BUKIT watu abang di utara desa cakung terliat hijau di tumbuhi pohon pohon rindang dan rumput hijau yang terbentang di lereng bukit. di kaki bukit terdapat jalan yang menuju ke dua arah yang berbeda yaitu jika ke selatan akan tiba di desa cakung meski agak jauh dan jika ke arah timur akan tiba di desa bilasan namun harus melewati hutan jatiwaru yang sangat lebat. ada juga alternatif lain menuju desa bilasan yaitu lewat pinggir hutan namun memutar dan berbatu serta harus menempuh perjalanan yang lebih jauh. dari desa bilasan jika menuju tenggara maka akan tiba di desa wiru tapi jika ke timur lain akan tiba di dua desa yang berlawanan arah yang terpisah jauh yaitu gombel dan desa babadan tapi desa babadan telah musnah oleh tragedi berdarah yang di lakukan para perampok sadis yang konon berdiam di hutan tengkorak. peristiwa itu membuat gempar dunia persilatan dan semua orang mengutuk para perampok keji tersebut.
DI Bawah pohon rindang pagi jelang siang ini terliat tiga orang pria yang seorang di antaranya adalah anak kecil berusia sekitar 12 tahun. dua orang yang lain yaitu seorang pemuda dewasa berusia sekitar 30 tahun dan pria dewasa berusia 35 tahun. mereka duduk di bawah pohon sambil menikmati makanan kering perbekalan mereka.
"paman wira. paman wisnu. sudah hampir tiga bulan kita meninggalkan istana tapi sampe saat ini kita belum juga menemukan tempat yang di beri tahukan oleh ayahanda prabu. sampe kapan kita akan terus mencari tempat itu?" tanya si anak kecil dengan raut wajah lesu muram. "lagian untuk apa ayahanda prabu menyuruh ku mencari orang yang katanya tinggal di tempat tersebut. aku tidak mengerti." ucapnya lagi.
"Ampun raden. kita jangan putus asa atau patah semangat, sesuai perintah gusti prabu wastu kencana yaitu ayahanda raden, kita tidak boleh menyerah dan putus asa menemukan tempat itu. bersabarlah raden." kata pria dewasa yang bernama wisnu. nama lengkapnya wisna wardana, dia adalah seorang perwira tinggi istana dari kerajaan pasir batang di daerah barat tepatnya dekat pesisir utara. bersama temannya yang juga seorang perwira tinggi istana yaitu wirabumi, mereka di beri mandat oleh prabu wastu kencana raja kerajaan pasir batang untuk menemani putra mahkota yaitu raden arya wisesa suatu tempat di daerah tengah. tugas itu sangat penting karna pada dasarnya dua perwira itu mengetahui maksut dan tujuan sang prabu wastu kencana menemani raden arya wisesa karna semata mata menyelamatkan putra mahkota dari incaran orang orang jahat yang ingin menggulingkan kekuasaan prabu wastu kencana.
Pergolakan di dalam istana memang sudah sulit di benahi karna pihak yang bersebrangan dengan prabu wastu kencana sudah merongrong kewibawaan istana, apa lagi banyak penghianatan yang terjadi dalam istana maka kekuasaan prabu wastu kencana sulit di pertahankan dan hanya menunggu waktu saja untuk tumbang. mengetahui kedudukannya sukar di pertahankan maka sebelum pemerintahanya hancur gusti prabu wastu kencana mengungsikan beberapa keluarga istana keluar dari istana, termasuk putra mahkota yang menjadi penerusnya yaitu raden arya wisesa. sang prabu menyuruh orang orang kepercaanya dan masih setia padanya untuk melindungi keluarganya keluar istana secara diam diam agar pihak musuh tidak mengetahui kalo keluarga istana sudah di ungsikan. salah satu orang orang yang di percaya sang prabu di antaranya yaitu perwira tinggi wisnu wardan dan wirabumi. tugas mereka sebenarnya mengantar raden arya wisesa ke padepokan galunggung untuk bertemu guru prabu wastu kencana yang bernama resi kalianjar dan berguru di sana, agar kelak raden arya wisesa bisa mengembalikan kekuasaan syah kerajaan pasir batang.
"huh. sampe kapan aku harus bersabar paman? aku sudah capek sekali dan ingin cepat cepat kembali ke istana berkumpul dengan ayahanda prabu dan ibunda ratu serta adik ku nimaz puspita." seru anak kecil yaitu raden arya wisesa.
"Raden. ingat pesan dan amanat resi kalianjar. raden sudah berjanji sama beliau akan tetap semangat dan tidak mudah menyerah jika ingin mencapai tujuan raden. jika raden sudah menyerah dan mengeluh dengan ujian yang tidak seberapa ini bagaimana raden akan menjadi orang besar kelak, raden adalah putra mahkota yang kelak akan menjadi raja besar yaitu raja kerajaan pasir batang. jika hanya dengan ujian sekecil ini raden sudah mengeluh bagaimana kelak raden akan menjadi seorang pemimpin. raden akan menjadi pemimpin yang lemah, mudah menyerah dan yang akan menerima imbasnya adalah bawahan raden serta rakyat yang menderita. apa raden ingin seperti itu?" ucap perwira wisnu wardana menasehati.
"benar. ingatlah pesan resi kalianjar, guru ayahanda raden." kata wirabumi ikut menimpali.
Raden arya wisesa terdiam memikirkan pesan resi kalianjar ketika dia di padepokan galunggung.
Seorang kakek tua berjubah putih dan bersorban putih duduk di atas alas empuk berbetuk bundar yang berada di sebuah ruangan pribadi. kakek tua itu berkumis dan berjenggot putih panjang sampe sedada, alir matanyapun berwarna putih agak panjang. wajah kakek tua itu meski sudah penuh keriputan namun cukup bersih berwarna agak pucat. sorot matanya sangat tajam namun cukup meneduhkan hati yang meliatnya. rambutnya panjang terurai sampe sebahu berwarn putih agak kekuningan, hal ini di karnakan tenaga dalam kakek tua itu sudah mencapai taraf sempurna sehingga bisa membuat warna rambutnya jadi agak kekuningan. siapakah kakek tua itu? beliau adalah guru besar padepokan galunggung yaitu resi kalianjar yang di dunia persilatan di kenal bergelar malaikat jari petir karna dia memiliki ilmu yang luar biasa yaitu ilmu jari petir pelebur sukma. resi kalianjar sangat di segani di sekitar gunung galunggung dan beberapa daerah lain, namanya yang harum sangat di kagumi oleh semua orang dan tokoh persilatan yang mengenal dia.
Resi kalianjar duduk tenang memandang seorang anak kecil berusia 12 tahun yang duduk di hadapannya. dia mengurut urut jenggotnya yang panjang menjuntai secara perlahan lahan. "hmmm. jadi ayahanda mu yang menyuruh mu kesini?" tanyanya dengan suara yang halus.
"benar kakek resi." jawab anak kecil itu yang bernama arya wisesa, putra prabu wastu kencana raja kerajaan pasir batang.
"hmmm." gumam resi kalianjar manggut manggut. "apa yang ayahanda mu sampekan untuk ku?" tanyanya.
"Ayahanda bilang bahwa kiranya kakek resi bersedia menerima saya menjadi murid." ucap arya wisesa.
"hmmm. begitu?" gumam sang resi kalem. "lalu apa lagi yang di sampekan ayahanda mu pada mu?" tanyanya.
"Ayahanda hanya bilang bahwa kelak jika saya ingin jadi manusia besar maka saya harus minta petunjuk kakek resi." jawab arya wisesa.
"apa ada lagi?" tanya sang resi.
Arya wisesa diam sejenak lalu menggelengkan kepala. "tidak ada." jawabnya.
Resi kalianjar tersenyum lembut. "Coba kau ingat ingat lagi, mungkin kau lupa." ucapnya.
Arya wisesa diam coba mengingat ingat ayahnya pernah memberi pesan apa, namun setelah cukup lama mengingat dia tetap tidak merasa kalo ayahandanya memberinya pesan lain. "tidak ada kakek resi." ucapnya.
"hmmm. coba di ingat lagi pelan pelan, mungkin ayahanda mu pernah berkata yang tidak kau mengerti. misal berhubungan dengan langit atau matahari." ucap sang resi tersenyum kecil.
Arya wisesa coba mengingat ingat lagi dan dia teringat bahwa ayahandanya pernah berbicara di depan para petinggi istana di balai sema agung istana dan apa yang pernah ayahandanya ucapkan di balai sema agung beliau sampekan ke dirinya. "akh. saya ingat kakek resi. ayahanda pernah berkata sesuatu yang tidak saya mengerti." ucapnya cepat.
"hmmm." sang resi tertawa kecil manggut manggut. "coba katakan pada kakek apa yang ayahanda mu bilang." ucapnya.
"baik kek." kata arya wisesa mengangguk. "ayahanda berkata Langit di atas pasir batang berwarna merah darah, sembilan matahari muncul tergantung di langit, anak naga di singgasana istana dan pelangi di atas pasir batang. kira kira begitu yang beliau ucapkan." ucapnya.
"hmmm." gumam sang resi tampak berubah raut wajahnya. "ini takdir. takdir yang tidak mungkin bisa di hindari. haihz." ucapnya lirih menghela nafas berat.
"Maaf kakek resi. bolehkah saya tahu apa arti dari kata kata ayahanda itu?" tanya arya wisesa ingin tahu.
"hmmm." gumam sang resi meliat arya wisesa cukup lama. ada sesuatu yang tengah di pikirkannya yaitu kejadian beberapa puluh tahun lalu ketika dia mendidik wastu kencana yang saat itu masih berusia sepuluh tahun. saat itu wastu kencana juga duduk di hadapannya memohon untuk menjadi murid dan diapun menerima wastu kencana menjadi muridnya. belasan tahun dia mendidik wastu kencana hingga tumbuh menjadi pemuda cakap dan berilmu tinggi yang kemudian naik tahta menjadi raja kerajaan pasir batang tapi entah kenapa kerajaan pasir batang yang tentram dan damai meski bukan kerajaan besar dan kuat, kerajaan pasir batang malah melemah dan sering terjadi pergolakan baik di dalam maupun di luar istana. resi kalianjar selama ini terus merenung apa yang salah dalam kepemimpinan wastu kencana, padahal wastu kencana di kenal raja yang arif bijaksana dan di cintai rakyatnya. setelah dia puluhan tahun merenungi ternyata dia tahu apa sebabnya yaitu wastu kencana terlalu lembek dan berhati lemah sehingga tanpa sadar telah di manfaatkan oleh orang orang yang mengincar tahta kerajaan. hasilnya dia sudah dapat menerka, sebentar lagi kerajaan pasir batang akan runtuh dan jatuh di ke tangan orang yang bukan haknya. sekarang putra wastu kencana yaitu arya wisesa duduk di hadapannya berharap untuk menjadi murid sama seperti ayahnya. dia tidak bisa memutuskan begitu saja, apakah harus menerima atau menolak, karna dia secara pribadi tidak mau kejadian yang sama akan terulang lagi. resi kalianjar menghela nafas panjang. "hmmm. hari sudah hampir menjelang malam cucu ku. pergilah ke kamar mu dan istirahatlah. besok kakek akan beri tahu pada mu." ucapnya pelan.
Arya wisesa mengangguk lalu segera beranjak keluar dari ruangan pribadi resi kalianjar.
Malam ini resi kalianjar duduk bersemedi memohon petunjuk pada sang hyang widi, apa yang harus di lakukannya terhadap arya wisesa putra dari muridnya yaitu prabu wastu kencana. apakah dia harus menerima atau menolak arya wisesa menjadi muridnya. dalam semedinya itu dia seperti tengah bermimpi bertemu dengan mendiang gurunya yang sudah lama pulang ke alam baka.
"Murid ku kalianjar. gerangan apakah yang membuat mu bimbang dan bingung? apakah ada suatu masalah berat yang tengah engkau hadapi, wahai murid ku kalianjar?" ucap seorang tua berpakaian serba putih berdiri di hadapan resi kalianjar yang duduk bersila dengan kepala tertunduk hormat.
"Guru ku resi barata. mohon maafkan hamba resi guru yang telah berani lancang mengusik ketentraman resi guru di alam suargaloka. untuk kelancangan hamba, mohon resi guru sudi memaafkan hamba." ucap resi kalianjar merangkapkan telapak tangan di depan hidungnya memberi sembah hormat.
"hmmm. tidak apa apa murid ku. tentu kau berbuat itu karna terpaksa. katakan saja ada apa?" kata resi barata penuh wibawa.
"Ampun resi guru. hamba menemui resi guru karna ingin minta petunjuk dan nasehat resi guru. ada seorang anak kecil bernama arya wisesa datang ke tempat hamba memohon untuk menjadi murid hamba, dia adalah putra dari murid hamba yaitu prabu wastu kencana raja kerajaan pasir batang. kiranya resi guru sudi memberi petunjuk kepada hamba." kata resi kalianjar memberitahukan maksutnya.
"hmmm. aku mengerti apa yang engkau pikirkan murid ku kalianjar. kau tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama pada arya wisesa seperti ayahnya yaitu wastu kencana. benarkah begitu murid ku?" kata sang resi barata.
"benar resi guru." kata resi kalianjar mengangguk.
"hmmm. apakah ada sesuatu yang disampekan anak itu pada mu?" tanya resi barata.
"Ada resi guru. murid hamba prabu wastu kencana telah beqfirasat tidak baik yang akan terjadi pada kerajaan pasir batang. dia bermimpi meliat langit pasir batang berwarna merah darah, sembilan matahari tergantung di langit, anak naga di singgasana istana dan pelangi muncul di pasir batang. begitulah resi guru yang arya wisesa sampekan kepada hamba." ucap resi kalianjar menyampekan apa yang di beri tahukan arya wisesa kepadanya.
Resi barata terdiam tuk beberapa merenungkan apa yang di sampekan resi kalianjar. "hmmm. takdir. ini semua adalah takdir yang tidak bisa di hindari." ucapnya seraya menggelengkan kepala pelan.
"benar resi guru. lalu apa yang harus hamba lakukan? apakah hamba harus menerima arya wisesa menjadi murid hamba atau tidak, resi guru? mohon petunjuk resi guru." kata resi kalianjar.
"hmmm. apakah kesalahan mu mendidik wastu kencana akan kau ulangi pada arya wisesa?!" tanya resi barata dingin membuat resi kalianjar tidak berani bergerak sedikitpun. "huh. ketahuilah murid ku, kau tidak berjodoh menjadi guru arya wisesa karna anak itu adalah anak pilihan yang kelak akan menjadi penerus pangeran matahari, dia di takdirkan akan menjadi murid pangeran matahari. Nah, apa kau masih ada muka berani bersaing dengan pangeran matahari?" ucapnya.
Resi kalianjar merapatkan telapak tangan di hidung. "ampun resi guru. siapakah itu pangeran matahari?" tanyanya.
"Kau pasti tahu siapa itu pangeran matahari karna aku pernah menceritakan tentang seorang anak manusia yang tersesat ke masa silam karna harus menjalani takdir tiga kehidupan. apa kau lupa?" kata resi barata.
Resi kalianjar teringat akan penuturan sang resi guru tentang seorang anak manusia yang tersesat ke masa silam karna harus menjalani takdir tiga kehidupan. "maksut resi guru, pangeran matahari pemilik tiga ilmu dewa? pemilik pedang dan ilmu delapan unsur?" tanyanya memastikan.
"benar." jawab resi barata.
"hah. apa? jadi pangeran matahari ada di jaman ini resi guru?" tanya resi kalianjar seolah tidak percaya.
"Ya. pangeran matahari kini telah muncul di jaman ini. dia akan menjalani takdir kehidupan yang ketiga di jaman ini, namun berbeda dengan dua kehidupan sebelumnya. di jaman ini dia tidak bisa menggunakan tiga ilmu dewa karna tiga ilmu dewa itu telah di kunci oleh seorang resi maha sakti yang kelak akan di buka kembali untuk beradu dengan tiga ilmu iblis. meski dia sudah tidak bisa menggunakan tiga ilmu dewa namun dia masih memiliki salah satu dari ilmu delapan unsur dan juga ilmu ilmu ciptaannya yang sangat luar biasa, tidak kalah dengan ilmu delapan unsur. salah satunya ilmu yang berhasil dia sempurnakan yaitu ilmu tangan dewa yang terdiri dari 18 jurus utama dan perubahan jurus yang luar biasa. ilmu malaikat jari petir pelebur sukma yang kau miliki tidak bisa di sejajarkan dengan ilmu tangan dewa tersebut. kau mengerti murid ku?" kata sang reri barata.
"hamba mengerti resi guru." sahut resi kalianjar mengangguk.
"Nah. seperti yang aku bilang tadi. arya wisesa berjodoh menjadi murid pangeran matahari namun untuk bisa menjadi murid dia tidak akan mudah karna perlu tekad yang kuat dan teguh, butuh kesabaran tinggi dan kemauan yang keras. jika arya wisesa bisa melakukan itu maka niscaya dia akan menjadi pendekar besar yang menguasai salah satu dari ilmu delapan unsur yaitu ilmu 9 matahari yang menjadi legenda dunia persilatan. berbekal ilmu 9 matahari maka dia akan mampu menyingkirkan tabir gelap di bumi pasir batang. Nah, sekarang kau pasti mengerti sikap apa yang harus kau pilih tentang arya wisesa." kata sang resi barata.
"Ya resi guru. hamba paham dan mengerti apa yang harus hamba lakukan sekarang. terima kasih atas petunjuk resi guru." kata resi kalianjar merapatkan telapak tangan di hidung.
"hmm. baguslah kalo kau sudah mengerti. sebelum aku pergi, ada satu hal lagi yang harus aku sampekan pada mu. berikan pusaka lencana naga pada arya wisesa, lencana naga itu kelak yang membuat pangeran matahari tahu kalo arya wisesa adalah anak yang akan menjadi penerus ilmu 9 matahari. pangeran matahari bernama asli dicky budianto, saat ini dia berada di sebuah lembah tersembunyi di daerah tengah dan lembah itu terdapat 9 jenis bunga. suruh dia mencari lembah itu untuk bertemu pangeran matahari." kata resi barata.
"baik resi guru." kata resi kalianjar mengangguk.
"aku harus pergi sekarang murid ku, kelak jangan kau mencoba menemui ku lagi karna aku sudah tidak mungkin bisa hadir menemui mu. selamat tinggal murid ku kalianjar." kata sang resi barata yang perlahan lahan menghilang dari hadapan resi kalianjar.
Resi kalianjar membuka mata menghentikan semedinya, dia tersenyum senang karna telah mendapat petunjuk dari sang resi guru barata.
Keesokan hari resi kalianjar menemui arya wisesa dan dua perwira tinggi yang menemani putra prabu wastu kencana tersebut di ruangan pribadi sang resi.
"hmmm." gumam resi kalianjar memandang arya wisesa lembut. "Cucuku arya wisesa. hari ini kakek memanggil mu kemari karna ada yang akan kakek sampekan kepada mu. apa kau sudah siap mendengarkan cucu ku?" ucapnya.
"saya siap kek." sahut arya wisesa mengangguk.
"hmmm. Ya baiklah." ucap sang resi kalem lalu mengambil nafas. "Cucu ku dengarlah baik baik makna dari pesan di sampekan kepada mu. Langit di atas pasir batang berwarna merah darah, itu berarti pasir batang di selimuti musibah besar yang akan membuat kerajaan terjadi banjir darah. pergolakan, pengkhianatan dan pembunuhan akan mewarnai peristiwa itu sehingga langit berwarna merah darah. semua sudah menjadi takdir sang hyang widi, kita hanya bisa pasrah dan berdoa saja." ucapnya kalem.
"Ampun kakek resi. saya tidak mengerti apa yang kakek resi terangkan mengenai langit pasir batang berwarna merah darah." kata arya wisesa dengan kening berut karna tidak paham.
resi kalianjar tersenyum lembut. "kau terlalu muda untuk bisa memahami arti dari petunjuk tersebut. meliat kehidupan mu yang serba ada dengan pelayan dan para pembantu di lingkungan istana, wajar saja jika kamu tidak peka terhadap lingkungan di sekitar mu. kelak kau akan menyadari semua itu." ucapnya lembut.
Arya wisesa tidak berani bicara lagi, dia hanya berusaha mencoba memahami setiap ucapan resi kalianjar.
"makna dari 9 matahari tergantung di langit adalah itu bisa berarti tekad yang kuat, kekuatan dan juga sumber ilmu atau bahkan keteguhan hati. hanya dengan semua itu langit di atas pasir batang kembali cerah tidak berwarna merah darah lagi. Nah, disinilah kau harus benar benar bisa memahami semuanya. seseorang yang bertekad kuat dan ketugahan hati yang besar akan menjadi sosok manusia kuat dan tidak goyah oleh apapun. cucu ku arya wisesa, tegarlah kau bagai batu karang yang tidak goyah meski di terjang badai gelombang terus menerus. jadilah seperti matahari yang tidak pernah ingkar menerangi bumi. jadilah rembulan yang meneduhkan kala gelap menyelimuti dan jadilah tetesan air yang dengan penuh rasa sabar mampu menghancurkan batu yang keras. jika kau bisa memahami akan semua itu maka niscaya kau akan menjadi orang arif bijaksana dan juga tegas dalam bertindak. pahamilah hal itu cucu ku arya wisesa." kata sang resi dengan penuh rasa berwibawa.
Arya wisesa mengangguk. "baik kakek resi." ucapnya.
"hmmm. bagus cucu ku. jika kelak kau berhasil memahami prinsip tadi maka kau pasti akan menjadi orang besar dan ayahanda mu pasti bangga pada mu." ucap sang resi serius sekali. "Nah. makna selanjutnya dari anak naga di singgasana istana dan pelangi muncul di langit pasir batang yaitu segala huru huru dan pertikaian akan reda serta hilang jika ada seorang yang berjiwa luhur dan kuat hingga akan duduk di tahta menjadi seorang pemimpin yang di hormati seluruh rakyat, sehingga kemakmuran dan kebahagian akan memayungi bumi pasir batang. seperti pelangi yang slalu hadir saat hujan badai berlalu. itulah makna dari apa yang di sampekan ayahanda mu prabu wastu kencana." ucapnya.
Arya wisesa diam mencerna akan setiap makna yang telah di jelaskan resi kalianjar. jauh di dalam hatinya tumbuh suatu tekad akan berusaha menjadi orang besar seperti apa yang di terangkan resi kalianjar.
"Cucu ku arya wisesa. aku senang kau datang ke tempat ini dan ayahanda mu menginginkan aku mendidik mu ilmu kanuragan, agar kelak kau menjadi seorang yang berilmu tinggi, tapi ketahuilah cucu ku arya wisesa, kau tidak berjodoh menjadi murid ku dan aku tidak berjodoh menjadi guru mu. jadi maafkan kakek tidak bisa mengajari mu ilmu silat." kata resi kalianjar penuh wibawa.
"apa? kakek resi tidak bersedia menerima ku menjadi murid kakek resi?" seru arya wisesa terkejut.
"bukan tidak bersedia cucu ku tetapi kakek tidak berhak menerima mu menjadi murid, karna ada seseorang yang berhak dan akan mengangkat mu menjadi murid." kata sang resi lembut.
"seseorang yang berhak menerima ku menjadi murid? siapa itu kek?" tanya arya wisesa ingin tahu.
"hmmm. orang itu berilmu tinggi dan berjiwa luhur, ilmu silatnya luar biasa tinggi bahkan kakek bukan tandingannya, jika di banding bandingkan antara ilmu kakek dengan orang itu mungkin ilmu kakek tidak ada seper sepuluh ilmu silatnya." kata sang resi.
"benarkah itu kek?" tanya arya wisesa tidak percaya, karna menurut cerita ayahandanya, orang yang berilmu paling tinggi adalah malaikat jari petir ki kalianjar.
"hehehe. kakek tahu apa yang kamu pikirkan cucu ku. di dunia ini tiada yang namanya orang sempurna, sehebat hebatnya seseorang maka ada yang lebih hebat, di atas langit pasti ada langit lagi. kakek yakin kalo kau berguru pada orang itu, kau pasti akan menjadi orang hebat kelak, tapi semua tinggal tergantung seberapa besar dan kuat tekad mu dalam belajar karna kalo kau tidak memiliki tekad kuat dan keteguhan hati serta rasa sabar maka kau tidak akan mungkin bisa berhasil." kata sang resi.
"baiklah kek, saya akan mengikuti pesan kakek resi. siapa orang itu dan dimana saya bisa bertemu orang itu?" kata arya wisesa dengan serius.
"hmmm. tidak mudah bertemu orang itu cucu ku, apa lagi ingin menjadi murid dia. kau harus menguatkan dulu tekad dan semangat mu baru kau boleh mencari orang itu. apa kau sanggup menjalankan ujian berat jika kau berhasil di terima menjadi murid orang itu?" ucap sang resi dengan penuh tekanan.
"mudah mudahan saya sanggup kek. saya akan berusaha dan terus berusaha meski sulit sekalipun." seru arya wisesa penuh keyakinan.
"bagus. kakek puji tekad mu itu. mudah mudahan kau berhasil menemukan orang itu dan di angkat menjadi muridnya." kata sang resi terliat senang dengan tekad kuat arya wisesa.
"terima kasih kek. lalu dimana saya bisa bertemu orang itu?" tanya arya wisesa.
"Kau pergilah ke daerah tengah, dia tinggal di sebuah lembah yang terdapat sembilan jenis bunga tumbuh di sana. kakek tidak tahu apa nama lembah tersebut tapi carilah lembah itu sampe ketemu dan jangan pernah kembali jika belum bertemu orang itu." kata sang resi.
"baik kek. saya mencari tempat itu sampe ketemu." sahut arya wisesa mengangguk.
"hmmm." gumam sang resi manggut manggut. dia lalu mengambil sesuatu di dalam sebuah peti kotak kecil berukir seekor naga yang di kelilingi 9 gambar lingkaran kecil. di dalam kotak kecil itu terdapat sebuah benda berwarna hijau tua yang bentuknya mirip sekali dengan gagang pedang dimana hulunya berbentuk kepala naga. sang resi menggenggam benda itu seperti memegang gagang pedang. "hmmm. ini adalah lencana naga, bentuknya tidak mirip lencana pada umumnya namun ini adalah lencana pusaka. lencana naga ini sekarang akan kakek serahkan pada mu karna kau berjodoh dengan lencana naga ini. tunjukkan lencana naga ini ke orang yang kelak akan menjadi guru mu maka dia akan mengetahui apa maksutnya, mudah mudahan dengan lencana naga ini dia mau menerima mu menjadi murid. terimalah lencana naga ini cucu ku." ucapnya lalu memberikan lencana naga tersebut.
Arya wisesa menerima lencana naga itu yang kemudian di liatnya dengan kening berkerut karna bentuknya lebih mirip gagang pedang di banding sebuah lencana.
"ingatlah baik baik cucu ku, jangan pernah patah semangat apa lagi menyerah, tujuan besar pasti butuh pengorbanan yang besar. kalo kau mudah mengeluh dan patah semangat maka jangan pernah berharap akan berhasil. ingat baik baik pesan kakek itu." kata sang resi lembut.
"baik. saya akan slalu mengingat nasehat kakek resi." sahut arya wisesa mengangguk.
"hmmm. hari ini juga kau harus berangkat mencari lembah itu, jangan membuang buang waktu." kata sang resi.
"serkarang?" tanya arya wisesa terkejut. "Ya." jawab sang resi tegas.
Arya wisesa menatap sang resi kalianjar dengan tatapan memastikan apa sang resi benar benar menyuruh dirinya untuk berangkat sekarang, dia meliat wajah sang resi tidak sedang becanda atau menguji. sang resi nampak serius dan tidak main main berarti dia harus benar benar berangkat sekarang juga. "baiklah. saya akan berangkat sekarang juga." ucapnya.
"hmmm. Ya cucu ku. doa ku akan slalu menyertai mu." kata sang resi mengangguk perlahan.
Arya wisesa merangkapkan telapak tangan di hidung lalu beranjak keluar dari ruangan pribadi resi kalianjar.
"kami juga mohon diri resi." kata perwira yang menemani arya wisesa yaitu wirabumi.
Resi kalianjar menatap dua perwira yang bertugas menemani arya wisesa dengan tajam. "hmmm. aku tahu kalian perwira istana yang memiliki ilmu cukup bisa di andalkan, tapi ilmu silat bukanlah yang utama dalam memimpin sebuah pasukan. aku tidak meragukan kemampuan kalian dalam memimpin pasukan, namun alangkah bijaksana jikalo kalian meminta petunjuk tentang ilmu perang kepada orang yang kelak menjadi guru arya wisesa, sukur sukur dia bermurah hati mengajari ilmu panca buta. jika kalian berhasil mempelajari ilmu panca buta itu maka suatu saat kalian akan menjadi jendral perang yang di segani kawan maupun lawan. satu nasehat ku buat kalian berdua, mata bisa saja tertipu tapi mata hati tidak mungkin menipu. pergilah kalian !" ucapnya memberi nasehat.
"kami akan slalu ingat nasehat resi. permisi !" sahut dua perwira itu segera keluar menyusul arya wisesa.
ARYA WISESA mendusin dari lamunannya, dia ingat akan pesan dan nasehat resi kalianjar kalo tidak boleh putus asa maupun mengeluh dan patah semangat.
"Raden !" sapa wirabumi karna meliat arya wisesa diam melamun.
"hmmm. aku mengerti paman. mari kita lanjutkan perjalanan lagi." kata arya wisesa beranjak berdiri dari duduknya.
"baik raden !" kata wirabumi mengangguk cepat.
Mereka segera melanjutkan perjalanan lagi namun ketika hendak menuruni bukit itu mereka meliat ada tiga orang yang setengah berlari dari arah timur laut menuju ke arah mereka. tampak dua orang di antaranya memanggul seorang wanita dan seorang gadis kecil. tiga orang itu berhenti di hadapan arya wisesa dan wirabumi serta wisnu wardana karna merasa di halangi.
"siapa kalian? berani sekali menghalangi kami. minggir atau kami tidak segan segan menghajar kalian.!" bentak seorang yang tidak membawa beban. wisnu wardana dan wirabumi serta arya wisesa heran karna di bentak oleh orang tersebut. mereka merasa tidak menghalangi tiga orang itu tetapi kenapa tiga orang itu marah marah. mereka juga heran karna tiga orang itu memanggul seorang wanita dan gadis kecil yang entah pingsan atau tertotok.
"maaf kisanak. kenapa kisanak membentak kami? apa kesalahan kami?" tanya wirabumi bersabar.
"hahahaha." orang yang membentak tadi tertawa terbahak bahak. "gandi. gasir. ada monyet jelek bertanya apa salah mereka. hahahaha." serunya pada dua temannya.
"hahahaha." seorang yang memanggul gadis kecil tertawa mendengar ucapan temanya.
"codet. tidak usah banyak bicara. kita pergi saja, jangan buang buang waktu terlalu lama mengurusi hal hal yang tidak penting." seru seorang yang memanggul wanita.
"hahaha. gandi. kau tenang saja. kita tidak usah buru buru, toh kita sudah dapat apa yang di perintahkan pada kita. apa salahnya kita main main sebenar sama monyet monyet ini. hahaha." seru orang di panggil condet.
wira bumi dan wisnu wardana gusar di katain monyet jelek oleh orang bernama condet.
"kisanak. kita tidak pernah saling kenal dan tiada silang sengketa tapi kenapa kau berani mengetai kami ?!" seru wira bumi menggertakan gigi menahan gusar.
"hahaha. ada monyet marah. hahaha." tawa si condet tergelak.
"kurang ajar !" teriak wira bumi keras karna gusar.
"sabar wira bumi. mereka hanya ingin memancing kemarahan kita, jika kita terpancing maka mereka akan semakin senang karna telah berhasil mempermainkan kita." kata wisnu wardana kalem menenangkan wira bumi.
"huh. kau benar wisnu. maafkan aku karna terlalu gampang marah." kata wira bumi menyadari kesalahannya.
"sudahlah. tidak apa apa." kata wisnu wardana kalem. dia lalu menatap tiga orang di hadapannya tersebut. "hmm. kisanak. maaf kami tidak ada maksut atau niat menghalangi kalian. jika kalian hendak lewat tempat ini, silakan saja. kami tidak akan menghalangi." ucapnya bersikap ramah.
"hahaha. hai kau monyet jelek, sikap mu membuat ku muak. aku benci dengan orang yang sok ramah dan berhati mulia padahal hanya palsu belaka. huh.huh." seru condet dingin sekali.
wsnu wardana tersenyum simpul. "kau bilang kami orang yang suka berpura pura. apakah kau orang yang tidak suka berpura pura?" ucapnya.
"tentu raja. aku orang yang slalu berkata dan bertindak apa adanya. apa yang aku suka pasti aku lakukan, apa yang aku tidak suka pasti aku hancurkan salah satunya adalah aku tidak suka meliat kalian maka kalian harus mati di tangan ku. hahaha." seru condet tertawa.
"Paman. aku rasa mereka bukan orang baik baik. wanita dan gadis kecil yang mereka bawa pasti adalah orang orang yang mereka culik. aku menduga mereka hendak berbuat tidak baik pada dua wanita itu." seru arya wisesa membuka suara.
"hahaha. bocah. mata mu tajam juga. dua wanita itu memang kami culik, apa yang hendak kami perbuat pada mereka itu bukan urusan kalian." seru condet tertawa.
"condet. kau terlalu banyak bicara. sudah ayo kita pergi jangan main main terus. pemimpin pasti sudah terlalu lama menunggu kita." seru gandi menasehati kawannya yaitu condet.
"huh.huh. rupanya kalian para penjahat yang suka menculik wanita. lepaskan dua wanita itu atau kalo tidak jangan salahkan kami berbuat keras pada kalian !" seru wira bumi tegas sekali.
"hahaha. kalo kami tidak mau kau mau apa? menghajar kami. majulah kalo kalian mampu. hahaha." seru condet menantang.
"kurang ajar. hyeaaat !" teriak wira bumi keras langsung maju menyerang condet.
"hahaha. bagus. sudah lama aku tidak main main. hupz !" seru condet girang langsung menyambut serangan wira bumi.
Terjadilah pertarungan antara wira bumi dengan condet. mereka terliat cukup seimbang namun semakin lama condet jatuh di bawah angin sehingga dia bertindak licik dan menggunakan tipuan dalam menyerang wira bumi. beberapa kali wira bumi hampir celaka serangan licik condet serta senjata rahasia condet maka wira bumi segera meningkatkan seranganya dengan jurus andalannya yaitu jurus cakar harimau putih yang dia pelajari dari seorang tokoh silat bergelar harimau putih pesisir kulon. serangan itu cepat dan gesit membuat condet kelabakan bukan main bahkan beberapa bagian tubuhnya tergores oleh cakar wira bumi.
meliat kawannya terdesak maka gandi segera menurunkan wanita di atas panggulannya lalu membantu condet melawan wira bumi. di keroyok dua orang tidak membuat wira bumi terdesak malah dua orang itu kelabakan oleh serangan jurus cakar harimau putih milik wira bumi.
"condet. gandi. aku bantu kalian menghajar orang itu !" seru gasir ikutan maju menerjang membantu dua kawannya.
Terjadilah pertarungan tiga lawa satu antara gasir, gandi dan condet melawan wira bumi. semula wira bumi masih sanggup meladeni setiap serangan tiga lawannya namun jurus harimau putihnya lama kelamaan tidak bisa membuat dia bertahan lebih lama maka dalam beberapa jurus kemudian wira bumi sudah babak belur terkena pukulan dan tendangan tiga lawannya. mengetahui wira bumi jatuh di bawah angin maka wisnu wardana segera membantu wira bumi. mendapat bantuan wisnu wardana membuat wira bumi bisa bernafas lega dan kembali unggul, beberapa jurus kemudian tiga orang lawannya sudah terkapar roboh babak belur. tiga orang itu langsung kabur melarikan diri tidak peduli lagi pada dua wanita yang di bawanya tadi.
"ilmu silat mereka cukup tinggi juga. kalo kamu tidak turun membantu mungkin aku sudah terluka parah di hajar mereka." kata wira bumi.
"sudahlah wira bumi. Yang penting mereka sudah pergi. ayo kita liat keadaan dua wanita itu, mudah mudahan mereka baik baik saja." kata wisnu wardana cepat.
mereka segera memeriksa keadaan dua wanita yang di bawa tiga orang tadi. dua wanita itu tidak sadarkan diri dan wajah mereka pucat sekali serta terliat bibir dua wanita itu agak membiru pertanda seperti keracunan.
"dua wanita ini seperti keracunan tapi entah racun apa aku tidak tahu. sebaiknya kita bawa mereka ke desa terdekat dan mencari tabib untuk menolong dua orang ini." kata wisnu wardana.
"hmmm. Ya !" sahut wira bumi.
Mereka segera membawa dua wanita itu ke arah tenggara. setelah arya wisesa dan yang lain meninggalkan tempat itu agak lama, terliat dari arah utara ada seorang berbaju biru berlari cepat yang tak lama sampe di tempat itu. orang itu seorang pemuda tampan berbaju biru, siapakah orang itu?! Dia adalah antoch yang mengaku bernama panji sewaktu di markas partai pasir besi karna dia memang sengaja tidak menyebutkan nama aslinya.
Antoch berhenti tepat dimana tadi wira bumi dan yang lain bertarung melawan gandi dan dua temannya. antoch meliat tempat itu dengan kening berkerut karna heran tempat itu agak berantakan seperti habis ada pertarungan di tempat itu.
"hmmm. tempat ini sepertinya habis terjadi pertarungan, siapa yang bertarung di tempat ini?" gumam antoch sambil meliat tempat itu. "kira kira siapa mereka? susah menentukan jejak orang orang yang telah membawa anak istri adipati jatinom karna banyak sekali jejak di tempat ini, lagian ini jalan umum maka semakin susah menemukan jejak mereka. hmmm. apa yang sebaiknya aku lakukan?" ucapnya pelan.
setelah diam di tempat itu agak lama akhirnya antoch mengambil keputusan pergi ke arah tenggara. dia berharap anak istri adipati jatinom itu baik baik saja dan selamat karna dia harus ke puncak gunung lawu meliat turnamen pedang. hari lima belas bulan delapan tinggal dua minggu lagi dan dia tidak mau terlambat datang kesana.
DESA ndupiro terliat ramai di siang hari ini, para penduduk desa berjalan lalu lalang di jalanan utama desa, ada yang habis dari sawah dan ada yang habis dari pasar. desa ndupiro memang terkenal cukup rame meski malam hari juga terliat rame. desa ndupiro juga sering di singgahi orang orang yang sekedar mlancong atau sekedar melepas lelah dan lapar. kaum persilatan sering mampir ke desa ini jika ingin ke daerah selatan atau timur, itu makanya tidak heran jika desa ndupiro slalu terliat rame sepanjang hari.
arya wisesa, wira bumi dan wisnu wardana tiba di desa ndupiro dan langsung mencari tabib di desa tersebut. mereka bertanya dimana rumah tabib di desa tersebut pada salah satu penduduk desa, setelah di beri tahu penduduk tersebut mereka segera menuju ke rumah tabib yang bernama ki alampati yang terletak di ujung jalan desa sebelah timur.
Tampak sebuah rumah cukup bagus yang di kelilingi pagar bambu dan bunga. pohon rindang tumbuh di samping depan rumah membuat rumah itu cukup asri dan teduh.
"Permisi !" seru wira bumi memberi salam.
Dari dalam rumah muncul seorang gadis remaja yang langsung menghampiri wira bumi dan yang lain. "Ya. ada apa?" ucapnya bertanya.
"Maaf dik. apa betul ini rumah ki alampati tabib di desa ini?" tanya wira bumi ramah.
"Ya benar. apa kalian hendak berobat?" jawab gadis remaja itu lembut.
"benar. kami hendak berobat pada beliau, apa beliau ada?" tanya wira bumi.
"aku liat kau tidak sakit kenapa mau berobat? aneh." tanya gadis remaja itu heran.
wira bumi tersenyum kecil pada gadis remaja itu. "bukan aku yang hendak berobat, tapi dua orang wanita yang bawa itu." ucapnya menunjukkan dua wanita yang pingsan di pegangan wisnu wardana.
Gadis remaja itu meliat dua wanita yang di pegang wisnu wardana dengan kening berkerut karna heran. "siapa dua wanita itu?" tanya penuh selidik.
wira bumi jadi serba salah mau menjawab apa karna memang dia tidak tahu siapa dua wanita itu sebenarnya.
"kinari. siapa yang datang? suruh masuk !" terdengar suara pria dari dalam rumah.
"Ekh. kakek. ini kek ada yang mau bertemu kakek untuk berobat !" sahut gadis remaja yang di panggil kinari oleh orang di dalam rumah.
"owh. kenapa tidak kau suruh mereka masuk !" seru suara dari dalam rumah.
"baik kek !" sahut kinari cepat. "kakek ku menyuruh kalian masuk. silakan.!" ucapnya pada wira bumi.
"terima kasih." ucap wira bumi.
mereka segera masuk ke dalam rumah dan di dalam tampak seorang laki laki tua agak kurus duduk di kursi sedang meramu obat obatan. wira bumi dan wisnu wardana membaringkan dua wanita yang di tolongnya di atas dipan bambu.
"maaf ki. apa aki tabib yang bernama ki alampati?" tanya wira bumi sopan.
"hmmm. benar." jawab orang tua agak kurus itu mengangguk.
"owh. sukurlah. tolong ki periksa dua orang itu. apakah sakitnya serius." kata wira bumi lega.
"hmmm. Ya. itu memang sudah jadi kewajiban ku sebagai tabib." kata ki alampati kalem.
Orang tua itu beranjak dari duduknya dan mendekati dipan bambu. dia memeriksa anak istri adipati jatinom itu dengan penuh teliti, setelah selese memeriksa dia menghela nafas panjang.
"bagaimana keadaan mereka ki?" tanya wira bumi ingin tahu.
"hmmm. aku tidak tahu kenapa mereka berdua bisa terkena racun itu. organ dalam yang cukup vital juga terluka, sulit untuk bisa di sembuhkan lagi." kata ki alampati menggelengkan kepala tanda kalo luka dua wanita itu cukup parah.
"apa maksut mu ki? mereka berdua tidak bisa tertolong lagi?" tanya wira bumi terkejut.
"mereka sulit sekali untuk bisa tertolong kecuali..." ki alampati menggantung ucapannya.
"kecuali apa ki?" tanya wira bumi penasaran.
ki alampati meliat wira bumi dan yang lain penuh selidik. "maaf. kalian ini siapa sebenarnya? kenapa dua wanita itu bisa terluka?" tanyanya.
wira bumi mengerutkan kening menatap ki alampati. dia tersadar kalo tabib tua itu seperti tengah bercuriga pada dirinya dan dua temannya. dia tersenyum lembut menatap ki alampati. "tenang ki, kami bukan orang jahat. nama ku wira bumi, itu teman ku wisnu wardana dan arya wisesa, kami berasal dari barat yaitu dari kerajaan pasir batang. kami tidak tahu kenapa dua wanita itu bisa terluka karna kami tidak sengaja menolong mereka di bukit utara sana. mereka berdua di bawa oleh tiga orang jahat, kami bertarung dan mereka kalah. kami membawa dua wanita itu ke desa terdekat guna mencari tabib untuk menolong mereka berdua. begitulah ki." ucapnya menceritakan yang terjadi.
"hmmm." gumam ki alampati manggut manggut. "kalian jauh jauh dari wilayah barat ke wilayah tengah ini pasti punya tujuan penting. apa boleh aku tahu kemana tujuan kalian?" ucapnya bertanya.
"benar ki. kami ke daerah tengah ini memang punya tujuan yaitu kami di suruh datang ke sebuah lembah yang terdapat 9 jenis bunga. kami tidak tahu nama lembah itu tapi hanya di beri tahu kalo lembah itu terdapat 9 jenis bunga yang tumbuh di sana. apa aki tahu dimana lembah itu?" kata wira bumi memberi tahu dan bertanya.
"lembah yang di tumbuh 9 jenis bunga? aku tidak pernah mendengar atau meliat di wilayah tengah ini ada lembah terdapat 9 jenis bunga." kata ki alampati pelan.
"apa tidak ada lembah yang terdapat 9 jenis bunga di daerah tengah ini ki?" tanya wira bumi memastikan.
"Entahlah. aku sudah puluhan tahun tinggal di desa ini, aku sering berkelana dari bukit ke bukit lain, dari lembah ke lembah lain di daerah tengah ini tapi aku belum pernah meliat ada lembah seperti apa yang kau ceritakan." kata ki alampati.
"hmmm. jadi tidak ada lembah yang seperti kami cari itu. aneh, tidak mungkin beliau berbohong." gumam wira bumi pelan.
"aki. apa aki yakin tidak pernah meliat atau mendengar lembah 9 bunga itu?" tanya wisnu wardana masih belum percaya kalo ki alampati tidak tahu lembah itu.
"Ei. kakek ku tidak pernah berdusta. kalo kakek bilang tidak tahu ya tidak tahu !" seru gadis remaja bernama kinari seperti orang marah.
"kinari. Yang sopan pada tamu kita." hardik ki alampati menasehati kinari lembut.
kinari hanya bersungut sungut cemberut saja di hardik kakeknya.
"benar kata kakek mu. anak gadis jangan galak galak, nanti kau jauh dari jodoh." seru arya wisesa ikut menimpali.
"apa kata mu?" bentak kinari marah. "jadi kau bilang aku tidak bakalan bisa dapat jodoh gitu? berani sekali kau bicara begitu pada ku. huh." serunya marah marah.
"memang kenapa aku tidak boleh bicara begitu. akukan hanya bilang jadi anak gadis jangan galak galak nanti jauh jodoh, kenapa musti marah. aneh !" seru arya wisesa menggerutu.
"apa? kau bilang aku aneh? kau.." seru kinari kesal.
"kinari. sudah jangan bertengkar dengan tuan muda itu. kau masuk saja ambilkan kakek pil obat yang ada di rak dalam." kata ki alampati menengahi pertengkaran kinari dan arya wisesa.
"huh." dengus kinari masih kesal tapi dia tetap masuk ke dalam menuruti perintah kakeknya.
"hmmm. maafkan sikap cucu ku, dia memang begitu karna terlalu aku manjakan." kata ki alampati kalem.
"tidak apa apa ki. kami juga minta maaf soal itu." kata wisnu wardana.
"Maaf ki. lalu bagaimana dengan dua wanita itu? apa mereka benar benar tidak bisa di tolong lagi?" tanya wira bumi.
ki alampati diam sejenak untuk berpikir gimana mengobati dua wanita malang tersebut. "hmmm. memang sulit menolong mereka tetapi aku akan berusaha semampu ku untuk mengobati mereka. mudah mudahan sang hyang widi masih memberikan mereka kekuatan untuk bertahan." ucapnya.
"tolonglah mereka sekuat aki. soal biaya biar kami yang tanggung, meski kami tidak kenal mereka tapi kami juga tidak sudi berpangku tangan begitu saja." kata wira bumi.
"paman wira. sebaiknya mereka berdua kita tinggalkan di sini saja, kita tidak mungkin membawa mereka dalam perjalanan kita." kata arya wisesa cepat.
wira bumi meliat wisnu wardana seolah minta pendapat. "bagaimana wisnu?" tanyanya.
"hmmm. memang sebaiknya kita biarkan mereka tetap disini. aku yakin ki alampati pasti bersedia membantu kita." kata wisnu wardana setuju usul arya wisesa.
"baiklah kalo begitu." kata wira bumi mengangguk. dia mengambil sesuatu dari kantong kain di celana yaitutiga keping emas yang di berikan pada ki alampati. "ki. ini tiga keping emas untuk biaya pengobatan mereka. tolong rawat mereka semampu aki, kami tidak bisa berlama lama di sini karna harus melanjutkan perjalanan." ucapnya.
"maaf tuan. aku rasa tiga keping emas ini terlalu banyak, aku tidak memungut biaya sebanyak itu." kata ki alampati menolak tiga keping emas itu.
"tidak apa apa ki. anggap saja ini sebagai tanda terima kasih kami karna aki bersedia merawat mereka dan juga membantu kami. terimalah." kata wira bumi memaksa.
ki alampati diam sejenak tapi dia akhirnya menerima juga tiga keping emas itu. "baiklah kalo begitu." ucapnya.
"terima kasih ki." kata wira bumi senang. "kalo begitu kami mohon pamit karna harus melanjutkan perjalanan. permisi !" ucapnya.
"silakan !" kata ki alampati mengangguk pelan.
Arya wisesa dan dua pengawalnya segera beranjak meninggalkan rumah ki alampati tabib di desa tersebut.
"Paman. kita cari rumah makan dulu, aku sudah lapar sekali." kata arya wisesa setelah keluar dari rumah ki alampati.
"baik raden." sahut wira bumi mengangguk.
mereka segera berjalan menuju ke sebuah rumah makan cukup besar yang kebetulan pengunjungnya lumayan banyak. mereka segera masuk dan memilih tempat duduk yang kosong lalu memesan makanan.
ANTOCH yang berjalan ke arah tenggara dari bukit watu abang tidak lama tiba di desa ndupiro, dia meliat suasana desa yang cukup rame, dia juga meliat banyak orang orang persilatan yang singgah di desa tersebut dari berbagai golongan. antoch berjalan ke arah sebuah rumah makan karna dia merasa sangat lapar setelah dari kemarin dia belum makan karna harus mengejar penculik anak istri adipati jatinom. dia segera masuk ke dalam rumah makan itu dan memilih kursi di pojok ruangan yang dekat dengan jendela. kebetulan meja yang tempati berdekatan dengan meja arya wisesa dan dua perwira pengawalnya. kebetulan juga antoch mendengar pembicaraan mereka yang membuat hatinya tertarik yaitu di sebut sebutnya dua wanita yang mereka tolong di bukit watu abang di utara desa ndupiro.
"hmmm. mudah mudahan tabib itu bisa mengobati dua wanita itu, kasihan mereka." kata wira bumi.
"Ya. kita tidak mengenal dua wanita yang aku rasa adalah ibu dan anak itu. entah apa sebabnya tiga jahat itu menculiknya, aku merasa kalo ibu dan anak itu adalah dari keluarga terpandang atau kalo tidak dari keluarga tokoh terkemuka dunia persilatan." kata wisnu wardana.
"Ya. aku juga berpikir seperti itu. menurut mu bijaksana tidak kita menitipkan dua wanita itu di rumah tabib itu?" tanya wira bumi.
"Yach. kita tidak punya pilihan lain karna kita juga punya urusan yang lebih penting. aku rasa keputusan yang tepat menitipkan dua wanita itu disana karna di sana mereka bisa di rawat dan di obati oleh tabib tersebut." kata wisnu wardana.
"hmmm. kau benar. jika ikut kita malah akan menyusahkan kita dan mereka jadi terlantar. keputusan menitipkan di rumah tabib itu memang sudah tepat." kata wira bumi mengangguk.
"sudahlah paman, kita tidak usah membahas dua orang itu. saat ini yang kita pikirkan adalah kemana kita harus mencari lembah 9 bunga itu. kita sudah mencari kesana kemari tetapi belum ketemu juga. aku sudah benar benar capek mencari tempat yang tidak jelas itu." kata arya wisesa mengalihkan obrolan.
"akh. kau benar raden. kita memang harus mencari lembah 9 bunga tersebut tapi kemana lagi kita harus mencari lembah itu? seluruh tempat sudah hampir kita jelajahi namun belum ketemu juga." sahut wira bumi.
"raden. jangan patah semangat, kita tidak boleh menyerah, walau harus ke ujung duniapun kita akan terus mencari lembah 9 bunga itu. aku yakin suatu saat kita pasti menemukan tempat itu. percayalah." kata wisnu wardana memberi semangat arya wisesa.
"hmmm." arya wisesa hanya bergumam saja.
Antoch yang dari tadi hanya mendengar pembicaraan itu cukup tertarik juga dengan di sebutkannya lembah 9 bunga. dia tidak tahu apa itu lembah 9 bunga namun jika yang mereka maksut lembah yang di tumbuhi 9 jenis bunga dia tahu tempat itu, lembah itu tidak lain adalah lembah tengkorak karna sejak dua bulan laun dia menanami lembah tengkorak dengan bibit 9 jenis bunga yang dia dapat dari lereng tebing jurang gunung muria, kini lembah tengkorak memang hampir mirip sebuah taman bunga yang dia atur sedemikian rupa menurut ilmu panca buta yang bertujuan agar lembah tengkorak jadi jauh lebih aman dari gangguan orang jahat dan siapa saja yang memasuki lembah tengkorak pasti akan di buat kebingungan karna tidak bisa masuk ke tengah lembah. selain taman bunga di tengah lembah, antoch juga membuat formasi panca buta dengan susunam batu, pagar bambu dan rumput. maka semakin kuatlah formasi pertahanan di lembah tengkorak.
Antoch coba meliat siapa tiga orang yang ngobrol tersebut. dia meliat seorang pemuda dewasa berkumis hitam tipis berwajah gagah dan keras. di sebelahnya terliat pemuda dewasa yang lebih tua memiliki bentuk wajah agak kntak namun cukup berwibawa.
"hmmm. dua orang pria itu tidak seperti orang biasa, mereka terliat seperti orang berpengaruh cukup tinggi di suatu kerajaan, paling rendah sebagai perwira istana. siapa dua orang itu?" batin antoch dalam hati.
Antoch lalu meliat ke orang ketiga yang rupanya seorang anak kecil berusia 12 tahunan. anak ini memiliki paras cukup tampan dan berkulit bersih serta mengeluarkan aura yang berbeda dari orang orang pada umumnya. anak itu sikapnya agak angkuh dan berkharisma, khas sikap yang di miliki kaum bangsawan atau putra raja dan putra pejabat tinggi istana. ketika meliat kening si bocah, antoch terkejut sekali karna samar samar dia meliat ada aura berwarna emas berbentuk seperti matahari bersinar terang. antoch kenal sekali aura berbentuk seperti itu karna itu adalah aura yang hampir sama dengan miliknya yaitu aura pangeran matahari. bedanya aura bocah itu dengan aura milik antoch adalah aura milik antoch slalu bergerak berputar bergantian dengan aura yang lain karna antoch memiliki ilmu tiga dewa. sedang aura milik arya wisesa tidak bergerak, tetap diam di tengah tengah kening yang berarti aura itu adalah murni.
"hmmm. anak itu memiliki aura pangeran matahari, mungkinkah dia anak ramalan yang bakal menjadi penerus ilmu 9 matahari ku? jika benar anak itu adalah anak ramalan penerus ilmu 9 matahari ku maka aku yakin anak itu sedang mencari ku untuk minta aku menjadi gurunya. huhuhu. aku mau meliat sampe seberapa besar tekad dan keteguhan serta kesabaran dia untuk mencapai tujuannya itu. meski aku sudah dapat memastikan kalo anak itu adalah anak ramalan yang di katakan resi guru tapi aku tidak mau gegabah mengajarinya ilmu 9 matahari kelak. biarlah dia terus berusaha mencari ku sampe ketemu." batin antoch tersenyum dalam hati.
Dari luar rumah makan tidak lama muncul beberapa orang wanita berbaju putih yang semuanya berparas cantik cantik. empat orang masuk duluan mencarikan tempat duduk di susul dua orang wanita berbaju putih namun memakai ikat pinggang sepesti selendang berwana merah. dua wanita itu mengawal seorang pria dewasa berparas tampan memake jubah warna hijau tua yang di punggungnya terdapat gambar sulaman bunga merah dalam lingkaran. mereka duduk di meja yang berdampingan dengan meja antoch.
"ketua. silakan !" ucap salah satu wanita mempersilakan pria berjubah hijau duduk. dia segera pesan makanan pada pelayan rumah makan, kemudian duduk di kursi samping depan pria jubah hijau yang di panggil ketua. "ketua. kita tunggu tiga adik seperguruan di sini saja, biar mereka tidak terlalu sulit mencari kita." ucapnya.
"hmmm." gumam pria jubah itu menyahuti ucapan wanita tadi.
"kakak. apa perlu kita cari penginapan untuk ketua beristirahat?" tanya seorang wanita yang jauh lebih muda.
Wanita yang di tanya meliat sang ketua seolah minta pendapat apa perlu mencari penginapan. pria yang di panggil ketua tidak berkata apa apa namun hanya meminum teh hangat di gelas yang di sediakan wanita yang lain. wanita yang di tanya paham maksut sang ketua meski tidak berkata apa apa. "hmmm. kau pergilah casi penginapan di desa ini !" ucapnya.
"baik !" sahut wanita muda yang bertanya segera pergi guna mencari penginapan.
"hahahaha." terdengar suara orang tertawa di pojok ruangan sebelah timur. "tidak ku sangka partai bunga merah sudah tiba disini. turnamen pedang puncak lawu pasti semakin seru dan menarik. hahahaha." seru suara dari pojok ruanga sebelah timur.
semua wanita baju putih serentak berdiri meliat ke arah sumber suara. tampak di pojok timur rungan duduk seorang pria paruh baya bersama dua orang pemuda berbaju coklat.
"Maaf. siapa tuan? tuan mengenal partai bunga merah kami?" seru wanita paling tua tajam.
"hahaha. tentu saja aku tahu kalian. kalian partai bunga merah salah satu dari enam partai besar dunia persilatan, tentu semua orang pasti tahu. apa lagi ketua partai bunga merah yang terkenal dengan jurus pedang peri surga terbangnya, sungguh buat ku kagum." seru orang di pojok ruangan.
"Pujian tuan sungguh membuat kami merasa girang. bolehkah kami tahu nama tuan yang mulia?" seru si wanita.
"apalah arti sebuah nama, nama ku terlalu jelek jika di bandingkan nama ketua bunga merah yang harum. hahaha." sahut pria di pojok ruangan.
"hahaha. bayan ludira. sifat banyak bicara mu tetap sama seperti dulu, tidak berubah sedikitpun. hahaha." seru suara dari arah lain yaitu dari meja di dekat pintu masuk.
Semua orang langsung mengarahkan pandangan ke arah meja dekat pintu masuk. tampak seorang tua berjubah biru tua bergaris hitam.
"hahaha. akh. rupanya satu lagi pendekar kosen hadir di rumah makan ini, sungguh membuat girang hati ku. apa kabar sobat ku santiko bergelar pendekar tapak es. mari silakan kesini sekedar minum minuman hangat. hahaha." sahut pria di pojokan yang di panggil dengan nama bayan ludira tertawa girang.
"hahaha. tidak berani aku menerima undangan ketua aliran naga hitam yang terhormat. hahaha." sahut orang di panggil santiko pendekar tapak es. mulutnya berkata menolak tapi sikapnya menerima ajakan bersulang bayan ludira ketua aliran naga hitam.
"hahaha. mari !" seru bayan ludira berdiri seraya mengangkat gelas untuk bersulang.
"hahaha. ketua naga hitam dan sobat pendekar tapak es. apa kalian tidak mengajak ku bersulang juga?" seru suara halus namun berwibawa dari seorang pria baju hijau yang ternyata adalah ketua partai bunga merah.
"hahaha. owh kiranya ketua bunga merah juga turut bersedia bersulang bersama kami. baik, mari kita bersulang !" seru bayan ludira mengajak bersulang bersama.
"huh. apa enaknya bersulang dengan teh biasa. mari kita bersulang arak wangi !" seru ketua bunga merah dingin.
Ucapanya sama saja mengundang bergabung duduk bersama mengadu kekuatan dalam minum arak.
"hahaha. ketua bunga merah mengagulkan diri paling hebat minum arak. baik, aku terima undangan mu." sahut santiko tegas langsung melompat tinggi ke arah meja dimana ketua bunga merah berada.
Dua wanita yang duduk di kursi dekat dengan sang ketua buru buru berdiri setelah mendengar ucapan sang ketua yang mengundang minum arak wangi ketua naga hitam dan pendekar tapak es.
"aku juga terima." seru ketua naga hitam juga langsung melompat ke arah meja ketua bunga merah.
kini tiga orang yang memiliki nama besar di dunia persilatan duduk dalam satu meja berhadap hadapan. raut wajah mereka tampak serius dan tegang sekali, padahal mereka hanya hendak saling bersulang saja namun semua orang tahu bahwa undangan bersulang hanya sebagai kiasan belaka. sebenarnya mereka hendak mengadu kemampuan meski tidak bertarung secara kekerasan. bagi orang yang sudah memiliki ilmu yang tinggi, dengan hanya saling mengadu tenaga dalam saja tanpa bertarung sudah dapat saling mengetahui tinggi rendahnya ilmu seseorang.
tidak hanya tiga orang itu yang tegang tapi teman dan murid mereka turut tegang meliat adu kekuatan itu. semua orang yang ada di dalam rumah makan yang tadi sekedar ingin makan buru buru meninggalkan tempat itu karna tidak mau terkena imbas dari adu kekuatan tiga orang yang namanya besar di dunia persilatan. rumah makan yang semula rame kini jadi sepi dan hening. semua orang menyingkir menjauhi meja tiga orang itu kecuali ada satu orang yang tidak peduli akan semua yang terjadi. orang itu tetap tenang duduk di tempatnya sambil makan dan minum dengan cuek seolah tiada terjadi apa apa di tempat itu.
Siapa orang itu?!
Orang itu adalah seorang pemuda tampan berbaju biru tua yang duduk tenang di dekat meja tiga orang yang akan bertanding, orang itu adalah antoch atau yang sekarang mengenalkan diri dengan nama panji.
ketiga orang yang akan beradu minum arak itu melirik ke arah antoch dengan heran karna pemuda baju biru itu tetap duduk di tempatnya seolah menganggap tiada orang lain di dekatnya.
"huh. ada anak kelinci yang tidak tahu diri akan harimau di dekatnya !" dengus ketua bunga merah di hidung yang bertujuan menyindir antoch.
Antoch tidak menghiraukan ucapan ketua bunga merah yang bertujuan menyindirnya sebagai anak kelinci yang tidak tahu diri.
"Anak muda !" tegur santiko pendekar tapak es menatap antoch. "Apa kau ingin celaka tidak mau menyingkir dari tempat ini?" serunya halus namun mampu menusuk telinga siapapun yang mendengarnya.
Antoch tahu santiko bersuara di iringi tenaga dalam halus yang bisa menusuk telinga orang tapi antoch tetap diam duduk di tempatnya karna dia tidak merasakan apa apa di telinganya padahal suara itu bisa merusak pendengaran orang.
Santiko terkejut mendapati suara yang di kirim dengan tenaga dalam halus yaitu dalam ilmu suara pembetot sukma tidak membuat pemuda baju biru itu merasa sakit, malah seolah tidak terjadi apa apa.
"huh. ada anak kelinci mencoba bermain main dengan seekor harimau !" dengusnya dingin sekali.
Santiko yang penasaran mencoba mengirimkan tenaga dalam lunak untuk menahan gelas yang ada di atas meja antoch karna dia meliat antoch hendak mengambil gelas tersebut agar pemuda baju biru itu tahu rasa berani main main dengan dirinya.
ketua naga hitam dan ketua bunga merah tahu kalo santiko mengirim tenaga dalam lunak untuk menahan gelas di atas meja pemuda baju biru bertujuan memberi pelajaran pada pemuda itu agar tidak berani sok jago di hadapan mereka bertiga. mereka tersenyum karna akan meliat pemuda baju biru itu kena batunya.
Antoch merasa ada tenaga lunak yang menahan gelasnya, dia tersenyum simpul lalu entah dengan cara apa tahu tahu gelas itu melayang di udara tepat di depan antoch dan air dalam gelas mengucur masuk ke dalam mulut antoch, setelah itu gelas itu turun ke tempatnya semula. antoch mengusap bibirnya menyeka sisa air di bibir lalu di tertawa kecil tanpa menoleh sedikitpun.
Kejadian itu tidak terlepas dari padangan mata semua orang yang ada di dalam rumah makan, mereka sampe ternganga karna terkejut dan kagum meliat hal luar biasa tersebut. semua mata langsung tertuju pada pemuda baju biru yang tetap duduk diam cuek seolah tiada terjadi apa apa.
tiga orang yaitu santiko, bayan ludira dan ketua partai bunga merah terkejut sekali sampe mulut ternganga menyaksikan pemuda baju biru tidak terpengaruh oleh tenaga lunak santiko, malah pemuda itu memperagakan aksi luar biasa yang hanya bisa di lakukan oleh tokoh silat yang telah mencapai taraf sukar di jajaki tenaga dalamnya. mengetahui hal tersebut membuat mereka tidak berani lagi memandang sebelah mata pada pemuda baju biru tersebut, mereka sadar telah berhadapan seorang pemuda yang misterius dan luar biasa. mereka bertiga saling pandang dan sama sama mengangguk seolah paham pikiran masing masing yaitu ingin menjajal seberapa tinggi tenaga dalam pemuda baju biru tersebut.
"Anak muda. sambut gelas arak ku, kita bersulang !" seru ketua aliran naga hitam secepat kilat mendorong gelas arak di depannya dengan tenaga dalamnya. dia hendak menjajal adu tenaga dalam dengan pemuda baju biru tersebut.
Gelas berisi arak melesat cepat ke arah antoch tanpa membuat arak di dalamnya tumpah, ini menandakan betapa tinggi tenaga dalam ketua aliran naga hitam tersebut.
"hupz.!" antoch segera angkat tangan kiri sejengkal di atas meja namun anehnya telapak tangannya tidak mengarah ke arah gelas yang melesat ke arahnya dan gelas itu seketika melayang di antara meja antoch dengan meja bayan ludira ketua aliran naga hitam.
Terjadilah adu tenaga dalam tingkat tinggi di antara mereka berdua melalui gelas arak yang melayang di udara. sebagai ketua aliran naga hitam yang sangat di hormati seluruh anggotanya dan orang orang persilatan, apa lagi di hadapannya juga ada santiko pendekar tapak es dan ketua partai bunga merah membuat dia tidak mau jatuh di bawah angin atau kalah oleh pemuda yang tidak di kenal dunia persilatan. meliat usia si pemuda yang masih sangat muda membuat dia merasa yakin kalo tenaga dalam dan pengalaman yang di miliki pemuda itu pasti tidak setinggi milik bayan ludira tapi pemuda itu mampu bertahan dan mengimbangi tenaga dalam bayan ludira. setiap kali bayan ludira menambah tenaganya untuk menggempur tenaga dalam si pemuda, keadaan tetap tidak berubah dan seimbang, hingga mau tidak mau bayan ludira harus mengakui kalo tenaga dalam pemuda itu tidak berada di bawahnya, jika di teruskan maka akan semakin membuat malu dirinya sendiri dan salah salah dia terluka dalam parah. bayan ludira mengurangi tenaga dalamnya seolah memberi tahu kalo tidak perlu lagi di lanjutkan adu tenaga dalam tersebut.
Perlahan lahan gelas arak itu melayang ke arah antoch dan turun berhenti tepat di depan antoch yang langsung di ambil antoch dengan bibir tersenyum.
"tenaga dalam ketua tinggi sekali. aku yang rendah mengaku takluk." ucap antoch dengan sikap hormat ke bayan ludira lalu meminum arak dalam gelas. "terima kasih araknya." ucapnya lagi.
Semua orang langsung bersorak tepuk tangan setelah kejadian hebat tersebut, mereka kagum akan tenaga dalam dua orang itu tapi mereka lebih kagum ke ketua aliran naga hitam karna berhasil mendesak gelas arah hingga tiba di meja pemuda baju biru, padahal ketua aliran naga hitam telah mengurangi tenaganya dan oleh antoch gelas arak itu di tariknya hingga tiba tepat di depannya namun di buat seolah olah ketua aliran naga hitam berhasil mendesak tenaga dalam antoch. hanya santiko dan ketua partai bunga merah yang mengetahui hal tersebut.
"hahaha. tenaga dalam tuan hebat luar biasa, aku sungguh kagum. boleh aku tahu nama tuan?" kata bayan ludira tertawa senang menyoja ke antoch.
"ketua terlampau memuji, tidak berani saya menerima pujian ketua. saya yang rendah bernama panji." kata antoch merendah.
"Panji. hmmm." gumam bayan ludira. "Hari ini aku sangat senang bisa bertemu para tokoh silat kelas wahid. saudara panji, mari duduk bersama kami bersulang bersama sebagai tanda salam persahabatan. silakan !" ucapnya mengundang panji.
"akh. mana berani saya duduk sejajar dengan para ketua yang terhormat. saya tidak mau orang berkata kalo saya berlaku kurang ajar dan tidak tahu diri berani duduk sejajar dengan kalian." kata panji berlaku sungkan dan tetap merendah.
"huh. Anak muda jangan terlalu rewel soal peradatan yang tidak berguna itu. duduklah !" seru ketua partai bunga merah tegas.
"akh. karna para ketua sudah mengundang, tidak sopan rasanya jika saya terus menolak. terima kasih !" kata antoch terpaksa mengikuti undangan tiga orang itu agar tidak terjadi hal yang tidak di harapkan dan menyinggung mereka. dia segera duduk bersama tiga orang itu.
"Anak muda !" sapa santiko membuka suara.
"Panji. harap ketua panggil nama ku saja." kata antoch memotong ucapan santiko agar memanggil panji.
Santiko terdiam sejenak lalu mengangguk cepat. "hmmm. baiklah. Panji, tenaga dalam mu sungguh membuat ku kagum, boleh aku tahu kau dari aliran atau partai mana?" ucapnya bertanya.
"ketua.." ucap antoch namun di potong santiko.
"Santiko. panggil nama ku saja, aku bukan seorang ketua, aku orang bebas tidak terikat satu partai, aliran dan perkumpulan. jadi panggil nama ku saja." kata santiko cepat.
"mana berani aku berlaku tidak sopan memanggil nama saja. hmmm. aku panggil paman saja, gimana?" kata antoch.
"begitu juga boleh." sahut santiko.
"Paman. saya berasal dari sebuah aliran yang tidak di kenal di dunia persilatan yaitu aliran tapak suci." kata antoch tidak seluruhnya berbohong karna memang dahulu dia pernah mendirikan aliran tapak suci yang akhirnya berhasil menyatukan seluruh daratan jawa menjadi sebuah kerajaan besar yang di beri nama kerajaan jawa dwipa yang berarti kerajaan tanah jawa, namun kerajaan itu hanya bertahan beberapa tahun saja karna setelah di tinggal antoch terjadi perpecahan di dalam kerajaan yang kemudian membuat kerajaan jawa dwipa hancur berantakan dan dengan seiring berjalan sang waktu kerajaan jawa dwipa lenyap dan sudah tidak di ingat orang lagi.
"Aliran tapak suci?" gumam santiko dengan kening berkerut karna memang tidak pernah mendengar nama aliran tersebut. "aku tidak pernah mendengar di dunia persilatan ada aliran tapak suci. apa kalian pernah dengar aliran itu?" ucapnya bertanya pada bayan ludira dan ketua partai bunga merah.
"tidak pernah." jawab dua ketua itu menggeleng kepala.
Antoch tertawa kecil. "seperti yang sudah saya katakan tadi, aliran tapak suci tidak di kenal di dunia persilatan, jadi harap para ketua maklum." ucapnya kalem.
"hahaha. tidak apa apa. meliat kemampuan mu aku yakin suatu saat nama aliran tapak suci pasti bakal di kenal banyak orang, kau tenang saja." seru santiko tertawa lebar.
"Panji. terus terang, hampir semua ilmu dan jenis tenaga dalam dunia persilatan aku tahu tapi jenis tenaga dalam mu belum pernah aku meliat sebelumnya. apa nama tenaga dalam mu itu?" tanya bayan ludira ketua aliran naga hitam.
"tenaga dalam yang saya miliki hanya tenaga dalam tiada guna, di banding tenaga dalam para ketua sungguh tidak berani saya membandingkan. Jenis tenaga dalam saya adalah dari inti alam yaitu perpaduan unsur unsur yang terdapat di alam semesta, seperti api, air, angin, tanah dan petir. itulah jenis tenaga dalam di sebut inti alam." kata antoch jujur.
Memang tenaga dalam antoch berinti kekuatan alam. dia memiliki tiga ilmu dewa yang bersumber dari alam. ilmu 8 unsur berasal dari penguraian tiga ilmu dewa yang membuat ilmu 8 unsur berdiri sendiri lepas dari tiga ilmu dewa. ilmu 8 unsur berintikan 8 inti alam yaitu api, air, angin, pertir, tanah, kayu, bulan dan matahari. kemudian antoch berhasil menciptakan sebuah ilmu baru dari hasil perpaduan lima elemen alam yang menjadi inti ilmu aliran berdiri sendiri yaitu ilmu tangan dewa. sejak tiga ilmu dewa di kunci oleh sang resi guru tidak membuat ilmu antoch berkurang seluruhnya karna masih ada ilmu 8 unsur dan ilmu tangan dewa serta ilmu di bawahnya yang tidak beraliran dengan tiga ilmu dewa. jadi tidak salah kalo antoch berkata jenis tenaga dalamnya adalah jenis inti alam.
"Jenis inti alam. hmmm." gumam bayan ludira manggut manggut. "lalu apa nama ilmu dari tenaga dalam itu?" tanyanya.
Antoch tersenyum lembut. "dengan tidak diri dan kebodohan saya terpaksa saya mengatakan nama ilmu itu meski tidak pantas di mata para ketua, ilmu itu bernama ilmu tangan dewa." ucapnya seraya membungkuk tanda merendah.
"ilmu tangan dewa." gumam bayan ludira, santiko dan ketua bunga merah.
"hmmm. ilmu tangan dewa, aku jadi tertarik ingin tahu seperti apa ilmu itu." ucap ketua partai bunga merah.
Ucapan itu di ucapkan dengan nada suara biasa namun terkandung suatu maksut mengundang tantangan.
"ketua. setelah saya menerima pelajaran tadi, tidak berani saya berlaku sombong yang membuat malu muka saya sendiri." kata antoch menolak halus.
"huh. ucapan mu saja meremehkan aku." dengus ketua partai bunga merah dingin.
"maafkan saya ketua. saya tidak punya pikiran seperti itu." kata antoch buru buru minta maaf.
"liat serangan !" seru ketua partai bunga merah cepat. tau tau tangannya bergerak cepat sekali dalam jurus peri surga memetik bunga yang mengarah ke pundak antoch. karna dia tidak berniat jahat maka dia hanya menyerang ke bagian tubuh yang tidak mematikan yaitu ke aliran darah di pundak antoch agar antoch tidak bisa bergerak. indah dan cepat serangan itu yang membuat semua orang berdecak kagum.
Antoch tahu serangan itu tidak membahayakan dan bertujuan membuat jalan darah di pundak tertotok oleh jurus peri surga memetik bunga ketua partai bunga merah. meski cepat namun antoch tidak menjadi gugup, dia hanya bergerak mengikuti tekanan tangan ketua partai bunga merah, layaknya orang benar benar terkena serangan itu padahal tidak, semua orang meliat serangan cepat ketua partai bunga merah yang tepat mengenai sasaran langsung bersorak sorai memuji serangan cepat ketua partai bunga merah.
Semua orang bersorak sorai memuji namun tidak bagi bayan ludira dan santiko karna mereka tahu kalo serangan cepat ketua partai bunga merah tidak mengenai sasaran meski tangan kirinya tepat berada di pundak antoch namun tidak sepenuhnya menempel tapi ada jarak setebal jari tangan. ketua partai bunga merah tidak dapat meneruskan serangannya karna ada semacam tenaga lunak yang menahan gerakan jurus peri surga memetik bunga, selain itu ada sambaran angin mengenai titik jalan darah di lengan siku yang seperti di tusuk jarum membuat tangan ketua partai bunga merah jadi kaku kesemutan, itulah kenapa serangan jurus peri surga memetik bunga tidak dapat di teruskan karna lengan siku sang ketua terkena totokan tak terliat oleh jurus sentilan maut dewa langit milik antoch.
"hmmm." gumam antoch tertawa kecil. "Jurus ketua hebat luar biasa, saya tidak berani berlaku kurang ajar lagi. harap para ketua tidak jadi gusar." ucapnya lalu beranjak berdiri. "terima kasih atas jamuan para ketua. saya mohon undur diri dahulu. permisi." ucapnya lagi lalu berjalan keluar rumah makan di iringi pandangan mata orang orang dalam rumah makan tersebut. ANTOCH duduk di atas dahan pohon dekat pertigaan jalan yang berada di timur luar desa ndupiro. pikirannya tengah hanyut dalam kejadian beberapa hari ini setelah dia pergi dari lembah tengkorak. pertama baru saja dia pergi keluar dari lembah tengkorak, dia sudah meliat dua wanita ibu dan anak di culik oleh sura widura yang belakangan di ketahui adalah istri dan anak adipati jatinom. lalu karna hendak menolong ibu dan anak itu dia tiba di markas partai pasir besi dan bertemu ketua partai pasir besi yaitu ki renggo. disana dia juga bertemu ketua partai kuda terbang dan tetua sudra. di sana dia bentrok dengan sura widura yang berakhir dengan cideranya sura widura. setelah dari markas partai pasir besi yang bertujuan mengejar orang orang aliran cakar elang yang membawa kabur anak istri adipati jatinom tapi dia malah tiba di desa ndupiro, dan di desa ndupiro dia meliat tiga orang yang seorang di antaranya anak kecil, dari pembicaraan tiga orang itu dia mendapat kabar yang membuat dia senang karna anak istri jatinom itu selamat dan di titipkan di rumah seorang tabib di desa ndupiro namun di juga tidak kalah terkejutnya karna meliat tanda aura matahari di kening anak kecil salah satu orang yang menyelamatkan anak istri adipati jatinom. dia juga bertemu tiga pendekar kelas wahid di rumah makan desa ndupiro yaitu santiko pendekar tapak es, bayan ludira ketua aliran naga hitam dan ketua partai bunga merah yang tidak dia ketahui namanya, dia sempat beradu tenaga dalam dengan tiga orang itu yang harus dia akui ketiga orang itu memiliki tenaga dalam yang tidak bisa di anggap remeh.
"hmmm. baru empat hari aku keluar dari lembah tengkorak tapi sudah berhadapan dengan banyak urusan. niat awal hendak meliat turnamen pedang puncak lawu eh malah bertemu banyak urusan. untung resi guru memberi ku kebebasan di jaman ini, kalo tidak sudah pusing aku harus mengikuti segalah larangan dan pantangan dari resi guru. haihz. apa yang harus aku lakukan sekarang? pulang ke lembah tengkorak atau tetap terus ke puncak lawu?" gumam antoch sambil garuk garuk kepala yang tidak gatal. dia diam di atas dahan pohon itu untuk beberapa lama karna tidak tahu harus kemana, pulang ke lembah tengkorak atau tetap ke puncak lawu. "akh. lebih baik aku tetap ke puncak lawu saja, siapa tahu di sana ada hiburan yang menarik." ucapnya lalu tersenyum kecil.
Antoch segera melompat turun dari atas dahan pohon lalu berjalan santai ke arah selatan, padahal jika hendak ke gunung lawu dia harus berjalan ke arah timur tapi dia malah mengambil arah ke selatan. ketika lagi enak enakan berjalan, tiba tiba dia meliat ada satu rombongan orang berbaju hijau muda berjalan menuju utara yaitu yang berarti menuju ke arahnya. rombongan itu berjumlah 8 orang yang terdiri dari lima pria dan 3 gadis cantik. salah satu gadis berbaju warna kuning gading memake mahkota kecil di kepalanya. paras gadis itu halus dan cantik jelita bagai seorang putri istana. perawakannya juga terliat lemah lembut dan anggun khas seorang putri bangsawan.
"Berhenti !" seru si gadis cantik menyuruh rombongan berhenti tepat di depan antoch.
Rombongan itu segera berhenti mendengar perintah gadis cantik tersebut.
Antoch terpaksa berhenti karna rombongan itu berhenti tepat di depannya. dia meliat orang orang itu dengan kening berkerut menduga duga kenapa mereka berhenti tepat di hadapannya.
"Hai kau ! apa kau seorang pendekar persilatan?" seru gadis cantik itu tiba tiba menuding antoch dengan suara yang tiada sopan santun, malah terkesan memandang rendah orang lain.
Antoch menjadi heran meliat sikap si gadis yang terliat lemah lembut dan anggun ternyata bersifat kasar dan angkuh sekali, beda sekali dengan paras dan perawakan si gadis yang terkesan halus.
"heh. kenapa kau diam? apa kau bisu atau kau ini tuli?" bentak si gadis karna meliat pemuda baju biru tidak menjawab pertanyaannya.
Antoch makin heran dengan sikap si gadis yang terkesan memandang rendah dirinya. "hmmm. nona bicara sama saya?" tanyanya.
"Ya. memang sama siapa lagi? dasar aneh." seru si gadis sengit.
Antoch menjadi kesal juga oleh sikap si gadis yang memandang rendah dirinya, sebagai orang yang tidak mau di rendahkan membuat antoch tidak mau melayani gadis tersebut.
"owh. nona bicara sama saya tapi maaf saya tidak ada waktu bicara dengan nona." sahutnya tawar lalu berjalan pergi acuh tak acuh.
"hei. kau !" teriak gadis itu. "huh. berani sekali kau bersikap dingin pada ku." serunya gusar. "kalian, cepat hajar dia !" perintahnya pada dua pria baju hijau yang menjadi pengawalnya.
Dua pria itu tampak ragu ragu mendengar perintah nona mereka.
"kenapa diam ! hadang dia !" bentak gadir itu meliat dua pria pengawalnya diam saja tidak melaksanakan perintahnya.
"Nona. kita tiada permusuhan dengan orang itu untuk apa menghajar dia?" kata pria pendek yang menjadi pemimpin para pengawal.
"benar nona. kita tidak boleh buat onar, jika guru tahu kita pasti mendapat hukuman." seru pria yang lain.
Gadis cantik itu tampak gusar sekali menatap dua pengawalnya. "aku tidak peduli. cepat kalian hajar orang itu !" ucapnya tegas sekali.
"Tapi nona.." empat pria pengawal itu jadi serba salah. jika mereka melakukan perintah si nona maka itu sama menanam bibit permusuhan dengan pemuda baju biru dan itu bisa membuat guru mereka murka karna telah berbuat onar tapi jika menolak perintah si nona maka itu sama saja menentang si nona dan mereka akan tetap mendapat hukuman dari sang guru. mereka sangat tahu gimana sifat nona muda tersebut yaitu putri guru mereka yang memang slalu berbuat semau sendiri, tidak peduli apapun asal dia senang maka dia akan berbuat apapun dan jika tidak senang maka dia akan berbuat sekehendak hati, seperti sekarang karna dia di acuhkan oleh pemuda baju biru membuat dia marah dan menyuruh untuk menghajar pemuda itu. mundur salah, majupun juga salah. benar benar membuat susah mereka.
"kalian berani membantah perintah ku?" teriak si nona gusar.
"baik nona !" sahut empat pria baju hijau serentak. mereka tidak ada pilihan lain kecuali menuruti perintah si nona.
Mereka segera melesat ke arah pemuda baju biru dan menghadang di depan pemuda itu.
Antoch terpaksa berhenti karna di hadang oleh empat pria baju hijau. dia menatap empat orang itu tajam sekali karna merasa tidak senang oleh sikap empat orang itu yang menghadangnya.
Salah seorang pria baju hijau menyoja pada amtoch. "tuan. sebaiknya tuan minta maaf dan ikut kami, kami tidak mau berbuat tidak sopan pada tuan." ucapnya ramah berharap pemuda itu bersedia ikut mereka dan mencegah perkelahian.
Antoch menatap orang itu dengan kening berkerut karna heran. "minta maaf? ikut kalian?" tanyanya.
"benar." jawab pria tadi mengangguk.
"apa salah ku hingga harus minta maaf?" tanya antoch heran.
"Tuan telah membuat nona kami marah maka tuan harus meminta maaf pada nona kami." jawab pria itu.
Antoch tertawa kecil karna lucu mendengar hal itu. "huh. aneh. bilang pada nona mu, kita tidak saling kenal kenapa mencari gara gara." ucapnya.
"Tuan. harap tuan tidak membuat susah kami. jika tuan menolak kami terpaksa memaksa tuan." kata pria itu mulai habis sabarnya.
"huh. aku malas sebenarnya berkelahi untuk suatu urusan sepele tapi aku juga tidak sudi di rendahkan begitu saja. katakan siapa kalian ini sebenarnya?" kata antoch tertawa di hidung.
"kalian ! tidak usah banyak bicara, cepat hajar dia !" teriak si nona tegas memberi perintah pada empat orang pengawalnya.
"Baik !" sahut empat orang itu serentak.
Empat orang langsung bergerak mengurung antoch dari empat penjuru. mereka maju menyerang silih berganti bergerak dengan ritme yang kadang cepat kadang lambat, jurus mereka seperti gelombang air laut yang tiada pernah berhenti, meski serangan empat orang itu dahsyat namun tidak mengarah ke titik mati antoch, ini menandakan kalo empat orang itu tidak ingin mencelakai antoch dan hanya bertujuan memberi pelajaran pada antoch yaitu sekedar melukai antoch saja. meski serangan mereka cukup hebat namun mereka di buat terkejut oleh gerakan antoch yang terliat aneh dan unik yaitu antoch bergerak seperti orang mabuk yang seolah hendak jatuh tapi tidak jatuh dan uniknya tiada sedikitpun mampu di sentuh oleh empat orang itu. jelas hal ini membuat mereka jadi heran dan penasaran maka mereka tidak lagi berlaku sungkan dan mereka mulai serius memainkan jurus mereka guna merobohkan pemuda baju biru yang tampak seperti orang lemah dan berilmu rendah.
Meliat empat pengawalnya tidak juga bisa merobohkan antoch membuat si nona jadi heran dan geram, dia langsung menyuruh tiga orang pengawal yang tidak bertarung untuk ikut maju menyerang antoch.
"kalian bertiga. bantu mereka, gunakan formasi jurus tujuh pedang penggetar bumi." serunya cepat.
"baik !" sahut tiga orang yang laini.
Tiga orang itu langsung maju membantu empat kawannya seraya mencbut pedang mereka. maka kini terjadi pertarungan tujuh orang bersenjata pedang melawan satu orang bertangan kosong. tujuh orang itu bergerak dalam formasi jurus tujuh pedang penggetar bumi. gerakan mereka sungguh indah dan dahsyat serta sangat teratur membuat antoch yang semula hanya bertahan tidak mau menyerang yaitu dengan jurus 9 langkah ajaib jadi kewalahan sendiri jika terus bertahan maka dia merubah jurusnya menjadi langkah kilat yang bertujuan menyelami inti sari dari jurus tujuh orang lawannya. semakin lama gerakan tujuh orang itu semakin cepat dan berbahaya namun sejauh ini belum bisa merobohkan antoch, jangankan merobohkan, melukai sedikit saja belum bisa, jelas tujuh orang itu menjadi heran dan penasaran sekali sekaligus kagum akan kelincahan pemuda baju biru tersebut.
Antoch perlahan lahan mulai bisa memahami inti sari dari jurus yang tujuh orang itu mainkan. dia juga sudah tahu arah serangan dan kelemahan jurus tersebut, dia bisa saja merobohkan tujuh orang itu dalam sekali serang namun dia tidak gegabah berbuat tersebut karna dia belum tahu siapa mereka dan dari mana asal mereka, jika dia merobohkan mereka itu sama saja menghancurkan formasi jurus mereka dan itu bisa membuat nama partai atau aliran mereka runtuh, antoch yakin formasi jurus itu adalah salah satu jurus gabungan yang di andalkan partai atau aliran mereka, oleh karna itu antoch tidak mau menanam bibit pertikaian yang lebih serius. masalah ini terjadi karna sifat si nona mereka yang angkuh dan merendahkan orang lain, jadi tidak wajar jika hanya masalah sepele seperti itu harus membuat nama partai atau aliran mereka runtuh.
"hmmm. dari pada bertarung sia sia dengan mereka lebih baik aku pergi saja, dari pada nanti timbuh masalah yang lebih besar mending aku pergi saja." bantin antoch dalam hati.
Antoch tiba tiba bersiul panjang sambil melompat tinggi menjauhi tujuh orang penyerangnya.
"kita tiada permusuhan apa apa, aku pergi dulu. permisi !" seru antoch langsung melesat bagai kilat dan dalam sekejap sudah tidak tampak bayangannya.
Tujuh orang yang tadi bertarung dengan antoch hanya terdiam meliat antoch dapat lolos dari formasi jurus tujuh pedang penggetar bumi yang selama ini jarang ada yang sanggup bisa lolos dari jurus tersebut.
"kenapa kalian diam saja? cepat kejar orang itu.!" teriak si nona kesal karna tujuh orang pengawalnya hanya diam saja tidak mengejar antoch.
"Nona. dia sudah jauh, percuma di kejar." kata pria yang jadi pemimpin pengawalan.
"benar nona. kita sebaiknya kembali ke desa lenteng saja. guru pasti mencari kita." seru pria yang lain ikut bicara.
Gadis cantik itu mendengus kesal dengan muka tidak enak di pandang namun dia memang harus kembali ke desa lenteng dimana ayahnya sedang berbincang bincang dengan sahabatnya yang tinggal di desa tersebut, jika dia pulang terlambat maka ayahnya pasti mencarinya dan marah marah. gadis itu mau tidak mau kembali juga ke desa lenteng agar tidak di marahi ayahnya.
* * *
GEROBAK kecil yang di tarik keledai kurus melaju perlahan di jalanan kaki bukit cubung, gerobak itu di naiki oleh dua orang yang satu di depan bertindak sebagai kusir yaitu seorang orang tua berbaju coklat gelap yang bernama ki alampati tabib di desa ndupiro dan yang duduk di belakang tidak lain adalah gadis remaja cucu ki alampati bernama kinari. selain mereka juga ada dua orang wanita yaitu seorang ibu muda dan seorang gadis kecil yang tidak lain adalah anak istri adipati jatinom. ki alampati dan kinari membawa anak istri adipati jatinom pergi dari rumahnya di desa ndupiro karna tidak sanggup mengobati luka anak istri adipati jatinom yang parah, dia berniat membawa mereka ke lembah tengkorak karna dia berharap ki jalasena yang merupakan sahabat lamanya mampu mengobati ibu dan anak tersebut. sudah dua hari dia meninggalkan desa ndupiro dan kini mereka baru tiba di kaki bukit cubung yang berarti sebentar lagi mereka akan tiba di sebuah daerah berbatu yang terjal dan sukar di lewati dengan gerobak, yaitu tempat yang bernama lembah tengkorak.
Lembah tengkorak adalah suatu daerah tertutup dan tersembunyi dari dunia luar karna selain lembah itu daerahnya berbatu terjal berbahaya tapi lembah itu juga di kelilingi tiga bukit tinggi yang terjal dan sulit di lalui. di sebelah barat terdapat bukit setan, di sebelah selatan terdapat bukit cubung dan di sebelah timur laut terdapat bukit tengkorak. untuk bisa masuk ke lembah tengkorak jalan yang termudah hanya melalui kaki bukit cubung karna kalau lewat jalur lain hampir mustahil bisa masuk lembah tengkorak. bila di liat dari atas bukit maka lembah tengkorak akan terliat jelas, di tengah lembah terdapat hutan kecil yang sangat rapat pohonnya dan di tengah hutan kecil itulah tempat tinggal ki jalasena yang bergelar tabib sakti delapan penjuru.
"kakek. kapan kita sampe ke tempat sahabat kakek? aku sudah capek sekali." seru kinari mengeluh karna sudah kecapekan apa lagi perutnya juga lapar.
"sabarlah kinari. kita sebentar lagi sampe." kata ki alampati tanpa menoleh ke arah kinari.
"aku sudah benar benar capek, kek. perut ku juga lapar. kita ini sebenarnya mau ket tempat apa sih?" tanya kinari sambil mengusap keningnya yang berkeringat.
"Lembah tengkorak." jawab ki alampati pendek.
"APA?! Lembah tengkorak?" seru kinari terkejut. "tempat apa itu kek? namanya kok seram sekali, pasti di sana banyak setannya. hiii.." serunya sambil bergidik.
ki alampati hanya tertawa kecil mendengar ucapan kinari cucunya itu.
"kakek !" seru kinari. "kita pulang saja ya, aku takut sekali kalo kita ke lembah itu. kita pulang saja ya kek." ucapnya merengek.
ki alampati tidak menggubris rengekan kinari dan tetap mengendalaikan gerobaknya. "kakek !" teriak kinari kesal karna kakeknya hanya diam saja.
"Diamlah kinari !" seru ki alampati agak membentak karna kinari ribut terus dari tadi. "kalo kau tidak bisa diam dan terus terus merengek, kakek jadi tidak bisa kosentrasi mengendalikan gerobak. jangan sampe kita celaka hanya gara gara kamu ribut terus." ucapnya memarahi.
"habisnya..." gerutu kinari menekuk mukanya.
"hahahaha." terdengar suara tertawa tiba tiba menggema di area tempat itu dan suara tawa itu sangat menyeramkan.
ki alampati dan kinari terkejut sekali mendengar suara tertawa yang tiba tiba itu. mereka celingukan meliat ke seluruh tempat itu mencari siapa yang tertawa namun tidak terliat seorang juga yang tampak di tempat itu.
"kakek. suara ketawa apa itu? seram sekali." bisik kinari yang mulai ketakutan.
ki alampati tidak menyahuti ucapan kinari karna terus mencari siapa yang tertawa. dia tidak percaya tentang hal yang berbau takhyul apa lagi hari masih terang, mana ada setan muncul di siang hari.
"hahahaha." suara ketawa makin keras lalu lenyap dan tiba tiba di depan gerobak muncul tiga orang pria berbaju putih biru. "akhirnya kalian berhasil kami temukan. hahaha." ucap seorang pria bertampang sangar bertubuh paling pendek sendiri.
ki alamparti menatap tajam tiga orang yang baru muncul dengan perasaan tidak enak. "siapa kalian?" tanyanya.
"hahaha. hei kau tabib kampung. kau tidak perlu tahu siapa kami, yang perlu kau tahu hanya serahkan dua wanita yang kau bawa itu pada kami. kalo tidak kalian akan mati sama seperti dua kacung mu yang sudah jadi mayat. hahaha." kata pria pendek itu dengan suara berat.
"apa? kalian telah membunuh dua pembantu ku?" seru ki alampati kaget.
"benar. dua kacung mu sudah kami kirim ke neraka karna berani melawan kami. hahaha." sahut pria pendek lalu tertawa.
"kurang ajar." seru ki alampati geram. "apa salah dua pembantu ku sampe sampe kalian membunuh mereka? kenapa kalian kejam sekali." serunya tegas.
"hahaha. apa salah mereka kami tidak peduli yang jelas kalian juga akan menyusul mereka kalo berani melawan kami. cepat kau serahkan dua wanita itu pada kami jika tidak mau nasib kalian sama seperti dua pembantu kalian. cepat !" bentak pria pendek itu.
ki alampati menatap tajam tiga orang pria penghadangnya. dia tidak takut dengan tiga pria itu tapi yang dia kuatirkan adalah kinari yang tidak memiliki ilmu silat tinggi karna masih kecil.
"kenapa kau diam? cepat serahkan dua orang itu pada kami !" bentak pria pendek itu keras.
ki alampati mendengus di hidung. "huh. aku tidak tahu ada hubungan apa antara kalian dengan dua orang itu, Yang pasti tidak semudah itu kalian bisa menggertak ku." ucapnya dingin.
"bangsat ! jadi kau tidak mau menyerahkan dua orang itu pada kami?" maki pria pendek itu gusar.
"huh. ucapan ku sudah jelas bukan? apa perlu aku ulangi lagi?" kata ki alampati tawar.
Pria pendek itu semakin gusar sekali, dengan teriakannya yang keras mengguntur, dia memberi perintah pada dua kawannya untuk maju menyerang ki alampati. "serang dia !" teriaknya.
Dua pria yang lain langsung mencabut golok maju menyerang ki alampati. mereka bergerak ke sisi kanan kiri gerobak dan langsung mengarahkan golok ke perut dan kaki ki alampati, cepat sekali serangan golok dua pria itu namun ki alampati tidak gugup sama sekali, dia menotol lantai gerobak dan melompat tinggi menghindari dua golok yang mengarah ke perut dan kakinya. setelah bersalto di udara dia mendarat ringan di tanah.
"huh. punya isi juga kau orang tua." dengus pria pendek yang meliat pertarungan.
ki alampati cuma tersenyum mengejek saja.
"bagus. aku mau meliat sampe dimana ilmu silat mu orang tua !" seru pria pendek dingin. "kalian. tangkap gadis kecil itu, biar aku bermain main sebentar dengan orang tua bau tanah itu !" serunya menyuruh dua kawannya menangkap kinari.
Mendengar itu ki alampati jadi kuatir juga karna tidak mungkin kinari mampu menghadapi dua pria dewasa bersenjata golok. "kurang ajar. jangan ganggu cucu ku. hadapi aku kalo kalian punya nyali !" bentaknya menantang agar dua pria itu tidak mengganggu kinari.
Dua pria itu tidak hiraukan teriakan ki alampati, mereka berjalan mendekati gerobak dimana kinari dan dua wanita yang terluka berada.
ki alampati jadi terkesiap, dia buru buru hendak melesat menghadang dua pria bersenjata golok itu namun dia keburu di hadang pria pendek di depannya.
"Hehehe. aku lawan mu orang tua." seru pria pendek itu seraya tertawa mengejek.
"kurang ajar. kalo kalian berani melukai cucu ku, kalian pasti akan menyesal." bentak ki alampati gusar.
"hahaha. apa yang akan kau perbuat orang tua jika kami lukai cucu mu itu?" ledek pria pendek itu memancing kegusaran ki alampati.
"kalo kalian berani melukai cucu ku maka jangan salahkan aku kalo kepala kalian lepas dari raga kalian." bentak ki alampati tidak main main.
"hahaha. benarkah itu?" tanya pria pendek itu meremehkan ancaman ki alampati. "kalian. cepat bunuh gadis ingusan itu.!" teriaknya memberi perintah pada dua kawannya.
"bangsat. hyeaaatt !" teriak ki alampati keras langsung menyerang pria pendek dengan kekuatan penuh dalam jurus andalannya yaitu jurus kilat menyambar puncak gunung.
Cepat dan gesit sekali serangan itu membuat pria pendek itu terkejut sekali, pria pendek itu tidak menduga orang tua yang terliat biasa saja karna yang dia tahu orang itu hanya seorang tabib kampung ternyata mampu bergerak cepat sekali dan memiliki jurus luar biasa, susah paya dia menghindari serangan itu namun tak urung juga bahu kirinya terkena sambaran tangan ki alampati hingga dia mengeluh merasakan sakit di bahu kirinya. tidak hanya sampe di situ saja gerakan ki alampati, setelah berhasil menghantam bahu kiri pria pendek itu tahu tahu pukulannya mendarat telak di dada pria pendek itu hingga pria pendek itu terpental ke belakang tiga langkah.
"Aaaakh !" jerit pria pendek kesakitan terkena pukulan di dadanya. dia berdiri sambil memegangi dada yang terkena pukulan ki alampati, dia menatap tajam ki alampati tidak menyangka orang tua itu memiliki jurus yang sangat cepat dan luar biasa. "huh. hebat juga jurus mu tua bangka. tapi kau jangan senang dulu, aku belum kalah. sekarang terima jurus ku. hyeaa !" serunya langsung maju menyerang.
Pria pendek itu mulai serius menyerang ki alampati dengan jurus jurus mematikan, kali ini pertarungan dua orang itu terliat sangat seru. tidak terasa puluhan jurus telah berlalu namun belum terliat ada yang terdesak atau jatuh di bawah angin.
Di tempat lain yaitu di dekat gerobak tampak dua pria tengah mengeroyok seorang gadis remaja cucu ki alampati yaitu kinari. gadis itu dalam beberapa jurus mampu meladeni dua penyerangnya namun di jurus berikutnya dia jatuh di bawah angin dan pada satu gerakan kinari terkena tendangan di perut lalu dadanya.
"Aaaakh !" jerit kinari jatuh di tanah dan merintih sakit, dada dan perut yang terkena tendangan sakit sekali sampe berkedutan.
Jeritan kinari membuat ki alampati jadi kaget dan lengah, kesempatan itu tidak di sia siakan pria pendek, dengan satu gerakan sangat cepat dia menghantam dada ki alampati hingga orang tua itu terpental jatuh roboh di tanah dan muntah darah karna terluka dalam.
"hahaha. tua bangka. tamat riwayat mu sekarang. hyeaaa !" seru pria pendek tertawa girang lalu langsung menerjang mengarahkan tendangan bertenaga dalam tinggi ke arah dada ki alampati, kali ini dapat di pastikan nyawa ki alampati tidak mungkin bisa di tolong, bila tendangan maut pria pendek itu menghantam dada ki alampati maka dada itu pasti jebol. sejengkal lagi tendangan maut itu hampir kena di dada ki alampati, tiba tiba ada sekelebat bayangan putih menghantam pria pendek hingga pria pendek itu terdorong jauh ke belakang.
pria pendek itu kaget bukan main tidak menduga ada satu kekuatan berhasil mendorong dirinya. belum hilang rasa kagetnya tiba tiba terdengar jeritan dari dua kawannya yang roboh di tanah.
Tampak di dekat gerobak telah berdiri seorang kakek tua berjubah putih. sikap kakek tua itu sangat angker penuh wibawa. "huh. cecunguk cecunguk dari mana berani berbuat onar di wilayah ku !" ucapnya tenang namun mampu membuat orang yang mendengar bergetar jantungnya.
Pria pendek itu sampe terkejut mendengar nada suara kakek tua tersebut mampu menggetarkan jantungnya pertanda kakek tua itu bukan orang sembarangan. "siapa kakek tua itu? tenaga dalamnya luar biasa tinggi. aku tidak mungkin sanggup melawan dia, lebih baik aku pergi saja dari sini sebelum celaka." batinnya dalam hati. dia menatap kakek tua itu tajam. "kakek tua. siapa kau? kenapa mencampuri urusan kami?" tanyanya.
ki alampati yang mengenali kakek tua itu terliat girang. "saudara ku ki jalasena. sukurlah kau datang tepat pada waktunya." serunya cepat.
kakek tua yang memang tidak lain ki jalasena adanya tersenyum meliat ki alampati. "ki alampati. apa kau baik baik saja?" tanyanya.
"aku tidak apa apa. terima kasih kau datang menolong ku." sahut ki alampati menggelengkan kepala.
"sukur kalo kau baik baik saja." kata ki jalasena lega.
Pria pendek yang mengetahui siapa kakek tua itu sebenarnya jadi terkejut sekali karna dia pernah dengar nama besar ki jalasena yang bergelar tabib sakti delapan penjuru, tokoh kosen yang cukup di segani di dunia persilatan. "tabib sakti delapan penjuru ki jalasena. hmmm. tidak aku duga kakek tua itu adalah tokoh kosen yang sangat terkenal. tidak mungkin aku mampu melawan dia, lebih baik aku pergi saja dari sini." gumamnya pelan. "owh. tidak aku duga aku yang rendah bisa berjumpa tokoh kosen dunia persilatan. maaf kami karna telah lancang berani mengusik tempat ki jalasena. sekali lagi kami minta maaf." ucapnya seraya memberi hormat pada ki jalasena.
"hmmm. siapa kalian?" tanya ki jalasena. "kami anggota partai cakar elang." jawab pria pendek itu.
"Partai cakar elang? partai apa itu?" tanya ki jalasena belum pernah dengar nama partai cakar elang.
"Partai cakar elang tidak terkenal di dunia persilatan, jadi wajar jika ki jalasena belum tahu partai cakar elang." kata pria pendek itu.
"hmmm. begitu? lalu kenapa kalian bertarung dengan ki alampati? apa kalian ada masalah?" tanya ki jalasena ingin tahu.
"tidak. kami tidak ada masalah dengan ki alampati tapi kami punya urusan dengan dua wanita yang dia bawa. kami hanya minta dua wanita itu di serahkan pada kami setelah itu kami anggap tidak pernah terjadi apa apa lagi." jawab pria pendek itu memberi tahu.
"hmmm." gumam ki jalasena lalu meliat dua wanita yang terbaring di dalam gerobak. "hmmm. dua wanita itu terluka cukup parah. siapa dua wanita itu sebenarnya? kenapa mereka menginginkan dua wanita itu? pasti ada yang tidak beres." batinnya dalam hati.
"harap ki jalasena tidak ikut mempersulit kami untuk membawa dua wanita itu." kata pria pendek itu.
"hmmm. dua wanita itu terluka parah, meski aku tidak tahu ada urusan apa antara kalian dengan dua wanita itu tapi aku minta maaf tidak bisa menyerahkan mereka pada kalian. kalian pergilah !" kata ki jalasena kalem namun sangat berpengaruh.
"Jadi ki jalasena tidak bersedia menyerahkan dua wanita itu pada kami? itu artinya kau menggurat tali permusuhan dengan partai cakar elang." kata pria pendek itu dengan nada tidak senang.
"aku tidak menggurat tali permusuhan dengan partai kalian atau pada siapapun. aku tidak mungkin membiarkan penindasan di depan mata ku." kata ki jalasena tenang.
Pria pendek itu tidak bisa apa apa lagi karna tidak mungkin melawan orang tua itu, terpaksa dia harus pergi bertangan hampa. "baiklah. masalah ini partai cakar elang tidak menyudahi begitu saja. permisi !" dengusnya dingin lalu mengajak pergi dua kawannya.
KI JALASENA duduk di depan pondoknya bersama ki alampati. mereka ngobrol membicarakan masalah yang baru saja terjadi.
"owh. ternyata begitu. kau juga tidak mengenal dua wanita itu. hmmm." kata ki jalasena kalem.
"Ya begitulah. karna luka mereka cukup parah dan aku tidak sanggup mengobati mereka maka bawa mereka kemari supaya kau mengobati mereka. aku yakin kau pasti bisa mengobati mereka." kata ki alampati.
"haihz. kalo bukan karna dua wanita itu kau pasti tidak akan datang kesini menengok ku. kita sudah bersahabat selama puluhan tahun tapi kau jarang sekali menengok ku, terakhir kau kemari belasan tahun yang lalu. apa usaha mu begitu sibuk sampe kau lupa pada ku?" kata ki jalasena.
"hahaha. kau jangan bicara begitu ki. maafkan aku jika sudah lama tidak menemui mu." kata ki alampati tertawa kecil. "hmmm. tempat ini sudah jauh berbeda di banding terakhir aku kesini. sekarang kau juga membuat tempat ini menjadi seperti taman bunga yang indah, heran. sejak kapan kau jadi menyukai bunga?" ucapnya sambil memandangi kawasan tempat itu yang memang di tumbuhi bunga.
ki jalasena tertawa lebar. "hahaha. bukan aku yang menanam bunga bunga itu tapi nakmaz antoch." ucapnya.
"Antoch? siapa lagi dia ki? apa cucu mu?" tanya ki alampati mengerutkan kening.
"bukan. dia adalah pemuda yang baru aku kenal beberapa bulan yang lalu, dia datang dengan tubuh penuh luka sambil membawa kinanti, gadis kecil yang bersama kirana tadi..." kata ki jalasena lalu menceritakan siapa antoch dan kinanti. "Nah. begitulah ceritanya." ucapnya.
"hmmm. sulit di percaya ada seorang pemuda yang jauh hebat dari mu ki, soal ilmu pengobatan dan ilmu silat. ini sulit di percaya." kata ki alampati setengah tidak percaya akan cerita ki jalasena itu.
ki jalasena tersenyum meliat ki alampati yang tidak percaya akan ceritanya. "kau boleh tidak percaya tapi apa yang aku ceritakan adalah kenyataan, tidak berani aku mengarang cerita." ucapnya.
"aku memang masih sulit percaya ki. kau yang begitu terkenal di dunia persilatan masa bisa kalah dengan hanya seorang pemuda. ini sulit di percaya." kata ki alampati. "oh ya dimana dia? kenapa aku tidak meliatnya? apa dia pergi?" tanyanya.
"hmmm. Ya. dia pergi puncak lawu, entah apa yang di carinya di sana." kata ki jalasena.
"puncak lawu?" kata ki alampati dengan kening berkerut. "hmm. puncak lawu, jadi dia hendak meliat turnamen pedang para tokoh kosen dunia persilatan." ucapnya pelan.
"turnamen pedang? apa itu ki?" tanya ki jalasena tidak mengerti.
"kau tidak tahu apa itu turnamen pedang?" tanya ki alampati heran.
ki jalasena menggelengkan kepala tidak tahu.
"Turnamen pedang adalah acara adu ilmu silat yang di adakan di puncak gunung lawu. entah siapa yang mengadakan acara itu namun konon lima tahun yang lalu para tokoh dunia persilatan yaitu si pengemis sakti dari utara, si sesat dari timur, si raja pedang dari selatan dan si kodok hijau dari barat sama sama datang ke lereng gunung bromo menemui seorang tokoh sakti di sana, entah siapa tokoh sakti tersebut namun tokoh itu kabarnya menemukan sebuah kitab ilmu silat yang luar biasa yaitu kitab sakti inti bumi. mereka bertarung dengan tokoh sakti tersebut untuk merebut kitab itu namun tiada seorangpun yang menang ataupun kalah, akhirnya mereka membuat perjanjian akan bertarung lagi lima tahun kemudian di puncak lawu dan siapa saja yang berhasil menang maka dia akan di nobatkan jadi pendekar nomor satu dunia persilatan dan berhak memiliki kitab sakti inti bumi tersebut. berita tersebut menyebar ke seluruh penjuru yang membuat semua kaum pendekar jadi tertarik ikut merebutkan kitab sakti inti bumi itu serta menjadi tokoh sakti nomer satu dunia persilatan. begitulah ceritanya ki." ucap ki alampati menjelaskan.
ki jalasena diam manggut manggut sambil mengelus elus jenggotnya yang putih panjang.
"Apa kau tidak tertarik memiliki kitab sakti inti bumi itu ki?" tanya ki alampati pelan.
ki jalasena hanya tertawa kecil mendengar itu. "hehehe. aku sudah lama tidak berkecimpung di dunia bebas jadi untuk apa aku tertarik dengan segala macam kitab sakti itu." ucapnya kalem.
"owh. hahaha. aku lupa kau sudah lama tidak mau turut mencampuri urusan dunia persilatan, hmmm. lalu gimana rencana mu dulu yang ingin mendirikan perguruan silat, apa juga gagal?" tanya ki alampati.
"hmmm. soal itu aku juga masih belum bisa memutuskan. bagaimana menurutmu?" tanya ki jalasena balik.
"menurut ku gimana jika kita berdua bersama sama membangun perguruan silat di sini? kita ajak para pemuda desa terdekat yang berminat belajar silat. aku rasa tidak sulit menjaring para pemuda desa menjadi murid kita. gimana?" kata ki alampati.
"hmmm." gumam ki jalasena lirih memikirkan usul ki alampati. setelah cukup lama dia merenung akhirnya dia setuju juga usul ki alampati. "Ya. baiklah. kau saja yang atur semua masalah ini." ucapnya.
ki alampati tentu girang mendengar hal itu, dia buru buru mengangguk cepat. "baik. aku akan mengatur semuanya. kau tenang saja, aku pasti akan bekerja sebaik dan semaksimal mungkin." ucapnya penuh semangat.
"selain itu, masalah yang lain kita bicarakan sama nakmaz antoch karna dia adalah guru dari cucu ku kirana dan kinanti. mudah mudahan dia juga setuju dengan rencana kita." kata ki jalasena.
"tentu saja. aku mengerti." sahut ki alampati mengangguk cepat.
Mereka tertawa bersama lalu mengobrol banyak lagi.
* * *
ANTOCH duduk di kursi pojok ruangan rumah makan yang cukup besar, dia asik sekali menikmati makanan bebek goreng khas rumah makan di desa lenteng dekat wilayah njanti warna. rumah makan itu cukup ramai di kunjungi orang baik dari orang desa lenteng sendiri maupun orang orang di luar daerah. kaum rimba persilatan juga sering mampir di rumah makan ini untuk sekedar mencicipi makanan khas rumah makan tersebut.
Seorang pemuda bertubuh ramping berbaju putih bersih masuk ke dalam rumah makan itu, pemuda ini berkulit halus dan berkumis tipis, di atas kepalanya memake penutup kepala yang menutupi rambut, sebuah buntalan kain melintang di punggung dan pemuda ini memegang sebilah pedang pendek dengan sarung pedang berukir ukiran indah. pemuda itu sekilas tiada keanehan apa apa tapi jika di perhatikan dengan jeli kalo dia bukan seorang pemuda namun dia adalah seorang gadis muda yang berdandan seperti pria. entah apa maksutnya dia berdandan seperti itu hanya dia sendiri yang tahu. pemuda itu celingukan guna mencari tempat duduk yang kosong, semua tempat hampir terisi penuh dan hanya kursi di depan antoch yang kosong, maka dia segera berjalan menuju kursi kosong tersebut.
"permisi. boleh saya duduk di sini?" tanya orang itu dengan suara di buat agak besar agar tidak terdengar seperti seorang wanita.
Antoch tanpa meliat orang itu memberi kode tangan tanda menyilakan orang itu duduk.
"terima kasih." ucap orang itu halus lalu segera duduk di depan antoch. dia memandang ke sekeliling rumah makan itu sejenak lalu kembali menatap pemuda baju biru di depannya yang lagi asik makan seolah tidak menghiraukan ada orang lain di depannya. karna tidak mau mengganggu kesibukan orang lain maka orang itu tidak meliat antoch lagi dan mengarahkan padangannya ke luar jendela rumah makan.
Tidak lama ada seorang gadis muda masuk ke dalam rumah makan dan langsung menuju ke arah wanita yang menyamar tadi. "kak !" tegurnya langsung duduk di samping wanita yang menyamar.
"gimana? apa semua beres?" tanya wanita yang menyamar buru buru.
"kak ayu tenang saja. semua sudah beres, paman prabu tidak tahu kalo kak ayu pergi dari istana." bisik gadis yang di samping orang menyamar benama ayu. gadis tersebut bernama warti putri ki ampel sahabat ayah ayu.
"hik.hik. bagus. terima kasih ya warti, kamu sangat baik pada ku." kata ayu tertawa kecil.
"sama sama kak. Ya sudah aku pergi dulu, nanti ayah mencari ku. kak ayu harus cepat kembali." bisik warti.
"he-em. aku pasti akan cepat kembali." kata ayu cepat.
Warti buru buru keluar dari rumah makan di iringi pandangan ayu.
"hemmhh." ayu menghela nafas lega. "aman deh sekarang." ucapnya. dia melirik ke arah pemuda baju biru yang kebetulan pemuda itu meliat ke arahnya juga. dia coba tersenyum ramah pada pemuda itu namun pemuda itu hanya bersikap acuh saja membuat dia jadi merasa tidak di anggap. "kurang ajar. orang itu dingin sekali sikapnya, dia tidak peduli pada ku yang hanya mau bersikap ramah. awas saja, lain kali akan aku kerjai dia. huh." gerutunya dalam hati.
Antoch yang memang tidak peduli pada orang di depannya langsung beranjak berdiri lalu pergi tanpa melirik sedikitpun pada orang di depannya.
"huh. sombong sekali orang itu. awas saja jika bertemu lagi akan ku hajar dia. huh." gumam ayu gegetun.
Antoch berjalan keluar dari desa lenteng yaitu ke arah timur karna kali ini dia hendak menuju gunung lawu, dia berjalan tidak terburu buru karna untuk ke gunung lawu hanya butuh waktu tiga hari perjalanan saja sedang hari lima belas bulan delapan masih 10 hari lagi, jadi dia hendak berjalan dengan santai sekalian menikmati keindahan alam. setelah hampir setengah harian berjalan dia tiba di sebuah bukit kecil yang tandus tiada pepohonan. dia meliat dari jauh ada orang yang sedang bertarung yaitu belasan orang melawan tiga orang yang seorang di antaranya bocah kecil. dia coba berjalan mendekati area pertarungan agar bisa lebih tahu siapa yang sedang bertarung tersebut dan dia jadi terkejut karna tiga orang yang sedang bertempur melawan belasan orang itu adalah tiga orang yang di liatnya di rumah makan di desa ndupiro yaitu wira bumi, wisnu wardana dan arya wisesa.
"hmmm. mereka adalah tiga orang yang pernah ku liat di rumah makan desa ndupiro. belasan orang itu kalo tidak salah orang orang yang dulu menyerang ku yaitu anak buah sura widura. mereka pasti anggota partai cakar elang. hmmm. aku harus menolong tiga orang itu, mereka sudah terdesak hebat, kalo tidak segera di tolong mereka pasti celaka." gumam antoch pelan.
Antoch bersiul nyaring dan panjang seraya melesat ke arah medan pertempuran. dia menuju ke arah bocah kecil yaitu arya wisesa yang sudah babak belur terkena pukulan dan tendangan tiga orang pengeroyoknya. hanya dalam sekali gebrakan saja dengan jurus sentilan maut dewa langit dia sudah membuat tiga orang yang mengeroyoknya terpental roboh di tamah.
Suara siulan nyaring antoch membuat semua orang terkejut dan berhenti bertarung sejenak, mereka juga terkejut mendengar jeritan tiga orang temannya yang terpental roboh di tanah. mereka meliat seorang pemuda baju biru berdiri membelakangi arya wisesa.
"bangsat ! siapa kau? berani sekali ikut campur urusan kami." bentak salah seorang dari mereka.
Antoch hanya tersenyum tipis saja menatap tajam orang itu.
"Ekh. bukankah dia orang yang pernah bertarung dengan kita di barat hutan waru saat sura widura menangkap anak istri adipati jatinom." seru orang yang lain mengenali antoch.
"kau benar. bangsat busuk itu lagi rupanya, dia hendak ikut campur lagi urusan kita. kita bunuh dia, serang.!" sahut orang yang lain memberi aba aba.
Belasan orang itu serentak maju menyerang antoch dengan bersenjata golok dan pedang namun antoch tenang sekali tidak gugup di serang belasan orang tersebut. dia membuat gerakan tangan memutar cepat di depan dada yang tiba menghantam ke arah belasan orang itu dalam jurus dewa angin menyapu ombak badai maka dari tangan antoch keluar suatu kekuatan dahsyat berupa angin kencang yang menyapu seluruh belasan orang tersebut hingga terpental jumpalitan roboh di tanah tapi karna antoch tidak berniat jahat pada orang orang itu maka orang orang itu hanya terluka ringan saja. tujuannya hanya ingin membuat orang orang itu gentar dan lari ketakutan. benar saja, belasan orang itu langsung lari tunggang langgang meliat kehebatan pemuda baju biru tersebut.
"huh." dengus antoch di hidung meliat belasan orang itu kabur terbirit birit.
Wira bumi, wisnu wardana dan arya wisesa sangat kagum akan kehebatan antoch yang hanya sekali pukul saja bisa membuat belasan orang itu terpental roboh lalu kabur terbirit birit.
Wira bumi maju mendekati antoch segera menyoja memberi hormat. "terima kasih atas pertolongan tuan. entah apa jadinya kami jika tuan tidak menolong kami." ucapnya.
Antoch menatap tiga orang itu sejenak dan terakhir dia menatap arya wisesa cukup lama tidak berkata apa apa.
"bolehkah kami tahu nama tuan yang mulia?" tanya wira bumi sopan.
Antoch menatap wira bumi tajam sekali membuat wira bumi jadi bergetar sendiri karna tatapan antoch bagai mengandung suatu kekuatan gaib yang sangat berkharisma. "hmmm. pulanglah ke tempat asal kalian. sia sia saja kalian datang kesini karna tempat yang kalian cari tidak ada di daerah ini." ucapnya. Tiga orang itu tersentak kaget mendengar ucapan antoch yang seperti mengetahui tujuan mereka. mereka saling pandang karna terheran heran sendiri.
Antoch berbalik badan berjalan hendak pergi dari hadapan tiga orang itu namun buru buru di cegah oleh wira bumi.
"Tuan tunggu !" teriak wira bumi mencegah. "maaf tuan. apa maksut ucapan tuan tadi?" tanyanya penasaran.
"Apa kalian mencari lembah yang di tumbuhi 9 jenis bunga?" tanya antoch tanpa menoleh membelakangi mereka.
Tiga orang itu terkejut antoch mengetahui tujuan mereka.
"benar.dari mana tuan tahu tujuan kami?" jawab wira bumi heran dan makin penasaran.
Wisnu wardana yang berotak cerdas merasa jika pemuda baju biru tahu dimana lembah 9 bunga yang mereka cari. "maaf tuan. jika tuan berkenan bolehkah kami meminta petunjuk tuan dimana kami bisa menemukan lembah 9 bunga tersebut? harap tuan bermurah hati sudi memberi tahu kami." ucapnya halus dan ramah.
"huh. apa kalian tidak mendengar apa yang katakan tadi? sia sia kalian mencari tempat yang tidak ada. pulanglah." kata antoch tawar.
"Tuan. kami tahu kalo tuan mengetahui tempat yang kami cari itu. harap tuan sudi memberi tahu kami dimana tempat itu berada. budi besar tuan tentu tidak akan kami lupakan." kata wisnu wardana tetap bersikap ramah.
"huhuhu." tawa antoch dingin. "dari mana kau bisa menebak aku mengetahui tempat yang kalian cari itu?" tanyanya.
wisnu wardana tersenyum karna dia bertanya sebenarnya hanya meraba raba saja. "tuan memiliki ilmu silat yang tinggi tentu sudah berkelana ke delapan penjuru angin, tempat yang orang lain tidak tahu mungkin tuan mengetahuinya." ucapnya kalem.
"hahahaha." antoch tertawa keras sampe membuat tempat itu bergetar hingga tiga orang itu jadi sempoyongan karna tanah yang mereka pijak seperti bergoyang. "kau cerdik tapi kali ini tebakan mu salah. usia mu jauh di atas ku tapi kenapa pikiran mu bisa sebodoh itu. hahaha." ucapnya datar.
Wisnu wardana tidak gusar di katai bodoh oleh antoch namun tidak begitu bagi wira bumi dan arya wisesa. mereka tampak gusar karna di katai bodoh oleh antoch.
"Tuan. kami berterima kasih karna tuan telah menolong kami tapi perkataan tuan yang merendahkan kami tentu kami bisa terima." seru wira bumi keras dan tegas.
Antoch menoleh ke belakang menatap wira bumi tajam. "kau bilang aku merendahkan kalian? ucapan ku yang mana yang merendahkan kalian. hmm?" tanyanya.
"huh. mengatai kami bodoh apa itu tidak menghina kami? menghina kami sama saja tuan merendahkan kami." seru wira bumi berapi api.
Antoch tertawa datar. "huhuhu. lalu kau mau apa?" ucapnya seperti menantang wira bumi.
wira bumi jadi makin gusar mendengar ucapan antoch yang seperti memandang remeh dirinya. "huh. sekalipun kau seorang dewa, aku tidak takut. harga diri ku tidak semudah itu bisa kau rendahkan." serunya tegas sekali.
"hmmm." antoch tersenyum tipis seolah mengejek wira bumi. "majulah !" ucapnya menantang.
Wisnu wardana mengerutkan kening meliat sikap dan cara bicara antoch, dia merasa seolah antoch sedang menguji sesuatu. otaknya yang memang cerdas menangkap ada sesuatu hal yang tersembunyi dari sikap dan cara bicara antoch. dia buru buru hendak mencegah wira bumi untuk tidak terpancing emosinya tapi terlambat karna wira bumi sudah keburu gusar dan langsung menyerang antoch dengan jurus pukulan terhebatnya yaitu pukulan macan putih. ilmu ini dia yakinkan selama enam tahun di ujung kulon di bawah bimbingan gurunya yang bergelar harimau putih pesisir kulon. ilmu itu mampu menghancurkan batu gunung sebesar kerbau dewasa, bisa di bayangkan jika terkena tubuh manusia maka orang yang terkena pukulan itu akan mati seketika dengan dada remuk.
"hyeaat !" teriak wira bumi keras melesat maju mengarahkan pukulannya ke dada antoch dengan tenaga dalam penuh.
"hmmm." gumam antoch sama sekali tidak bergerak atau berusaha menghindar pukulan wira bumi yang bertenaga dalam tinggi.
"Bugkh !"
suara benturan pukulan whra bumi dengan dada antoch.
"hah?!" wisnu wardana kaget sekali karna wira bumi mampu mendaratkan pukulannya di dada antoch, semula dia mengira antoch akan mudah sekali menghindar dari pukulan wira bumi tapi pada kenyataannya wira bumi dapat memukul antoch dengan mudah, dia menduga pasti antoch bakal terluka dalam parah terkena pukulan macan putih yang dia tahu sangat hebat tapi perasaan itu hanya sekejap saja karna tiba tiba wira bumi terlempar ke belakang namun tidak mengalami luka apa apa. buru buru wisnu wardana menghampiri wira bumi.
"wira bumi. kau tidak apa apa?" tanyanya kuatir.
wira bumi menggelengkan kepala. "tidak. aku tidak apa apa." ucapnya.
"apa yang terjadi?" tanya wisnu wardana penasaran dengan kejadian terlemparnya wira bumi padahal jelas jelas pukulan wira bumi telak mendarat di dada antoch, gimana mungkin wira bumi yang malah terpental bukan antoch.
"Entahlah. aku merasa seperti memukul dinding karet. tenaga ku seperti lenyap tak berbekas, seperti batu yang tenggelam di lautan, lalu tiba tiba ada tenaga lunah mendorong aku ke belakang hingga aku terpental ke belakang." kata wira bumi memberi tahu apa yang terjadi.
"benarkah?" tanya wisnu wardana menegaskan.
"Ya." wira bumi mengangguk pelan. "ilmu orang itu sangat tinggi sekali. pukulan macan putih yang ku banggakan tiada berarti apa apa di hadapannya." ucapnya.
wisnu wardana menatap antoch karna kagum sekali akan ilmu silatnya.
"huh." dengus antoch di hidung. "tenaga mu tidak sebesar omongan mu. ilmu anak anak kau tontonkan di hadapan ku, memalukan." ledeknya.
Wira bumi meski panas dan gusar tapi tidak bisa berbuat apa apa karna dia tidak mungkin bisa mengalahkan antoch. dia cuma bisa menahan rasa gusarnya saja. "ilmu tuan memang hebat, aku merasa takluk." ucapnya merasa takluk.
"huh. aku tidak butuh pujian mu itu." dengus antoch. "meliat dari sikap kalian aku tahu kalo kalian adalah pejabat penting dalam istana. entah apa tujuan kalian kesini dan tujuan itu pasti bukan hal yang sepele. apa tujuan kalian ini sebenarnya?" ucapnya bertanya.
Tiga orang itu saling pandang karna lagi lagi mereka kaget karna antoch mengetahui kalo mereka adalah petinggi dalam istana.
"hmmm. terus terang, kami memang petinggi istana. tujuan kami ke daerah tengah karna mendapat tugas dari seorang resi untuk mencari lembah yang di tumbuhi 9 jenis bunga." kata arya wisesa berterus terang.
"Untuk apa kalian mencari lembah itu?" tanya antoch ingin tahu.
"Meliat dari bicara mu kau sepertinya tahu lembah yang kami cari itu." kata arya wisesa menatap antoch tajam.
"hmmm." gumam antoch tertawa kecil. "kau bocah cerdik. aku memang tahu lembah yang kalian cari itu." ucapnya.
"benarkah? dimana lembah itu? tolong beri tahu kami." seru arya sena buru buru karna girang antoch mengetahui lembah yang mereka cari.
"huh. tidak semudah itu bocah. ada syaratnya jika kau ingin tahu dimana lembah itu." kata antoch.
"syarat? syarat apa? apapun syarat yang kau minta pasti akan aku kabulkan." seru arya wisesa cepat.
"tuan. apaun syarat yang kau minta kami pasti akan kabulkan. kau minta harta atau jabatan di istana pasti kami berikan asal tuan bersedia memberi tahu dimana lembah yang kami cari itu." kata wisnu wardan ikut bicara.
Antoch langsung gusar bukan main mendengar ucapan wisnu wardana yang di anggapnya telah merendahkan harga dirinya. mukanya jadi tidak sedap di pandang, kaku dan dingin bukan main menatap tajam wisnu wardana. tiba tiba dia mencentilkan jarinya ke arah batu besar yang berjarak tiga meteran dari tempatnya, tidak ada suara tidak ada angin tiba tiba besar itu berlubang tembus seperti habis di tusuk benda keras yang sangat tajam.
"sekali lagi kau berani bicara seperti itu, akan ku buat batok kepala mu seperti batu itu !" ucapnya dinginp sekali.
Tiga orang itu langsung ciut nyalinya karna bergidik ngeri meliat sebuah batu keras bisa berlubang tembus hanya dengan sentilan yang berjarak tiga meteran. jika sampe kena kepala maka bisa di pastikan nasibnya akan sama seperti batu itu yaitu akan bolong.
"Maaf tuan. bukan maksut..." wisnu wardana menyadari telah kesalahan bicara, dia hendak meminta maaf dan menjelaskan maksutnya tapi tidak jadi di teruskan karna antoch sudah mengangkat tangan tanda melarang bicara. terpaksa wisnu wardana diam tidak berani buka suara lagi.
"Bocah !" tegur antoch menatap arya wisesa tajam. "syarat ku mudah saja, kau berlututlah di hadapan ku dan panggil aku guru. hmmm." ucapnya tersenyum tipis.
"apa?!" seru arya wisesa tercekat karna tidak menduga antoch berkata seperti itu yang berarti hendak menjadikannya murid. "kau menyuruh aku berlutut di depan mu dan memanggil mu guru?" tanyanya tidak percaya.
"Ya." antoch mengangguk. "kalo kau mau berlutut memanggil aku guru maka akan ku beri tahu dimana lembah 9 bunga yang kau cari itu. gimana?" ucapnya.
Arya wisesa berpaling menatap wira bumi dan wisnu wardana seolah ingin minta pendapat pada mereka.
wira bumi yang juga terkejut mendengar syarat antoch tidak tahu harus berkata apa karna jika dia menolak maka mereka pasti celaka di tangan pemuda baju biru tersebut tapi jika menerima itu tidaklah mungkin karna mereka mendapat tugas dari resi kalianjar untuk mencari lembah 9 bunga dan di lembah itulah mereka akan menemukan seseorang yang akan menjadi guru arya wisesa. dia memandang wisnu wardana agar dia saja yang bicara pada antoch kalo tidak mungkin arya wisesa berguru pada antoch.
Wisnu wardana paham akan pikiran wira bumi, dia menyoja pada antoch. "tuan..."
"Diam !" bentak antoch tegas dan angker sekali membuat wisnu wardana tidak berani bicara lagi. "kalo kalian berdua berani buka suara, jangan salahkan aku jika aku bertindak keras pada kalian." ucapnya dingin sekali.
Dua perwira tinggi kerajaan pasir batang yang cukup di segani di kalangan prajurit istana di hadapan antoch berubah menjadi mirip dua ekor kelinci di depan singa lapar, entah kenapa mereka begitu tidak punya nyali sedikitpun di hadapan antoch. sekarang keputusan berada di tangan arya wisesa, menerima jadi murid antoch atau mengingkari tugas dan pesan resi kalianjar.
"bagaimana bocah? kau mau berlutut atau tidak?" tanya antoch tegas.
Arya wisesa jadi bingung karna jika menolak, pasti antoch akan gusar dan mencelakai mereka tapi jika menerima itu mana mungkin karna tugas dari resi kalianjar sangat penting dan dia juga tidak ingin mengingkari tugas tersebut, setelah berpikir cukup lama akhirnya sadar akan satu hal, yaitu seorang pria harus mengutamakan tugas besar yang di embannya, sekali kali jangan sampe menjatuhkan harga diri dan menunjukkan kelemahan di hadapan orang lain meski nyawa taruhannya. Rasa takut yang semula menyelimuti kini perlahan lahan hilang berganti sikap gagah bak seorang ksatria sejati. dia menatap tajam antoch dengan sikap angkuh seolah tiada rasa gentar sedikitpun dalam hatinya.
"huhuhu. aku adalah seorang pria sejati, tugas besar yang emban tidak akan mudah aku khianati, meski kau membunuh ku karna aku tidak bersedia menjadi murid mu, aku tidak takut. silakan kau bunuh aku, aku tidak akan gentar tapi kau harus ingat, kau akan di tertawakan oleh segenap orang gagah di kolong langit karna menindas anak lemah." seru arya wisesa tajam dan tiada rasa takut sedikitpun.
Antoch cukup terkejut meliat perubahan sikap anak kecil tersebut, namun rasa terkejutnya tidak dia perliatkan, wajahnya tetap dingin menatap arya wisesa. "hmmm. bocah itu menunjukan sikap ksatria di saat genting, ketegaran hatinya cukup kuat dan aku acungi jempol. hebat !" pujinya dalam hati. "huhuhu. bocah, sekali lagi aku tanya kau mau berlutut di hadapan ku memanggil ku guru atau tidak?" tanyanya.
"Tidak !" jawab arya wisesa tegas.
"hahahaha." antoch tertawa keras panjang agak lama. "bocah. baik, aku tidak akan memaksa mu sekarang, kau pasti menyesal jika menolak jadi murid ku." ucapnya.
"tidak. aku tidak akan menyesal." seru arya wisesa cepat.
"hahaha. baiklah. kau sekarang tidak menyesal tapi suatu saat kau pasti akan menyesal dan meski kau merengek rengek ingin menjadi murid ku tapi aku tidak akan peduli. tugas yang kau emban akan jadi sia sia belaka. hahaha." kata antoch tertawa lebar.
Arya wisesa hanya terdiam mendengus saja mendengar ucapan antoch karna dia yakin tidak akan menyesal.
"hmmm. bocah, aku memuji sikap ksatria mu. aku tidak akan menyulitkan mu dan dua orang kawan mu itu. pergilah kalian ke utara dan carilah lembah tengkorak karna lembah itulah yang kalian cari, di sanalah tumbuh 9 jenis bunga yang kalian sebut lembah 9 bunga. kita pasti bertemu lagi, sampe jumpa. hahahaha !" kata antoch lalu balik badan melesat cepat bagai kilat dalam sekejap sudah tidak terliat namun suara tawanya masih terdengar menggema di kawasan tempat itu.
Arya wisesa, wira bumi dan wisnu wardana saling pandang heran dan bingung dengan sikap pemuda baju biru, mereka juga bernafas lega karna pemuda baju biru itu tidak mencelakai mereka karna permintaan syaratnya di tolak.
"Raden. apa kau baik baik saja?" tanya wira bumi mencemaskan arya wisesa.
"Aku tidak apa apa paman." jawab arya wisesa menggelengkan kepala.
"syukurlah." kata wira bumi lega.
"Pemuda tadi ilmunya luar biasa sekali. batu keras bisa dia bikin berlubang hanya dengan sentilan jari saja, aku belum pernah meliat ilmu sentilan yang sehebat itu. hmmm." ucap wisnu wardana.
"kau benar wisnu. pukulan sakti yang bisa menghancurkan batu besar memang ada banyak termasuk pukulan macan putih ku tapi untuk membuat batu berlubang sehalus itu hanya tokoh sakti berilmu mencapai taraf kesempurnaan yang dapat melakukannya." kata wira bumi membenarkan ucapan wisnu wardana.
"Ya. pemuda itu masih sangat muda tapi ilmu silatnya sudah mencapai tingkat tokoh kosen dunia persilatan. benar benar sukar di percaya." kata wisnu wardana.
"Paman. sudahlah. kita tidak usah membicarakan orang itu lagi, Yang perlu kita pikirkan adalah ucapan dia yang mengatakan kalo lembah yang kita cari berada di utara, bernama lembah tengkorak. apa paman pernah mendengar lembah itu?" sela arya wisesa mengalihkan obrolan.
"benar raden. kita tidak perlu membicarakan pemuda baju biru tadi. hmmm. aku pernah mendengar nama lembah tengkorak dari mendiang guru ku, kata beliau konon lembah tengkorak adalah tempat yang angker dan sukar di datangi. dimana tepatnya letak lembah itu saya tidak tahu raden." kata wira bumi.
"kita memang tidak tahu dimana lembah tengkorak tapi nanti kita bisa bertanya pada seseorang yang tahu dimana letak lembah tengkorak itu." kata wisnu wardana.
"benar paman. kalo begitu kita menuju ke utara dan bertanya pada penduduk desa terdekat." kata arya wisesa mengangguk. "Tunggu raden." cegah wira bumi cepat. "kita jangan buru buru pergi ke lembah tengkorak, belum tentu lembah itu tempat yang kita cari. bisa saja pemuda tadi hanya berniat buruk pada kita dengan mengatakan kalo lembah tengkorak adalah tempat yang kita cari, dia mungkin mau mencelakai kita secara halus dengan menyuruh kita ke lembah tengkorak. kita tidak boleh percaya begitu saja." ucapnya.
"hmmm. aku setuju dengan pendapat mu wira bumi. kita memang tidak boleh percaya begitu saja dengan ucapan pemuda baju biru tadi. kita memang harus berhati hati." kata wisnu wardana setuju dengan ucapan wira bumi.
"Aku rasa orang itu tidak berniat buruk pada kita, dia pasti bicara jujur karna aku meliat dia bukan tipe orang licik dan berhati jahat." sanggah arya wisesa tidak sependapat dengan wira bumi.
"Maaf raden. dunia persilatan penuh tipu daya yang tidak bisa kita duga sebelumnya. orang yang terliat baik belum tentu berhati baik, sebaliknya orang yang terliat tidak baik belum tentu orang jahat. hari ini kawan besok bisa saja menjadi lawan. kita tidak boleh percaya begitu saja pada omongan orang yang tidak kita kenal." kata wira bumi.
"kau benar paman wira. aku masih terlalu kecil untuk mengetahui hati orang orang persilatan tapi aku tidak takut jika memang benar orang itu berniat buruk pada kita, kita coba ke lembah tengkorak dari pada kita tiada arah tujuan pasti dalam mencari lembah yang di amanatkan resi guru." kata arya wisesa.
"Maaf raden. kita memang tidak perlu takut dengan niat baik atau buruk pemuda tadi namun alangkah bijaksana kita tidak mudah percaya begitu saja ucapan pemuda itu." kata wisnu wardana.
"hmmm. baiklah. lalu apa pendapat paman?" tanya arya wisesa.
Mereka bertiga terdiam sejenak memikirkan apa yang akan mereka lakukan. mengikuti ucapan antoch atau tidak.
"hmmm. jika aku boleh usul, gimana kalo kita ke puncak lawu dulu. disana kita bisa meliat pertarungan para tokoh silat sakti dalam turnamen pedang yang pasti membuat gempar dunia persilatan. kesempatan ini tidak datang dua kali dalam seumur hidup, kita tidak boleh menyianyiakan kesempatan ini. bagaimana?" kata wira bumi mengajukan pendapat.
"huh. aku tidak tertarik dengan acara seperti itu. aku jauh lebih mementingkan tugas dari resi guru dari pada menyaksikan turnamen pedang itu." kata arya wisesa datar.
"Maaf raden. kita kesana juga bukan tidak ada tujuan apa apa tapi di sana kita bisa bertanya pada para tokoh silat tentang lembah 9 bunga, aku yakin salah satu dari mereka pasti tahu dimana lembah 9 bunga tersebut." kata wira bumi.
"benar raden. ini bisa menjadi pengalaman berharga kita untuk mengenal ilmu silat tokoh tokoh kosen dunia persilatan. kesempatan ini jarang terjadi, bagaimana raden?" kata wisnu wardana menambahi.
"hmmm." gumam arya wisesa terdiam memikirkan pendapat dua pengawalnya. "baiklah paman. aku ikut usulan kalian." ucapnya setuju.
Dua perwira istana pasir batang itu tersenyum senang arya wisesa setuju dengan usul mereka.
"ayo kita jalan lagi raden !" ajak wira bumi untuk kembali melanjutkan perjalanan.
"Mari paman." sahut arya wisesa mengangguk.
Mereka segera berjalan lagi melanjutkan perjalanan.
ANTOCH terus berjalan santai di perbukitan yang hijau indah di wilayah karang anyar dimana dari perbukitan itu dia sudah bisa meliat gunung lawu yang menjulang tinggi meski jaraknya masih sangat jauh sekali. butuh waktu dua hari perjalanan untuk tiba di kaki gunung lawu tersebut. antoch tidak ingin buru buru untuk tiba di gunung lawu itu, dia ingin menikmati perjalanannya sambil mengagumi alam ciptaan sang maha kuasa yang indah itu. dari atas bukit dia meliat ada sebuah telaga kecil yang cukup indah dan berair jernih, dia buru buru berlari ke telaga kecil itu karna ingin membersihkan diri setelah dua harian ini tidak mandi, seluruh tubuhnya terasa gerah karna berkeringat dan kotor oleh debu. begitu tiba di pinggir telaga dia langsung meletakkan buntalan kain yang dia bawa dan melepas pakaiannya hingga tinggal memakai celana saja. dia segera melompat masuk ke dalam air telaga yang jernih segar. dia menyelam ke dalam air telaga cukup lama dan sesaat dia lagi menyelam, tidak lama dari arah lain muncul seorang pemuda berbaju hijau tua di tepi telaga itu, dia lalu duduk di atas batu melepaskan kasutnya lalu menyelupkan kakinya ke air telaga dan lalu mengayun ayunkan kakinya bermain air, ketika pemuda itu sedang bermain air telaga tiba tiba dia di kejutkan oleh sesuatu yang bergerak di dalam air dan benda yang bergerak itu muncul di permukaan air telaga.
"Auww !" pekik pemuda itu menjerit kaget meliat benda yang muncul di permukaan telaga. benda itu tidak lain adalah antoch yang muncul dari dalam air setelah menyelam di dalam telaga itu.
Antoch yang mendengar suara pekikan jerit seseorang di pinggir telaga jadi terkejut juga, dia buru buru menoleh ke arah asal suara itu, dia meliat seorang pemuda berdiri di atas batu tepi telaga bertelanjang kaki. dia jadi heran sendiri karna jelas jelas yang dia dengar tadi adalah suara pekikan seorang wanita tapi kenapa jadi seorang pemuda yang dia liat tapi tidak butuh lama dia herannya karna dia meliat keanehan yang ada di pemuda itu yaitu sepasang kaki pemuda itu putih mulus milik kaki seorang wanita, dia sadar kalo pemuda itu adalah seorang wanita yang menyamar jadi seorang pria.
Pemuda di tepi telaga setelah dapat meredam kagetnya segera membentak orang yang ada di tengah air telaga. "heh. siapa kau? berani sekali berbuat kurang ajar pada ku." bentaknya.
Antoch bersikap acuh tak acuh seolah tidak mendengar bentakan pemuda di tepi telaga.
"hei. aku bicara pada mu, kau dengar tidak? atau kau ini tuli dan bisu ya !" bentak pemuda di telaga kesal karna tidak di gubris.
Antoch tetap acuh tak acuh, dia malah punya pikiran hendak mengerjai gadis yang menyamar seorang pria itu. dia tersenyum geli membayangkan gimana reaksi orang itu jika dia keluar dari air telaga yang bertelanjang, pasti gadis itu akan merah padam karna saking malunya. dia segera berenang ke tepi telaga lalu keluar dari air telaga seolah tiada orang lain di tempat itu.
Meliat antoch keluar dari air telaga dalam ke adaan telanjang membuat dia kaget bukan main, buru buru dia balik badan membelakangi antoch. mukanya merah padam karna menahan malu, untung dia buru buru balik badan jika tidak dia pasti meliat tubuh telanjang antoch.
"hei. sobat. kenapa kau balik badan? apa ada yang aneh di tubuh ku sampe kau balik badan. hmmm?" seru antoch tertawa kecil meliat orang yang tadi datang balik badan karna malu meliatnya keluar dari air telaga dalam keadaan telanjang. padahal dia masih memake celana jadi tidak telangjang bulat.
"cis. dasar tidak tahu malu. cepat pake baju mu !" seru orang berbaju hijau tua itu mendengus.
Antoch tertawa geli meliat sikap orang baju hijau tua yang lucu. "hei. sobat. kenapa kau keliatan malu begitu? aku mau telanjang atau tidak kenapa kau jadi yang bingung." ucapnya menahan tawa.
"cis. dasar tidak tahu malu. sudah cepat pake baju mu, aku tidak mau kena sial cuma gara gara meliat mu telanjang." seru orang itu tetap tidak berani bergerak menoleh ke belakang.
"hahaha. iya sebentar. kau jangan ngintip ya." sahut antoch tertawa lebar.
"cis. siapa sudi mengintip mu, bikin sial saja." dengus orang itu kesal. setelah di tunggu agak lama tidak ada sahutan suara membuat orang itu jadi kesal. "hei. sudah belum?" serunya bertanya.
tetap sepi tiada sahutan membuat dia jadi tambah kesal, dia nekat meliat ke belakang tapi dia jadi terkejut karna tidak meliat siapa siapa di tempat itu.
"ekh. kemana orang itu? kok tidak ada?" ucapnya celingukan mencari cari antoch.
"hei.kau mencari siapa?" tanya suara tiba tiba dari arah belakang orang itu.
"Ekh?!" pekik orang berbaju hijau kaget sekali mendengar suara dari arah belakangnya. dia menjerit karna kaget dan hampir terjatuh ke telaga kalo tidak buru buru di pegang pinggangnya oleh orang yang ada di belakang. orang itu meliat seorang pemuda tampan yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke telaga. sejenak dia terpesona pada pemuda itu yang begitu tampan, jantungnya jadi bergetar dan mukanya jadi memfrah karna malu malu.
"kau tidak apa apa?" tanya pemuda tampan yang menahan tubuh orang baju hijau, orang itu tidak lain adalah antoch yang sudah berganti pakaian memake baju putih bersih dan berjubah biru.
Buru buru orang berbaju hijau tersadar dari terpesonanya, dia segera berdiri dan memalingkan muka untuk menutup raja jengahnya karna di tubuhnya di tahan antoch mirip orang memeluk.
Antoch hanya tersenyum tipis saja meliat tingkah orang baju hijau itu. "silakan nona membasuh diri di telaga ini, saya permisi dulu." ucapnya lalu berjalan pergi namun di cegah oleh orang baju hijau.
"Ekh. tunggu !" seru orang baju hijau buru buru.
Antoch balik badan meliat orang baju hijau itu. "ada apa?" tanyanya.
"Tadi kau panggil aku apa? nona?" seru orang baju hijau heran.
"benar. kenapa?" jawab antoch lalu bertanya.
"kenapa kau memanggil ku nona? apa aku seperti wanita?" tanya orang baju hijau heran kenapa antoch tahu kalo dia adalah seorang wanita, padahal dia berdandan seperti pria dan dandanannya itu sangat rapi serta sulit di ketahui kalo dia adalah seorang wanita.
Antoch tertawa kecil meliat orang baju hijau itu. "dandanan mu memang seperti pria tapi suara dan kulit serta bentuk tubuh mu adalah wanita, orang lain bisa tertipu oleh penampilan mu tapi aku tidak. hmmm." ucapnya tersenyum.
Senyuman itu membuat orang baju hijau tua yang memang gadis sedang menyamar jadi terpesona lagi dan mukanya kembali menjadi merah.
"aku tidak tahu kenapa kau menyamar jadi pria dan aku juga tidak mau tahu apa alasan dan tujuan mu menyamar. jika kau hendak membasuh diri di telaga ini, silakan saja. hmmm." kata antoch lalu berjalan pergi.
"Ekh. tunggu !" cegah orang baju hijau tapi antoch tidak menghiraukan teriakannya dan terus berjalan pergi. "hei. kau tunggu ! tunggu kata ku !" teriaknya lagi tapi tetap tidak di gubris antoch. "huh. dasar orang aneh, berani sekali dia tidak menggubris panggilan ku. huh. akan aku ganggu kau sampe kau repot sendiri." gerutunya kesal.
Buru buru gadis yang menyamar seorang pria itu memake kasut sepatunya lagi lalu berlari mengejar antoch yang berjalan pergi.
HARI semakin beranjak sore dan bahkan sudah menjelang senja yang berarti malam akan tiba. antoch terus berjalan tenang menyusuri area perbukitan di daerah karang anyar itu, dia tidak peduli pada gadis yang menyamar jadi pria itu terus mengikuti dirinya. begitu gelap sudah hampir menutupi bumi baru dia berhenti di sebuah tanah cukup lapang di pinggiran hutan kecil. antoch mengumpulkan potongan kayu kering dan daun daun kering untuk di jadikan api unggun kecil sebagai pengusir hawa dingin malam.
"hei. kenapa kita tidak mencari penginapan di desa terdekat saja, kenapa malah bermalam di sini. sudah dingin banyak nyamuk lagi." seru gadis yang menyamar itu setengah menggerutu.
Antoch tidak pedulikan seruan si gadis penyamar itu, dia duduk tenang di dekat api unggun guna menghangatkan tubuh.
"Hei. kau dengar tidak? aku bicara pada mu." seru gadis yang menyamar itu jengkel karna di cuekin antoch.
"hmmm." gumam antoch pelan menoleh ke arah barat seolah tengah meliat sesuatu. "satu. dua. tiga. hmmm. ada tiga orang." ucapnya seperti bergumam.
"hei. kau bicara apa? ada tiga orang? apa maksut mu?" tanya gadis penyamar itu tidak mengerti antoch bicara apa.
Antoch menatap gadis penyamar itu. "ada tiga orang menuju ke sini, mereka sepertinya mencari mu." ucapnya.
"tiga orang menuju kesini mencari ku? mana? aku tidak meliat siapa siapa disini." tanya si gadis penyamar heran.
Antoch diam saja tidak menjawab, dia kembali meliat api unggun kecil sambil memasukan potongan kayu kering ke dalam api unggun itu.
"cih. mulai cuek lagi." gerutu si gadis penyamar.
Benar saja tidak lama dari arah barat muncul tiga orang menuju ke arah mereka, tiga orang berbaju seragam hijau yang di dada kiri terdapat sulaman gambar dua pedang menyilang dalam lingkaran. tiga orang berhenti di dekat mereka dan salah satu dari tiga orang itu menyoja pada antoch dan gadis penyamar.
"Maaf tuan. bolehkah kami mengganggu waktu tuan tuan sejenak. kami sedang mencari seseorang mungkin tuan tuan meliat atau pernah bertemu dengan orang kami cari." ucapnya sopan.
"hmmm. saudara dari pintu partai manakah kalian?" tanya antoch balas menyoja.
Gadis baju hijau yang menyamar jadi seorang pemuda begitu mengetahui tiga orang yang baru datang itu buru buru menunduk tidak berani bergerak karna dia mengenali siapa tiga orang tersebut.
Orang yang tadi bicara dengan antoch bersikap hormat. "kami dari aliran raja pedang di kuto gede. nama ku haryo dan ini dua teman ku wardi dan warsito." ucapnya memberi tahu nama dan asal perguruan.
"Owh. kiranya murid aliran raja pedang yang sangat kesohor itu. senang rasanya bisa bertemu saudara saudara yang terhormat." kata antoch ramah.
Meliat pemuda berjubah biru menyanjung nama aliran raja pedang mereka membuat tiga orang itu jadi terliat bersikap jumawa dan tersenyum senang.
"cih. dasar bodoh. harusnya kalian malu dan merendah oleh pujian itu, bukan malah bersikap jumawa seperti itu. memalukan." gerutu gadis penyamar itu dalam hati.
"Siapa orang yang kalian cari itu?" tanya antoch.
"Seorang gadis muda, dia adalah putri kedua ketua kami bernama ayu welas. apa tuan meliat dia?" jawab haryo memberi tahu siapa yang dia cari.
"hmmm." gumam antoch lirih. dia melirik ke arah gadis baju hijau yang menyamar, dia tertawa dalam hati karna meliat gadis itu duduk diam tidak berani bergerak apa lagi mengangkat wajahnya. "hmm. jadi dia putri kedua ketua aliran raja pedang, entah apa maksut dan tujuan dia pergi dari rumah tanpa pamit hingga para anggota aliran raja pedang mencari dia. huhuhu. dasar anak bandel." batinnya dalam hati. "maaf aku tidak meliat seorang gadis lewat sini dari tadi, mungkin dia pergi ke arah lain." ucapnya pada haryo.
"benarkah?" tanya haryo menegaskan.
"benar. maaf tidak bisa membantu saudara." kata antoch kalem.
"Owh. tidak apa apa. terima kasih atas waktunya. kami mohon diri. permisi !" kata haryo menyoja lalu pergi kembali ke arah barat dari mana mereka datang tadi.
Antoch sejenak meliat ketiga orang itu pergi lalu duduk lagi tanpa berkata apa apa diam menekuri api unggun.
"hufhz. pergi juga mereka akhirnya." kata gadis penyamar itu bernafas lega karna tiga orang itu sudah pergi. dia menatap pemuda berjubah biru itu sejenak. "hei. terima kasih sudah membantu aku." ucapnya halus.
"Jadi itu sebabnya kau menyamar jadi seorang pria, agar mereka tidak mengenali diri mu." kata antoch.
"Ya." jawab gadis penyamar itu pelan.
"hmmm. kau menyamar jadi pria pasti ada sesuatu hal yang membuat mu tidak ingin di ketahui orang lain terutama mereka. entah apa sesuatu hal itu aku tidak tahu." kata antoch.
"Aku akan beri tahu kamu asal kau mau membantu aku. gimana?" kata gadis penyamar itu.
"huh." antoch mendengus di hidung. "tidak perlu. tidak untungnya buat ku kau beri tahu semua pada ku, lagian kita tidak saling kenal." ucapnya tawar.
Gadis penyamar itu semakin kesal sendiri meliat sikap antoch yang dingin dingin saja itu. "huh. kau tidak mau tahu ya sudah, aku juga tidak berniat memberi tahu pada mu." serunya kesal.
Antoch diam saja tidak bicara lagi, dia hanya duduk tenang menekuri api unggun.
"hei. siapa nama mu?" tanya gadis penyamar itu coba bersikap sabar.
Antoch tidak menggubris pertanyaan gadis penyamar itu dan tetap diam saja.
"hei. aku tanya siapa nama mu? apa kau ini tuli." seru gadis penyamar itu jadi jengkel sendiri.
Antoch tetap diam saja tidak menjawab, sikapnya yang cuek itu jadi semakin membuat gadis penyamar jadi semakin kesal dan gregetan sendiri.
"hei. jawab ! aku tanya pada mu !" seru gadis penyamar itu keras karna saking kesalnya. "kalo kau tidak mau bicara lebih baik aku pergi saja, dari pada aku mati kesal meliat sikap mu yang sok dingin itu." serunya tegas karna gegetun.
"huh. kalo mau pergi ya pergi saja, tidak ada yang melarang." kata antoch acuh tak acuh.
"Kau..." seru gadis penyamar itu menunjuk antoch dengan menggigit gigi menahan kesal. dia tidak tahu harus mau apa lagi karna saking kesal sekali, dia hanya membanting kaki lalu balik badan.
"kenapa diam saja? tidak jadi perginya?" tanya antoch menahan tawa meliat gadis penyamar itu yang kesal.
"huh. aku mau pergi atau tidak apa urusan mu? toh kau juga tidak peduli." dengus gadis penyamar itu dingin karna kesal.
Antoch hanya tersenyum tipis meliat gadis penyamar itu yang membelakanginya karna kesal. dia beranjak berdiri lalu berjalan pergi dari tempat itu.
Gadis penyamar itu mendengar suara langkah antoch buru buru menoleh ke belakang. dia terkejut sekali meliat antoch berjalan pergi. "hei. kau mau kemana?" serunya cepat.
Antoch tidak menyahut dan terus berjalan pergi.
"hei." teriak si gadis penyamar keras tapi tetap tidak gubris. "huh. Ya sudah. pergi saja sana. aku tidak peduli. dasar laki laki tidak punya perasaan. tega meninggalkan seorang gadis sendirian di tempat sepi. pergi sana !" teriaknya kesal sekali. dia duduk menendang nendang apa saja di depannya dengan wajah cemberut.
Setelah cukup lama gadis penyamar itu sendirian di tempat itu dia jadi merasa takut sendiri, seolah olah di sekitar tempat itu banyak makhluk seram yang sedang menatapnya. suara daun daun yang bergesek tertiup angin seperti suara setan yang menakutkan. gadis penyamar itu jadi bergidik merinding, dia melompat berdiri memandang ke sekitar tempat itu yang sunyi sepi sekali. karna merasa takut sendiri dia berniat pergi menyusul ke arah dimana antoch tadi pergi. tanpa menoleh dia buru buru balik badan berlari ke arah tadi antoch pergi.
Bugk !
"Aduh !" pekik gadis penyamar itu mengeluh karna menubruk sesuatu di hadapannya hingga tersungkur jatuh. dia meliat ke depan siapa yang yang dia tubruk tadi. "kau?!" serunya tertahan mengenali siapa yang di tubruk tadi. "kenapa kau berdiri di situ? kau sengaja ya ingin membuat aku celaka, atau kau memang sengaja cari kesempatan biar aku tubruk. cih, dasar orang tidak sopan." makinya kesal.
"huh. dasar aneh. Orang dia yang menubruk sendiri aku yang di salahkan." ucap orang yang berdiri di depan gadis penyamar. orang itu tidak lain adalah antoch yang sudah kembali dari perginya tadi.
"halah. tidak usah mengelak, kau pasti sengaja biar aku menubruk mu. mengaku saja !" omeli gadis penyamar itu. di mulut dia marah marah tapi dalam hati dia bernafas lega dan senang karna antoch tidak jadi pergi.
"Aku dari tadi berdiri disini, kau saja yang aneh tahu tahu balik badan berlari menubruk ku." kata antoch sambil memunguti sesuatu benda di tanah, benda yang jatuh karna di tubruk oleh gadis penyamar itu. benda itu berwarna coklat tanah berbentuk lonjong panjang. "Apa kata mu? jadi kau menyalahkan aku? huh. jelas jelas kau tadi pergi, mana aku tahu kalo kembali lagi." seru gadis penyamar itu sengit.
Antoch tidak mau berdebat dengan gadis penyamar yang keras kepala itu. dia berjalan lalu duduk di dekat api unggun dan memasukkan beberapa benda yang di bawanya ke dalam api unggun. dia membenahi api unggun itu agar menyala lebih besar.
"hei. bantu aku. pantat ku sakit sekali gara gara jatuh menubruk mu tadi. cepat !" seru gadis penyamar manja.
"kau kan seorang pendekar, jatuh seperti itu tidak akan membuat mu cacat atau lumpuhkan. berdiri saja sendiri." sahut antoch tanpa menoleh. "hih. dasar laki laki berhati batu. tidak peduli akan penderitaan seorang wanita." gerutu gadis penyamar itu marah marah sendiri. dia terpaksa bangun dari duduknya karna terjatuh tadi. dia berjalan mendekati antoch sambil menekuk muka lalu duduk di dekat api unggun. "kau bawa apa tadi? aku liat kau membawa sesuatu yang kau masukkan ke api unggun. memang apa itu?" tanyanya ingin tahu.
"makanan." jawab antoch singkat.
"makanan? makanan kok bentuknya aneh begitu? lagian aku belum pernah ada makanan yang seperti itu. ubi bukan ketela juga bukan. dari mana kau dapat makanan seperti itu?" tanya si gadis penyamar heran.
"di sungai." jawab antoch pendek.
"di sungai? memang ada di sungai makanan seperti itu? aneh banget." kata si gadis penyamar tidak percaya.
"sudah. kau diam saja, nanti juga tahu makanan apa itu." hardik antoch.
"huh. aku tidak mau makan makanan yang aneh seperti itu. bukannya kenyang malah sakit perut yang ada." kata gadis penyamar sengit.
"siapa juga yang menyuruh mu makan, orang ini aku cari buat ku sendiri." kata antoch sengit.
"kau?" seru si gadis tertahan. "huh. terserah. kau beri juga tidak mau." serunya jengkel dan gregetan.
Antoch hanya tersenyum kecil saja tidak bicara lagi. mereka jadi sunyi tidak terdengar suara pertengkaran mereka lagi karna mereka tidak berkata apa apa lagi. setelah cukup lama saling diam akhirnya gadis penyamar itu tidak tahan juga untuk terus berdiam diri.
"hei. aku tanya baik baik pada mu. nama mu siapa sih? kali ini tolong jawab pertanyaan ku." tanya gadis penyamar itu serius.
Antoch melirik gadis penyamar itu sejenak lalu menghela nafas panjang. "Jujur saja, aku enggan menyebutkan nama ku pada orang lain apa lagi sama orang yang seperti mu ini." ucapnya.
"kenapa?" tanya gadis penyamar itu heran.
"kau seorang gadis tapi berpenampilan mirip laki laki, membuat aku semakin enggan memberi tahu nama ku." kata antoch.
"hmmm. kalo aku berpenampilan jati diri ku sebenarnya apa kau mau beri tahu nama mu?" tanya gadis penyamar itu.
"belum tentu." jawab antoch singkat.
"huh. kalo begitu kau tetap tidak mau memberi tahu nama mu pada ku?" dengus gadis penyamar itu.
"Panji." kata antoch.
"apa?" tanya gadis penyamar itu.
"itu nama ku." kata antoch.
"Owh. panji. jadi nama mu panji." kata gadis penyamar itu manggut manggut.
Antoch memungut benda yang dia masukkan ke api unggun tadi, semua ada enam jumlahnya. "matang juga akhirnya." ucapnya. Antoch membiarkan enam benda yang masing merah membara itu sebentar agar dingin. setelah agak dingin dia mengambil satu benda itu lalu di pukul pukul pake batu agar pecah dan ternyata benda itu sesuatu yang di bungkus tanah liat, di dalamnya ada daun pisang yang membungkus sesuatu, antoch membuka daun pisang itu dan terciumlah aroma yang sangat harum menggugah selera makan. rupanya yang terbungkus daun pisang adalah seekor ikan bumbu yang sudah matang.
"hmmm. baunya harum sekali. rasanya pasti nikmat sekali." kata antoch sambil mencium aroma ikan matang itu.
Gadis penyamar yang tidak menyangka kalo benda aneh itu ternyata ikan yang di bungkus tanah liat jadi menelan ludah oleh aroma ikan bumbu yang menggugah selera itu. dia ingin minta tapi jadi malu sendiri karna tadi dia terlanjur bilang tidak sudi makan makanan aneh tersebut. terpaksa dia hanya diam menelan ludah saja.
"kau beneran tidak mau makan ikan ini?" tanya antoch tertawa kecil.
Gadis penyamar itu hanya meringis saja karna malu.
"sudah, makan saja tidak usah malu malu. aku sengaja buat ini untuk kita, makan saja." kata antoch menyodorkan ikan bumbu itu.
"beneran?" tanya gadis penyamar itu ragu ragu.
"he-em." antoch mengangguk.
"Wah. terima kasih." seru gadis penyamar itu girang.
"Eitz. tapi tunggu dulu." cegah antoch menarik ikan bumbunya.
"Loh. kenapa? tadi kau bilang aku boleh makan." protes gadis penyamar itu kesar karna merasa di permainkan.
"hmmm. kau boleh makan ikan ini asal kau tidak menyamar lagi. gimana?" kata antoch tersenyum.
"Owh. baiklah." kata gadis penyamar itu. dia segera melepas kumis tipis palsunya dan melepas penutup kepala hingga rambutnya yang panjang jadi jatuh terurai. kini tampaklah wajah aslinya yang ternyata seorang gadis cantik jelita berusia kira kira tujuh belas tahunan. gadis itu tersenyum indah meliat antoch, dia yakin pasti antoch terpesona meliat kecantikan wajahnya karna sudah banyak pria yang jatuh hati begitu meliat wajahnya tapi belum ada satu priapun yang mampu mencuri perhatiannya. dia juga paling benci bila ada pria yang suka menyuruh atau melarang larang dirinya. sekarang dia mau menuruti permintaan antoch untuk tidak menyamar itu berarti dia ada sesuatu rasa pada antoch.
"Nah. itu jauh lebih baik dari tadi." kata antoch biasa saja seolah tidak tertarik akan kecantikan wajah gadis itu.
"hmmm?" gadis itu jadi heran karna meliat sikap antoch yang tetap biasa biasa saja. dia menatap antoch dengan penuh rasa keheranan. "Panji !" panggilnya.
Antoch mengangkat kepalanya menatap gadis penyamar itu. "ada apa?" tanyanya.
Gadis penyamar itu menatap antoch tajam karna sikap antoch yang tetap biasa saja.
"kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya antoch mengerutkan kening heran dengan tatapan gadis penyamar yang aneh.
"kau tidak heran atau merasa lain setelah meliat wajah asli ku?" tanya gadis penyamar heran.
"heran? heran kenapa?" tanya antoch tidak mengerti.
Gadis penyamar itu gregetan sendiri meliat sikap antoch yang tidak mengerti apa maksutnya. "huh. sudahlah tidak usah di bahas, nggak penting." ucapnya cepat tidak mau berdebat.
"huh. dasar gadis aneh." gumam antoch di hidung tidak mengerti sikap gadis penyamar yang aneh itu.
Mereka segera makan ikan bumbu yang di buat antoch. tampak gadis penyamar itu begitu merasakan ikan bumbu tersebut jadi girang sekali karna dia merasa baru kali ini makan makanan selezat itu, dia bahkan sampe habis tiga ekor ikan tanpa sisa.
"huah. kenyang." seru gadis penyamar itu merasa perutnya kenyang.
Antoch tertawa kecil meliat gadis penyamar yang lahap sekali sampe habis tiga ekor ikan. "kau lapar atau doyan? lahap sekali sampe tiga ekor ikan kau habiskan." ucapnya geleng geleng kepala.
"hehe." gadis penyamar itu tertawa nyengir. "ikan bumbu mu habis lezat sekali. aku belum pernah makan ikan bumbu selezat itu, makanan di istana saja kalah jauh. pokoknya lezat banget." ucapnya jujur.
"memang kau pernah makan makanan istana?" tanya antoch.
"Tentu saja. tiap hari aku makan masakan koki istanan, aku kan..." gadis penyamar itu tidak jadi melanjutkan ucapannya karna hampir saja dia keceplosan bicara kalo dia adalah putri raja istana mataram di kuto gede.
"kenapa?" tanya antoch heran gadis penyamar itu tidak jadi melanjutkan bicaranya.
"hehe. tidak. tidak apa apa." jawab gadis penyamar itu tertawa nyengir.
Antoch hanya mengerutkan kening saja meliat sikap aneh gadis penyamar itu tapi dia tidak ambil pusing dengan sikap aneh itu. "sudahlah. kalo kau masih lapar, itu masih ada dua ikan yang tersisa. kau habiskan saja." ucapnya.
"nggak ah. aku sudah kenyang." sahut gadis penyamar itu menggelengkan kepala. "oh iya. nama ku ayu welas. panggil saja aku ayu." ucapnya memberi tahu namanya.
"aku sudah tahu." kata antoch cepat.
"kau sudah tahu? dari mana kau tahu nama ku?" tanya gadis penyamar bernama ayu welas heran. "dari tiga orang yang mencari mu tadi." jawab antoch singkat.
"dari tiga orang yang mencari ku tadi?" kata ayu welas dengan kening berkerut. "owh. benar juga. oh iya, dari mana kau tahu kalo tiga orang itu mencari ku? padahal mereka kan tadi belum muncul. aneh banget kau bisa tahu.
Antoch tertawa kecil tidak menjawab keheranan ayu welas.
"kenapa kau tertawa? apa ada yang lucu?" tanya ayu welas makin heran.
"sssttz. diam. ada yang datang." kata antoch memberi tanda agar ayu welas diam.
"Ada yang datang? siapa? apa tiga orang tadi?" tanya ayu welas buru buru hendak menyamar lagi.
"bukan. ada dua orang, salah satunya seperti terluka. hmmm. dua orang wanita datang dari arah utara." ucap antoch lalu menoleh ke arah utara.
"dua wanita?" tanya ayu welas bertanya tanya.
Tidak berapa lama benar saja dari arah utara yaitu dari dalam hutan kecil muncul dua orang wanita berseragam warna biru muda dengan gambar sulaman naga melingkari pedang di dada kiri mereka. salah satu wanita di papah temannya yang sepertinya wanita itu terluka dalam yang lumayan parah. ini terliat dari warna bibir yang biru agak kehitaman dan rona wajah yang pucat pasi serta ada bekas pukulan di dada kanannya. wanita yang memapahpun juga terliat terluka namun tidak begitu parah, raut wajahnya hanya terliat agak pucat. dua wanita itu masih muda yang mungkin berusia dua puluhan tahun.
"Maaf tuan tuan. kami tidak sengaja datang kesini dan telah mengganggu ketenangan kalian berdua. teman ku tengah terluka, kami mohon tuan sudi mengijinkan kami untuk beristirahat di sini sebentar." kata wanita yang memapah temannya sopan.
Antoch tidak menjawab atau menoleh meliat dua wanita itu, dia hanya diam menekuri api unggun saja.
Ayu welas yang meliat antoch diam saja merasa kalo antoch menyuruh dia yang bicara. "hmmm. silakan. tempat ini bebas untuk siapa saja." ucapnya ramah.
"terima kasih." kata wanita yang memapah temannya. dia segera memapah temannya ke dekat api unggun agar tidak merasa dingin oleh udara malam. dia hendak mendudukan temannya tapi tiba tiba di cegah antoch.
"Jangan duduk di dekat api unggun !" kata antoch mencegah tanpa menoleh sedikitpun.
Wanita yang memapah itu terkejut pemuda berjubah biru melarangnya untuk duduk di dekat api unggun. dia menatap pemuda jubah biru dengan heran dan tidak mengerti kenapa dia dan temannya tidak boleh duduk di dekat api unggun, padahal udara malam ini cukup dingin menusuk tulang. apakah orang itu sedemikian pelit sampe sampe api unggunnya tidak boleh di dekati. pikir wanita itu. karna tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan, dia akhirnya mengalah saja dan beranjak menjauh dari api unggun. dia mendudukkan temannya di tanah lalu mengumpulkan daun daun dan kayu untuk membuat api unggun sendiri.
"Jangan buat api unggun !" ucap antoch mencegah wanita itu membuat api unggun.
Lagi lagi wanita itu heran mendengar pemuda jubah biru melarang dia membuat api unggun. apa maunya pemuda itu sebenarnya? duduk di dekat api unggun meliknya tidak boleh, sekarang dia henda buat api unggun sendiri juga tidak boleh. benar benar aneh sekali. batin wanita itu.
"tuan. kenapa tuan melarang ku membuat api unggun sendiri? bukankah kami sudah tidak mengganggu api unggun mu." tanya wanita itu heran tetap bersikap sabar.
"hei. kau jangan mulai bersikap aneh lagi. dua nona itu sudah mengalah tidak mengganggu api unggun mu, sekarang mereka hendak membuat api unggun sendiri juga kau larang. kau ini pelit sekali." seru ayu welas tidak suka dengan sikap antoch yang menurutnya aneh dan keterlaluan. padahal cuma api unggun saja tapi kenapa pelit sekali, benar benar orang aneh. pikir ayu welas.
Antoch tetap diam saja tidak menggubris omelan ayu welas.
"Nona. tidak apa apa. mungkin kehadiran kami mengganggu teman nona, kalo begitu biar kami pergi saja dari sini. di tempat lain mungkin api unggun yang akan buat tidak mengganggu teman nona." kata wanita itu tersenyum ramah berusaha sabar.
"Ekh. tunggu. tunggu. kalian tetap di sini saja. teman mu sedang sakit, kalo di paksa berjalan lagi nanti dia tambah parah sakitnya. biar aku bicara pada dia." seru ayu welas buru buru mencegah dua wanita itu pergi.
"terima kasih atas perhatian nona. tidak apa apa, biar kami pergi saja. kami tidak mau nanti nona dan teman nona bertengkar gara gara kami." kata wanita itu tersenyum lembut.
"sudah. kau tenang saja. biar aku bujuk dia." kata ayu welas tersenyum. dia menatap antoch tajam. "hei. kau punya rasa kemanusiaan tidak? udara malam sangat dingin. apa kau tega meliat mereka kedinginan jika tidak boleh menyalakan api unggun sendiri. kau janga egois, pikirkan orang lain juga." serunya sengit setengah memarahi antoch.
"hmmm. aku hanya berusaha memberi tahu mereka, jika mereka ingin mencelakai diri sendiri ya silakan saja buat api unggun." kata antoch tenang tanpa menoleh sedikitpun. "apa maksut ucapan mu tentang mencelakai diri sendiri? aku tidak mengerti." tanya ayu welas bingung.
"Yang sakit mereka bukan aku, kenapa tanya pada ku?" kata antoch tetap tidak mengangkat kepala.
Ayu welas makin bingung dengan ucapan antoch, orang ini aneh sekali tidak mau bicara terang terangan, malah main teka teki. omelnya dalam hati.
"mohon petunjuk tuan, apa maksut ucapan tuan tadi?" tanya winita yang memapah penasaran.
"teman mu terkena pukulan beracun yang aneh. aku tidak tahu pukulan apa itu tapi pukulan itu sangat menyusahkan karna pukulan itu mengandung hawa dingin tapi membuat orang yang terkena merasa panas. bila terkena hawa dingin maka dia akan berkeringat karna merasa panas tapi jika terkena hawa panas maka dia akan merasa dingin dan semakin memperparah sakitnya. dia tidak akan bisa di sembuhkan bila di salurkan hawa murni dingin maupun hawa murni panas. aku melarang kalian mendekati api unggun karna hawa panas yang keluar dari api unggun bisa memperparah luka dalam kalian. kalo kalian tidak percaya silakan coba saja." kata antoch tetap tenang tanpa menoleh sedikitpun.
"APA?!" seru wanita pemapah tadi sampe ternganga mendengar penjelasan antoch. "ba..ba.. bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya tergagap.
"iya. hei. gimana kau bisa tahu secara detail begitu? padahal dari tadi kau tidak meliat mereka sedikitpun." tanya ayu welas menatap antoch heran.
"hehemm." gumam antoch tersenyum simpul. "aku juga tahu kalo gadis itu berusaha menolong temannya dengan mengalirkan hawa murninya ke dalam tubuh wanita yang terluka itu, bukan makin baik malah makin buruk. hehe." ucapnya tertawa kecil juga tanpa menoleh.
"hah? benarkah itu?" seru ayu welas tidak percaya.
"kau tanya saja sama mereka." kata antoch.
Ayu welas meliat dua wanita itu memastikan kebenaran omongan antoch.
Wanita pemapah itu buru buru berlutut menatap antoch. "tuan. kau pasti orang sakti, tolong sembuhkan teman ku. aku mohon pada mu tuan." serunya buru buru.
"huh. aku mahir ilmu pengobatan, aku bisa saja menolong teman mu tapi aku tidak akan menolong dia." dengus antoch datar tidak peduli.
"tuan. aku mohon tuan sudi menolong teman ku, aku mohon tuan. apapun yang tuan minta pasti akan aku berikan, bahkan nyawa ku boleh kau ambil asal tuan sudi menolong teman ku." seru wanita itu memohon.
"huhuh. apa untungnya nyawa mu buat ku? tidak aku mintapun kau juga mati sendiri." kata antoch dingin.
"lalu apa yang kau minta dari ku?" tanya wanita tidak tahu harus bicara apa.
Antoch tertawa kecil menoleh menatap wanita itu. "benar kau mau melakukan apa saja asal teman mu sembuh?" tanyanya serius.
"benar. asal tuan tidak meminta sesuatu yang melanggar batas kesopanan dan dunia persilatan aku pasti akan menuruti permintaan tuan." jawab wanita itu tegas.
"hahaha." antoch tertawa lebar mendengar hal itu lalu menatap tajam wanita itu.
"heh. kau tidak akan minta yang aneh aneh bukan? jangan sampe minta yang membuat mereka malu atau merusak nama baik perguruan mereka." hardik ayu welas menatap antoch tajam.
"kau pikir aku orang yang tidak tahu aturan dan sopan santun. aku juga masih punya hati nurani." kata antoch menatap ayu welas.
"baguslah. kalo kau sampe minta yang aneh aneh, sebagai sesama wanita aku juga pasti akan membela mereka. ingat itu." seru ayu welas tegas.
Antoch tidak menghiraukan ancaman ayu welas, dia mengambil sesuatu dari balik bajunya yaitu tabung kecil yang berisi beberapa butir pil berwarna biru tua. dia mengambil dua pil lalu memasukan lagi tabung kecil ke balik bajunya.
"telan pil ini." ucapnya sambil melemparkan dua pil itu ke arah wanita tadi.
Wanita itu menangkap dua pil itu, dia meliat dua pil itu dengan perasaan ragu ragu karna warna pil itu seperti pil racun yang sangat ganas.
"kenapa? kalo tidak percaya pada ku kau buang saja pil itu. aku juga tidak akan memaksa mu." kata antoch menatap tajam wanita itu.
"hmmm. aku tidak tahu pil apa ini, aku tidak tahu pemuda itu benar benar berniat baik atau tidak. akh, takut apa? untung untungan saja, jika selamat ya sukur tapi jika tidak anggap saja nasib ku lagi buruk." batin wanita itu dalam hati.
Wanita itu menelan satu pil dengan cepat lalu memasukan satu pil lagi ke mulut temannya yang tidak berdaya. dia tidak merasakan reaksi apa apa dari pil itu membuat dia heran sekaligus heran.
"hmmm. nyali mu sungguh patut di acungi jempol, kau tidak tahu pil apa itu tapi kau tetap menelan pil itu. hebat." puji antoch tertawa kecil.
"pil apa itu? aku tidak merasakan efek apa apa pada tubuh ku." tanya wanita itu penasaran.
"Nanti kau juga akan tahu sendiri. hmmm. tidak jauh dari sini ada sungai kecil, bawa teman mu ke sana. berendamlah di sungai itu tanpa berpakaian sedikitpun." kata antoch serius.
"APA?" seru wanita itu terkejut. "kau minta kami berendam di sungai tanpa memakai apa apa malam malam begini?" serunya keheranan. "Lakukan saja perintah ku jika ingin sembuh." kata antoch serius tanpa menoleh.
"tapi?" kata wanita itu ragu ragu.
"sembuh atau tidaknya luka dalam kalian itu tergantung kalian. aku hanya berusaha membantu tapi jika kalian tidak mau ya aku tidak bisa apa apa lagi. terserah keputusan kalian." kata antoch datar acuh tak acuh.
Wanita itu terdiam ragu ragu hendak melakukan perintah antoch atau tidak. berendam tanpa pakaian di air sungai yang dingin malam malam begini sungguh hal yang aneh dan tidak masuk akal, dia tidak pernah mendengar cara pengobatan yang seaneh itu.
"hei. kau tidak bicara ngawur kan? jangan jangan itu salah siasat busuk mu hendak meliat mereka berendam tanpa memake apa apa. dasar pria hidung belang." seru ayu welas jadi gusar mendengar perintah antoch yang aneh aneh itu.
Antoch hanya diam saja tidak menghiraukan ayu welas, dia malah menambah kayu ke dalam api unggun agar api unggun menyala lebih besar.
Tempat itu sepi sejenak tidak ada yang bicara. meliat sikap antoch yang tidak main main akhirnya wanita itu mengambil keputusan akan melakukan perintah antoch itu, sudah kepalang tanggung tidak bisa di tunda lagi. dalam hati mereka akan membunuh pemuda jubah biru itu jika dia benar benar berani berbuat tidak senonoh pada mereka.
"baiklah. aku akan menuruti perintah mu. tapi ingat, jika kau berani menipu kami dan berani berbuat tidak sopan pada kami maka kami tidak akan melepaskan mu meski sampe ke neraka sekalipun." kata wanita itu serius penuh tekanan.
Antoch hanya tersenyum simpul saja tidak pedulikan ancaman wanita itu.
Wanita itu lalu beranjak berdiri lalu memapah temannya untuk berjalan menuju sungai yang di tunjuk antoch.
"Tunggu !" cegah antoch cepat. "aku beri tahu kalian, selama kalian berendam di sungai jangan sekali kali kalian mengeluarkan tenaga dalam kalian, biarkan hawa dingin alam masuk ke dalam tubuh dan jangan berusaha melawan. jika kalian merasa sakit yang kuat di bekas pukulan tahan saja, jangan coba melawan rasa sakit itu. nanti setelah kalian merasaka tubuh kalian nyaman maka itu tanda kalian sudah sembuh. ingat kesembuhan kalian tergantung dari niat dan usaha kalian sendiri." ucapnya memberi petunjuk.
"baik." wanita itu mengangguk lalu berjalan memapah temannya menuju sungai.
Ayu welas meliat antoch dengan penuh rasa heran. "hei. kau yakin mereka bisa sembuh bila berendam di sungai? jangan jangan kau sengaja ya mau mempermainkan mereka. aku belum pernah mendengar pengobatan seperti itu. kalo kau menipu mereka dan mereka tahu kau menipu mereka, aku tidak akan ikut campur jika sampe mereka marah marah sama kamu." ucapnya serius.
Antoch hanya tersenyum simpul saja lalu kembali menekuri api unggun dan tidak bicara sedikitpun.
Dua jam berlalu dan malam yang dingin semakin beranjak larut, tiba tiba dari arah timur dimana sungai berada muncul dua orang melayang turun di dekat antoch dan ayu welas. dua orang itu tidak lain adalah dua wanita yang terluka tadi tapi keadaan mereka tidak sepucat tadi, kini dua wanita itu terliat jauh lebih segar dan sehat. dua wanita langsung membungkuk memberi hormat kepada antoch sebagai tanda terima kasih mereka.
"tuan. terima kasih banyak, atas petunjuk dari tuan kami sekarang sudah sembuh. entah apa jadinya kami bila tidak bertemu dengan tuan. sekali lagi kami berterima kasih tak terhingga pada tuan." kata wanita pemapah tadi dengan penuh rasa terima kasih.
"Duduklah. udara malam sangat dingin, hangatkan diri kalian dekat api unggun." kata antoch tanpa menoleh meliat dua orang itu.
Dua wanita itu mengangguk lalu duduk di dekat api unggun guna menghangatkan tubuh setelah berendam di air sungai yang dingin.
Antoch memberikan dua ikan bumbu yang masih terbungkus tanah liat pada dua wanita itu. "kalian pasti lapar. makanlah mumpung masih hangat." ucapnya.
Dua wanita itu saling pandang meliat dua benda hitam yang di berikan antoch. mereka heran karna antoch menyuruh makan dua benda hitam itu, sejenak mereka ragu ragu untuk memakan benda hitam itu apa tidak namun mereka mengira dua benda hitam pasti suatu obat untuk mereka.
"kalian pecahkan dulu tanah liat yang membungkus makanan di dalamnya, nanti kalian akan tahu apa isinya." kata antoch tahu akan pikiran dua wanita itu.
Meski tidak tahu apa maksut antoch namun mereka melakukan juga apa yang di suruh antoch. mereka memecahkan tanah liat yang berwarna hitam itu, setelah tanah liat pecah baru nampak daun pisang dan keluar aroma ikan bumbu yang menggugah nafsu makan mereka. mereka segera membuka daun pisang itu maka terliatlah ikan bumbu yang baunya harum sekali. mereka meliat antoch sejenak lalu melahap ikan bumbu itu sampe habis, mereka merasa heran karna ikan bumbu itu sangat luar biasa nikmat, seumur umur baru kali ini mereka makan selezat itu.
Antoch dan ayu welas sampe tertawa geli meliat dua wanita itu yang makan begitu lahap sekali.
Dua wanita itu yang di ketawai jadi malu sendiri, mereka sama sama tertawa nyengir karna tidak tahu harus bicara apa untuk menutupi rasa malunya.
"Enak ya ikan bumbu itu?" tanya ayu welas menahan tawa.
"hehehe. maaf. kami sangat lapar, ikan ini sangat lezat, belum pernah kami memakan makanan selezat ini." kata wanita itu tertawa jengah.
"hik.hik. tidak apa apa. aku juga sama seperti kalian, ikan bumbu itu memang lezat, bahkan aku sampe habis tiga ekor. hik.hik." kata ayu welas tertawa lepas.
Mereka sama sama tertawa gembira kecuali antoch yang hanya tersenyum simpul saja menekuri api unggun.
"tuan. terima kasih banyak. tuan sudah menolong kami, malah memberi kami makanan yang sangat lezat juga. budi baik tuan tidak akan kami lupakan." kata wanita pemapah tadi.
"sama sama." ucap antoch tersenyum simpul.
"boleh kami tahu nama tuan yang mulia?" tanya wanita itu.
"Dia bernama panji. kalo aku ayu." seru ayu welas yang menjawab. "kalian sendiri siapa dan dari mana asalnya?" tanyanya.
"nama ku nari ratih dan ini teman ku anjani. kami dari partai naga langit." jawab wanita pemapah tadi yang bernama nari ratih.
"Owh. murid partai naga langit kiranya." kata ayu welas manggut manggut.
"benar. kalo kalian dari partai mana jika kami boleh tahu?" tanya nari ratih.
"Aku dari aliran raja pedang, kalo dia aku tidak tahu dia dari aliran atau partai mana." jawab ayu welas.
"Akh. murid aliran raja pedang yang kesohor kiranya nona." kata nari ratih menyoja.
Ayu welas balas menyoja sambil tersenyum.
Anjani yang dari tadi melirik antoch hendak bertanya sesuatu namun di urungkan karna antoch sepertinya tipe orang yang tidak suka banyak bicara.
"Tuan panji. bolehkah kami tahu apa nama pil yang tuan berikan tadi? jujur saja tadi kami tidak merasakan efek apa apa tapi setelah berendam di sungai tiba tiba kami merasakan ada aliran hangat di perut kami yang menyebar ke seluruh aliran darah mendorong keluar hawa racun di tubuh kami. maukah tuan memberi tahu kami?" tanya nari ratih yang bertanya karna dia penasaran.
Antoch bergumam sebentar lalu berkata tanpa menoleh sedikitpun. "itu pil penyambung nyawa." jawabnya.
"pil penyambung nyawa? kami tidak pernah mendengar nama pil tersebut." kata nari ratih dengan kening berkerut.
"kalian berdua beruntung bertemu aku dan memakan pil langka tersebut. pil itu terbuat dari jamur dewa langit yang tumbuh 100 tahun sekali di lereng jurang curam yang sangat sulit di dapat. sangat sulit membuat pil tersebut, bisa di bilang pil itu lebih berharga dari obat paling berharga yang kalian kenal. pil itu mampu menawarkan segala jenis racun dan membuat orang yang memakan pil itu jadi kebal terhadap semua racun." ucapnya.
"apa?! kalo begitu kami..." kata nari ratih terkejut.
"Ya. mulai saat ini kalian kebal terhadap racun." kata antoch mengangguk.
"benarkah?" seru nari ratih dan anjani bareng seolah tidak percaya.
"suatu saat kalian akan membuktikan sendiri omongan ku itu." kata antoch serius.
Anjani dan nari ratih saling pandang tidak tahu harus berkata apa, dia merasa sangat berhutang budi pada antoch yang dan entah dengan cara apa mereka bisa membalas budi yang sangat besar itu.
"aku mau tanya sama kalian. kenapa kalian bisa terkena pukulan aneh beracun itu? siapa yang melukai kalian?" tanya antoch.
Anjani dan nari ratih menghela nafas panjang seolah berat untuk memberi tahu antoch.
"hmmm. jika kalian merasa berat untuk bercerita, tidak usah memaksa diri untuk cerita. aku mengerti kesulitan kalian." kata antoch mengerti akan keberatan dua wanita itu.
"bukan begitu. karna tuan panji sudah menolong kami maka tidak enak rasanya jika menolak memberi tahu." kata nari ratih buru buru.
"tidak perlu merasa tidak enak. jika itu masalah partai kalian sebaiknya jangan cerita." kata antoch.
"tidak apa apa." kata nari ratih tersenyum. "hm. Yang melukai kami adalah bibi guru kami, dia bernama sika mawarni berjuluk dewi cakar berbisa. dia adalah pengkhianat dari partai kami yang sangat membeci guru kami yaitu ketua partai naga langit ketua mintarsih. Awalnya guru dan bibi guru adalah sahabat dekat namun mereka jadi bermusuhan karna ketua yang terdahulu lebih menyayangi guru kami sampe menunjuk guru kami sebagai penerus pengganti ketua terdahulu. bibi guru sika mawarni jadi marah dan dia akhirnya pergi dari partai naga langit setelah mencuri sebuah kitab rahasia milik partai yang sangat terlarang untuk di pelajari oleh anggota partai naga langit. kitab itu terlarang karna siapa saja yang mempelajarinya maka akan tersesat dan beracun, kaki menjadi lumpuh dan tenaga dalam berubah menjadi sangat beracun. kitab itu bernama kitab pukulan cakar tulang putih 9 bulan." ucapnya bercerita.
"APA?!" seru antoch kaget sekali mendengar nama kitab pukulan cakar tulang putih 9 bulan. "kitab pukulan cakar tulang putih 9 bulan?" ucapnya lirih. Antoch tidak menduga jika nama cakar tulang putih 9 bulan akan dia dengar di jaman ini. siapa yang telah menguasai salah satu jurus dari ilmu 9 bulan itu sampe di jaman ini? batinnya.
Nari ratih meliat antoch heran karna terkejut mendengar nama kitab pukulan cakar tulang putih 9 bulan. "ada apa tuan?" tanyanya heran.
"Maaf. bisakah kalian bercerita asal muasal kitab itu?" tanya antoch serius.
Meski tidak mengerti apa maksut pertanyaan antoch namun dia mengangguk juga. "Dahulu kala pendiri partai naga langit semasa masih remaja pernah mendapat pelajaran ilmu silat dari seorang pendekar besar bergelar pendekar pedang matahari yaitu sekitar 200 tahun yang lampau. pendiri partai kami yaitu bernama ratna kumala, beliau di ajari ilmu silat yaitu jurus cakar tulang putih 9 bulan, dengan jurus itu ratna kumala berhasil menggetarkan dunia persilatan dan mendapat julukan dewi cakar maut. bertahun tahun beliau berkelana di dunia persilatan tiada yang sanggup menandinginya, beliau lalu mengasingkan diri dan mendirikan perguruan silat di bukit naga. kala itu beliau hanya menerima dua orang murid dan menurunkan jurus terhebat itu pada mereka namun entah kenapa sampe masa belakangan jurus itu berubah jadi jurus terlarang. konon menurut guru saat moyang kami menulis kitab berisi jurus itu telah salah menulis tapi ada juga yang bilang dahulu nenek guru telah salah belajar hingga tersesat dan masih banyak cerita yang lain yang kami tidak tahu mana yang benar. oleh karna itu nenek guru melarang anggota partai naga langit mempelajari ilmu itu dan beliau menyimpan kitab itu di ruang rahasia agar tidak di curi orang, tapi sayangnya kitab itu telah di curi bibi guru dan akhirnya menyebar angkara murka di mana mana." ucapnya bercerita.
"hmmm." gumam antoch pelan manggut manggut. "jurus cakar tulang putih 9 bulan, jurus cakar yang mampu menembus tembok beton sekeras apapun, jurus itu adalah jurus pertama dari ilmu 9 bulan. hmmm." ucapnya seperti bergumam.
"Jurus cakar tulang putih 9 bulan adalah jurus pertama dari ilmu 9 bulan? apa maksut mu?" tanya anjani tidak mengerti, dia menatap antoch dengan kening berkerut.
Antoch menoleh menatap anjani dan tersenyum lembut.
Deg.. jantung anjani langsung deg degan meliat senyuman antoch yang membuat hatinya jadi terguncang. dia langsung menunduk untuk menutupi rasa jengahnya.
"Jurus cakar tulang putih 9 bulan memang jurus pertama dari ilmu 9 bulan. ilmu 9 bulan terdiri dari 9 jurus utama yang setiap jurusnya berbeda beda macam dan penggunaannya. jurus pertama yaitu jurus cakar tulang putih 9 bulan mengutamakan kecepatan dan kelincahan, jurus itu akan lebih sempurna jika di padu dengan tenaga dalam 9 bulan. bila tidak di padu dengan tenaga dalam 9 bulan maka jurus itu hanya sebuah gerakan belaka namun begitu jurus itu tetap berbahaya dan bila di pelajari secara terburu buru akan berakibat jadi tersesat yaitu membuat lumpuh kakinya dan tenaga dalamnya jad beracun. itulah penyebab kenapa nenek guru kalian jadi tersesat ketika mempelajari jurus tersebut." kata antoch memberi tahu.
"hah?!" nari ratih dan anjani terbelalak mendengar penjelasan antoch. "kenapa kau bisa tahu?" tanya mereka bingung sekali.
"hehem." gumam antoch hanya tersenyum kecil tidak menjawab. "hmm. aku heran kalian bilang yang melukai kalian adalah bibi guru kalian, sedang luka dalam yang kalian derita bukan dari jurus cakar tulang putih 9 bulan. jika bibi guru kalian benar benar menguasai jurus itu maka di tubuh kalian pasti terdapat bekas lima lubang akibat cakaran lima jari tapi kalian tidak mengalami hal tersebut. itu aneh sekali." ucapnya.
"terus terang kami tidak tahu tapi yang kami dengar dari cerita guru kami kalo gerakan jurus bibi guru kami benar jurus cakar tulang putih 9 bulan." kata nari ratih.
"berarti bibi guru kalian hanya meniru gerakan jurus cakar tulang putih 9 bulan dan memadukan jurus serta tenaga dalam yang lain. kalian beruntung karna jurus bibi guru kalian belum sempurna, dia hanya mempelajari kulitnya saja bukan inti jurus itu." kata antoch kalem.
"maaf tuan. kenapa tuan seolah olah tahu semuanya?" tanya anjani penasaran.
Antoch lagi lagi tersenyum yang membuat anjani tidak bisa lama lama menatap antoch karna terguncang hatinya. "hmmm. aku hanya menduga duga saja. salah atau tidaknya aku juga tidak tahu." ucapnya.
"Owh. begitu." kata dua gadis murid partai naga langit manggut manggut.
"hei. aku kira kau tahu semua ternyata cuma menduga duga saja. tiwas aku percaya ucapan mu tadi. huu.." seru ayu welas mencibir antoch.
"hehehe. aku ini hanya seorang ahli pengobatan, aku tidak paham akan ilmu silat tinggi." ucap antoch tertawa kecil.
"Owh ìya.. aku.." ayu welas hendak berkata sesuatu namun di batalkan karna meliat antoch memberi tanda agar diam. dia jadi heran karna meliat sikap antoch yang aneh dan seperti mendengar sesuatu. Antoch terdiam karna dia mendengar suara halus tidak jauh dari tempat mereka berada. dia tersenyum tipis karna tahu ada seseorang bersembunyi tidak jauh dari tempatnya berada. "Entah saudara dari mana kenapa tidak menampakan diri dan terus bersembunyi. jika kawan bergabunglah dengan kami jika lawan harap jangan mengganggu kami." ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.
Antoch bicara biasa saja tapi suaranya mampu menggema di seluruh tempat itu membuat tiga temannya jadi terkejut dan berdecak kagum akan tenaga dalam antoch yang halus dan sukar di ukur.
"Hahahaha." tiba tiba terdengar suara keras yang menggetarkan tempat itu dan membuat sakit telinga yang mendengarnya, pertanda orang yang tertawa itu memiliki tenaga dalam sangat tinggi.
Tidak lama dari arah utara melesat satu bayangan hitam yang mendarat tepat di dekat antoch dan yang lain, bayangan itu adalah seorang wanita berambut panjang tergerai dan berbaju biru tua polos namun agak kebesan sehingga baju itu berkibar kibar terkena angin. tangan wanita itu memiliki kuku panjang yang berwarna hitam tanda sangat beracun, wajah wanita itu putih pucat namun dengan bibir biru gelap dan kelopak mata yang juga biru gelap, persis seseorang yang belajar ilmu sesat beracun. muka wanita sangat dingin sekali dengan sorot mata yang tajam sekali membuat ciut nyali orang yang memandangnya.
"Bibi guru?!" seru dua gadis partai naga langit itu tercekat karna kaget sekali meliat wanita yang baru muncul itu. mereka sampe melompat bangun tersurut mundur saking kagetnya.
Ayu welas juga ikut terkejut meliat kemunculan wanita yang angker sekali itu. dia sampe bergidik tidak berani bergerak karna meliat penampilan wanita yang menakutkan itu.
Antoch hanya tersenyum tipis saja tanpa menoleh seolah tidak peduli dengan wanita itu. dia tetap diam menekuri api unggun seolah tiada apa apa di tempat tersebut.
"hahahaha." tawa wanita itu melengking tinggi lalu suara tawanya lenyap, dia menatap tajam antoch yang sama sekali tidak melirik ke arahnya sedikitpun. sikap antoch di anggapnya tidak memandang akan dirinya. dia menggereng gusar meliat kekurang ajaran pemuda jubah biru itu. "anak muda. berani sekali kau tidak menghiraukan kehadiran ku, apa kau sudah bosan hidup. hah?" bentaknya keras tegas sekali.
"hmmm." gumam antoch tenang tetap tidak menoleh.
"bibi guru. mau apa kau kesini?" seru nari ratih memberanikan diri bertanya.
"mau apa aku kesini? hahaha. tentu saja untuk membunuh kalian semua !" kata wanita itu angker sekali.
"huh. membunuh kami? bibi guru, sebagai murid partai naga langit kami masih menghormati mu sebagai bibi guru kami. masalah ini cuma di antara bibi guru dengan partai naga langit, jadi tidak ada hubunganya dengan mereka." seru nari ratih tegas.
"Diam !" bentak wanita angker itu tegas. "aku mau membunuh siapa saja itu urusan ku. kalian berdua diam saja, sebelum kalian mati maka akan ku bunuh dulu pemuda sombong itu baru kalian." ucapnya dingin.
"huh. jika bibi guru terus memaksa maka terpaksa kami bertindak tidak hormat pada bibi guru." dengus nari ratih tajam.
"hahaha." tawa wanita itu keras melengking tinggi. "memang kalian bisa apa? ingin melawan ku? huh. ilmu secetek comberan saja ingin melawan ku." ucapnya mengejek.
"meski ilmu kami tidak seberapa tapi kami tidak takut mati, bibi guru adalah pengkhianat partai maka terpaksa kami harus menangkap mu." seru nari ratih tidak gentar.
"hahaha. nyali kalian boleh juga setelah lolos dari racun pukulan ku, apa karna di depan kalian ada pemuda tampan itu kalian jadi berani bersikap sok kuat. hah?" kata wanita itu mengejek dua gadis partai naga langit.
"kurang ajar. apa maksut ucapan mu?" teriak nari ratih gusar.
"hik. hik. hik. apa aku harus berkata sejelas siang dan malam? kalian pasti tahu apa maksut ku." kata wanita itu tertawa terkikik.
Dua gadis murid partai naga langit itu jadi merah padam saking gusarnya, mereka merasa jengah mendengar ledekan bibi gurunya yang maksut ucapan bibi gurunya kalo mereka jadi berani karna ada pemuda tampan jubah biru dan mereka telah jatuh hati pada pemuda itu makanya jadi bersikap sok berani.
"sika mawarni. hari ini kami harus menangkap mu. bersiaplah ! hyeaaatt !" teriak anjani yang merasa di sindir bibi gurunya.
Anjani langsung maju menyerang bibi gurunya yaitu sika mawarni yang bergelar dewi cakar berbisa. tidak tanggung tanggung dia menyerang dewi cakar berbisa dengan jurus terhebat partai naga langit yang di kuasainya.
Nari ratih tidak mau ketinggalan, dia tahu kalo anjani bertarung sendiri melawan bibi gurunya akan dengan mudah di robohkan, dia buru buru maju membantu anjani melawan bibi gurunya.
"hahaha." sika mawarni yang berjuluk dewi cakar berbisa tertawa sejenak lalu langsung menahan serangan maut dua murid partai naga langit tersebut.
Terjadilah pertarungan dua lawan satu, sika mawarni adalah kakak seperguruan ketua partai naga langit yaitu mintarsih guru dua gadis itu. sebagai mantan murid partai naga langit tentu dia mengenali betul jurus jurus yang di gunakan dua gadis itu. dia bergerak tenang dan malah seakan akan memainkan ke dua gadis itu. Anjani dan nari ratih sadar betul jika mereka tidak mungkin bisa mengalahkan bibi gurunya namun mereka nekat nekatan bertempur mati matian melawan bibi gurunya itu. apa lagi mereka bertarung di hadapan pemuda jubah biru yang diam diam telah menarik hatinya maka mereka semakin bersemangat bertarung agar tidak terliat lemah di hadapan antoch.
"hahaha. apa hanya dengan jurus picisan itu kalian ingin mengalahkan ku agar menarik hati pemuda tampan yang kalian sukai itu." seru sika mawarni si dewi cakar berbisa tahu akan pikiran dua gadis tersebut.
"Diam kau. Liat serangan !" teriak anjani gusar sekali mendengar ledekan bibi gurunya.
"hahaha. ayo serang aku dengan jurus terhebat kalian agar pemuda itu tertarik sama kalian !" seru sika mawarni semakin mengejek dua gadis itu.
Karna dua gadis itu baru saja sembuh dan bertarung dalam keadaan gusar maka mereka tidak bisa bertahan lama. dalam satu gerakan kilat tiba tiba dewi tangan berbisa sudah mampu mendaratkan pukulannya telak di punggung dua gadis itu hingga muntah darah. dua gadis itu roboh di tanah memegangi dada yang terasa sesak berdenyut sakit.
"hahaha." dewi cakar berbisa tertawa melengking tinggi. "ilmu seujung kuku saja berani menantang aku. hik.hik.hik." ucapnya mengejek.
Dua gadis murid partai naga langit itu tidak bisa berkata apa apa karna bila mereka menyahut maka akan muntah darah lagi yang bisa membuat luka dalam mereka semakin parah. mereka hanya bisa memaki dalam hati saja.
Ayu welas yang meliat dua gadis itu terluka jadi gusar, dia langsung menghunus pedangnya sambil membentak keras. "hei kau wanita iblis. hati mu kejam sekali melukai mereka, bukankah mereka adalah keponakan murid mu, kenapa kau tega sekali melukai mereka?" teriaknya dengan geram.
Dewi cakar berbisa menatap tajam ayu welas dengan kening berkerut. "hmm. siapa kau gadis kecil?" tanyanya.
"huh. kau tidak layak tahu siapa aku. sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku bertindak kurang ajar pada mu." dengus ayu welas.
"hahaha. nyali mu boleh juga gadis kecil, sama sekali takut pada ku, apa kau tidak tahu siapa aku. hah?" bentak dewi cakar berbisa tegas.
"hik.hik.hik. aku tahu kau adalah dewi cakar berbisa yang terkenal kejam. apa aku harus takut pada mu?" seru ayu welas tertawa cekikikan.
"bagus. kau berani meremehkan aku, akan ku liat kau dari partai mana sampe berani bernyali besar di hadapan ku. bersiaplah menerima serangan ku !" kata dewi cakar berbisa angker.
"majulah. aku tidak takut." tantang ayu welas bersiap siap.
Dewi cakar berbisa bergerak bagai kilat mengarah ke leher ayu welas, cakarnya bergerak aneh membuat mata jadi berkunang kunang namun ayu welas buru buru menyabetkan pedangnya memapaki cakar dewi cakar berbisa tapi serangan cakar mengarah leher hanya tipuan belaka, yang dia arah adalah lambung ayu welas ketika ayu welas bergerak memapaki serangannya dengan pedang maka lambung kanan ayu welas jadi terbuka. serangan cakar maut itu sangat cepat namun ayu welas tidak gugup, tiba tiba dia menjejak tanah melompat ke belakang sambil memutar pedangnya di depan untuk melindungi diri dari serangan cakar maut dewi cakar berbisa. itulah jurus pelangi di ufuk barat yang cukup indah dari aliran raja pedang.
Dewi cakar berbisa terkejut meliat gadis itu memainkan jurus pelangi di ufuk barat dari aliran raja pedang. dia berdiri menatap tajam ayu welas. "huhu. pantas kau berani bersikap sombong di depan ku, rupanya kau putri ketua aliran raja pedang prabu merto wijaya raja di kuto gede." ucapnya.
"hik.hik.hik. benar, aku memang putri ketua aliran raja pedang, terus kau mau apa?" seru ayu welas tertawa.
"huhuh. gadis kecil. mengingat antara aku dan aliran raja pedang tiada silang sengketa, tidak sepantasnya kau ikut campur urusan partai kami." kata dewi cakar berbisa bersikap lunak karna dia tidak ingin bermusuhan dengan aliran raja pedang, apa lagi di merasa jeri sama ketua aliran raja pedang prabu merto wijaya yang sangat hebat di segani seluruh orang persilatan.
"Tidak bisa. dua orang itu adalah teman kami, tentu kami tidak bisa diam saja berpangku tangan meliat kau hendak mencelakai mereka." seru ayu welas tegas.
"huh. jadi kau hendak membuat sengketa dengan ku?" dengus dewi cakar berbisa dingin.
Ayu welas adalah gadis yang di didik di dalam lingkungan istana yang serba mudah dan tidak pernah di tolak oleh para pembantunya, dia tidak paham akan situasi dan aturan dunia persilatan. apa yang di anggapnya tidak sesuai kehendak hati maka dia akan melawan dan membantah meski itu di larang. seperti hari ini sifatnya manja dan slalu ingin menang telah membuat dia melanggar aturan dunia persilatan. seharusnya dia tidak boleh ikut campur masalah pribadi dalam partai lain tapi karna di dasari rasa kemanusian membuat dia tidak peduli akan aturan itu. dia tidak tahu jika sikapnya yang masih hijau itu bisa berakibat buruk bagi aliran raja pedang di dunia persilatan.
"huh. kalo iya kat mau apa?" tantang ayu welas tegas.
"hahaha." dewi cakar berbisa tertawa keras terbahak bahak. "bagus. aku tak menyangkat ketua aliran raja pedang memiliki putri yang sedemikian tidak tahu aturan. hahaha." serunya dengan nada yang merendahkan.
"apa maksut mu? berani sekali kau menghina ayah ku." teriak ayu welas gusar sekali.
Dua gadis murid partai naga langit yang tahu ayu welas berusaha membantunya merasa berterima kasih namun dia juga menjadi merasa tidak enak hati karna dengan sikap ayu welas itu telah membuat nama harum aliran raja pedang jadi tercoreng. buru buru mereka berseru pada ayu welas agar ayu welas tidak membantu mereka agar nama harum aliran raja pedang jadi tercoreng.
"nona. terima kasih atas niat baik mu menolong kami tapi kami tidak ingin nona menolong kami. ini adalah masalah partai kami, kami mohon nona tidak ikut mencampuri urusan partai kami agar nama harum aliran raja pedang tidak tercoreng." kata nari ratih pada ayu welas.
"benar. harap nona tidak mencoreng nama harum aliran raja pedang, ini masalah partai kami, biar kami yang selesekan masalah ini sendiri. terima kasih atas niat baik nona." seru anjani juga ikut menambahi.
"kalian tenang saja. aku tidak akan membiarkan wanita iblis itu melukai kalian." sahut ayu welas.
"nona. kami mohon jangan mencoreng nama harum aliran raja pedang nona, jika itu sampe terjadi maka kami tidak akan ada bisa lagi menginjakkan kaki di dunia persilatan. harap nona mengerti." seru nari ratih.
"apa maksut mu aku akan mencoreng nama harum aliran raja pedang? apa pula maksut kalian tidak dapat menginjakkan kaki lagi di dunia persilatan?" tanya ayu welas tidak mengerti.
Jelas ayu welas tidak mengerti karna dia masih hijau dan tidak tahu aturan dunia persilatan. jika dia terus bersikap ke kanak kanakan seperti itu maka tidak hanya nama harum aliran raja pedang yang tercoreng tapi dia sendiri juga akan celaka.
"hahaha." tawa dewi cakar berbisa. "gadis kecil. kau masih hijau tidak paham aturan dunia persilatan. lebih baik kau pulang saja dan belajar lagi sama ayah mu. hahaha." serunya. Merasa dirinya di ejek membuat ayu welas jadi gusar. dia tidak tahu kalo maksut dewi cakar berbisa sangat baik. bila belum tahu aturan dunia persilatan lebih baik jangan nekat berkelana di dunia persilatan sebab akan celaka sendiri, tapi dasar ayu welas masih hijau, nasehat itu malah di anggap hinaan maka dia jadi gusar sekali.
"apa kata mu? berani sekali kau menghina ku. kau tidak memberi muka sedikitpun pada aliran raja pedang kami." bentaknya keras.
"hahaha." dewi cakar berbisa tertawa terbahak bahak mendengar itu. "hahaha. dasar memang masih bau kencur. sekalipun aliran raja pedang memiliki nama besar tapi apa pantas berbuat menindas yang lemah. hahaha." serunya.
kata kata itu memiliki arti yang sangat kejam, yaitu sekalipun aliran raja pedang menjadi yang terhebat tidak pantas berbuat sewenang wenang. itu sama saja menjatuhkan derajat aliran raja pedang, khususnya ketua aliran raja pedang merto wijaya.
Antoch yang dari tadi hanya diam saja menekuri api unggun jadi merasa gusar mendengar ucapan dewi cakar berbisa namun dia tetap bersikap tenang tidak bertindang gegabah. dia beranjak dari duduknya meliat sika mawarni alias dewi cakar berbisa sambil tersenyum.
"tetua. ucapan itu teramat sangat keterlaluan. sebagai seorang gagah yang namanya menggetarkan dunia persilatan tidak pantas rasanya tetua bicara seperti itu. harap tetua tidak jadi gusar oleh sikap nona itu yang memang belum mengenal lika liku aturan dunia persilatan. bila tetua bertengkar dengan kaum muda bukankah akan menurunkan derajat tetua sendiri. harap tetua tidak jadi gusar bila ucapan ku terlampau lancang pada tetua. maaf." ucap antoch bersikap sopan menyoja pada dewi cakar berbisa.
meliat sikap dan cara bicara pemuda jubah biru yang sopan dan hormat membuat dewi cakar berbisa jadi bersimpati pada pemuda itu. meski begitu sikapnya tetap tidak berubah, tetap angkuh dan tinggi hati. "hmmm. bagus. kau jauh lebih punya rasa hormat dan aturan kepada yang lebih tua." ucapnya.
Antoch tertawa kecil menyoja pada dewi cakar berbisa. "terima kasih atas pujian tetua." ucapnya kalem.
"huhuh." dengus dewi cakar berbisa di hidung. "kau ajari gadis kecil kekasih mu itu agar bersikap lebih hormat pada yang lebih tua." ucapnya.
"akh. tetua salah paham, nona itu bukan kekasih ataupun saudara seperguruan ku. dia punya guru yang tersohor di dunia persilatan mana berani aku yang rendah mengari nona itu." kata antoch tersenyum. "Ouw. begitu. hahaha. aku kira kalian sepasang kekasih ternyata bukan. kalo begitu dua keponakan murid ku itu masih ada harapan. hahaha." kata dewi cakar berbisa tertawa.
Dua gadis murid partai naga langit langsung merah mukanya karna jengah mendengar ucapan bibi gurunya.
"bibi guru. bicara ngawur apa kau." teriak nari ratih jengah.
"hahaha. kenapa? apa kalian tidak menyukai pemuda setampan dia?" kata dewi cakar berbisa menyerimgai mengejek.
"kau?" seru dua gadis partai naga langit tertahan karna merasa malu dan jengah.
Ayu welas tidak bersuara meski hatinya dongkol sekali pada dewi cakar berbisa karna dipandang sebelah mata dan terus di katai gadis kecil masih hijau, dia sedikit senang saat di bilang kekasih antoch oleh dewi cakar berbisa namun dia jadi kesal lagi oleh jawaban antoch tadi. apa lagi dia juga meliat reaksi dua gadis partai naga langit yang jengah mukanya memerah oleh ucapan dewi cakar berbisa. sikap yang sudah jelas kalo dua gadis itu juga menyukai pemuda jubah biru itu.
"hahaha." dewi cakar berbisa tertawa meliat sikap dua gadis partai naga langit yang salah tingkah.
Antoch meski tahu akan sikap ketiga gadis itu, dia tidak peduli dan hanya cuek saja. dia tertawa kecil menyoja pada dewi cakar berbisa. "baguslah. tetua tidak jadi gusar, alangkah baik sekali semua masalah dapat di selesekan sampe disini. tetua sungguh orang gagah berjiwa besar." ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"huh. siapa bilang semua masalah sudah selese? aku belum membunuh dua gadis busuk itu, jadi masalah belum selese." bentak dewi cakar berbisa keras menatap tajam antoch.
"akh. sayang sekali tetua tidak sudi berdamai, padahal alangkah indah bila permusuhan bisa di hilangkan dan menjadi persahabatan." kata antoch geleng geleng kepala seolah menyesali sikap dewi cakar berbisa.
"persahabatan kata mu? hahaha. tidak sudi aku bersahaat dengan kalian." seru dewi cakar berbisa dingin.
"huh. aku juga tidak sudi bersahabat dengan mu." dengus ayu welas tidak tahan untuk tidak buka suara. dia lalu menatap tajam antoch. "jika kau ingin bersahaat dengan wanita iblis itu silakan saja tapi jangan harap aku sudi bersahabat dengan dia." ucapnya tajam.
Antoch tidak menghiraukan ucapan ayu welas karna baginya ucapan ayu welas hanya memperkeruh suasana jika dia tanggapi. dia memandang dewi cakar berbisa tenang. "tetua. kau adalah orang gagah yang kesohor di dunia persilatan, siapa yang tidak tahu nama besar tetua, semua orang pasti tahu. harap sebagai orang gagah yang di segani tetua sudi berbelas kasihan pada dua gadis itu, mereka sudah terluka dalam, jika tetua turun tangan aku yakin tetua bisa membunuh mereka semudah membalik telapak tangan namun apa tetua tidak takut jika di tertawai oleh semua orang karna menindas yang lemah. harap tetua memikirkan hal itu." ucapnya tenang.
"hahaha. anak muda. bicara mu licik juga, kau hendak menekan ku dengan kata kata yang bisa menyulitkan ku." sahut dewi cakar berbisa tajam.
"akh. aku hanya mencegah tidak sampe terjadi banjir darah yang tidak perlu saja. mohon tetua sudi meniadakan masalah ini." kata antoch kalem.
"tidak bisa !" teriak ayu welas keras. "dia sudah menghina aliran raja pedang, aku tidak akan menyudahi saja urusan ini !" ucapnya tegas berapi api.
"Diam !" bentak antoch tegas sekali menatap ayu welas tajam sekali. "jika kau masih bersikap kekanak kanakan begitu, kau akan mencemarkan nama aliran raja pedang mu. diam dan tidak usah ikut bicara !" ucapnya angker sekali.
Entah kenapa meliat tatapan antoch yang angker itu membuat ayu welas tidak mampu berkata apa apa, mulutnya seperti terkunci tidak bisa di buka. awalnya dia naik darah gusar di bentak antoch tapi begitu meliat tatapan antoch yang angker membuat dia jadi kecut dan menurut. dia melengos tidak bersuara lagi.
"hahaha. aku hargai usaha mu mencegah pertikaian yang terjadi tapi asal kau tahu saja anak muda. dendam ku pada partai naga langit sedalam lautan jadi aku tidak bisa melepaskan begitu saja dua gadis itu." kata dewi cakar berbisa tegas.
"sebagai orang persilatan tentu aku yang rendah ini tidak bisa ikut campur dalam masalah ini namun sayu hanya ingin meminta belas kasihan tetua agar sudi melepaskan mereka berdua." kata antoch tetap tenang.
"belas kasihan kata mu? huhuh. mana sudi aku melepaskan buruan ku. apa kau ingin menghalangi kt?" seru dewi cakar berbisa.
"akh. mana berani aku yang rendah mencari sengketa sama tetua. aku hanya ingin bertanya pada tetua jika di ijinkan. apa manfaatnya bagi tetua jika membunuh mereka?" tanya antoch kalem.
"Anak muda. apa manfaatnya buat ku membenuh mereka untuk apa kau tahu, toh tidak ada untungnya buat mu." seru dewi cakar berbisa.
"manusia hidup pasti punya hati nurani, jika nyawa manusia di anggap tidak berharga lalu apa artinya kehidupan ini. hidup tolong menolong, bantu membantu dan hidup dalam dunia penuh kedamaian bukankah jauh lebih indah, apa tetua tidak ingin hidup seperti itu?" kata antoch seperti seorang penyair.
"huh. hidup dalam damai kata mu? di dunia ini tidak ada yang namanya kedamaian, yang ada nafsu angkara murka. kedamaian adalah kata kata omong kosong belaka." dengus dewi cakar berbisa.
"hmmm. tetua rupanya memendam suatu ganjalan di hati. lalu dengan cara apakah tetua baru bisa melepaskan mereka?" ucap antoch menghela nafas panjang bertanya.
"hmmm. pemuda itu dari terus bicara yang bertujuan mencegah pertumpahan darah, dia pemuda yang berhati mulia. aku jadi merasa sungkan jika harus bertindak kasar padanya tapi dia terus berusaha menghalangi ku untuk membunuh dua murid wanita busuk itu yaitu si mintarsih ketua partai naga langit. hmmm. jangan jangan dia punya hubungan khusus dengan salah satu gadis itu? akh. tidak. mereka dari tadi aku perhatikan tidak saling mengenal, pemuda itu bertindak atas nama peri kemanusiaan saja. hmmm. aku akan mencoba mencari tahu hubungan di antara mereka dulu." batin sika mawarni alias dewi cakar berbisa dalam hati. dia lalu tertawa dingin menatap antoch. "huhuh. anak muda. aku perhatikan kau terus terusan berusaha menolong dua gadis itu. apa kau ada hubungan khusus sama mereka? jangan jangan salah satu gadis itu adalah kekasih mu atau orang yang kau cintai. benar tidak?" ucapnya memancing reaksi antoch.
Mendengar pertanyaan dewi cakar berbisa yang tidak terduga itu membuat ayu welas, anjani dan nari ratih jadi terkejut namun mereka juga penasaran apa jawaban antoch. bila antoch menjawab hal yang tidak terduga maka dapat pastikan ketiga gadis itu pasti akan berduka. bila antoch berkata benar dia mencintai salah satu dari gadis itu maka dua gadis yang lain akan patah hati dan berakibat munculnya masalah baru di antara tiga gadis itu. mereka berharap harap cemas dan berdebar debar menunggu apa yang akan antoch katakan.
"apa maksut tetua bertanya seperti itu? aku rasa itu tidak ada hubunganya dengan masalah ini." kata antoch mengerutkan kening.
"tentu ada. jika kau mencintai salah satu dari gadis itu maka aku akan berbaik hati melepas salah satu dari mereka untuk mu. mana yang kau cintai? nari ratih atau anjani?" kata dewi cakar berbisa serius sekali. dia tertawa dalam hati karna berhasil membuat bingung pemuda jubah biru tersebut.
"hahahaha." antoch malah tertawa terbahak bahak mendengar hal itu.
"heh. kenapa kau tertawa? apa ada yang lucu?" bentak dewi cakar berbisa heran meliat antoch malah tertawa.
"hahaha. maaf tetua, bukan maksut ku ingin menertawai tetua tapi ucapan tetua membuat ku tidak tahan untuk tertawa. tetua mempunyai mana besar di dunia persilatan, aku tidak menyangka saja dewi cakar berbisa yang terkenal kejam hari ini hendak menjadi mak comblang buat kami. sungguh di luar dugaan kami." kata antoch menahan ketawa.
"sial. malah aku yang kena di permainkan pemuda itu. ini gara gara ketololan ku sendiri." gerutu dewi cakar berbisa marah marah sendiri dalam hati. "aah. sudah sudah. taruh kata aku yang goblok telah bertanya seperti itu. kau memang cerdik anak muda." serunya jengah.
Antoch buru buru menjura hormat pada dewi cakar berbisa. "maafkan aku telah lancang berani menertawai tetua. harap tetua sudi memaafkan." ucapnya kalem.
"huh. begini saja. jika kau benar benar memang ingin menolong mereka, ada syaratnya. bagaimana?" seru dewi cakar berbisa tegas.
"Syarat? syarat apa?" tanya antoch ingin tahu.
"aku akan melepaskan mereka jika kau menerima salah satu dari dua syarat ku. pertama kau berlutut di depan ku, cium kakiku dan bersedia menjadi kacung ku. gimana?" kata dewi cakar berbisa tersenyum mengejek.
"apa?!" seru tiga gadis yang bersama antoch kaget.
Syarat itu terlalu berat dan tidak masuk di akal, sebab itu sama saja merendahkan harga diri antoch bahkan lebih rendah dari pada seekor anjing. mana mungkin syarat itu akan di terima, bagi seorang persilatan lebih di bunuh dari pada terhina.
"hahaha." tawa antoch lebar mendengar syarat itu. "tetua ternyat masih memiliki rasa welas asih sudi melepaskan dua gadis itu meski bersyarat, pertanda hati tetua tidak sekejam yang di katakan orang. aku sungguh berterima kasih atas kebaikan tetua." ucapnya kalem.
semua orang mengerutkan kening meliat antoch, ucapan antoch seolah olah bersedia menerima syarat dewi cakar berbisa.
"Jadi, kau mau menerima syarat ku itu?" tanya dewi cakar berbisa memastikan.
"aku sangat berterima kasih atas kebaikan tetua melepas mereka walau dengan syarat, namun syarat itu sungguh terlalu berat. meski aku hanya manusia yang hina tapi aku juga sedikit punya harga diri, jadi mana mungkin aku menjatuhkan harga diri ku itu. mohon maaf jika aku tidak bisa menerima syarat dari tetua." kata antoch kalem dan tenang.
Ayu welas, anjani dan nari ratih lega mendengar antoch menolak syarat tersebut. jika sampe antoch menerima syarat itu maka mereka pasti akan merasa malu bukan main dan seperti di timpuk kotoran. untung antoch menolak syarat itu.
"hahaha. bagus. kau rupanya punya harga diri juga. syarat ku tadi hanya ingin menguji mu saja, apa kau masih punya rasa harga diri atau tidak demi menolong mereka. aku hargai sikap ksatria mu." seru dewi cakar berbisa memuji sikap antoch. "syarat ku yang sesungguhnya adalah aku memiliki sebuah pukulan sakti yang jarang ku keluarkan. pukulan sakti itu sanggup membuat batu menjadi bubuk. aku menamakan pukulan itu yaitu pukulan pelebur jagat yang terdiri dari tiga jurus. Nah, jika kau sanggup menerima tiga pukulan dari ku maka aku akan melepaskan mereka. gimana?" ucapnya serius sekali.
ketiga gadis itu terkejut bukan main mendengar syarat itu. syarat itu jauh jebih gila lagi karna jika sampe menerima pukulan sakti mematikan itu sama saja bunuh diri, batu keras saja bisa berubah menjadi bubuk bila terkena pukulan itu apa lagi bila kena tubuh, maka bisa di bayangkan akibatnya, pasti akan tewas seketika.
"tuan panji. kami sangat berterima kasih atas niat baik tuan. kami harap tuan jangan menerima syarat itu, kami tidak mau tuan berkorban hanya demi menolong kami. biarlah kami terbunuh di tangannya, ini masalah kami biar kami yang menanggungnya. kami sudah sangat senang bisa mengenal seorang gagah berhati mulia seperti tuan, jangan sia siakan nyawa tuan hanya demi kami." seru anjani menatap antoch dengun penuh sorot mata yang sukar di artikan, antara gembira dan berduka. gembira karna dia mengenal pemuda tampan berhati mulia, berduka karna dia akan berpisah dengan pemuda jubah biru untuk selamanya.
"tuan panji. segala budi baik mu sungguh tidak sanggup kami membalasnya. sampe matipun budi baik tuan tidak akan kami lupakan. biarlah kami mati di tangan wanita iblis itu, tuan jangan berkorban lebih jauh hanya demi menolong jiwa kami yang tidak berharga. terima kasih atas niat baik tuan." kata nari ratih dengan nada suara bergetar. perasaannya sama seperti anjani yang berduka karna akan berpisah dengan pemuda jubah biru yang telah menarik hatinya.
"hik.hik.hik. kau dengar ratapan dua gadis itu anak muda? mereka sangat menaruh hati pada mu, mereka berduka karna akan mati di tangan ku dan berarti berpisah dengan mu. hik.hik.hik." seru dewi cakar berbisa tertawa geli.
"wanita iblis. kau sungguh kejam sekali hati mu. memberi syarat tidak masuk akal pada kami. itu saja kau menyuruh kami bunuh diri. huh. lebih kami mati dalam pertempuran dari pada mati sia sia. ayo kita bertarung, kita liat saja siapa yang mati, kau atau kami !" seru ayu welas gusar sekali mendengar syarbt gila itu. "Panji. kau jangan mau menerima syarat gila itu. lebih baik kita serang bersama sama wanita iblis itu, lebih baik mati bersama sebagai seorang ksatria dari pada mati sia sia. ayo !" serunya pada antoch.
"hik.hik.hik. kalian ingin mengeroyok ku? majulah. akan aku layani kalian dengan senang hati. hik.hik." seru dewi cakar berbisa tertawa cekikikan memandang rendah.
Antoch tertawa kecil menatap dewi cakar berbisa, dia tidak mau terjadi pertumpahan darah yang bisa berakibat meluasnya masalah. apa lagi sampe ayu welas terluka atau mati tentu pihak aliran raja pedang tidak akan terima. sika mawarni alias dewi cakar berbisa berasal dari partai naga langit meksi sudah keluar, pasti pihak aliran raja pedang dan partai naga langit akan silang sengketa yang mendalam. hal itu jelas tidak di inginkan oleh antoch. dia terpaksa menerima syarat dewi cakar berbisa menerima tiga pukulannya. padahal dia tidak ingin memperliatkan ilmu silatnya. mau tidak mau dia harus berbuat itu.
"hahaha." tawa antoch agak lama. "syarat tetua sungguh sangat berat sekali. aku hanya seorang yang mahir dalam ilmu pengobatan jadi mana mungkin sanggup menerima tiga pukulan tetua yang luar biasa itu, namun karna demi menolong jiwa yang tidak berdosa, aku yang rendah ini terpaksa menerima syarat dari tetua." ucapnya tenang sekali.
"APA?!" teriak ayu welas kaget bukan main. "panji. kau sudah gila ya? kau akan mati jika menerima tiga pukulan wanita iblis itu." serunya buru buru.
"Tuan?!" seru anjani dan nari ratih tercekat kaget mendengar antoch menerima syarat tersebut. "tuan panji. kami mohon jangan menerima syarat itu. biarkan kami mati di tangan wanita iblis itu, janganlah tuan berkorban sia sia demi kami." seru mereka.
"hik.hik.hik. kau serius menerima syarat ku itu anak muda? pikirkanlah dulu baik baik. masa depan mu masih panjang, jangan kau menyia nyiakan nyawa mu hanya demi menolong dua gadis itu." kata dewi cakar berbisa memberi nasehat.
"aku sudah berpikir masak masak. aku tetap akan menerima tiga pukulan itu dari tetua, tapi jika secara kebetulan aku sanggup menerima tiga pukulan itu, apa tetua tidak akan ingkar jani?" kata antoch tenang sekali. "huhuh. apa kau kira kau bisa selamat dari pukulan sakti ku?" dengus dewi cakar berbisa dingin, dia geram karna merasa pukulan saktinya di remehkan antoch.
"hmmm. aku bilang bila secara kebetulan aku mampu menahan tiga pukulan tetua, apa tetua akan ingkar janji. itu saja." kata antoch tenang.
"huh. jika kau memang bisa selamat dari tiga pukulan ku maka aku tidak cuma akan melepas mereka tetapi aku juga akan mengundurkan diri dari dunia persilatan. jika aku ingkar maka biarlah aku mati secara mengenaskan." seru dewi cakar berbisa tegas dan lantang.
"hahaha. tetua tidak perlu bersumpah terlampau berat. aku hanya mahir dalam ilmu pengobatan mana mungkin sanggup selamat dari tiga pukulan sakti tetua yang hebat. namun karna janji sudah terlanjur terucap aku harap ucapan tetua jangan di ingkari." kata antoch tertawa kecil.
"kau bisa pegang kata kata ku. apa yang sudah ku janjikan pasti aku tepati." seru dewi cakar berbisa tegas.
"baik ! harap tetua sudi berbelas kasih pada saya." kata antoch cepat. "tetua. silakan !" ucapnya bersiap siap menerima pukulan dewi cakar berbisa.
"huhuh. baik. bersiaplah ! Jurus pertama bernama pukulan sakti pelebur batu karang." kata dewi cakar berbisa.
Dua orang itu sudah saling berhadapan satu sama lain dan tidak mungkin di cegah lagi. ayu welas menatap tajam sika mawarni dengan tangan memegang pedang, dia akan bertindak jika dewi cakar berbisa berbuat curang dan ingkar, dia juga merasa tegang dan cemas akan nasib antoch bila tidak bisa menahan pukulan sakti dewi cakar berbisa. Yang paling tegang di antara semua orang adalah anjani dan nari ratih karna antoch bertaruh nyawa demi menyelamatkan mereka berdua. jika sampe antoch celaka atau tewas maka mereka pasti akan merasa bersalah dan menyesal seumur hidup. mereka ingin sekali mencegah pertarungan itu namun tidak bisa karna antoch dan sika mawarni sudah saling berhadapan bersiap siap.
"Jurus pertama. bersiaplah !" teriak dewi cakar berbisa melesat cepat sekali mengarahkan cakarnya ke dada antoch, dia mengerahkan enam bagian tenaga dalamnya untuk menguji seberapa besar tenaga dalam antoch.
Antoch diam tidak bergerak menanti serangan pertama dewi cakar berbisa. dia meliat tangan dewi cakar berbisa mengarah ke dadanya maka dia segera menghimpun tenaga dalam 9 mataharinya ke dada dengan empat lima bagian tenaga dalam.
Bugkh !
"Ughk !" keluh antoch terpukul dadanya.
Antoch terdorong empat langkah ke belakang. antoch terkejut tenaga dalam 9 mataharinya mampu di tembus pukulan sakti dewi cakar berbisa. dia merasakan ada semacam hawa dingin lunak menerobos masuk dan itu hawa dari tenaga dalam yang sangat dia kenali yaitu hawa tenaga dalam dari ilmu 9 bulan karna selama ini hanya hawa ilmu 9 bulan yang mampu menembus tenaga dalam 9 mataharinya, namun dia juga merasa aneh karna hawa ilmu 9 bulan itu bercampur dengan hawa ilmu lain dan hawa racun. hawa ilmu lain dan hawa racun sama sekali tidak berarti baginya karna dua hawa itu tidak mampu menembus tenaga dalam 9 mataharinya. dia hanya merasa sedikit nyeri di dada karna di terobos hawa ilmu 9 bulan.
Dewi cakar berbisa cukup terkejut juga meliat antoch hanya terdorong empat langkah, dia juga merasa tidak semua tenaga dalamnya bisa menembus tenaga dalam antoch, hanya hawa ilmu bersifat dingin saja hasil dari jurus cakar tulang putih 9 bulan yang berhasil menembus pertahanan antoch.
"hebat juga kau anak muda. bersiaplah menerima jurus kedua ku yaitu pukulan sakti pelebur bumi." seru dewi cakar berbisa.
Dewi cakar berbisa segera meningkatkan tenaga dalamnya menjadi delapan bagian yang kali ini di tekankan ke hawa racun karna di penasaran kenapa hawa racunnya tidak bisa menembus tenaga dalam antoch. dia maju dengan gerakan sedikit lebih lambat menerjang dada antoch.
Antoch tidak mau ambil resiko menerima pukulan sakti itu hanya dengan tenaga dalam setengah setengah. dia menghimpun tenaga dalam 9 mataharinya sampe 6 bagian di sekitar dada.
Bugkh !
"Ughk !" keluh antoch terkena pukulan sakti pelebur bumi di dada. dia sampe terdorong enam langkah menandakan tenaga dalam dewi cakar berbisa tidak bisa di anggap remeh, namun lagi lagi hawa dingin lunak ilmu 9 bulan yang mampu menerobos pertahanan antoch. kali ini antoch sedikit muntah darah tanda dia terluka dalam.
"Ekh?! Panji ?!" seru ayu welas terkejut sekali meliat antoch muntah darah. buru buru dia mendekati antoch meliat keadaan antoch. "Panji. kau tidak apa apa?" tanyanya cemas sekali.
Antoch menoleh menatap ayu welas tersenyum simpul. dia menggelengkan kepala tanda dia baik baik saja.
"Tuan panji?!" seru anjani dan nari ratih juga langsung menghampiri antoch. mereka tampak begitu cemas sekali dengan keadaan antoch.
"hahaha. aku akui kau cukup hebat juga anak muda. sekarang aku tidak akan sungkan sungkan lagi, terimalah jurus terakhir pukulan sakti pelebur jagat ku." seru dewi cakar berbisa.
Ayu welas jadi gusar sekali menatap tajam dewi cakar berbisa. "hei. kau dasar wanita iblis. panji sudah terluka kau masih saja tega hendak meneruskan tangan keras mu. benar benar wanita berhati iblis !" serunya marah marah.
"bibi guru. tuan panji tidak punya dosa apa apa terhadap mu, kenapa kau kejam sekali pada dia." seru anjani gusar meliat bibi gurunya hendak meneruskan pukulan ketiga.
"hahaha. aku kejam kata mu? hahaha. aku yang kejam atau kalian yang kejam? kalian berlindung di belakang dia, jadi jangan salahkan aku jika dia celaka. lagian kami sudah sepakat untuk menyelesekan masalah ini dengan cara dia sanggup menerima tiga pukulan ku, dua pukulan sudah terjadi tinggal satu pukulan lagi masalah akan beres. jika dia mati kalian juga akan mati tapi jika dia selamat maka aku akan menepati janji ku. kalian paham?" seru dewi cakar berbisa tajam sekali.
"kau?!" teriak ayu welas tercekat karna menahan gusar yang amat sangat.
"hmmm." gumam antoch memberi isyarat agar tiga gadis itu minggir.
"Panji. kau sudah terluka dalam parah, jika kau menerima pukulan yang ketiga kau akan tewas. sudah hentikan saja !" seru ayu welas mencegah antoch meneruskan niat hendak menerima pukulan yang ketiga.
"tuan panji. sudah hentikan. tuan jangan menerima pukulan yang ketiga. biarlah kami yang menanggung masalah ini sendiri. kami tidak ingin tuan celaka gara gara kami." kata anjani dengan mata berlinang karna tidak tega membayangkan antoch akan celaka bila menerima pukulan ketiga.
"tuan panji." ucap nari ratih menatap antoch berduka. dia sangat kagum pada pemuda jubah biru itu yang memiliki jiwa mulia dan ksatria.
"hmmm." gumam antoch menatap mereka tajam seolah agar mereka minggir jangan mengganggu.
Meski berat tapi ketiga gadis itu mau tidak mau menyingkir juga, mereka hanya berharap semoga antoch selamat dari pukulan yang ketiga.
"hahaha. bagus. kau memang pemuda berjiwa ksatria. aku salut pada mu tapi sayang kau harus mati di tangan ku. bersiaplah !" seru dewi cakar berbisa keras.
Dia segera mengerahkan seluruh tenaga dalam yang di milikinya hingga sampe ke puncak, dengan geraka berat dia menerjang antoch dengan dua tangan sekaligus.
Antoch kali merubah tenaga dalamnya, tadi dia memake tenaga dalam 9 matahari tapi masih bisa di tembus oleh hawa dingin lunak ilmu 9 bulan maka kini dia mengeluarkan tenaga dalam lunak dalam ilmu 9 bulan yaitu ilmu sinar bulan menerangi air sungai. ilmu ini mampu meredan tenaga dalam lawan yang bersifat dingin dan membalikan tenaga dalam lawan ke arah pemiliknya.
Ketiga gadis cantik yaitu ayu welas, nari ratih dan anjani tidak tega meliat antoch menerima pukulan sakti dewi cakar berbisa. mereka serentak memalingkan muka memejamkan mata ketika dua tangan dewi cakar berbisa mendarat telak di dada antoch. mereka tidak tahu antoch entah selamat atau tidak. mereka hanya mendengar suara benturan keras antara tangan dewi cakar berbisa dengan dada antoch namun tiada teriakan atau jeritan. setelah lama di tunggu tiada suara apa apa membuat mereka jadi penasaran, mereka sama sama menoleh meliat apa yang terjadi. mereka terliat keheranan karna tampak dewi cakar berbisa terliat menatap tajam antoch dengan raut wajah yang seperti orang terkejut tidak percaya, sedang antoch tetap berdiri tenang memandang dewi cakar berbisa sambil tersenyum meski darah segar tampak sudah membasahi sekitar bibirnya tanda dia habis muntah darah.
Apa yang terjadi sebenarnya?!
ketika dua tangan dewi cakar berbisa menyentuh dada antoch, dia merasakan seperti memukul benda kenyal yang membuat seluruh tenaga pukulannya seperti hilang begitu saja tapi tidak lama ada semacam tenaga dingin berbalik menghantam dirinya hingga dia terdorong selangkah ke belakang, untung saja tenaga balikan itu tidak menghantam dia secara telak, dia tahu antoch sengaja menahan tenaga balikan itu bertujuan tidak mau melukai dia. meski penasaran malu dan gregetan karna tidak mampu merobohkan antoch namun dia cukup bersukur antoch tidak berniat buruk padanya sehingga dia selamat dari tenag balikan dari tenaga dalamnya sendiri.
"huh. baik. aku mengaku kalah di hadapan mu. sesuai janji aku akan melepaskan mereka dan mulai hari mengundurkan diri dari dunia persilatan." kata dewi cakar berbisa tegas dan lantang.
Mendengar hal itu bukan main girangnya ketiga gadis itu.
"bibi guru. terima kasih atas belas kasih bibi guru." kata nari ratih membungkuk hormat pada dewi cakar berbisa.
Dewi cakar berbisa hanya mendengus di hidung saja. dia menatap antoch tajam. "anak muda. terus terang aku penasaran ilmu apa yang kau gunakan tadi. jika ada waktu maukah datang ke tempat ku yaitu di lembah bangkai. aku mengundang secara baik baik, apa bersedia hadir?" ucapnya pada antoch.
"hmmm." gumam antoch pelan mengangguk sambil tersenyum lembut tanda bersedia. Sika mawarni alias dewi cakar berbisa tertawa panjang lalu melesat cepat meninggalkan tempat itu, meski orangnya telah lenyap namun suara tawanya masih terdengar menggema di tempat itu.
"Panji. kau tidak apa apa? apa luka dalam mu parah?" seru ayu welas memegangi antoch dengan mimik wajah cemas sekali.
"Tuan panji?" ucap anjani lirih menatap antoch dengan tatapan berduka karna merasa tidak enak hati.
"Tuan panji. kau muntah darah, luka dalam mu apa parah?" tanya nari ratih cemas.
"tentu saja dia luka dalam parah. Orang berilmu tinggipun pasti akan terluka jika di pukul seperti tadi." dengus ayu welas kesal pada dua gadis itu. entah kenapa sejak dia tahu kalo dua gadis itu menyukai antoch dia jadi sensitif.
"Nona. ini semua salah kami, karna menolong kami membuat tuan panji jadi menderita. kami merasa sangat menyesal." kata nari ratih lemah.
"memang salah kalian. kalo panji jadi kenapa kenapa maka kalian harus bertanggung jawab." dengus ayu welas jutek.
"hmmm. enak sekali." ucap antoch tiba tiba sambil mulutnya seperti makan sesuatu. dia sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran ayu welas dan dua gadis murid partai naga langit.
ketiga gadis itu menatap antoch keheranan karna meliat antoch tiba tiba berkata seperti orang habis makan sesuatu, apa lagi antoch juga seperti mengunyah sesuatu di mulutnya.
"Ekh. kau makan apa? apa kau tidak terluka dalam?" tanya ayu welas penasaran.
Antoch tertawa kecil meliat ayu welas, tampak banyak noda merah di mulut antoch. "hmnm." sahutnya bergumam menggelengkan kepala.
"hah? kau muntah darah banyak begitu, masih bilang tidak terluka dalam. aneh !" kata ayu welas menatap antoch tajam.
Antoch mengusap noda merah di bawah mulutnya lalu tiba tiba mengusapkan noda merah tadi ke bibir ayu welas dengan cepat tanpa bisa di cegah ayu welas.
"ikh. apaan sih. jorok !" teriak ayu welas agak berseru sambil mencak mencak karna bibirnya di kotori darah antoch.
"gimana rasanya?" tanya antoch tertawa menatap ayu welas.
"Dasar jor. . ." pekik ayu welas hendak marah marah namun tidak jadi karna dia sempat merasakan noda merah yang tadi usap antoch di bibirnya. "Loh. kok? ini..." ucapnya heran sekali.
kenapa?!
karna noda merah itu berasa manis sekali dan tidak berbau amis seperti layaknya darah. lalu noda merah apa yang di muntahkan antoch tadi?
"Enak tidak? nih masih segar kalo mau." kata antoch sambil menyodorkan beberapa buah hutan berwarna merah tua di tangannya pada ayu welas. itu adalah buah hutan liar yang sangat manis dan bila di makan akan mencair berwarna merah seperti darah.
Rupanya tadi sebelum antoch menerima pukulan dewi cakar berbisa dia memasukan buah itu ke mulutnya tanpa di ketahui oleh semua orang. dia memakan buah itu dan menahan di mulut bertujuan bila terkena pukulan dia akan pura pura terluka dalam dan sedikit memuntahkan buah yang sudah mencair itu yang memang tampak seperti darah. sampe di pukulan ketiga dia sengaja memumtahkan lebih banyak agar dewi cakar berbisa mengira antoch benar benar terluka dalam. sejak awal dia mampu meredam semua pukulan sakti dewi cakar berbisa namun bila dia terang terangan mengalahkan dewi cakar berbisa di hadapan orang lain maka akan membuat dewi cakar berbisa malu dan nekat menyerang membabi buta yang berakibat bisa mencelakai ketiga gadis itu. dengan berbuat begitu, antoch secara tidak langsung telah menyelamatkan muka dewi cakar berbisa di hadapan semua orang dan benar saja dewi cakar berbisa jadi menepati janjinya.
"buah ini..." kata ayu welas masih bingung. dia menatap antoch seolah ingin minta penjelasan antoch.
Antoch hanya tertawa kecil lalu berjalan mendekati api unggun dan duduk dengan tenang, dia membersihkan noda merah di mulutnya lalu diam tidak berkata apa apa lagi.
Ayu welas jadi semakin bingung namun dia tidak memaksa antoch untuk memberi penjelasan padanya. dia tahu antoch diam tidak memberi penjelasan pasti ada sesuatu yang di sembunyikanya. dia menghela nafas panjang lalu mendekati antoch dan duduk tidak bertanya apa apa lagi.
Nari ratih dan anjani tidak mengerti apa terjadi, mereka saling pandang sama sama cuma angkat bahu. mereka juga mendekati antoch lalu duduk tak jauh dari antoch.
Anjani menatap antoch lembut. "tuan panji..."
"pukulan bibi guru kalian memang luar biasa. hari ini kita mungkin bisa selamat tapi lain kali entah apa yang terjadi." ucap antoch tiba tiba memotong ucapan anjani. "tapi... akh. sudahlah. mudah mudahan dia menepati janjinya untuk tidak mengganggu kalian berdua lagi. semoga saja." ucapnya menghela nafas panjang.
"mudah mudahan saja." kata anjani lemah.
"kalian tidurlah beristirahat." kata antoch seraya menambah kayu bakar ke api unggun.
"kau terluka dalam parah, bagaimana kami..." ucap anjani namun di potong antoch.
"tidak usah kuatir tentang luka dalam ku. kalian telah menelah pil penyambung nyawa yang aku berikan tadi, aku rasa kalian pasti sudah tahu apa manfaatnya, nah apa yang ku rasakan sama seperti kalian. jadi kalian tidak usah kuatir." kata antoch.
Dua gadis murid partai naga langit itu saling pandang, mereka paham apa maksut antoch. memang benar setelah menelan pil penyambung nyawa yang di berikan antoch tadi, mereka tidak begitu merasakan sakit meski terkena pukulan beracun bibi guru mereka yaitu dewi cakar berbisa.
"hmm. baiklah." kata anjani mengangguk.
Anjani dan nari ratih beranjak agak menjauh guna istirahat.
"Panji.." panggil ayu welas hendak bertanya.
"kau juga tidurlah. hari sudah larut, aku mengantuk." potong antoch tanpa menoleh.
Ayu welas diam sejenak tapi dia mengangguk juga lalu segera merebahkan diri untuk tidur.
Antoch menghela nafas panjang meliat ayu welas, anjani dan nari ratih yang berbaring tidur. dia lalu duduk bersila untuk bersemedi.
* * *
PAGI hari yang cerah dengan sinar mentari hangat di ufuk timur membuat langit pagi terliat indah berwarna jingga.
ketiga gadis cantik yaitu ayu welas, anjani dan nari ratih baru saja terbangun dari tidurnya. mereka terkejut menyadari tidak meliat antoch sudah tidak ada di tempat itu.
"Panji?! kemana panji?" seru ayu welas langsung melompat berdiri.
"Ekh?!" anjani dan nari ratih juga terkejut. "kemana tuan panji?" tanya mereka celingukan mencari cari.
"Panji ! Panji ! Panji !" teriak ayu welas memanggil manggil antoch.
Mereka sama sama berteriak teriak mencari kesana kemari namun tiada suara sahutan dari antoch dan bahkan tiada terliat jejak maupun bayangan antoch sedikitpun juga.
"Nona. mungkin tuan panji sudah pergi saat kita masih terlelap tidur." kata nari ratih pada ayu welas.
"hmmm. mungkin kau benar. dia sudah pergi pagi pagi sekali tadi." kata ayu welas lemah seperti tak bersemangat lagi.
"mungkin tuan panji tidak ingin mengganggu tidur kita makanya dia pergi tanpa pamit." kata anjani pelan.
"sudahlah. maaf nona, kami harus pergi dulu. teman teman kami pasti sudah cemas menunggu kami." kata nari ratih cepat.
"hm." ayu welas mengangguk.
"kami permisi dulu. sampe jumpa lagi." kata nari ratih.
Dua gadis cantik murid partai naga langit itu segera berjalan pergi. tinggal ayu welas seorang diri di tempat itu yang tidak lama diapun berjalan pergi ke arah timur menuju ke gunung lawu.
kemana antoch sebenarnya?!
Rupanya antoch tidak pergi dari tempat tersebut, dia berada di atas pohon tidak jauh dari tempat itu, karna pohon itu cukup rindang maka tidak terliat jika ada orang ada di pohon itu. antoch tahu kalo ketiga gadis itu mencari cari dirinya namun sengaja dia tidak menyahuti teriakan ketiga gadis itu karna dia tidak mau berjalan dengan ketiga gadis itu. dia tahu ketiga gadis itu meski tidak bicara tapi sikap mereka terhadap dirinya terliat seperti orang yang mencinta maka dia memutuskan agar tidak sampe kejadian yang tidak dia harapkan terjadi di antara mereka.
"hmm. tiga gadis yang merepotkan sekali. dari pada repot ngurusi mereka lebih baik berjalan sendiri. hehehe." gumam antoch tersenyum lebar.
Antoch hendak melompat turun dari atas dahan pohon namun tidak jadi karna dia meliat ada rombongan orang berjumlah sembilan orang yang tujuh di antaranya berseragam hijau. seorang pria paruh baya berparas agung dan sorot mata yang penuh wibawa tampak berada di paling depan, orang ini berjubah biru tua bergaris hitam yang di punggungnya terdapat gambar sulaman dua pedang menyilang dalam lingkaran, itulah tanda suatu perguruan atau aliran silat dari aliran raja pedang di kuto gede. pria itu adalah ketua aliran raja pedang yang juga seorang raja kerajaan mataram di kuto gede yaitu prabu merto wijaya yang terkenal bergelar raja pedang dari selatan di dunia persilatan. di samping raja pedang dari selatan ada seorang gadis cantik berusia 20 tahun berbaju kuning gading bernama andini. gadis itu adalah putri pertama prabu merto wijaya, andini adalah gadis cantik yang bersifat angkuh dan egois serta slalu harus di utamakan. dia adalah kakak dari ayu welas namun sifat dua gadis kakak beradik itu bertolak belakang. andini lebih suka bertindak semau hati di istana sedang ayu welas lebih suka menghargai orang lain dan tidak suka terikat peraturan.
Rombongan itu menunggang kuda yang berjalan perlahan melewati tempat antoch berada, setelah orang orang aliran raja pedang lewat baru antoch hendak turun dari atas dahan pohon namun lagi lagi tidak jadi karna ada satu rombongan orang berjumlah enam orang berjalan dari arah barat yang semuanya adalah wanita dan dua orang di antaranya adalah anjani dan nari ratih. seorang wanita paruh baya berwajah keras dan sorot mata yang tajam memimpin di depan, sebilah pedang bergagang kepala naga terlampir di punggungnya.
Rombongan wanita itu berhenti tepat dimana semalam anjani dan nari ratih istirahat. Wanita paruh baya yang memimpin orang orang itu mengamati keadaan di tempat itu. di situ masih terliat bekas api unggun yang sudah padam.
"Jadi semalam di tempat ini kalian di sembuhkan oleh pemuda yang bernama panji itu?" tanya wanita paruh baya itu dengan suara angker.
"benar guru." jawab nari ratih mengangguk.
"hmmm. jadi di tempat ini kalian di obati dari pukulan wanita hina itu. selain kalian dan pemuda itu, ada siapa lagi di tempat ini?" tanya wanita paruh baya yang di panggil oleh nari ratih dengan tatapan mata menyelidik.
Wanita paruh baya yang panggil guru oleh nari ratih adalah nya mintarsih ketua partai naga langit yang bergelar dewi cakar maut di dunia persilatan.
"Ada putri ketua aliran raja pedang, guru. dia bernama ayu welas." jawab nari ratih.
"Putri ketua aliran raja pedang?" kata ketua partai naga langit dengan kening berkerut.
"Ya guru. memang ada apa guru?" tanya nari ratih bingung.
"hmmm. pemuda itu jadi tidak berbuat yang tidak tidak pada dua murid ku karna ada putri ketua aliran raja pedang. apa dia anggota aliran raja pedang? tidak mungkin. aliran raja pedang tidak memiliki ilmu yang berintikan hawa dingin. lalu siapa pemuda itu?" gumam ketua partai naga langit lirih.
"Guru. ada apa?" tanya anjani heran meliat gurunya seperti orang bergumam aneh.
"Dengar. apa pemuda itu mengatakan dia dari partai atau aliran silat mana?" tanya ketua partai naga langit.
"tidak guru. dia bilang hanya mahir dalam pengobatan saja." jawab anjani.
"hmmm. mahir dalam ilmu pengobatan? Dengan cara apa pemuda itu menyembuhkan dua murid ku? pukulan wanita hina itu sangat beracun dan aneh. aku sendiri belum tentu bisa mengobati bila terkena pukulan aneh itu." gumam ketua partai naga langit lirih. dia menatap dua muridnya secara bergantian. "hm. Dengan cara pemuda itu mengobati kalian? apa dia menyentuh tubuh kalian?" tanyanya tajam.
"apa maksut guru?" tanya anjani heran.
"Dengar baik baik. Pukulan pelebur jagat adalah pukulan sangat beracun dan sangat sesat yang berhawa dingin. pukulan itu perpaduan hawa dingin ilmu cakar tulang putih 9 bulan dan ilmu cakar akhirat yang sangat sesat. bila terkena pukulan pelebur jagat maka sangat mustahil bisa selamat, hanya hawa murni dari ilmu 9 bulan yang bisa melawan hawa jahat pukulan pelebur jagat, jika pemuda itu benar mengobati kalian maka pemuda itu memiliki ilmu 9 bulan dan cara pengobatanya juga harus tanpa sehelai pakaian di tubuh. jika tidak maka akan membunuh si penderita." ucapnya dengan mimik wajah serius sekali.
"APA?!" seru nari ratih dan anjani tersentak, muka mereka jadi memerah karna tahu apa maksut ucapan guru mereka.
"apa kalian di suruh membuka baju oleh pemuda itu?" tanya ketua partai naga langit tegas sekali.
"ti..ti..tidak guru." sahut anjadi dan nari ratih tergagap.
"Dengan apa pemuda itu mengobati kalian?" tanya ketua partai naga langit tajam.
"ng.. ng.. dia memberi kami sebuah pil obat, lalu kami di suruh berendam di air sungai sebelah sana. itu saja guru." kata nari ratih menjelaskan.
"Pil? pil apa?" tanya ketua partai naga langit dengan kening berkerut.
"Pil itu berwarna biru kehitaman, dia memberi tahu pil itu bernama pil penyambung nyawa." jawab nari ratih.
"Pil penyambung nyawa? pil apa itu?" tanya ketua partai naga langit heran.
"kami tidak tahu guru." kata nari ratih.
"hmmm." gumam ketua partai naga langit. "jadi hanya dengan makan pil itu bisa menyembuhkan luka dalam akibat pukulan pelebur jagat. pil itu pasti pil langka yang sangat berharga. bila aku mendapat pil sakti itu, huhuh. aku tidak perlu takut lagi pada perempuan hina itu." batinnya dalam hati.
"Guru.." panggil anjani hendak berkata namun buru buru diam karna gurunya memberi isyarat untuk diam.
"Huh. pendekar dari mana? kenapa tidak menampakkan diri?" teriak mintarsih sang ketua partai naga langit sampe membuat tempat itu jadi bergetar, ini menandakan tenaga dalamnya sangat tinggi.
Tiada sahutan dan orang yang muncul di tempat itu.
"huh. kiranya hanya seorang pengecut yang beraninya hanya bersembunyi. huhuh. hupz !" kata mintarsih dingin yang lalu tiba tiba tangannya bergerak sangat cepat melemparkan senjata rahasia ke arah pohon dimana antoch berada.
Antoch yang mendapat serangan kilat senjata rahasia ketua partai naga langit jadi agak terkejut karna ketua partai naga langit itu bisa merasakan keberadaannya, dia tidak gugup mendapat serangan senjata rahasia tersebut. setelah tersenyum simpul dia segera menyentil mengeluarkan jurus sentilan maut dewa langit ke arah tiga senjata rahasia berupa paku perak yang melesat sangat cepat.
tring..tring..tring !
Tiga paku perak itu terpental jauh terkena sentilan maut antoch.
"hmm?!" ketua partai naga langit tersentak meliat tiga paku peraknya terpental di tengah jalan.
Dari atas dahan pohon melesat bayangan biru melayang di udara dan turun ringan sekali di tanah tidak jauh dari tempat ketua partai naga langit.
Meliat pemuda jubah biru yang tidak lain adalah antoch membuat nari ratih dan anjani jadi girang sekali. mereka ingin teriak menyapa antoch namun tidak jadi karna meliat guru mereka terliat tidak senang meliat pemuda jubah biru.
"siapa kau? kenapa bersembunyi menguping pembicaraan kami?" seru mintarsih menatap antoch tajam.
Antoch menyoja hormat pada ketua partai naga langit lalu tersenyum ramah. "maaf. bukan maksut ku menguping pembicaraan kalian tapi sejak semalam aku sudah berada di tempat ini, hari ini secara tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. harap tetua tidak jadi gusar atas ketidak sengajaan saya. maaf." ucapnya tenang.
Mintarsih sang ketua partai naga langit menatap antoch tajam sekali. tiba tiba dia melesat menyerang antoch dalam jurus naga langit mencengkram matahari. jurus ini adalah jurus yang mengandalkan kecepatan dan sangat hebat. Yang di tuju adalah lambung antoch yang bila terkena akan membuat perut jadi seperti di gebuk palu besar.
Anjani dan nari ratih terkesiap meliat gurunya tiba tiba menyerang antoch, apa lagh gurunya memake jurus yang sangat hebat karna jurus naga langit mencengkram matahari adalah salah satu jurus terhebat di partai naga langit yaitu dalam ilmu naga langit.
Antoch yang mendapat serangan mendadak itu tidak gugup sama sekali, dia tersenyum tipis dan tenang sekali menahan serangan jurus naga langit mencengkram matahari dengan jurus dewa naga terbang ke langit. hanya sekali menotol tanah dia melompat ke belakang mengikuti arah serangan jurus lawan.
Ketua partai naga langit terkejut antoch dapat mengelak dari serangan jurusnya tapi dia tidak berhenti begitu saja, dia merubah jurusnya mejadi naga lagit mendorong awan. cakaran tangannya seolah menjadi panjang mengikuti gerakan tubuh antoch yang melompat mundur. sekali ini pasti antoch akan terkena pukulan ketua partai naga langit.
Antoch meliat serangan susulan itu berdecak kagum akan kegesitan jurus ketua partai naga langit tersebut tapi gerakan jurus itu di matanya agak di paksakan sehingga menjadi tidak sempurna. "hmm. gerakan jurus susulan orang ini seperti di paksakan, apa dia sengaja atau ini hanya tipuan saja? baiklah. akan ku liat ini hanya tipuan atau memang dia sengaja memaksakan jurus ini." pikirnya.
Tap ! plak !
Telapak tangan ketua naga langit tepat mengenai perut antoch sampe membuat antoch terdorong jauh ke belakang. Antoch yang terdorong oleh jurus ketua partai naga langit tidak roboh, dia cuma tersurut mundur beberapa langkah tanpa mengalami luka apa apa.
"hmm. rupanya dia benar benar memaksakan jurus itu. aku tidak pernah meliat seorang tokoh silat yang setolol orang ini. menyerang yang tiada berguna sama sekali. jika dia merubah jurus tadi menjadi jurus sapuan kaki mengarah ke dada ku sudah pasti akan kena dan membuat ku roboh ke tanah. apa dia sengaja atau tidak tahu? jangan jangan dia tidak tahu." pikir antoch keheranan.
"huhuh. hanya seperti itu kemampuan mu anak muda. aku kira kau seorang pemuda berilmu tinggi, tidak tahunya hanya pemuda kelas teri saja." ledek ketua partai naga langit tertawa dingin.
"hm?!" antoch mengerutkan kening tanda heran. "rupanya dia benar benar wanita bodoh. sudah jelas jelas jurusnya tidak berpengaruh sama sekali terhadap ku tapi masih bicara seperti itu. heran, kenapa orang seperti ini bisa menjadi ketua sebuah partai besar. benar benar aneh sekali." batinnya dalam hati.
Antoch pura pura agak meringis menahan sakit di perut untuk meliat reaksi ketua partai naga langit selanjutnya. dia masih ingin tahu apa wanita itu benar benar bodoh atau hanya pura pura saja. "Jurus silat ketua dahsyat luar biasa, mana mungkin aku yang hina ini bisa menahannya. terima kasih atas kemurahan hati ketua memberi petunjuk kepada saya." ucapnya menyoja sambil meringis menahan sakit.
"huh. jurus partai naga langit siapa yang bisa melawanya. kau beruntung aku tidak berniat membunuh mu, kalo tidak kau sudah sekarat terkena jurus tadi." kata ketua partai naga langit bangga akan jurus silatnya.
"akh. kiranya ketua masih berbelas kasih pada saya. terima kasih banyak." kata antoch menyoja hormat. "akh. ternyata benar benar wanita bodoh, dia terlalu angkuh dan jumawa atas jurus silatnya. orang pura pura saja tidak tahu, heran sungguh ada ketua partai silat begini tolol sekali." batinnya keheranan dalam hati.
Mintarsih menoleh meliat anjani dan nari ratih. "apa dia pemuda yang telah menolong kalian?" tanyanya.
"benar guru. dialah tuan panji yang kami ceritakan." sahut anjani dengan mata berbinar binar melirik antoch.
"huh." dengus mintarsih sang ketua partai naga langit di hidung. "Anak muda. biasanya aku jarang sekali menyudahi pertarungan tapi kali ini aku terpaksa melepaskan mu karna kau telah menolong dua murid ku." ucapnya memandang rendah antoch. "hm?" antoch mengerutkan kening. "angkuh sekali sikap wanita tua ini, memandang rendah orang lain. huh, jangan di kira kau ketua partai besar bisa merendahkan orang lain." batinnya dalam hati. "hahahaha." tawanya keras.
"ketawa apa?" bentak ketua partai naga langit.
"huhuh. ketua partai naga langit, seekor burung kenari merasa diri sebagai burung elang. lucu sekali." kata antoch menyindir ketua partai naga langit.
"Apa kata mu?" bentak ketua partai naga langit keras. matanya tajam menatap antoch dalam dalam seolah olah hendak merejam tubuh antoch karna gusar tersinggung sindiran itu. "huh. rupanya ada yang hendak bermain main dengan ku. bocah busuk, terima jurus ku !" dengusnya lalu berteriak menyerang antoch dengan jurusnya di iringi empat lima bagian tenaga dalam.
indah sekali jurus yang di mainkan ketua partai naga langit itu, dia memainka jurus dalam rangkaian jurus cakar naga merobek langit yang cukup hebat.
Antoch melawan serangan jurus cakar naga merobek langit milik ketua partai naga langit dengan jurus 9 langkah ajaib, dia hanya berniat bermain main saja dan mengukur ilmu silat wanita yang menjadi ketua partai naga langit tersebut. gerakan jurus antoch sangat aneh dan unik karna mirip orang mabuk namun meski seperti orang yang mabuk tapi tidak dapat di sentuh oleh jurus jurus maut ketua partai naga langit.
Meliat setiap serangannya tidak mengenai antoch membuat mintarsih sang ketua partai naga langit jadi heran dan penasaran. dia mempercepat gerakan jurus jurusnya namun tetap tidak bisa menyentuh antoch, dia merubah jurusnya menjadi jurus terhebat yang dia kuasai yaitu ilmu naga langit yang telah menggemparkan dunia persilatan. serangan cepat dan mematikan dari jurus naga langit tetap tidak bisa menyentuh antoch, hal ini membuat ketua partai naga langit jadi merah padam karna malu dan gusar. kedudukannya yang tinggi sebagai ketua partai naga langit yang di segani segenap orang gagah kini di pertaruhkan, melawan seorang pemuda yang terliat lemah tidak mampu merobohkan, jangankan merobohkan, menyentuh sedikitpun tidak mampu. mau di taruh dimana mukanya di dunia persilatan.
"aku mengadu jiwa dengan bocah !" teriak mintarsih sang ketua partai naga langit keras.
Dia langsung merubah jurus naga langit menjadi jurus simpananya yang hampir tidak pernah dia keluarkan yaitu jurus warisan leluhur partai naga langit yang berhasil dia yakinkan menurut pemikirannya sendiri yaitu jurus cakar tulang putih 9 bulan yang dia gubah menurut tenaga dalam dari inti es, tenaga dalam yang dia latih sendiri setiap tengah malam yang menyerap hawa dingin dari alam. setelah dia berhasil meyakinkan tenaga dalam inti es itu yang kemudian dia beri nama tenaga sakti inti es, begitu dia mainkan jurus cakar tulang putih 9 bulan dengan tenaga dalam inti es maka jurus itu menjadi jauh lebih dahsyat dan mematikan namun dia tidak menyadari jika jurus cakar tulang putih 9 bulan tidak boleh di mainkan dengan tenaga dalam selain tenaga dalam ilmu 9 bulan karna jurus itu harus di mainkan dengan tenaga dalam bersifat dingin lembut karna kalo tidak akan membuat tersesat dan bisa berakibat buruk bagi pemiliknya. tenaga dalam inti es adalah bersifat dingin keras maka itu menyimpang dari aturan jurus tersebut, ketua partai naga langit tidak menyadasi kalo jurus yang dia mainkan bakalan mencelakai dirinya sendiri yaitu beberapa jalan darahnya akan putus dan saraf otaknya bisa mengalami kerusakan serius. semakin besar tenaga dalam yang di keluarkan maka semakin parah juga kerusakan tersebut.
"Guru !?" seru anjani dan nari ratih kaget begitu gurunya memainkan jurus simpanan dan paling hebat.
Mereka bukan cemas akan keselamatan gurunya jika mengelurkan jurus maut itu namun mereka cemas akan keselamatan antoch. mereka paham akan karakter gurunya yang keras, kalo tidak suka dia pasti akan menyingkirkan penghalangnya, apa lagi gurunya sudah berteriak hendak mengadu jiwa dengan antoch maka antoch tidak mungkin akan bisa lolos, mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan menimpa antoch.
"Hm?!" Antoch terkejut meliat perubahan jurus yang di mainkan ketua partai naga langit, dia semakin kaget karna merasa ada hawa dingin keras keluar dari setiap jurus serangan itu. "Gila. dia lebih kejam dari dewi cakar berbisa. dia juga lebih tersesat dari dewi cakar berbisa. dia ketua partai yang lurus tapi kenapa jurus dan tindakannya lebih kejam dari kaum sesat. aneh sekali. Jurus cakar tulang putih 9 bulan memang berhawa dingin tapi dingin lembut bukan dingin keras, ini akan menjadi jauh lebih tersesat. heran, kenapa orang seperti ini bisa menjadi ketua partai lurus. apa jurus di partai itu memang tersesat atau hati wanita itu yang memang kejam? benar benar aneh." batinnya heran dalam hati.
Antoch tetap tenang tidak gugup sama sekali oleh serangan ganas mematikan dari jurus cakar tulang putih 9 bulan milik ketua partai naga langit itu. jurus cakar tulang putih 9 bulan baginya hanya permainan anak kecil karna jurus itu adalah jurus pertama dari ilmu 9 bulan dan ilmu 9 bulan sendiri adalah ilmu yang dia ciptakan jadi mana mungkin dia akan kerepotan menghadapi jurus ciptaannya sendiri, apa lagi jurus yang di mainkan ketua partai naga langit tidak secepat dan sehebat pemilik syah ilmu 9 bulan yaitu sang putri bulan Lianka adiknya sendiri.
Pasangan ilmu 9 bulan adalah ilmu 9 matahari, bila kedua ilmu itu mencapai titik kesempurnaan maka dua ilmu dapat saling mengalahkan. Yang satu bersifat dingin lembut dan Yang lain bersifat panas keras. Antoch memiliki dua ilmu itu yang sudah mencapai kesempurnaan dan hanya antoch seorang di dunia ini yang mampu menguasai dua ilmu bertolak belakang tersebut, jika orang lain memaksakan diri menguasai dua ilmu itu maka yang terjadi seluruh urat saraf dan titik jalan darah akan rusak dan meninggal. kenapa antoch tidak mati atau rusak urat sarafnya?! itu karna antoch secara tidak sengaja berhasil menciptakan ilmu sembilan, ilmu penakluk langit dan bumi serta ilmu merengkah gunung. ketiga ilmu itu yang di sebut tiga ilmu dewa.
(bagaimana kisah antoch menciptakan tiga ilmu dewa dapat anda baca di kisah awal perjalanan antoch dalam judul pangeran matahari.)
"Hmmm. jika aku robohkan orang ini maka dia pasti merasa malu sekali dan tidak ada muka lagi memimpin partai naga langit. aku tidak mau menimbulkan permusuhan yang lebih luas dengan partai naga langit. lebih baik aku pergi saja dan pura pura kalah." pikir antoch dalam hati sambil menghindari serangan cepat ketua partai naga langit.
Antoch berniat pura pura mengalah namun mencari saat yang tepat agar ketua partai naga langit tidak menyadarinya. setelah beberapa jurus berlangsung saat yang di tunggu datang juga, ketua partai naga langit bergerak cepat memukul dengan cakarnya ke arah dada antoch yang sengaja di bukanya. cakar itu berhasil tepat menghantam antoch hingga terpental beberapa depa. antoch pura pura sakit memegangi dadanya dan berdiri seperti tidak kuat.
"ilmu ketua hebat luar biasa. aku merasa takluk. kita pasti bertemu lagi." kata antoch dengan suara agar bergetar yang di buat buat. dia segera melesat pergi dari tempat itu.
"huh. ilmu masih pasaran begitu berani berlagak di hadapan ku. lain kali pasti ku bunuh kau." dengus mintarsih ketua partai naga langit.
"Guru !" seru anjani dan nari ratih. "hmmm." gumam mintarsih ketua partai naga langit.
"hahahaha." tiba tiba terdengar suara orang tertawa yang menggetarkan tempat itu. "haha sungguh luar biasa jurus ketua partai naga langit. sungguh jurus yang luar biasa. hahaha." seru suara tersebut.
Semua orang celingukan mencari cari sumber suara tersebut namun tidak tampak seorangpun di tempat itu.
"huh. orang gagah dari mana datang kemari?" seru mintarsih ketua partai naga langit.
"hahaha. sampe ketemu di puncak lawu dewi cakar maut. hahaha." seru suara misterius itu.
Tiba tiba dari balik batu besar cukup jauh melesat sosok bayangan hijau sangat cepat sekali ke arah timur dan dalam sekejap sudah tidak tampak bayangannya.
"kelelawar hijau?!" seru ketua partai naga langit terkejut mengenali sosok bayangan hijau tadi. "rupanya dia muncul juga setelah bertahun tahun tidak terdengar kabar beritanya. hmm. turnamen pedang di puncak lawu akan sedikit sulit dengan kemunculan dia. huh." gumamnya lirih.
"Guru. siapa itu kelelawar hijau?" tanya nari ratih ingin tahu.
ketua partai naga langit menatap nari ratih sejenak. "dia adalah tokoh sakti yang bermukim di teluk segara anakan. puluhan tahun dia tidak pernah keluar dari sarangnya dan kini dia keluar dari sarangnya pasti bertujuan mendapatkan kitab mustika inti bumi yang di perebutkan para tokoh dunia persilatan." ucapnya.
"apakah dia sangat hebat guru?" tanya nari ratih.
"huh. kau pikir guru mu ini manusia macam apa sampe kau berani bilang orang rendah itu sebagai tokoh sakti. hah !" bentak ketua partai naga langit tandas menatap tajam nari ratih.
Dia adalah orang yang tinggi hati dan menganggap semua orang adalah orang bodoh dan tolol tidak bisa di bandingkan dengan dirinya.
"Maaf guru. murid tahu salah." kata nari ratih menunduk takut takut.
"huh." dengus mintarsih sang ketua partai naga langit. "ayo kita pergi !" serunya cepat.
"Baik !!!" sahut semua orang serentak lalu berjalan pergi mengikuti ketua mereka.
* * *
PEMUDA jubah biru itu berjalan perlahan di jalan bukit kecil yang tidak begitu jauh dari gunung lawu. begitu tiba di persimpangan jalan yang dimana ke kiri menuju gunung lawu dan ke kanan menuju ke sebuah desa kecil, antoch berhenti sejenak untuk berpikir jalan mana yang akan di pilih.
"hmmm. bila aku langsung ke arah gunung lawu sudah pasti akan bertemu para tokoh persilatan, bukan tidak mungkin partai naga langit akan langsung ke sana. bila aku ambil ke kanan akan tiba di desa kecil, dari sana ke gunung lawu agak jauh tapi itu lebih baik dari pada bertemu para tokoh persilatan yang bisa saja terjadi hal hal yang tak di inginkan. mending aku ke arah kanan dan menginap di desa itu sambil menunggu hari lima belas bulan delapan yang tinggal empat hari lagi." gumam antoch pelan.
Dia segera mengambil jalan ke arah kanan menuju desa kecil. ketika baru berjalan tidak begitu jauh tiba tiba dari balik pohon muncul seorang gadis cantik berbaju warna hijau. gadis itu tidak lain adalah ayu welas yang sejak tadi pagi mencari cari antoch tapi tidak ketemu.
Ayu welas sejak pergi dari tempat semalam dia dan yang lain berada langsung ke arah timur menuju gunung lawu tapi ketika sampe di persimpangan jalan dia jadi bingung hendak ke gunung lawu atau ke desa terdekat, ketika dia memutuskan ke gunung lawu tiba tiba dia jadi ingat kalo ayah dan saudara seperguruannya pasti ke gunung lawu, jika sampe ketemu ayahnya dia pasti akan habis di marahi dan di hukum, dia akhirnya memutuskan ke desa terdekat dulu dan baru ke gunung lawu secara diam diam dan menyamar sambil berharap siapa tahu bisa ketemu antoch. ketika dia berjalan tidak begitu jauh, dia meliat dari arah barat ada rombongan orang yang sangat dia kenali yaitu rombongan ayahnya. dia buru buru bersembunyi di balik pohon agar tidak di ketahui oleh rombongan ayahnya. beruntung dia memilih jalan ke kanan yang menuju ke desa terdekat karna rombongan ayah dan saudara seperguruannya menuju ke kiri yaitu langsung ke gunung lawu jadi tidak lewat di depannya. ayu welas bernafas lega karna tidak jadi di pergoki oleh ayahnya. setelah dia diam di balik pohon agak lama dia memutuskan ingin mengikuti rombongan ayahnya dari jauh tapi ketika hendak keluar dari tempatnya bersembunyi dia meliat sesosok bayangan jubah biru dari arah barat. dia kenal bayangan jubah biru tersebut dan langsung jadi girang sekali karna itu adalah bayangan yang dia cari yaitu antoch. dia diam meliat antoch yang berhenti tepat di simpang jalan, dia berharap moga antoch memilih jalan ke kanan yang menuju ke arahnya dan benar saja harapannya terkabul, antoch benar memilih ke kanan yang menuju ke arahnya, dia bersembunyi dan berniat mengejutkan antoch. begitu antoch hampir lewat tepat di depannya maka dia tiba tiba melompat muncul di depan antoch.
"Nah. ketemu juga akhirnya !" seru ayu welas sambil tertawa girang. Namun ayu welas jadi terkejut karna tiba tiba orang yang di cegatnya tidak ada di depannya. padahal jelas jelas dia sudah mencegat antoch tepat ketika lewat di depannya tapi kenapa bisa hilang.
"Loh. kok tidak ada? aneh. tadi jelas jelas dia ada di depan ku kok bisa tidak ada." kata ayu welas keheranan sambil celingukan mencari cari antoch tapi dia tidak meliat siapa siapa di tempat itu.
"Apa kau mencari ku?" ucap suara tiba tiba dari arah atas pohon dimana tadi ayu welas berada.
Ayu welas buru buru menoleh ke arah atas pohon dan dia jadi terkejut karna di atas dahan pohon tampak antoch duduk bersandar tersenyum menatapnya. "cih. siapa juga yang mencari mu." dengusnya memalingkan muka pura pura jutek, padahal dia bergirang dalam hati. ketika dia menoleh lagi ke atas pohon lagi lagi antoch sudah hilang, hal ini membuat dia jadi terkejut, dia celingukan lagi mencari cari antoch dan dia meliat antoch sudah berjalan pergi. buru buru dia berlari mengejar antoch. "hei. tunggu aku !" teriaknya.
Antoch diam saja terus berjalan, dia hanya melirik sedikit saja saat ayu welas sudah berada di sampingnya.
"Hei. kenapa kau slalu pergi gitu saja tanpa bicara? buat orang jadi capek mencarinya." omel ayu welas menekuk muka menatap antoch.
Antoch hanya diam saja tanpa menyahuti ayu welas yang ngomel ngomel sendiri, dia terus berjalan tenang menyusuri jalan.
"Ekh. kau mau kemana sih tujuan mu?" tanya ayu welas.
"kenapa?" tanya antoch balik.
"aku boleh ikut berkelana dengan mu tidak?" ucap ayu welas sambil tersenyum nyengir.
Antoch menoleh menatap ayu welas dengan kening berkerut.
"Aku janji deh tidak akan membuat mu repot." kata ayu welas lagi.
Antoch berjalan lagi tanpa berkata apa apa.
"hei. boleh tidak? aku mohon boleh ya?" seru ayu welas membujuk antoch.
"Apa kau yakin ingin berkelana?" tanya antoch.
"Ya. aku ingin meliat dunia luar yang indah ini. bolehkan aku ikut kamu?" kata ayu welas serius.
"tidak." jawab antoch singkat.
"Loh. kenapa?" tanya ayu welas heran.
"Dunia yang kau bilang indah tidak seindah apa yang kamu bayangkan. dunia persilatan penuh tipu daya dan muslihat yang tidak kau duga sebelumnya, tidak semestinya seorang gadis seperti mu berkeliaran di dunia luar." kata antoch.
"aku justru ingin tahu seperti apa kehidupan di dunia luar, bukankah itu bisa menambah pengalaman ku. hmm?" ucap ayu welas tertawa kecil.
"kau mungkin bisa berkelana dengan mengandalkan nama besar ayah mu ketua aliran raja pedang yang di segani di dunia persilatan, kenapa musti ikut aku?" kata antoch.
"huh." dengus ayu welas. "aku tidak seperti kakak ku yang slalu bertindak berlindung nama besar ayah ku. aku ingin berdiri dan berpijak dengan kaki ku sendiri tanpa ada bayang bayang nama besar ayah ku." ucapnya tegas.
"hmmm." gumam antoch pelan. "apa kau yakin?" tanyanya.
"Ya. aku harus yakin. apapun yang terjadi aku harus menjadi seorang pendekar wanita yang tangguh dan mandiri. apa kau mau bantu aku?" sahut ayu welas bertanya.
"heheh." tawa antoch pendek.
"kenapa? apa ada yang lucu?" tanya ayu welas dengan wajah tidak senang di ketawai antoch.
"tidak ada." jawab antoch.
"lalu?" tanya ayu welas dengan kening berkerut.
"kita tidak saling kenal dan baru bertemu kemarin apa itu tidak aneh jika kau minta aku membantu mu? lalu apa yang bisa aku bantu? aku hanya mahir ilmu pengobatan, kau putri ketua aliran raja pedang yang terkenal serta kau ini seorang putri kerajaan, kedudukan dan derajat mu jauh lebih tinggi di banding aku, adalah hal yang aneh kau minta bantuan pada seorang biasa seperti ku." kata antoch.
Ayu welas diam sejenak, dia membenarkan apa yang di katakan antoch tapi dia merasa hati kecilnya mengatakan kalo pemuda jubah biru yang bersamanya adalah bukan orang biasa yang menyembunyikn kemampuan sejatinya. "huh. sudahlah jangan banyak alasan, boleh tidak aku ikut kamu berkelana?" tanyanya tegas.
"heheh." antoch tersenyum. "Yah. boleh saja asal kau tidak merepotkan ku." ucapnya.
Ayu welas girang sekali mendengar itu. "benarkah?" tanyanya menegaskan.
"Ya. tapi asal kau tahu saja, aku hanya berkelana sebentar saja. setelah urusan ku selese maka aku akan kembali ke tempat ku dan tidak berkelana lagi." kata antoch.
"memang apa urusan mu jika aku boleh tahu?" tanya ayu welas.
Antoch tidak menjawab dan cuma tersenyum saja. dia terus berjalan perlahan menuju desa terdekat.
"hei. kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku?" tanya ayu welas cepat.
"Jangan bawel, jangan ribut dan jangan banyak tanya kalo tetap mau ikut aku." kata antoch tanpa menoleh.
"huh." ayu welas tidak berkata apa apa lagi tapi mimik mukanya tampak manyun cemberut. karna dia ingin ikut antoch maka dia tidak mau mengganggu pemuda jubah biru itu lagi.
Mereka berjalan tanpa bicara apa apa lagi, tidak lama mereka tiba di sebuah desa kecil yang terliat sangat rame. Desa di kaki gunung lawu bernama desa sambeng terliat sangat rame karna banyak para pelancong baik dari luar desa maupun luar wilayah.
Turnamen pedang di puncak lawu rupanya tidak hanya menarik para kalangan persilatan tapi juga orang biasa sampe petinggi berbagai kerajaan juga tertarik hadir meski hanya sekedar menonton saja. bagi mereka ajang itu sangat langka dan jarang terjadi di dunia persilatan jadi sangat sayang jika harus di lewatkan begitu saja.
"kita makan dulu ya, aku sudah lapar." kata ayu welas buka suara begitu tiba di desa sambeng.
"hmmm." antoch mengangguk.
Mereka segera mencari kedai makan di desa tersebut tapi hampir semua kedai makan sudah terisi penuh oleh orang orang. setelah menulusuri desa akhirnya mereka menemukan kedai makan yang tidak begitu rame dan segera masuk ke kedai tersebut. mereka memilih meja di pojokan dekat jendela agar bisa meliat keadaan di luar kedai.
"heran. seluruh kedai makan hampir penuh sesak orang yang makan, hanya kedai ini saja yang tidak begitu rame. apa makanan di sini tidak enak ya?" ucap ayu welas setelah duduk.
Antoch hanya diam saja tidak menggubris ucapan ayu welas, dia duduk tenang di kursi tapi matanya sedikit menyapu ke seluruh ruangan kedai tersebut karna dia meliat yang ada di dalam ruangan kedai itu semua dari kalangan persilatan yang entah dari partai atau aliran silat mana. "hmmm. mereka dari kaum persilatan, apa mereka hendak ke puncak lawu? dari sebanyak orang di dalam ruangan ini hanya ada dua tiga orang yang memiliki ilmu cukup tinggi." batinnya dalam hati.
"Panji ! Panji !" panggil ayu welas dua kali meliat antoch yang diam saja dari tadi.
"hmmm." gumam antoch pelan menyahuti ayu welas.
"kau kenapa? kok diam saja dari tadi aku ajak bicara. apa ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya ayu welas.
"tidak ada. kita tidak usah banyak bicara, setelah makan kita langsung pergi dari desa ini." kata antoch kalem.
Ayu welas agak heran juga meliat sikap antoch yang seperti tidak tenang di dalam kedai makan. pasti ada yang dia kuatirkan di dalam kedai makan ini. pikirnya.
Ayu welas tidak membantah, dia segera pesan makan dan minum pada pelayan kedai. dia ingin sekali bertanya pada antoch tapi dia tidak berani karna takut antoch tidak suka dan memarahinya karna rewel, tapi kalo bertanya dia penasaran sekali apa yang antoch pikirkan. "hmm. biarlah nanti aku tanya dia setelah pergi dari desa ini." batinnya. Antoch terliat duduk tenang di kursinya namun ekor matanya tengah meliat beberapa orang yang tengah mengawasi ke arahnya dan ayu welas. "hmmm. entah mereka orang baik atau tidak tapi aku meliat sinar mata tidak baik dari tiga orang itu. mereka seperti berniat tidak baik pada ayu welas. hmmm. biarlah aku mau liat apa maksut mereka meliat ayu welas seperti itu, akan aku pancing mereka keluar dari desa ini." batinnya dalam hati.
Antoch dan ayu welas segera melahap makanan dan minuman yang mereka pesan, setelah selese mereka segera beranjak pergi dari kedai itu tanpa banyak bicara.
"hei. boleh aku bertanya tidak?" tanya ayu welas buka suara setelah keluar dari desa.
"apa?" tanya antoch.
"aku liat tadi kau seperti tidak tenang ketika di kedai makan, memang ada apa?" tanya ayu welas ingin tahu.
"hmmm." gumam antoch sambil tersenyum. "kau bersiap siaplah." ucapnya.
"bersiap siap? bersiap siap untuk apa?" tanya ayu welas tidak mengerti.
"hmmm. mereka sudah datang, berhati hatilah." kata antoch sedikit melirik ke belakang.
"mereka? mereka siapa?" tanya ayu welas semakin tidak mengerti.
Dari belakang mereka benar saja muncul tiga orang berbaju hitam gombrong, muka mereka di coreng cat berwarna beda beda. seorang pria gundul tambun memiliki cat warna merah di keningnya, orang ini bernama setan merah. dua orang kawan setan merah yaitu pria tinggi ceking dan pria muka gepeng yang masing masing bercat warna kuning dan hijau di kening, mereka bernama setan kuning dan setan hijau. tiga orang itu berasal dari pesisir pantai selatan yang di juluki tiga setan pesisir selatan. mereka bukan dari kaum rimba persilatan tapi dari kaum rimba hijau yaitu kaum perampok yang terkenal sadis dan tanpa kenal ampun. sepak terjang mereka cukup di takuti di wilayah pesisir selatan. kaum rimba hijau umumnya tidak suka mencampuri urusan dunia persilatan tapi kini mereka berani muncul di wilayah tengah berarti mereka punya tujuan tertentu.
"hahahaha." tiga setan pesisir selatan tertawa tergelak begitu meliat dua orang incaran mereka sejak dari kedai makan tadi.
Ayu welas heran meliat kemuncunlan tiga orang aneh yang keningnya di beri corengan cat warna merah, kuning dan hijau itu. "siapa tiga orang aneh itu?" tanyanya berbisik pada antoch.
"hmmm. di liat dari pawakan mereka sepertinya mereka dari kaum rimba hijau yaitu kaum perampok." kata antoch pelan.
"Perampok?" ucap ayu welas setengah terkejut. "Ya." ucap antoc mengangguk.
"mau apa mereka menghadang kita?" tanya ayu welas.
"aku tidak tahu tapi yang jelas aku menaruh firasat mereka berniat tidak baik pada kita terutama kamu." kata antoch.
"aku?" tanya ayu welas dengan kening berkerut.
"he-em. liat saja mata mereka begitu liar menatap mu. kau harus berhati hati, ilmu mereka cukup tinggi apa lagi jika mereka bergabung. apa kau takut?" kata antoch.
"Takut? huh. aku tidak takut. sekalipun mereka bertiga maju bareng mengeroyok ku aku tidak gentar sama sekali." dengus ayu welas.
"heheh. bagus. kalo begitu aku jadi lega. aku lagi malas bertarung kau saja yang hadapi mereka ya. hmm." bisik antoch tertawa kecil.
"APA?!" seru ayu welas kaget menatap antoch.
"kenapa? kau takut?" tanya antoch.
"takut? ikh. siapa juga yang takut, tapi masa kau tega meliat seorang wanita seperti ku bertarung melawan tiga orang pria menyeramkan itu." kata ayu welas.
"Yach. katanya ingin menjadi pendekar wanita yang mandiri dan hebat. kalo kau tidak berani kau bilang saja putri ketua aliran raja pedang, mereka pasti akan mundur dan tidak berani pada mu. beres." kata antoch tertawa kecil.
"huh. aku tidak mau mereka tahu aku putri ketua aliran raja pedang. biarpun harus mati aku tidak mau berada di bawah nama besar ayah ku. huh." dengus ayu welas.
"heheh. bagus." ucap antoch tersenyum.
"heh. kalian bisik bisik apa? berani sekali kalian tidak pedulikan kehadiran kami." bentak si setan merah keras meliat dua orang mangsanya bisik bisik tidak jelas.
Antoch menjura menyoja bersikap ramah. "maaf. apa maksut tuan tuan menghadang kami? jika di ijinkan biarlah kami lewat untuk melanjutkan perjalanan." ucapnya ramah.
"huh. jangan sok ramah di depan kami. aku tidak punya urusan dengan mu monyet busuk, kau boleh pergi tapi teman mu yang cantik itu tidak." bentak setan merah memandang rendah antoch.
"Ya benar. kau enyahlah cepat sebelum kami berubah pikiran. pergi !" seru si setan hijau juga ikut membentak.
"jika kami boleh tahu dengan orang gagah dari mana kami berhadapan?" tanya antoch tetap bersikap sabar.
"hahaha. dengar hai kau bocah. kamilah yang di juluki tiga setan dari pesisir selatan. apa kau takut sekarang? hahaha." kata setan merah tertawa.
"akh. kiranya kami sedang berhadapan dengan tiga setan dari pesisir selatan yang kesohor itu. ada hal apakah sampe tiga setan terkenal datang ke wilayah tengah ini, bukankah kalian hanya bergerak di daerah pesisis selatan. kenapa bisa sampe di wilayah ini?" kata antoch.
"kami mau kemana dan dimana itu terserah kami, kenapa kau yang jadi repot? sudah. jangan banyak rewel seperti nenek nenek bawel, kalo kau masih sayang nyawa cepat pergi dari sini sebelum kesabaran kami habis. cepat pergi !" bentak setan merah mulai tidak sabaran.
"akh. jelek nian nasib ku hari ini. di usir dari tempat yang bukan miliknya, malah di samakan dengan nenek nenek bawel. hadeh !" kata antoch seperti orang mengigau.
"hik.hik.hik." ayu welas tertawa geli mendengar ucapan antoch.
"Ei. kau jangan menertawai ku. sekali ini kau harus bicara sendiri sama tiga setan kesasar itu, aku tidak mau ikut campur." kata pada ayu welas yang sebenarnya mengejek tiga setan dari pesisir selatan.
"bocah busuk. apa kata mu? berani sekali kau mengatai kami tiga setan kesasar. sudah bosan hidup rupanya kau !" bentak setan merah naik pitam gusar sekali.
"hoahemz. aku mau istirahat dulu di bawah, capek." ucap antoch pura pura menguap seperti orang mengantuk. "kau hati hatilah pada kelicikan mereka. kau perampok biasanya menggunakan akan licik dan kotor." bisiknya pada ayu welas lalu berjalan ke arah pohon rindang dan duduk bersandar acuh tak acuh.
Ayu welas meliat antoch sejenak, dia agak kesal pada antoch karna tega sekali menyuruh dia melawan tiga orang yang terliat angker sekali itu, tapi mau tidak mau dia harus melawan tiga orang itu agar niatnya menjadi pendekar wanita yang kuat dan mandiri bisa terlaksana. ini kesempatan baik untuk dirinya membuktikan ilmu silat yang di pelajarinya berguna atau tidak.
"hahaha. gadis manis, ikutlah bersama kami. kau pasti akan senang sekali karna kami pasti akan memberi mu kenikmatan yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya. hahaha." kata setan merah tertawa. matanya meliat ayu welas dengan sangat menjijikkan, jakunnya naik turun karna sudah tidak tahan ingin menikmati tubuh ayu welas.
"benar. benar. hahaha. ikutlah dengan kami. kami jamin kau pasti akan senang. hahaha." sahut setan hijau ikut bicara.
Ayu welas meliat tiga setan pesisir selatan dengan sorot mata tajam sekali. "huhuh. ikut kalian apa untungnya, hanya tiga manusia aneh bau yang salah ujud dan kesasar." ucapnya dingin.
"hehehe. nona manis, galak juga rupanya kamu, tapi tidak apa apa aku suka gadis galak. kata orang semakin galak seorang gadis maka semakin hebat permainanya di atas ranjang. hahaha." seru setan merah. "Hahaha. kau benar setan merah. memang benar apa kata orang kalo gadis galak pasti hebat di ranjang, kita tangkap saja dia cepat cepat, aku sudah tidak sabar ingin mencicipi kehangatan tubuhnya yang menggairahkan itu. hahaha." seru setan hijau tertawa terbahak bahak.
Merah padam muka ayu welas mendengar perkataan perkataan kotor tiga setan pesisir selatan itu. "dasar manusia kotor. ku robek mulut kalian yang busuk itu. hyeaatt !" teriaknya keras tidak bisa menahan gusar.
Ayu welas maju menerjang tiga setan pesisir selatan setelah mencabut pedangnya. dia menyerang setan merah yang paling banyak bicara kotor dalam jurus pedang sapuan daun yang mengarah ke dada setan merah.
"hahaha. jurus yang bagus." tawa setan merah meliat serangan ayu welas. dia tidak bergerak dari tempatnya dan menunggu datangnya serangan, ketika sudah dekat dia baru bergerak memiringkan badan ke kiri menghindari sapuan pedang, tangannya tahu tahu bergerak cepat mengarah ke dada ayu welas bertujuan meremas dada ayu welas yang menonjol indah.
Ayu welas makin merah padam gusar sekali meliat tangan setan merah yang hendak berbuat tidak senonoh maka dia buru buru merubah jurusnya menjadi bidadari bermain kipas, dia berputar sambil memutar pedangnya di depan dada yang bertujuan memotong tangan setan merah.
"Ups !" setan merah buru buru menarik tangan kanannya agar tidak terkena tebasan pedang ayu welas.
Gerakan ayu welas tidak berhenti di situ saja, tiba tiba dia menyerang dengan jurus sapuan pedang memotong rumput dan naga muncul dari laut. dia merunduk mengibaskan pedangnya mengarah ke kaki setan merah, maka setan merah melompat menghindari sapuan pedang yang mengincar kakinya tapi setan merah jadi terkejut karna tiba tiba pedang ayu welas seperti hidup yang naik ke atas mengarah dadanya, itu jurus naga muncul diari laut.
setan merah tidak bisa menghindari serangan itu karna sedang di atas udara tapi sebagai orang yang telah lama malang melintang di pesisir selatan sebagai perampok yang di takuti, dia tidak jadi gugup. dia secepat kilat merogoh saku bajunya dan lalu melemparkan senjata rahasia ke arah ayu welas agar ayu welas tidak jadi meneruskan serangannya dan benar saja, ayu welas tidak meneruskan serangannya karna sibuk menghindari senjata rahasia setan merah. kesempatan ini di gunakan setan merah menjauh dari ayu welas.
"huh." dengus ayu welas karna setan merah berhasil lolos dari serangan mautnya. "hahaha." tawa setan merah lebar. "hebat juga jurus mu nona manis. siapa guru mu?" ucapnya bertanya.
"huh. kau tidak perlu tahu siapa guru ku. hadapi aku jangan hanya bisa menghindar seperti monyet kebakaran ekor." ledek ayu welas memancing amarah setan merah.
"hahaha. setan merah. kau di katai seperti monyet kebakaran ekor oleh gadis ingusan itu. hahaha. apa perlu aku bantu menangkap gadis itu, setan merah?" seru setan hijau yang lalu tertawa keras.
"diam kau setan hijau ! aku sendiri mampu menundukkan gadis binal itu. kalian diam dan menonton saja." bentak setan merah keras karna panas oleh ledekan dua temannya.
"hahaha. baiklah setan merah. kami akan menonton saja tapi jangan lama lama, aku sudah tidak sabar ingin bersenang senang dengan gadis itu." seru setan hijau.
"kau tenang saja. dalam 10 jurus gadis itu pasti dapat aku taklukan." kata setan merah.
"huh. sombong. coba saja kalo bisa !" dengus ayu welas dingin karna merasa di pandang remeh oleh setan merah.
"hehehe. giliran ku menyerang nona manis. bersiaplah !" kata setan merah menatap ayu welas remeh.
"huh. majulah !" tantang ayu welas.
"Liat serangan !" seru setan merah maju menerjang ayu welas dalam jurus tangan setan warna merah yang mengandalkan kecepatan dan tipuan.
Ayu welas segera melawan dengan jurus pedangnya yang mengandalkan kegesitan dan keindahan gerak jurusnya.
Pertarungan cukup sengit dan seru namun setan merah jauh lebih berpengalaman di banding ayu welas, apa lagi serangan setan merah penuh gerak tipu dan kelicikan. semula ayu welas masih mampu melawan serangan cepat setan merah namun karna dia masih hijau dan belum memiliki pengalaman di dunia persilatan akhirnya dia jatuh di bawah angin.
"hahaha. jurus kesepuluh. awas kepala !" seru setan merah tertawa girang meliat lawannya sudah jatuh di bawah angin.
Ayu welas buru buru merunduk mendengar seruan setan merah yang mengarahkan serangannya ke kepala. inilah kesalahan ayu welas karna seruan setan merah hanya tipuan belaka, yang di arah adalah jalan darah di pangkal leher ayu welas, karna sudah keburu merunduk maka ayu welas tidak sempat lagi untuk menghindar, dia hanya pasrah bakal tertotok jalan darah di pangkal lehernya.
setan merah girang sekali karna berhasil melumpuhkan ayu welas tapi sejengkal jarinya hampir kena jalan darah di pangkal leher ayu welas tahu tahu ada ada tangannya di sentil seseorang hingga terasa kesemutan dan tidak bisa bergerak untuk sejenak. tubuh ayu welas juga sudah tidak ada di depan setan merah, tampak tidak jauh di depan sana ada seorang pemuda jubah biru merangkul ayu welas yang ternyata adalah antoch yang telah menolong ayu welas.
"kau tidak apa apa?" tanya antoch menatap ayu welas sambil melepas rangkulannya.
"tidak. aku tidak apa apa." kata ayu welas menggelengkan kepala.
"kau istirahat saja, biar aku yang melawan mereka." kata antoch lalu balik badan menatap setan merah.
Ayu welas buru buru menjauh dan berdiri di bawah pohon meliat antoch yang akan melawan setan merah.
Setan merah gusar sekali karna usahanya menundukkan ayu welas gagal karna di halangi pemuda jubah biru. "bangsat ! berani sekali kau menghalangi ku melumpuhkan gadis itu. kau harus mampus di tangan ku !" bentaknya tegas sekali.
"heheh." tawa antoch tenang tenang saja menatap setan merah. "Jurus silat mu cukup hebat, membuat aku jadi gatal ingin melawan mu. mari kita bermain main sebentar." ucapnya menantang.
"Liat serangan !" teriak setan merah langsung menyerang antoch dengan jurus mautnya.
"hmm." gumam antoch meliat serangan setan merah yang mematikan itu. "huh. jurus anak anak." ucapnya mengejek jurus setan merah tanpa bergerak menghindari serangan itu.
setan merah jadi makin gusar jurusnya di ejek, dia merubah jurusnya dari pukulan menjadi cakaran ke arah leher antoch tapi dia jadi tekejut karna antoch menghilang dari pandangannya. dia celingukan mencari cari antoch.
"setan merah. dia di belakang mu !" teriak setan hijau memberi tahu setan merah.
"hah?!" seru setan merah terkejut begitu balik badan.
Tampak antoch berdiri tenang dengan tertawa mengejek setan merah.
"hyeaat !" teriak setan merah menyerang antoch lagi dengan lebih cepat tapi lagi lagi dia hanya memukul tempat kosong karna antoch sudah hilang lagi dari hadapannya tanpa dia ketahui kapan bergeraknya pemuda jubah biru itu.
"dia di belakang mu lagi !" teriak setan hijau lagi memberi tahu.
Setan merah tanpa menoleh langsung berputar menyerang antoch namun lagi dia hanya mengenai udara saja dan antoch tidak terliat batang hidungnya. kejadian itu terus terjadi berulang ulang membuat setan merah seperti orang gila yang menyerang tanpa arah.
"hik.hik.hik." ayu welas tertawa geli meliat kejadian lucu tersebut. "hei. setan jelek. kau memukul apa? kau seperti topeng monyet sedang beraksi. hik.hik.hik." ledeknya tertawa geli. Setan merah merah padam karna malu dan gusar karna di permainkan antoch. dia melompat mundur menjauh dari antoch. "huh. apa kau hanya bisanya main petak umpet bocah busuk. hadapi aku jangan hanya seperti monyet yang bersembunyi saja." teriaknya keras menggelegar saking gusarnya.
"huhuh." tawa antoch tertawa di hidung. "apa kau yakin setan merah? hanya dengan satu jari saja aku sudah mampu merobohkan mu. heheh." ucapnya tenang sekali.
"sombong sekali kau bocah. ku bunuh kau ! hyeaat !" teriak setan merah gusar merasa di remehkan.
setan merah mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dia miliki untuk menyerang antoch namun baru setengah jalan tiba tiba dia merasaka ada satukekuatan dahsyat yang menghempaskan tubuhnya hingga terpental roboh di depan dua temannya yaitu setan kuning dan setan hijau. rupanya antoch menggunakan sentilan maut dewa langit menghantam setan merah dari jarak jauh.
"setan merah?!" seru setan hijau dan kuning kaget meliat setan merah jatuh di depan mereka. buru buru mereka membantu setan merah berdiri. "kau tidak apa apa?" tanya setan hijau.
"aku tidak apa apa." jawab setan merah agak parau.
"heheh. kau bukan tandingan ku setan merah. kalian bertiga majulah bersama agar aku tidak repot repot menghajar kalian satu per satu." kata antoch tertawa mengejek tiga setan pesisir selatan.
tiga setan dari pesisir selatan menatap antoch tajam sekali. "aku akui kau memang hebat bocah, tapi kau jangan senang dulu. jika mampu hadapi jurus tiga setan penghancur sukma kami." seru setan merah menahan gusar.
"huhuh. itu yang aku harapkan. keluarkan ilmu terhebat kalian." kata antoch tersenyum tenang.
Tiga setan dari pesisir selatan langsung berpencar mengurung antoch dari tiga jurusan, mereka bergerak serentak menyerang antoch yang mengarah di tiga titik mati antoch yaitu leher, dada dan lambung. serangan itu cepat dan berbahaya tapi antoch tenang sekali melawan serangan itu.
Antoch melawan jurus tiga setan penghancur sukma dengan jurus ilmu pemindah tenaga yang di padukan dengan ilmu panca buta yang dapat membingungkan tiga setan dari pesisir selatan.
Pertarungan itu terliat cukup seru, antoch yang di serang tiga orang tidak jatuh di bawah angin, dia tetap tenang sekali dan malah tiga lawannya yang jadi kelabakan karna setiap serangan yang mereka lancarkan slalu mengenai teman sendiri. semakin lama keadaan tiga orang itu jadi kacau balau dan babak belur di hajar teman sendiri. "kabur !" teriak setan merah cepat karna tahu tidak mungkin menang melawan pemuda jubah biru.
Tiga setan dari pesisir selatan langsung kabur lari tunggang langgang pergi meninggalkan tempat itu.
"hik.hik.hik." ayu welas tertawa cekikikan karna geli meliat tiga setan pesisir selatan yang lari tunggang langgang.
Antoch hanya tersenyum tipis saja meliat tiga setan pesisir selatan yang kabur.
"hei. ilmu silat mu hebat sekali. mereka semua sampe lari ketakutan kau permainkan. hik.hik.hik." kata ayu welas menghampir antoch.
"ilmu silat ku biasa saja, mereka saja yang bodoh." kata antoch tersenyum.
"kalo mereka bodoh lalu aku ini apa dong?" seru ayu welas melotot dengan muka di tekuk.
"ilmu silat yang kau miliki adalah ilmu tingkat tinggi, kau masih belum punya pengalaman saja makanya bisa kalah dari mereka." kata antoch jujur.
"benarkah? kau tidak sedang menghibur ku kan?" tanya ayu welas serius.
"tidak. aku berkata jujur. inilah dunia luar yang katakan indah tapi kenyataannya seperti yang kau liat baru saja, penuh kelicikan dan muslihat. Yang kau alami tadi hanya sebagian kecil pahitnya hidup ini, belum terlambat jika ingin kembali. hmm?" kata antoch kalem.
"hei. ini baru langkah awal aku berkelana di dunia luar, wajar saja jika aku masih belum tahu apa apa. hehehe." kata ayu welas tertawa lucu.
"huh. langkah awal saja sudah begini apa lagi nanti, tidak bisa di bayangkan apa jadinya. untung saja kau bersama ku, coba kalo sendiri entah apa yang terjadi pada mu tadi." kata antoch.
"heheh. maka itu aku ikut kamu berkelana, kan kamu bisa melindungi aku. benar tidak? hik.hik.hik." kata ayu welas tertawa cekikikan.
"Yach. terserah kau sajalah." kata antoch mengalah lalu berjalan pergi.
Ayu welas meleletkan lidahnya karna bisa membuat antoch tidak bisa berkata apa apa lagi, dia segera berjalan mengejar antoch yang sudah jalan duluan.