percaya.
"Sombong sekali kau bocah! Baik, kita liat siapa yang jumawa, aku atau kau!" geram jisaka gusar sekali di remehkan oleh pemuda jubah biru di depannya itu.
"majulah!" tantang antoch.
"hyeaaat!" teriak jisaka melesat menerjang antoch.
Jisaka menyerang antoch di barengi pengerahan tenaga dalam tinggi namun baru saja dia setengah jalan tiba tiba ada satu kekuatan luar biasa besar menahan dia dan membuat dia terpental jauh beberapa meter. dia roboh ke lantai dan tidak bergerak sama sekali alias pingsan.
Apa yang terjadi?!
Rupanya antoch langsung mengeluarkan pukulan tangan dewa merajam bumi begitu jisaka melesat maju menyerangnya. Beruntung lagi lagi beruntung, antoch tidak berniat jahat pada jisaka maka dia hanya mengerahkan sedikit tenaga bertujuan membuat jisaka pingsan saja.
"ADIK?! KAKAK?!" teriak semua orang kaget bukan main meliat jisaka roboh di lantai tidak bergerak setelah terpental. Mereka serentak berlari ke arah jisaka untuk meliat keadaannya.
"kaka kedua!?" teriak lingga mendapati jisaka pingsan. seketika darahnya meluap, dia tanpa pikir panjang langsung menyerang antoch. "Panji. Aku mengadu jiwa dengan mu. Hyeaat!" teriaknya lantang.
"Adik ketujuh, jangan!" teriak barda cepat mencegah lingga tapi tidak di gubris lingga yang sudah menerjang antoch.
Lingga cepat sekali menyerang antoch dengan jurus pedang terkuatnya, setiap jurusnya cepat luar biasa bagai kilatan cahaya yang luar biasa cepat, itulah jurus pedang pengejar awan yang cukup terkenal di dunia persilatan. Meski serangan lingga cepat luar biasa namun sedikitpun tidak mampu melukai antoch.
Dengan tenang sekali antoch menghindari setiap serangan yang datang. begitulah yang terjadi dalam pertarungan itu, satu menyerang dengan cepat tapi yang satu dapat menghindar dengan tenang sekali.
Lingga menghentikan serangannya, dia berdiri menatap antoch tajam sekali. "ambilah pedang, aku tidak mau bertarung melawan orang tanpa senjata. Cepat ambil pedang!" serunya tandas sekali.
Lingga meski gusar tapi dia tidak melupakan sikap ksatrianya di dunia persilatan, dia tidak mau melawan orang yang tidak memegang senjata saat dia memegang senjata. sikap yang cukup mendapat pujian.
"Segara, pinjamkan pedang mu pada tu an itu." kata resi nyoman agil pada murid ke empatnya yaitu segara.
"baik,guru." sahut segara langsung melemparkan pedangnya ke arah antoch.
Antoch menangkap pedang yang di lemparkan segara, dengan tersenyum tipis dia mencabut pedang dari sarungnya.
"Aku mendengar ilmu pedang mu hebat luar biasa, sampe sampe si raja pedang dari selatan takluk oleh ilmu pedang mu. Aku ingin membuktikan sendiri kehebatan ilmu pedang mu itu, apakah lebih hebat dari ilmu pedang pengejar awan ku." kata lingga dengan suara penuh tekanan.
"huhuh. Untuk menghadapi ilmu pedang pengejar awan tidak perlu aku mengeluarkan ilmu pedang tangan dewa ku. Cukuplah jurus pedang tarian naga langit sudah sanggup mengalahkan jurus pedang mu." kata antoch tersenyum tipis.
"Sombong sekali. Baik, jangan salahkan aku jika kau kalah dan menyesal tidak mengeluarkan ilmu pedang terhebat mu." geram lingga merasa di remehkan.
"Adik ketujuh. Kau jangan memandang remeh jurus pedang tarian naga langit, jika kau tidak hati hati maka kau sendiri yang akan menyesal nanti." seru barda memberi peringatan pada lingga.
"kakak pertama, kau tenang saja. Jurus pedang pengejar awan tidak mungkin kalah melawan jurus pedangnya." kata lingga penuh percaya diri.
"adik. Kau jangan jumawa, kau harus berhati hati." seru barda menasehati lingga.
"aku mengerti. Kakak pertama tenang saja." kata lingga percaya diri sekali. "tuan panji. Ayo kita mulai!" serunya pada antoch.
"Silakan!" kata antoch lalu membuka jurus pembuka dari jurus pedang tarian naga langit.
"hyeaat!" teriak lingga maju menyerang antoch.
Lingga memainkan jurus pedang pengejar awan yang lebih mengedepankan kegesitan, kelincahan dan kecepatan gerak. Jurus pedang pengejar awan memiliki rangkaian jurus utama sebanyak tiga puluh enam jurus dengan perubahan perubahan yang cukup banyak dan tidak terduga arah serangannya.
Antoch memainkan jurus pedang tarian naga langit yang lebih mengutamakan ketenangan, kelincahan dan kecepatan yang di padu kekuatan yang berubah ubah yaitu kadang ada kadang tidak ada. Jurus pedang tarian naga langit sekilas terliat sederhana tapi di balik gerakan sederhana itu tersembunyi kekuatan yang luar biasa, selain itu setiap gerakan jurus berdasarkan ilmu arah pancabuta yang sangat rumit di mengerti perubahan perubuhan setiap jurusnya.
Pertarungan dua jurus pedang lingga dan antoch di tonton semua orang dengan perasaan yang menegangkan, mereka sangat penasaran seperti apa kehebatan ilmu pedang yang di miliki antoch. Memasuki jurus ke sepeluh perbedaan kedua jurus pedang langsung terliat, jurus pedang lingga terliat lebih cepat namun gerakan jurus itu terliat seperti ada yang kurang dan tidak bertenaga, ini berbeda dengan jurus yang di mainkan antoch. Jurus pedang antoch terliat stabil dan tidak goyah, jurus pedang itu seperti gerakan air yang terliat tenang dan tidak putus putus, seolah olah bagai seekor naga yang telah bertemu ekornya, jadi jurus itu terliat lebih sempurna dan juga lebih hidup. Mereka sampe ternganga tidak percaya menyaksikan jurus pedang yang begitu indah luar biasa.
"Guru. Hari ini murid merasa malu menyandang gelar salah satu dari tujuh pendekar awan merah, di hadapan anak muda bernama panji itu murid merasa seperti kucing berhadapan dengan harimau." kata segara merasa tidak berguna di hadapan gurunya setelah meliat jurus pedang antoch.
"haihz. ilmu silat itu sangat unik dan sangat dalam, bukan hal yang aneh jika satu ilmu silat di kalahkan ilmu yang lain. meski ilmu silat perguruan kita bukan yang tertinggi di kolong langit tetapi setidaknya kita masih memiliki sikap ksatria di dalam ilmu kita, jadi tegakkan kepala dan busungkan dada bahwa kita bangga dengan ilmu silat aliran kita sendiri." kata sang resi penuh kewibawaan tinggi.
"benar apa yang guru katakan. Adik keempat, kita belajar ilmu silat bukan ingin menjadi yang terhebat di dunia persilatan tetapi kita belajar ilmu silat bertujuan menolong yang lemah dan menegakkan kebenaran di muka bumi ini. kita harus bangga dengan ilmu silat kita yang berdiri di atas kaki sendiri." kata barda juga ikut menasehati segara.
"Benar." seru segarara tersadar. "maafkan saya guru berkata yang tidak seharusnya murid ucapkan." ucapnya merasa menyesal.
"tidak apa apa." kata sang resi tersenyum. "Mengagumi ilmu silat orang lain itu juga suatu sifat dari rendah diri, jadi itu hal yang wajar saja." ucapnya.
"Guru, maaf. Murid ingin meminta pendapat guru, setelah murid perhatikan dengan seksama, jurus pedang tarian naga langit tuan panji sangat sempurna tiada cacatnya namun yang lebih menarik perhatian murid bukan gerakan jurus pedangnya tetapi gerakan langkah kaki panji. Coba guru perhatikan, gerakan kaki pemuda itu sungguh unik sekali, kadang sejalan dengan gerakan pedang dan kadang berlawanan dengan gerakan pedang serta kadang pula gerakan pedang dan kaki membentuk jurus yang berbeda, bukankah itu sangat aneh guru." kata tyosaka buka suara meminta pendapat sang guru.
"benar. Aku juga memperhatikan gerakan kaki pemuda itu yang sangat unik sekali. Gerakan kakinya seperti membentuk formasi langkah yang sangat rumit sekali. Aku merasa gerakan kaki pemuda itu adalah inti dari jurus tarian pedang naga langit." gardanara juga mengutarakan pendapatnya.
Resi nyoman agil coba mengamati gerakan kaki yang di mainkan antoch dengan lebih terliti, dia juga memperhatikan setiap gerakan pedang antoch. semakin lama dia semakin tidak mengerti dengan gerakan pedang dan kaki yang benar benar sulit di pahami.
"jurus pedang anak muda itu sungguh sangat dalam sekali, aku tidak bisa menyelami apa inti sari dari semua jurusnya. gerakan pedangnya terliat menyerang tapi gerakan kakinya terliat bertahan, dia bertahan tetapi menyerang dan dia terliat menyerang tetapi bertahan. ini sungguh sulit di mengerti, aku sudah kenyang asam garam dunia persilatan namun baru kali ini aku meliat jurus pedang yang serumit ini. Jujur saja bila aku berhadapan dengan jurus pedang itu belum tentu aku bisa mematahkan setiap jurusnya. Hmm, luar biasa sekali." batin sang resi sangat kagum akan jurus pedang tarian naga langit antoch.
"Guru!" panggil tyosaka membuyarkan lamunan sang guru.
"hmmm. Yach,kita liat saja sampe dimana lingga mampu melawan jurus pedang pemuda itu." kata sang resi menghela nafas.
Pertarunga antoch dan lingga masih terus berlangsung, sampe suatu ketika antoch memutuskan menyudahi pertarungan tersebut. Dengan gerakan ringan antoch memutar pedangnya ke depan membungkus pedang lingga, meski terliat simpel tiba tiaa pedang lingga yang berada dalam lingkaran pedang antoch seperti di pelintir kekuatan maha besar hingga pedang lingga berubah bentuk menjadi pedang ulir rusak dan tangan lingga tidak kuasa menahan daya pilin kekuatan besar itu membuat dia mau tidak mau melepaskan pedangnya jika tidak ingin tangannya patah dan remuk. belum hilang kagetnya tahu tahu pedang antoch sudah menempel di leher lingga.
"Cukup!" teriak sang resi menghentikan pertarungan. "lingga, kau sudah kalah, berterima kasihlah pada tuan panji, hari ini kau mendapat pelajaran berharga sekali dari dia." ucapnya.
"tuan panji, terima kasih." kata lingga membungkuk hormat mengucapkan terima kasih lalu segera mundur.
"ilmu silat tuan panji tinggi luar biasa, hari ini partai awan merah sungguh sangat beruntung mendapat pelajaran sangat berharga dari tuan panji." kata sang resi tulus mengakui ilmu silat antoch.
"Resi guru terlampau tinggi memuji, tidak pantas aku mendapat pujian itu." kata antoch merendah. "Tujuan saya kemari sebenarnya bukan untuk menyombongkan diri tetapi saya hendak menjernihkan kesalah pahaman antara partai awan merah terhadap saya. Terus terang, saya cukup kesal juga di sudutkan terus oleh terlukanya tuan jantaka karna saya, padahal saya kesini hendak menolong tuan jantaka dari kelumpuhannya akibat terkena ilmu 9 jalur neraka. Apkah resi guru mengijinkan saya menyembuhkan luka tuan jantaka?" ucapnya akhirnya menjelaskan apa tujuan sebenarnya dia datang ke perguruan awan merah.
"Apa?!" kata sang resi tertahan karna kaget. "kau mau menyembuhkan jantaka? Apakah dia masih bisa di sembuhkan?" tanyanya memastikan.
"tentu saja." jawab antoch.
"benarkah? Tuan panji, benarkah jantaka masih bisa di sembuhkan? Dia tidak akan menjadi orang lumpuh seumur hidupnya?" tanya barda terliat girang mendengar jantaka bisa disembuhkan seperti sedia kala lagi.
"Tuan panji, jika aku boleh tahu dengan apa kau akan menolong murid ku? Terus terang saja, aku sudah berusaha semampu yang aku bisa tapi aku hanya mampu menyembuhkan luka dalamnya saja. Urat saraf di tubuhnya tidak mungkin bisa di kembalikan seperti semula, dengan kata lain urat uratnya telah mati dan tidak berfungsi. dia telah menjadi orang lumpuh seumur hidupnya. Bila tuan panji hendak menolong murid ku, dengan apa tuan akan menolongnya?" tanya sang resi agak bersangsi panji bisa menolong muridnya.
"Tuan panji." seru jantaka. "aku merasa berterima kasih tuan berniat baik hendak menolong aku tapi urat urat di tubuh ku sudah tidak berfungsi lagi, aku tidak mau berharap lebih. Jika memang aku di takdirkan menjadi orang lumpuh seumur hidup maka aku harus menerima takdir ku dengan hati besar, tuan tidak usah bersusah payah hendak menolong ku. Aku menghargai niat baik tuan panji." ucapnya terliat tegar.
Antoch tersenyum menatap jantaka yang terliat tegar meski dia menjadi orang lumpuh. "Di dunia ini tak ada penyakit yang tak dapat di sembuhkan, tidak ada luka yang tidak bisa di sembuhkan, apa lagi lumpuh yang di sebabkan oleh ilmu 9 jalur neraka. Meskipun seluruh urat urat di tubuh mu rusak parah oleh ilmu 9 jalur neraka tetap bisa di sembuhkan." ucapnya.
"benarkah?" tanya jantaka tidak percaya.
"ilmu 9 jalur neraka bekerja merusak seluruh urat saraf di tubuh manusia yang bertujuan memusnahkan seluruh kemampuan seseorang, baik ilmu silat maupun kemampuan bergerak yang menggunakan urat. Beruntung sekali aku tidak berniat jahat pada tuan jantaka saat kita bertarung di turnamen pedang puncak lawu, aku hanya melemahkan urat saraf tangan dan kaki tuan bukan merusak urat saraf tangan dan kaki tuan. Bukannya aku bermaksut jumawa atau menyombongkan diri apa lagi memandang remeh tuan jantaka, jika mau saat itu bisa saja aku menyerang urat urat penting di organ dalam tuan sehingga tuan tidak mungkin bi sa di tolong lagi. Seluruh urat organ dalam vital tuan putus dan rusaka maka mustahil untuk bisa di tolong, sekalipun di tolong oleh tabib dewa tetap tidak akan bisa. Karna aku memandang nama besar perguruan awan merah di dunia persilatan maka aku tidak berani berbuat yang tidak pantas terhadap tuan, jadi aku hanya melemahkan urat tangan dan kaki tuan saja dengan tujuan setelah selese aku akan menolong luka tuan, tapi ternyata tuan jisaka menjadi salah paham dan memusuhi ku, padahal aku hendak minta maaf dan menolong tuan jantaka. Sekali lagi aku berkata demikian bukan bermaksut menyombongkan diri tetapi aku hanya menceritakan hal yang sebenarnya." kata antoch menjelaskan hal yang sebenarnya.
Semua orang terdiam dan jadi sadar telah terjebak dalam kesalah pahaman yang terjadi. Mereka akhirnya mengerti dan tidak memendam rasa sakit hati atas kejadian yang menimpa jantaka.
"baiklah. Akan aku beri tahu cara menolong tuan jantaka, luka akibat ilmu 9 jalur neraka hanya bisa di pulihkan dengan ilmu 9 jalur neraka itu sendiri. Jika kalian percaya pada saya maka saya akan segera menolong tuan jantaka, tapi jika kalian tidak percaya maka ya saya tidak akan memaksa. Semua keputusan ada pada kalian sendiri. Silakan kalian pikirkan dulu baik baik." kata antoch.
Semua orang saling pandang seolah masing masing meminta pendapat, semua murid perguruan awan merah memandang sang guru sebagai tanda bahwa keputusan ada di tangan sang guru mereka.
"hmmh." sang resi menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskannya cepat. Dia menatap jantaka tuk beberapa lama dengan perasaan yang masih ragu ragu dan kasihan. "hmm. Jantaka, apa kau bersedia tuan panji menolong mu apapun akibatnya?" tanyanya pada jantaka.
"keputusan murid serahkan pada guru. murid sudah tidak memikirkan hidup mati lagi." jawab jantaka pasrah.
"hmm, baiklah. Lebih baik mencoba dari pada hanya diam tidak berbuat apa apa. Tuan panji, aku ijinkan kau menolong murid ku jantaka. Silakan!" kata sang resi juga pasrah, kesembuhan jantaka dia serahkan pada sang hyang widi. Jika memang panji berhasil menolong jantaka itu berarti sang hyang widi masih melindungi jantaka.
"baik!" ucap antoch. dia meliat jantaka sejenak dengan senyum di kulum, secepat kilat dia menyentilkan jarinya tepat ke arah sembilan titik di tubuh jantaka yang dulu dia totok sewaktu bertarung di puncak lawu. "aku sudah memusnahkan efek ilmu 9 jalur neraka di tubuh mu, kau sudah sembuh sekarang." ucapnya.
Semua orang di buat heran dan bingung oleh aksi pengobatan antoch, dimana antoch hanya menyentilkan jarinya saja dalam sekejap. Cara pengobatan macam apa itu? Benar benar aneh. pikir mereka heran.
"Apa?! Aku sudah sembuh?!" kata jantaka mengerutkan kening kebingungan.
"Ya. Kau sudah pulih seperti sedia kala, tidak ada yang kurang satu apapun. Coba saja kau berdiri, kau akan tahu sendiri." kata antoch tersenyum.
Jantaka masih bingung namun dia menurut juga apa yang di suruh antoch. Dia coba menggerakkan tangannya dan tangannya bisa dia gerakkan, dia terliat tidak percaya bisa menggerakkan tangannya. dia coba bangkit dari duduknya dan dia bisa berdiri tanpa sedikitpun merasa goyah. dia semakin merasa tidak percaya kalo dia bisa berdiri, dia masih ragu kalo sudah sembuh, dia melesat tinggi bersalto dan coba memainkan jurus silat, semua bisa dia lakukan dengan lancar sekali.
"aku sembuh, aku sembuh. Hahahaha. Guru, kakak, adik liat ! Aku sudah sembuh. Hahaha!" teriak jantaka girang sekali.
"adik keenam! Kakak keenam! Benarkah kau sudah sembuh?" seru semua orang langsung mengerubuti jantaka, mereka terliat girang sekali meliat jantaka sudah pulih seperti semula.
"Jantaka. Kau harus berterima kasih pada tuan panji, karna kebesaran hatinyalah bersedia menolong kesembuhan mu." kata sang resi menepuk pundak jantaka pelan.
"baik,guru." sahut jantaka mengangguk cepat. Dia segera menoleh ke tempat antoch namun dia terkejut karna antoch sudah tidak terliat di tempat itu. "loh, kemana tuan panji?!" serunya heran.
"Ekh. Benar, kemana tuan panji?!" kejut semua orang keheranan karna mendapati antoch sudah tidak ada lagi di tempat itu. padahal tadi jelas jelas antoch masih berada di dalam ruang aula utama itu tetapi kini sudah tidak terliat orangnya.
Tanpa semua orang sadari ketika semua orang sedang kegirangan meliat jantaka sembuh antoch berlalu dari tempat itu, dia melesat cepat menyambar mei ling meninggalkan ruang aula awan merah dan langsung pergi meninggalkan perguruan awan merah.