DUA kelompok orang orang berbaju biru dan coklat terliat bertarung di sebuah tanah lapang pinggiran hutan kecil, satu kelompok bersenjata pedang dan kelompok yang lain bersenjata golok, mereka bertarung mati matian entah apa yang mereka permasalahkan sampe mereka bertarung dengan sengit.
Dua orang pria paruh baya yang berdiri di dua tempat yaitu satu di utara dan yang satu lagi di selatan, dua orang pria paruh baya itu mengamati pertempuran dengan sikap yang sangat tegang sekali karna bila salah satu kelompok sampe kalah maka salah satu pria paruh baya itu akan sangat malu dan hilang harga dirinya. Ketika pertarungan semakin sengit dan menegangkan antara kalah dan menang, tiba tiba muncul bayangan biru berteriak keras yang membuat pertarungan itu seketika langsung terhenti.
"HENTIKAN!" teriak seorang pemuda berjubah biru keras yang sampe membuat tanah bergetar seperti terjadi gempa.
Teriakan yang di iringi tenaga dalam tinggi sontak membuat semua orang terkejut dan menghentikan pertempuran.
"Ekh, tuan panji?!" seru dua pria paruh baya yang berdiri meliat pertarungan kaget mengenali pemuda yang berteriak keras menghentikan pertempuran.
Dua pria paruh baya tersebut langsung berlari menghampiri pemuda berjubah biru yang tidak adalah panji adanya.
"Tuan panji?!"
"Tuan panji?!"
Sapa dua pria paruh baya itu menyoja pada panji.
"ki dulung, ki rembol. Ada apa ini? Kenapa kalian bertempur?" tanya panji mengenali dua orang pria paruh baya tersebut.
Panji mengenali mereka karna dua orang itu juga ikut dalam turnamen pedang puncak lawu, bahkan panji sempat membantu mereka mengobati luka dalam dua orang itu yang cukup parah setelah kalah bertarung dalam turnamen pedang tersebut. ki dulung adalah guru besar di padepokan bintang kejora dan ki rembol adalah guru besar di padepokan bintang emas, dua padepokan lumayan besar di wilayah barat.
"Tuan panji. Saya tidak menyangka tuan panji berada di wilayah barat ini. Maafkan saya karna tidak tahu tuan panji berkunjung di wilayah barat ini, jika saya tahu saya pasti akan menyambut kedatangan tuan panji." kata ki dulung terliat begitu menghormati panji.
"terima kasih atas maksut baik ki dulung." kata panji balas menyoja.
"Tuan panji. Maafkan saya, tuan berkunjung di wilayah barat di saat yang tidak tepat. Jika jauh jauh hari tuan memberi kabar hendak berkunjung ke wilayah barat ini tentu saya akan mempersiapkan sambutan yang layak terhadap tuan panji. Tuan panji malah kami sambut dengan kejadian yang tidak menyenangkan seperti ini. Sekali lagi saya mohon maaf!" kata ki rembol menyoja hormat pada panji.
"terima kasih juga atas niat baik ki rembol. Saya hanya orang biasa jadi tidak perlu di sambut dengan layak atau tidak layak, terima kasih." kata panji balas menyoja.
"hahahaha. Tuan panji suka sekali merendah, siapa yang tidak kenal dengan nama besar tuan panji, seluruh dunia persilatan pasti akan tahu siapa tuan panji yang memiliki gelar kesohor di seantero pelosok tanah jawa." seru ki rembol tertawa lebar.
"benar.Jika tuan panji menyebut diri hanya orang biasa, lalu kami ini harus menyebut diri kami sendiri itu apa? Tentu kami tidak lebih dari orang rendahan. hahaha." seru ki dulung juga tertawa.
"hahaha. Ki dulung dan ki rembol suka sekali bergurau, kalian adalah dua guru besar dari padepokan ternama di wilayah barat ini, tentu saja kalian adalah orang orang berkedudukan tinggi dan terhormat." kata panji tertawa ringan.
"hahahaha. Pujian tuan panji sungguh membuat kami merasa tersanjung, terima kasih." kata ki dulung terliat girang di puji oleh panji.
"benar. Pujian tuan panji membuat muka kami jadi terang, terima kasih atas pujian tuan panji. hehehe." kata ki rembol juga merasa senang telah di puji.
"huhuhuh. Dasar dua manusia tamak pujian, mereka hendak mencari muka padaku. Hmm, akan aku manfaatkan saja dua orang itu." kata panji dalam hati.
"Ada urusan apakah gerangan tuan panji sampe ke tempat ini? Apakah ada urusan penting atau tuan panji tidak sengaja lewat tempat ini?" tanya ki dulung.
"Benar. Ada urusan apakah tuan panji di wilayah barat ini?" tanya ki rembol tidak mau ketingggalan ikut bertanya.
"Saya hanya kebetulan lewat tempat ini dan tidak menduga akan bertemu kalian, oh iya, kalo boleh tahu kenapa kalian bertempur? Bukankah kalian satu golongan? Apa masalah di antara kalian tidak bisa di selesekan dengan baik baik tanpa harus bertempur. Hm? Maaf, bukan maksut saya ikut campur urusan pribadi padepokan kalian tapi jika sebuah masalah bisa di selesekan dengan musyawarah kenapa tidak kalian lakukan saja." tanya panji ingin tahu kenapa kedua padepokan silat itu bisa bertarung.
Ki dulung dan ki rembol saling pandang secara tajam, mereka berdua sebenarnya merasa segan dan malu jika masalah mereka di ketahui oleh panji tapi mereka juga merasa kalo panji tahu mungkin saja panji bisa menyelesekan masalah di antara mereka.
"kenapa? Apa kalian tidak bisa cerita apa masalah kalian? Tidak apa apa, saya juga tidak akan memaksa kalian untuk bercerita pada saya. Mungkin ini masalah pribadi antar dua padepokan kalian dan saya tidak berhak untuk ikut campur ke dalam urusan itu tetapi saya hanya berharap kalian turunkan ego kalian agar tidak terjadi pertumpahan darah di antara kalian karna kita satu golongan." kata panji dengan nada suara berwibawa.
"Sebenarnya kami malu jika masalah kami di ketahui oleh orang luar, akan tetapi jika kami terus terusan bersikukuh dengan ego kami maka masalah mungkin tidak akan selese. kebetulan tuan panji ada disini, mudah mudahan tuan panji bisa menjadi penengah di antara kami." kata ki dulung.
"Begini tuan panji. ki dulung menuduh anak saya telah membawa kabur putrinya tapi saya tidak trima kalo anak saya telah membawa kabur putrinya, padahal jelas jelas putrinyalah yang telah menghasut anak saya agar mau kabur dengan putrinya." kata ki rembol menyalahkan ki dulung.
"heh, rembol. Putriku adalah gadis baik baik, tidak mungkin dia berkelakuan tidak pantas seperti apa yang kau tuduhkan. Sudah jelas putramu tergila gila pada putriku makanya dia membawa kabur putri ku." seru ki dulung tidak terima di salahkan.
"huh. Gadis baik baik gimana maksut mu dulung? Sudah jelas jelas putrimu yang tergila gila pada anakku, putrimu coba merayu terus anakku, kau jangan pura pura tidak tahu dulung." seru ki rembol sengit.
"jangan memutar fakta kau rembol, anakmu yang terus merayu rayu putriku. Kau jangan memutar fakta." balas ki dulung sengit.
"kau atau aku yang memutar fakta? Kau itu memutar balikkan fakta." seru ki rembol.
"kau!" teriak ki dulung.
"kau!" teriak ki rembol.
"kau!" bentak ki dulung.
"kau!" bentak ki rembol.
"Sudah. Sudah. Sudah. Hentikan pertengkeran kalian!" teriak panji tegas sekali.
Ki rembol dan ki dulung tidak berani buka suara lagi, mereka hanya saling balas menatap tajam saja.
"kalian sudah tua tapi kelakuan kalian seperti anak kecil, satu menyalahkan yang lain dan yang lain menyalahkan yang satu, saling menyalahkan terus. Gimana kalian bisa menyelesekan masalah jika begini caranya? Kekanak kanakan!" kata panji tegas sekali karena merasa kesal dengan tingkah kekanak kanakan dua orang itu. "Sudah, begini saja. kita temukan anak kalian di hadapan kita bersama, biar aku yang menanyakan kepada mereka berdua apakah apa yang kalian tuduhkan benar apa salah. Nah, dimana mereka sekarang?" ucapnya.
"itulah yang sedang kami cari tuan panji. kami tidak tahu mereka kabur kemana." kata ki rembol.
"benar tuan panji. mereka kabur sejak kemarin dan kami tidak tahu dimana mereka sekarang berada." kata ki dulung.
"hmm. begitu? baiklah, siapa nama anak kalian biar aku yang cari mereka, aku jamin mereka pasti akan pulang ke rumah kalian dengan selamat." kata panji kalem.
"Putraku bernama purnomo." kata ki rembol.
"Putriku bernama anggita." kata ki dulung.
"purnomo dan anggita, hmm. baiklah, akan aku cari mereka. kalian bubar saja sekarang dan tunggu kabar dariku, secepatnya aku pasti akan menemukan anak kalian. ingat, jangan ada pertarungan lagi di antara kalian. Jika kalian melanggar maka aku tidak segan segan menghukum kalian, paham?!" kata panji tegas dan angker sekali.
"kami paham tuan panji.!" kata ki rembol cepat.
"Silakan bubar!" kata panji menyuruh mereka untuk membubarkan diri.
Mereka segera membubarkan diri kembali ke tempat masing masing setelah berpamitan pada panji.
"hadeh. Tertunda lagi urusanku mencari tantri dan mei ling, mereka benar benar payah tidak bisa di andalkan. Mencari anak anak mereka saja mereka tidak bisa gimana kalo aku mintai tolong untuk mencari jejak tantri dan mei ling, bisa bertahun tahun mereka mencarinya. Payah!" gumam panji menghela nafas panjang.
Panji melanjutkan perjalanan lagi menyusul darma wangsa atau datuk barat ke bukit walet guna mencari tantri dan mei ling yang dia duga di culik oleh tiga walet hitam.
Menjelang sore hari panji tiba di kaki bukit waru, ketika sedang berjalan hendak menuju tikungan jalan dia meliat sebuah pertempuran dimana enam orang di keroyok oleh puluhan orang bertopeng, tidak jauh dari tempat pertempuran terliat dua orang menyaksikan orang orang yang sedang bertempuran. Dua orang itu yaitu seorang wanita paruh baya berpakaian warna hitam dan seorang pria paruh baya juga berbaju warna hitam, sedang enam orang yang di keroyok oleh puluhan orang bertopeng dua di antaranya pernah panji liat sewaktu di puncak lawu dan empat orang yang lain tidak dia kenali namun ada hal yang menarik yang membuat panji cukup heran dan terkejut yaitu di antara enam orang itu ada seorang wanita berbaju ungu bertarung dengan jurus jurus yang tidak begitu asing di mata panji.
"hmm. kalo tidak salah jurus jurus yang keluarkan wanita baju ungu itu adalah rangkaian jurus dari jurus naga sakti. siapa wanita baju ungu itu? Kenapa dia bisa memainkan rangkaian jurus naga sakti? Aneh sekali." gumam panji heran meliat jurus jurus yang di mainkan oleh wanita baju ungu. "jurus yang dia mainkan bisa di bilang sempurna dan setiap gerakannya sangat mantap, dari mana dia mendapatkan jurus silat naga sakti itu? Apa mungkin dia murid turunan pendekar naga putih? Hmm. jika benar, ini cukup menarik. satu persatu jurus jurus dari ilmu delapan unsur bermunculan, sepertinya dunia persilatan jaman ini akan banyak bermunculan pendekar pendekar hebt yang memiliki ilmu dari ilmu delapan unsur. Menarik sekali untuk di tunggu siapa lagi yang akan memiliki salah satu ilmu delapan unsur lainya." gumamnya dalam hati.
Panji terus menyaksikan pertempuran itu dengan tenang dari tempatnya berdiri, yang dia perhatikan adalah wanita berbaju ungu karna jurus jurunyalah yang menarik perhatiannya. dia ingin tahu sampe di tingkat mana wanita itu menguasai rangkaian jurus naga sakti, apa sudah sempurna atau masih berada di tingkat kulitnya saja. setelah cukup lama memperhatikan dia sudah dapat memperkirakan sampe dimana tingkatan jurus naga sakti wanita baju ungu.
"Akh. Ternyata kepala naga belum menemukan ekornya." gumam panji tersenyum tipis. "ada tiga jurus yang sama sekali tidak di mainkan gadis itu, jurus kelima, jurus ke sembilan dan jurus terakhir yaitu jurus ke delapan belas. Padahal ketiga jurus itu adalah inti dari jurus jurus naga sakti. Dia sengaja tidak memainkan jurus itu atau dia memang tidak tahu kalo ada tiga jurus yang hilang dari rangkaian jurus naga sakti yang dia mainkan? Hmm." gumannya heran.
"hik.hik.hik. Hei, dewi naga ungu! Jurus jurus naga saktimu memang hebat tapi di hadapan pasukan telaga iblis, jurus naga saktimu tidak akan berguna karna aku tahu kelemahan jurus naga saktimu itu. Hik.hik." teriak wanita tua berbaju hitam ke arah gadis baju ungu.
"huh. Jangan senang dulu kau wanita iblis, jurus naga saktiku tidak mungkin kalah dari pasukan busukmu itu!" teriak gadis baju ungu yang di panggil dengan nama dewi naga ungu tadi.
"hik.hik.hik. Cobalah kalo kau memang bisa, aku mau liat seberapa tinggi ilmu yang di turunkan gurumu si tua bangka jaludra itu. Ayo kerahkan semua jurus yang kau miliki. hik.hik." teriak wanita tua baju hitam dengan nada suara mengejek.
Mendengar gurunya di ejek membuat dewi naga ungu jadi gusar, dia langsung meningkat serangan jurus naga saktinya tapi tetap saja dia belum juga mendesak lawan lawannya. setiap gerakannya selalu bisa di patahkan oleh orang orang bertopeng tersebut.
"Nona, gunakan jurus naga saktimu dengan kegesitan dan kelembutan, jangan memaksa memakai tenaga keras, ikuti irama gerakan jurusmu dengan penuh perasaan, rasakan setiap gerakan jurusmu agar menyatu dengan tubuhmu. tenaga hilang tapi sebenarnya belum hilang, ada tapi tidak ada, tujuh kosong tiga berisi, semua jadi satu hancurlah perisai iblis." teriak panji halus seperti memberi tahu intisari jurus jurus yang di mainkan dewi naga ungu.
Dewi naga ungu melirik ke arah seorang pemuda yang meliatnya sambil tersenyum, dia merasa pemuda itu sedang berusaha memberitahu apa yang harus dia lakukan. "Apa maksut kata kata pemuda itu? Dia seolah olah sedang memberitahukan sesuatu padaku. Hmm, akan aku coba mengikuti petunjuk dari pemuda itu." ucapnya dalah hati.
Dewi naga ungu mengubah gaya bertarungnya dalam memainkan jurus jurusnya, semula dia agak keteteran namun lama kelamaan dia mendusin dan terkejut dengan keseimbangan jurus yang dia mainkan,dia jadi lebih tenang dan tenaganya seolah olah bisa dia keluarkan dengan maksimal, kecepatan dan kelincahan jurusnya juga jauh lebih baik di banding saat pertama kali bertarung.
"Bagus!" seru panji meliat dewi naga ungu sudah bisa menangkap petunjuknya tadi. "Naga berputar terbang ke langit!" teriaknya saat dewi naga ungu memainkan jurus ketiga jurus naga saktinya.
Dewi naga ungu merasa aneh sendiri, dia tidak tahu apa nama jurus yang di beritahukan panji namun anehnya secara reflek dia melakukan gerakan yang belum pernah dia pelajari dan hasilnya luar biasa, para pengeroyoknya seperti kalang kabut menghadapi jurusnya itu.
"Naga air mengibaskan ekor!" teriak panji lagi memberikan petunjuk.
Dewi naga ungu sekali lagi tanpa bisa mencegah melakukan gerakan unik yang tidak pernah dia pelajari hingga dia seperti mudah sekali lepas dari kepungan pengeroyoknya.
"Bagus! Kepala naga menyusup awan dan tuntaskan dengan Naga langit meluruk bumi!" seru panji cepat.
Dewi naga ungu melakukan gerakan dua jurus secara beruntun dengan sangat cepat dan hasilnya sungguh menakjubkan, para pengeroyoknya terkapar tidak berkutik terkena jurus terakhir Naga langit meluruk bumi.
Dewi naga ungu meliat lawan lawannya terkapar tidak bergerak dengan pandangan tidak percaya, dia tidak menduga bisa melakukan sebuah jurus yang sedemikian dahsyat. Seketika dia menatap pemuda berjubah biru yang telah memberinya petunjuk tadi, dia berjalan menghampiri pemuda tersebut.
"Terima kasih atas petunjuk dari tuan!" kata dewi naga ungu menyoja berterima kasih karna telah di beri petunjuk.
"hmm." gumam panji mengangguk pelan.
Bersamaan dengan dewi naga ungu berhasil mengalahkan lawan lawannya, lima orang teman dewi naga ungu juga telah berhasil mengalahkan lawan lawan mereka. mereka juga segera menghampiri panji dan dewi naga ungu.
"Tuan panji!" seru seorang pria dewasa mengenali panji.
"Tuan panji. Tidak saya duga tuan panji berada di tempat ini, sungguh suatu kebetulan." kata seorang pria yang lain.
"kalian berdua kalo tidak salah pernah saya liat sewaktu di puncak lawu, apakah saya benar?" tanya panji.
"Benar. Kami berdua memang datang ke puncak lawu tapi bukan untuk ikut turnamen pedang, kami hanya menonton saja disana. kami tidak ada muka untuk berani mengagulkan ilmu kami yang tidak seberapa ini." kata pria pertama yang bicara tadi.
"bila kami secara tidak tahu malu ikut turnamen pedang itu tentu hanya akan jadi bahan tertawaan orang saja. hahaha." kata pria kedua yang bicara tadi.
"Akh. Mari saya perkenalkan pada mereka semua, ini adalah teman saya bernama cokro, saya sendiri bernama namitro, mereka adalah artana, anggini berjuluk dewi naga ungu. Julukannya hampir sama dengan dewi naga ungu yang pernah tuan panji kalahkan di turnamen pedang dan yang itu adalah purnomo dan anggita, mereka berdua sepasang kekasih." kata orang bernama namitro memperkenalkan diri dan teman temangnya.
"Salam kenal semua!" kata panji menyoja.
"Salam kenal tuan panji.!!!" sahut semua orang balas menyoja.
"hik.hik.hik. Sudah selese belum ramah tamah kalian? Kalo belum, kalian lanjutkan saja di tempat lain yaitu neraka.Hik.hik." seru wanita tua baju hitam membuyarkan obrolan panji dan yang lain.
"Nyai.Lebih baik kita biarkan enam cecunguk dulu, kita beri pelajaran saja dulu pemuda jubah biru karna dia telah berani mencampuri urusan kita. bagaimana? Kau setuju?" kata pria tua baju hitam buka suara.
"hmm. Aku setuju saja aki, kau atau aku yang memberi dia pelajaran?" kata wanita baju hitam bertanya.
"Aku saja,nyai. Sudah lama aku tidak bermain main, mumpung ada bahan untuk membuat mainan masa aku mau melewatkan begitu saja." kata pria baju hitam.
"hmm. Jangan lama lama." kata wanita tua baju hitam.
"tenang saja, setelah puas bermain main aku akan langsung mencabut nyawa pemuda itu." kata pria tua baju hitam tertawa menyeringai. Dia langsung berjalan beberapa langkah ke depan menatap tajam panji. "Bobah, siapa nama mu biar aku bisa membuatkan batu nisan untuk mu!" ucapnya tandas.
"Tuan panji, mereka adalah sepasang setan dari telaga iblis. ilmu mereka sukar di jajaki tingginya, yang pria bernama ki jonggol dan yang perempuan bernama nyai lusik." kata namitro memberi tahu siapa dua orang baju hitam tersebut.
"Benar. kita harus berhati sama dua orang itu, ilmu cakar elang iblis mereka jarang ada yang bisa menandingi, jika tidak hati hati kita bisa menjadi korban cakar elang iblis mereka." kata anggini alias dewi naga ungu.
Panji maju beberapa langkah ke depan meliat pria tua baju hitam dengan tersenyum. "Terima kasih atas niat baik tetua bersusah susah diri hendak membuatkan saya batu nisan, tapi saya takut batu nisan itu bukan tertera nama saya namun nama tetua. hmm." ucapnya.
"hahahaha. Besar juga nyali mu bocah berani bicara seperti itu padaku. Apa kau tidak tahu siapa kami. Hah? Owh, jangan jangan kau ini baru turun gunung sampe tidak mengenali siapa kami. Dengar, kami adalah sepasang setan dari telaga iblis. Apa kau tidak pernah mendengar nama besar kami, hm?" seru pria tua baju hitam bernama ki jonggol tandas.
"Akh. kiranya saya berhadapan dengan sepasang setan dari telaga iblis yang sangat tersohor di kolong langit, harap maafkan saya jika tidak mengenali tetua dari awal." kata panji menyoja.
"hahahaha. Sekarang kau sudah tahu siapa kami, nah ayo kita main main sebentar agar kau tahu gimana kerasnya dunia persilatan. Majulah dan serang aku!" kata ki jonggol membuka tantangan pada panji, dia terliat memandang remeh panji.
"ilmu silat saya sangat rendah, saya takut mengecewakan tetua yang berilmu sangat tinggi." kata panji tersenyum tipis.
"Jangan banyak bicara, ayo majulah!" kata ki jonggol.
"Saya tidak bisa menyerang orang yang lebih tua dari saya." kata panji mengulur waktu agar ki jonggol gusar.
"Baik. Kalo begitu biar aku yang menyerang mu duluan. Bersiaplah! Hyeaat!" teriak ki jonggol langsung melesat menyerang panji.
Ki jonggol menyerang ke arah lambung panji dengan cepat, serangan itu hanya serangan tipuan saja karna arah yang dia incar sebenarnya adalah dada panji. gerakan kedua tangan ki jonggol saling susul menyusul seolah seperti bayangan saja.
Panji yang sering berhadapan dengan berbagai tipe lawan baik yang bersifat lurus ataupun yang sesat sudah tahu jika serangan awal ki jonggo hanya tipuan saja, dia diam saja di tempat tidak berusaha untuk menghindar namun tanpa di ketahui semua orang dia menyentilkan jarinya mengeluarkan jurus sentilan jari dewa langit ke arah titik mati di tangan kanan ki jonggol yang dia tahu akan bergerak ke arah dadanya. sentilan ke arah lengan ki jonggol bertujuan memunahkan tenaga dalam yang mengalir di tangan kanan ki jonggol yang bila tangan kanan itu kena di dadanya maka tidak akan berpengaruh apa apa.
"Teman teman. kita tidak boleh diam saja, mari kita bantu tuan panji melawan ki jonggol. dia tidak mungkin bisa melawan ki jonggol sendirian, ayo!" kata anggini alias dewi naga ungu.
"benar. Manusia iblis itu sangat berbahaya, ayo kita bantu tuan panji!" sahut anggita cepat.
"Ya. Ayo!!" sahut yang lain.
"Tidak perlu. Tuan panji bisa mengatasi sepasang setan dari telaga iblis itu sendirian. Kalian jangan maju, nanti kalian malah mengganggu tuan panji." cegah namitro cepat.
"Tapi sepasang setan dari telaga iblis sangat berbahaya, ilmu silat mereka sulit di jajaki, kalo kita tidak membantu tuan panji, dia bisa celaka." seru anggini alias dewi naga ungu.
"Celaka? Apa maksut mu dengan celaka?" tanya cokro seraya tertawa kecil. "hahaha. Kalian tidak usah kuatirkan tuan panji, bila kalian tahu siapa tuan panji sebenarnya, kalian bisa kaget berdiri." ucapnya.
"Apa maksutmu? Memang siapa dia?" tanya anggini alias dewi naga ungu bingung.
"Sudah kalian jangan berisik, liat pertarungan sudah di mulai." seru namitro cepat.
"Ekh, namitro. Coba kau tebak, kira kira jurus apa yang akan tuan panji keluarkan?" kata cokro bertanya.
"Entahlah. Mungkin jurus 9 jalur neraka atau jurus tangan dewanya, tapi aku berharap sih dia mengeluarkan jurus 9 jalur nerakanya agar sepasang setan dari telaga iblis tidak berdaya dan tidak buat onar lagi." kata namitro.
"Aku rasa dia tidak akan mengeluarkan jurus 9 jalur neraka karna tuan panji tidak punya alasan untuk memusnahkan ilmu sepasang setan dari telaga iblis, aku rasa dia akan mengeluarkan jurus tangan dewanya karna jujur aku sangat tertarik dengan jurus itu." kata cokro.
"Akh.Kau benar juga. Jurus tangan dewa tuan panji memang luar biasa, apa lagi jurus tangan dewa merajam bumi, wuih. Jurus itu bikin aku bergidik ngeri, pokoknya nggak kebayang kalo sampe kena jurus itu. Ngeri!" kata namitro bergidik sendiri.
"hahaha. benar sekali. sudahlah, kita liat saja pertarungan tersebut!" kata cokro.
Mereka menyaksikan pertarungan panji melawan ki jonggol, Awalnya panji hanya bertahan saja mengeluarkan jurus langkah kilat untuk mengetahui tingkat kemampuan ilmu silat ki jonggol, panji sedikit geram setelah meliat cara bertarung ki jonggol yang sangat licik dan jurus jurus yang di keluarkan sangat sesat.
"hahaha. Anak muda, jurus bertahanmu boleh juga. kau seperti monyet hutan saja melompat kesana kemari." seru ki jonggol mengejek panji.
"Ya. Aku memang seperti monyet hutan tapi hanya orang tolol saja yang tidak bisa menangkap monyet hutan." kata panji tertawa kecil balas meledek.
"hahaha. Kau jangan senang dulu monyet hutan, tadi aku hanya sedang bermain main saja. Nah, sekarang aku akan serius kau tidak akan bisa lagi seperti monyet hutan karna aku akan langsung mengirimmu ke alam baka. Hahahaha!" seru ki jonggol tertawa keras.
"Silakan saja kalo bisa!" tantang panji tenang saja.
"Nah, bersiaplah! Kali ini akan ku gunakan jurus elang iblis ku. Hyeaatt!" seru ki jonggol.
"Silakan!" kata panji tenang.
Ki jonggol langsung melesat cepat bagai seekor elang yang menerkam mangsanya, gerakan tangannya silihkan berganti susul menyusul sangat cepat.
Panji hanya tersenyum sinis saja meliat jurus yang di keluarkan ki jonggol, dia sebenarnya agak tersinggung ketika ki jonggol dan temannya meremehkan jurus naga sakti yang di pake oleh dewi naga unggu maka dia jadi kesal dan ingin memberi pelajaran pada sepasang setan dari telaga iblis menggunakan jurus naga saktinya. Panji bergerak ringan dan tenang seolah seperti orang sedang menari, itulah rangkaian jurus naga sakti yang dia keluarkan secara halus.
Pertarungan sengit langsung terjadi, ki jonggol menyerang dengan tenaga dalam tinggi dan panji hanya bergerak lembut mematahkan setiap erangan ki jonggol yang sangat cepat dan kuat. berbeda dengan jurus naga sakti yang dimainkan anggini alias dewa naga ungu, jurus rangkaian naga sakti yang dimainkan panji jauh lebih hidup dan sangat hebat serta jauh lebih sempurna.
"Ekh, itukan jurus naga sakti?!" batin anggini terkejut sekali meliat jurus yang dimainkan panji. "Bagaimana bisa dia memaikan jurus naga sakti? Dari mana dia mendapatkan jurus naga sakti itu? Jurusnya jauh lebih hidup dan sempurna. Tidak mungkin, ini sulit dipercaya. Setahuku guru tidak pernah mengajarkan jurus naga sakti itu kepada orang luar, guru hanya mengajarkan jurus naga sakti kepada aku dan kak mayang saja. Bagaimana bisa ada orang lain yang memiliki jurus naga sakti? Apa lagi jurus naga sakti yang dimainkan panji jauh lebih sempurna, bahkan guru saja tidak bisa melakukannya sesempurna panji. Aneh!" batinya keheranan sekali.
"Jurus naga sakti?!" seru ki jonggol terkejut. "Bocah, ada hubungan apa kau sama dewi naga ungu? Apa kau juga murid si tua bangka jaludra?" tanyanya.
Panji tersenyum dingin menatap ki jonggol. "Aku tidak tahu apa maksut pertanyaan mu, siapa itu jaludra? Aku tidak kenal." ucapnya.
"kau tidak kenal jaludra? Kau jangan berdusta, bocah. Di dunia persilatan yang menguasai jurus naga sakti hanyalah pendekar naga sakti ki jaludra dan dua orang muridnya yaitu dewi naga ungu dan dewi naga puspa. Jangan jangan kau murid yang lain dari pendekar naga sakti, ayo jawab! Jangan berdusta!" seru ki jonggol tegas sekali.
"Sudah ku bilang aku tidak kenal siapa itu pendekar naga sakti dan siapa itu ki jaludra, dewi naga ungu serta dewi naga puspa." kata panji tegas.
"Anak muda!" teriak wanita baju hitam yaitu nyai rusik. "Kami kenal betul jurus yang kau mainkan tadi, itu jurus naga sakti. Jurus milik ki jaludra pendekar naga sakti." ucapnya.
"hmm. Yang ku mainkan memang benar dari rangkaian jurus naga sakti tapi jurus itu bukan bernama jurus naga sakti namun bernama jurus naga langit. Rangkaian jurus naga sakti ada banyak yaitu ada 18 jurus utama dan salah satunya jurus naga langit yang aku mainkan tadi." kata panji jujur karna dia adalah yang menciptakan rangkaian jurus naga sakti jadi dia tahu betul apa nama jurus jurusnya dan cara memainkannya.
"Jurus naga langit? Kau jangan ngaco belo bocah, itu jurus naga langit. kau mau coba coba mengibuli kami, hah?" bentak nyai lusik keras.
"Terserah! Kalian mau percaya atau tidak aku tidak peduli." kata panji.
"hmm. Anak muda itu sepertinya tidak berdusta dengan ucapannya, tapi aku masih tidak percaya dan yakin sekali jurus yang dimainkannya adalah jurus naga sakti walaupun jurus yang dimainkannya agak sedikit berbeda dan jauh lebih hidup di banding jurus naga sakti ki jaludra. Siapa bocah itu sebenarnya? ilmu silatnya tidak bisa di anggap enteng." batin nyai lusik. "Aki. Coba kau tantang anak muda bertarung menggunakan senjata!" teriaknya pada ki jonggol.
"Baik, nyai!" sahut ki jonggol mengangguk. ki jonggol segera mencabut golok yang ada di pinggangnya. "Bocah, ayo kita coba bertarung menggunakan senjata, ambil senjata mu!" serunya pada panji.
Panji tidak memiliki senjata apa apa di tanganya, dia menoleh ke belakang berharap namitro yang lain membekal senjata.
"Pake pedangku saja!" teriak purnomo segera melemparkan pedangnya ke arah panji.
Panji menangkap pedang yang dilemparkan oleh purnomo.
"Terima kasih. Aku pasti mengembalikan pedangmu dengan utuh tanpa lecet sedikitpun." kata panji tersenyum meliat purnomo.
"Biar rusakpun tidak mengapa, asal manusia manusia iblis itu bisa lenyap dari muka bumi saya sudah sangat senang." sahut purnomo.
Panji hanya tertawa kecil saja, dia kembali menghadap ke arah ki jonggol. "ilmu pedangku tidak seberapa, harap tetua sudi berbelas kasih." ucapnya.
"huh. Senjata tidak punya mata, ayo kita mulai saja!" dengus ki jonggol.
"Silakan!" kata panji membuka tantangan.
"hyeaatt!" teriak ki jonggol memainkan jurus goloknya yang dia beri nama jurus golok iblis.
"hyeaat!" teriak panji juga memainkan jurus pedangnya yaitu dari rangkaian jurus pedang naga sakti.
Pertarungan dua tokoh sakti itu kembali terjadi, ki jonggol memainkan jurus golok iblisnya dengan pengerahan tenaga dalam tinggi, golok yang dipegang ki jongol bukan golok biasa tapi golok mustika yang dia dapat dari hasil bertapa selama 40 hari 40 malam di tengah tengah telaga iblis. Aura berwarna hitam terliat keluar dari badan golok yang menandakan golok itu di selimuti kekuatan hitam.
Panji menyadari jika golok lawan bukan golok biasa dan tidak mungkin di lawan dengan senjata biasa, maka itu dia segera mengerahkan tenaga dalam murni dari ilmu naga sakti untuk melapisi pedang di tangannya agar lebih kuat, semburat aura warna merah langsung keluar dari badan pedang, jika saja pedang naga langit belum musnah maka panji tidak perlu mengeluarkan tenaga dalam naga sakti untuk melapisi pedang karna pedang naga langit sudah memiliki aura kekuatan dari ilmu naga langit tetapi karna pedang yang dipegang panji adalah pedang biasa maka dia harus melapisi pedang itu dengan tenaga dalam ilmu naga sakti agar bisa setara dengan pedang mustika.
Kilatan aura warna hitam dari golok iblis milik ki jonggol beradu dengan kilatan aura warna merah dari pedang panji di udara, efek yang di timbulkan oleh beradunya dua senjata itu cukup membuat tanah di tempat itu jadi bergetar menandakan tenaga dalam mereka sangat tinggi. Jurus jurus yang mainkan juga sangat hebat, ilmu golok iblis ki jonggol terus mencerca ilmu pedang naga langit panji namun tidak cukup ampuh untuk mendesak ilmu pedang naga langit panji. Pertarungan itu cukup seimbang dan semakin lama semakin sengit, jurus golok iblis penuh dengan tipuan namun jurus pedang naga langit panji sanggup mematahkan setiap jurus tipuan ilmu golok iblis ki jonggol.
Tanpa di sadari pertarungan itu sudah berlangsung puluhan jurus dan di sekitar tempat itu ada beberapa orang yang hadir menyaksikan pertarungan sengit tersebut. Orang orang yang baru saja datang itu tidak memunculkan diri tapi mereka bersembunyi di berbagai tempat,ada yang di atas dahan pohon,di balik batu batu dan di tempat yang agak jauh dari tempat tersebut.
"hmm. Jurus pedang yang luar biasa, tidak ku sangka jurus naga sakti ternyata bisa dimainkan menggunakan pedang. akh, tidak. Aku yakin gurupun tidak akan menduga jika jurus naga sakti jauh lebih dahsyat jika di mainkan menggunakan pedang, ini akan membuat guru shock dan terpukul karna jurus naga saktinya ternyata bisa dimainkan dengan pedang oleh orang lain. Aku harus memberitahukan hal ini pada guru." batin anggini alias dewi naga ungu.
Di tempat yang agak jauh dari tempat pertarungan tepatnya di balik sebuah pohon, tampak dua orang tengah meliat pertarungan panji dan ki jonggol. Dua orang itu tidak lain adalah resi atmajaya dan kemuning wulan.
"Eyang. Liat! Panji sedang bertarung dengan seseorang. Waaa, guru liat panji jurus pedangnya hebat sekali bisa mengimbangi jurus golok orang tua itu." seru kemuning wulan girang meliat panji.
"Jangan berisik nimas. Jangan sampe kehadiran kita mengganggu nakmas panji dan yang lain, eyang juga merasakan ada beberapa orang sakti yang juga hadir di tempat ini, mereka seng ja tidak mau menampakkan diri, kita harus hati hati." hardik resi atmajaya cepat menyuruh kemuning wulan untuk tidak berisik.
Kemuning wulan mengangguk mengerti.
"hmm. Jurus pedang yang di keluarkan nakmas panji terasa tidak asing buat ku, jurus itu mirip sekali dengan jurus naga sakti milik sahabat ku ki jaludra alias pedekar naga sakti namun sepanjang sepengetahuan ku ki jaludra tidak memiliki jurus pedang dan adaikanpun ki jaludra memiliki jurus pedang baru, aku yakin jurus pedang itu tidak akan sehebat jurus pedang yang dimainkan nakmas panji. hmm." kata resi atmajaya dalam hati.
"Eyang. Jurus pedang panji sangat hebat, kira kira apa nama jurus pedang itu eyang?" tanya kemuning wulan bicara pelan.
"Eyang tidak tahu nimas tapi eyang merasa jurus itu seperti jurus naga sakti yang dimainkan menggunakan pedang." kata resi atmajaya.
"hmm." kemuning wulan manggut manggut. "lalu, siapa lawan panji itu eyang? Keliatannya dia seperti bernafsu ingin membunuh panji." tanyanya.
"itu ki jonggol salah satu dari sepasang setan dari telaga iblis, bersama istrinya yaitu nyai lusik, mereka berdua di kenal dengan julukan sepasang setan dari telaga iblis. Mereka adalah tokoh dari golongan hitam yang berilmu sangat tinggi, setahu eyang mereka jarang sekali keluar dari tempat tinggal mereka di telaga iblis. Mereka berdua keluar dari dari sarang mereka pasti ada seseorang yang telah membayar mereka, entah siapa orang itu dan apa tujuan dia menyewa mereka." kata resi atmajaya.
"Lalu kenapa panji bisa bertarung melawan mereka? Apa ada seseorang yang ingin membunuh panji?" tanya kemuning wulan.
"Entahlah nimas, kita tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi, kita liat saja apa selanjutnya yang terjadi." kata resi atmajaya.
"baik, eyang." kata kemuning wulan mengangguk.
Di tempat pertarungan tampak panji masih meladeni setiap serangan mematikan dari jurus jurus golok iblis milik ki jonggol dan setiap serangan itu slalu patah di tangan panji.
Ki jonggol melenting tinggi menjauhi panji lalu mendarat ringan di tanah. "Bocah. Jurus pedang mu aku akui cukup hebat tapi belum cukup untuk bisa mengalahkan aku. Hari ini aku sedang tidak ingin membunuh, lebih baik kau pergi saja dari hadapan kami dan jangan ikut campur lagi dalam urusan kami. Pergilah!" ucapnya tegas.
Ki jonggol berkata seperti itu sebenarnya merasa agak jeri setelah meliat jurus pedang panji begitu hebat, dia merasa kalo pertarungan di teruskan maka bukan tidak mungkin dia yang akan kalah dan seluruh pendekar persilatan akan memandang remeh sepasang setan dari telaga iblis karna kalah dari seorang pemuda tak ternama. Untuk menutupi rasa jerinya itu ki jonggol berpura pura teliat tegar dan berbaik hati tidak mau membunuh panji agar semua orang mengira kalo dia mengampuni nyawa panji.
Panji tersenyum simpul mendengar itu. "Terima kasih atas belas kasihan tetua kepada saya, ini menandakan jika hati tetua masih ada rasa belas kasih. Terima kasih juga tetua berbesar hati melepaskan teman teman saya." ucapnya kalem.
"Bocah! Di antara kita tidak pernah ada silang sengketa apa apa, jangan sampe aku benar benar membunuh mu, cepat pergi." bentak ki jonggol keras.
"Di antara kita memang tiada silang sengketa tapi saya juga tidak bisa tinggal diam meliat kalian mencelakai teman teman saya." kata panji tenang.
"Kurang ajar! Baik, kau minta mampus maka akan aku kabulkan permintaanmu itu. Tahan jurus pamungkas ku bocah, jurus golok iblis hitam!" teriak ki jonggol keras.
"Silakan! Akan saya tahan dengan jurus pedang naga langit meluruk bumi." kata panji tenang.
Ki jonggol mengerahkan tenaga dalamnya sampe tubuhnya bergetar tanda dia benar benar ingin mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dia miliki. "Mampus kau bocah. Hyeat!" teriaknya menggelegar.
Ki jonggol melesat dengan cepat menyerang panji dengan kekuatan penuh mengibaskan goloknya ke arah kaki panji, serangan ini hanya memancing panji agar melompat ke atas dan ketika panji di atas udara maka akan sangat mudah bagi ki jonggol melancarkan jurus pamungkasnya yaitu jurus golok hitam.
"hupz!" panji melompat tinggi ke atas menghindari serangan golok ki jonggol.
"hehe." tawa ki jonggol meliat lawannya terpancing oleh serangannya.
"Celaka! Tuan panji terpancing serangan ki jonggol." seru semua orang yang ada di sekitar tempat pertarungan terkejut karna meliat panji terpancing oleh serangan tipuan ki jonggol.
"Mampus kau bocah! Hyeaat!" teriak ki jonggol keras melesat ke atas melancarkan jurus pamungkasnya dengan kekuatan tenaga dalam penuh.
Di atas udara panji tersenyum dingin meliat serangan maut ki jonggol. "Bodoh. Bukan aku yang terperangkap jurus tipuan mu tapi kau sendiri yang telah terperangkap jurus mu itu." gumamnya pelan.
Panji melakukan gerakan berputar bagai seekor naga yang terbang ke langit, sungguh ringan dan indah gerakan berputar panji yang semakin tinggi dan semua orang sampe terpana di buatnya karna untuk bisa melakukan gerakan seringan itu hanya orang orang yang sudah mencapai taraf sempurna ilmu ringan tubuhnya. ki jonggol tidak menyangka jika pemuda jubah biru lawannya memiliki ilmu ringan tubuh setinggi itu yang sanggup melesat tinggi sekali di atas udara, akibatnya adalah serangan ki jongol tidak sampe pada sasarannya di udara dan tenaga serangannya semakin lama semakin melemah karna kehilangan tenaga dorongannya, hal ini jelas membuat ki jonggol dalam posisi berbahaya karna tidak bisa berbuat apa apa di tengah tengah udara dan kesempatan itu jelas sudah di tunggu panji, dengan gerakan menukik ke bawah dalam jurus naga langit meluruk bumi, panji menghempaskan ki jonggol ke tanah. ki jonggol hanya bisa menjerit keras terkena serangan panji yang membuatnya terpental kencang ke bawah.
Panji tidak ingin mencelakai ki jonggol lebih keras karna dia merasa tidak punya silang sengketa dengan sepasang setan dari telaga iblis, oleh sebab itu dia hanya ingin membuat ki jonggol roboh tidak berdaya saja.
Ki jonggol jatuh menghantam tanah dan tidak bisa berkutik karna dia sudah tidak sadarkan diri alias pingsan.
"Aki?!" teriak nyai lusik kaget dan langsung melesat ke arah ki jonggol yang pingsan. Dia kaget mendapati ki jonggol yang tidak bergerak, buru bru dia memeriksa keadaan ki jonggol, dia bernafas lega setelah mengetahui kalo ki jonggol hanya pingsan saja.
"Dia hanya pingsan saja, aku tidak ada niat untuk mencelakai teman nyai. Maaf." kata panji setelah mendarat ringan tidak jauh dari tempat ki jonggol yang pingsan.
Nyai lusik menatap panji tajam sekali, dia tidak menduga jika pemuda berjubah biru di depannya itu memiliki ilmu yang sangat tinggi. "ilmunya sangat tinggi, aki jonggol bisa di buatnya tidak berdaya, jelas ilmu silatnya tidak berada di bawah kami. Hm, siapa pemuda itu sebenarnya?" gumamnya dalam hati.
"Maaf, silakan bawa teman nyai pergi dan nyai bisa merawat lukanya dengan baik. Sekali lagi maaf telah membuat teman nyai pingsan." kata panji kalem.
"huh. Jangan merasa menang dulu kau bocah, tunggu saja pembalasan kami." teriak nyai lusik tandas.
Panji hanya tersenyum saja.
"Ayo pergi.!" teriak nyai lusik mengajak anak buahnya pergi.
Serentak puluhan orang bertopeng segera mengangkat tubuh ki jonggol lalu berjalan pergi mengikuti nyai lusik.
Panji hanya meliat orang orang itu yang berjalan pergi dari tempat itu.
Namitro dan yang lain segera menghampiri panji.
"Tuan panji. Terima kasih atas pertolongan tuan panji, bila tidak ada tuan panji entah bagaimana kami sanggup melawan sepasang setan dari telaga iblis tadi. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih." kata namitro.
"Benar. Benar." seru yang lain.
"Sama sama." kata panji mengangguk. "Oh ya, kenapa kalian bisa bertarung melawan mereka? Apa kalian punya silang sengketa sama mereka?" tanyanya.
"Tidak. Kami tidak punya silang sengketa sama mereka, kami sendiri tidak tahu kenapa mereka menyerang kami." kata namitro.
"Ya. Mereka tiba tiba datang dan langsung menyerang kami tanpa kami ketahui apa salah kami sebenarnya." kata cokro.
"Mereka hendak menangkap kalian karna perintah pendeta sesat kalawija!" kata orang yang tiba tiba muncul dari atas dahan pohon tidak jauh dari tempat panji berada.
Dua orang tua berjubah hijau tua dan coklat melompat dari dahan pohon yang lalu mendarat di dekat panji dan yang lain berada.
"Pendeta sesat kalawija adalah guru raden baruna, dia hendak membentuk sebuah pasukan tangguh yang terdiri dari para pendekar persilatan untuk menghancurkan kerajaan galuh." kata orang tua berjubah hijau.
Dua orang tua itu segera menjura hormat di hadapan panji. "Tuan panji, salam hormat dari kami." ucap mereka menyoja.
"Salam hormat saya juga pada kedua tetua." kata panji balas menyoja.
"Para sahabat yang masih bersembunyi, harap menampakkan diri bergabung bersama kami. Jika kalian berniat tidak baik, harap menjauh dari kami." teriak orang tua berjubah hijau keras.
Tidak lama dari arah pohon di arah timur muncul dua orang wanita, satu wanita tua dan satu lagi gadis muda yang mungkin adalah muridnya.
"hik.hik.hik. Nama harum malaikat jari sakti ternyata bukan isapan jempol belaka. hik.hik." seru si wanita tua terkikik. Dia dan gadis muda yang bersamanya segera menyoja pada orang orang di tempat itu.
"Akh. Kiranya iblis putih bunga karang yang datang. Apa kabar mu nyai? Sudah lama kita tidak pernah bertemu." kata orang tua jubah hijau mengenali wanita tua yang baru datang itu.
"hik.hik. Kabar baik ki lodaya." jawab wanita tua tadi.
"hahaha. Aku juga ada disini hai malaikat jari sakti." seru suara dari arah utara.
Dari arah bebatuan muncul seorang pria tua yang datang bersama seorang gadis muda.
"hahaha. Ki jaludra!" sahut orang tua jubah hijau mengenali orang tua yang datang itu.
"haha. Ki lodaya, ki sinatra, nyai puri. Selamat berjumpa lagi." kata orang tua itu menyoja.
"Guru?!" seru anggini alias dewi naga ungu terkejut meliat gurunya, dia buru buru menghampiri gurunya.
"Anggini. Sukurlah kau tidak apa apa, guru mencari mu karna mencemaskan kamu." kata orang tua guru anggini.
"Saya baik baik saja, guru. Guru mencariku memang ada apa?" tanya anggini. "Oh ya, guru. Orang itu bisa memainkan jurus naga sakti, tadi dia..."
"Ya. Guru sudah tahu, tadi guru juga meliatnya." potong ki jaludra guru anggini.
"Guru juga meliat pertarungan tadi?!" tanya anggini terkejut.
"Ya. Nanti saja kita bicarakan soal itu. Kau mundurlah." kata ki jaludra.
"Sahabat yang masih bersembunyi harap menampakan diri bergabung bersama kami." teriak orang tua jubah hijau yaitu ki lodaya.
Dari arah selatan keluarlah orang tua bersama seorang gadis muda, mereka tidak lain adalah resi atmajaya dan kemuning wulan.
"Para sahabat, terimalah salam hormat dari saya yang rendah ini." kata resi atmajaya menjura pada semua orang.
"hahahaha. Menarik, sungguh pertemuan yang sangat menarik sekali. Bertahun tahun tiada kabar beritanya, hari kau muncul lagi. Wahai, gerangan apakah yang membuatmu keluar dari penyepianmu resi atmajaya alias si telapak halilintar? Apa kau merasa bosan dan ingin meliat keramaian dunia persilatan lagi? Hahaha." kata ki lodaya mengenali resi atmajaya.
"hik.hik.hik. Hey, atmajaya. Mana si rakanini? Apa dia sudah keenakan jadi petinggi istana galuh sampe sampe dia tidak mau keluar dari istana? Hik.hik." tanya nyai puri tertawa terkikik.
"Sahabat lama ku atmajaya. Senang rasa hati ku bisa meliat mu lagi. Apa kabarmu?" kata ki jaludra memeluk resi atmajaya sambil menepuk nepuk punggung.
"Baik. Kabarku sangat baik. Kalian sendiri bagaimana? Sudah bertahun kita tidak bertemu, sungguh kebetulan langit masih mau mempertemukan kita lagi." kata resi atmajaya. "ki lodaya alias malaikat jari sakti, kau benar. Tempatku memang sepi dan jauh dari hingar bingar keramaian dunia persilatan, maka itu aku iseng iseng keluar dari penyepianku hanya sekedar ingin meliat dunia luar saja. Ki sinatra alias pendekar seruling maut, kau tetap sama seperti dulu, kaku dan tidak suka banyak bicara. Padahal alunan tiupan seruling mu sangat merdu dan menenangkan hati. Nyai puri alias iblis putih bunga karang, julukan mu iblis tapi hati mu putih bersih tidak seperti iblis. Nyai rakanini sayang sekali tidak ada disini, kemarin dia datang ke tempat ku dan dua hari lagi kami berjanji bertemu di desa asinan." imbuhnya.
"hik.hik.hik. Sudah lama aku tidak bertengkar dengan rakanini, rasanya kangen sekali bertengkar sama dia. hik.hik." kata nyai puri tertawa.
"Semuanya tahan dulu ramah tamah kita hari ini, ada sesuatu hal yang ingin aku sampekan kepada tuan panji. Sesuai kesepakatan seluruh pendekar persilatan di tanah jawa ini yaitu di saat turnamen pedang puncak lawu bahwa tuan panji di angkat menjadi ketua dunia persilatan karna dia adalah pemimpin tertinggi dari lima tokoh hebat yang menduduki lima kedudukan." kata ki lodaya cepat. "Atmajaya, ki jaludra, ki sinatra dan nyai puri. Kalian tidak hadir dalam turnamen pedang di puncak lawu tapi aku yakin kalian sudah mendengar kabar di dunia persilatan tentang turnamen pedang di puncak lawu. Nah, inilah tuan panji. Tokoh hebat yang berhasil berdiri di atas puncak tertinggi di dunia persilatan, dialah yang bergelar dewa tengah." imbuhnya.
"APA?!" seru semua orang kaget sekali. Seketika semua orang meliat ke arah panji dengan pandangan yang tidak yakin dan kurang percaya kalo pemuda yang masih belia adalah si dewa tengah yang namanya di agul agulkan oleh seluruh kalangan persilatan.
"Pemuda itu adalah si dewa tengah?! Apa benar dia adalah tokoh yang berhasil menaklukkan empat tokoh terhebat dunia persilatan? Jika di perhatikan kok dia seperti pemuda biasa yang tidak memiliki ilmu silat tinggi, walaupun tadi aku meliat dia bertarung dengan ki jonggol dan mampu merobohkan ki jonggol namun masih sulit buatku mempercayai kalo dia si dewa tengah itu." batin ki jaludra dalam hati.
"Pemuda itu adalah si dewa tengah? Mustahil. Aku tidak percaya, jangan jangan si lodaya hanya bergurau saja tidak bicara serius." batin nyai puri.
"Tepat sekali sesuai dugaan ku, ternyata nakmas panji benar si dewa tengah. Hmm." batin resi atmajaya.
"Tuan panji. Kebetulan sekali kau berada di wilayah barat ini, ada sesuatu masalah yang sangat penting hendak aku bicarakan sama tuan panji." kata ki lodaya alias malaikat jari sakti kepada panji.
"Maaf ki lodaya, ada hal penting apa yang hendak ki lodaya bicarakan sama saya?" tanya panji mengerutkan kening.
"Begini. Ada seorang tokoh golongan hitam bernama kalawija menjadi penasehat raden baruna yang berniat jahat hendak menghancurkan pemerintahan kerajaan galuh, orang itu sangat licik dan berbahaya. Kalo tidak kita cegah maka kerajaan galuh bisa hancur dan di kuasai raden baruna yang berambisi menjadi raja di istana galuh, akibatnya rakyat galuh bisa sengsara dan di tindas oleh mereka." kata ki lodaya.
"Maaf, ki. Masalah kerajaan galuh saya rasa bukan urusan kita sebagai kaum persilatan. Biarlah pihak kerajaan yang menyelesekan masalah mereka sendiri, kita sebagai kaum persilatan tidak berhak mencampuri masalah pribadi di dalam kerajaan." kata panji kalem.
"Tapi tuan panji, ini masalah keselamatan rakyat galuh. Jika mereka tidak di cegah maka rakyata akan menderita oleh para pemberontak itu." kata ki lodaya cepat.
"Maaf,ki. Tetap saja kita tidak bisa mencampuri urusan pribadi kerajaan. Saya yakin pihak kerajaan bisa mengatasi masalah pemberontakan itu." kata panji.
"Apa yang di katakan nakmas panji memang benar ki lodaya. Urusan pemberontakan adalah masalah pribadi kerajaan, kita kaum persilatan tidak boleh ikut campur di dalamnya." kata resi atmajaya ikut bicara.
"Maaf ki lodaya. Apakah ki lodaya ada sangkut pautnya dengan pihak dalam istana galuh?" tanya panji.
Ki lodaya menghela nafas panjang sejenak. "Jujur saja, murid ku adalah perwira tinggi di istana galuh. Dia datang padaku meminta bantuan ku untuk membantu istana galuh, katanya saat ini istana galuh tidak memiliki kekuatan untuk menghadang pasukan pemberontak yang semakin lama semakin kuat. Jika para pemberontak menyerang maka pasukan kerajaan tidak akan bisa menahan mereka lebih lama, untuk itu aku berupaya membantu murid ku dan menghubungi para sahabat untuk membantu istana galuh. Kebetulan tuan panji ada disini dan sekalian saja aku meminta bantuan tuan panji, siapa tahu tuan panji bersedia membantu kami." ucapnya menjelaskan alasannya.
"hm. Ki lodaya, bukannya saya tidak mau membantu mu tapi masalah istana galuh adalah masalah pribadi kerajaan. Tegak atau tidaknya pemerintahan adalah sepenuhnya tanggung jawab kerajaan bukan kaum persilatan, jika pemerintah kerajaan tidak mampu menjaga dirinya sendiri itu tandanya mereka hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa peduli keutuhan kedaulatan kerajaan itu sendiri, buat apa kita membantu kerajaan yang seperti itu? Hari ini kita bantu maka mereka akan semakin lemah dan tidak peduli pada rakyatnya, mereka tidak perlu berpikir yang membuau kepala pusing karna kaum persilatan akan membantu mereka. Apakah hal seperti itu yang ki lodaya harapkan pada kerajaan galuh?" kata panji.
Ki lodaya terdiam tidak bisa berkata apa apa, dia membenarkan apa yang panji katakan.
"ki lodaya!" seru nyai puri. "apa yang di katakan bocah itu benar sekali. kau ini seperti pahlawan kesiangan saja hendak membantu istana galuh, urusan kerajaan biarlah mereka sendiri yang menyelesekannya. Kerajaan mau hancur atau tidak itu bukan urusan kita sebagai kaum persilatan." ucapnya.
"Aku sependapat!" kata ki sinatra ikut menyahuti.
"ki lodaya. Aku mengerti apa yang menjadi kekuatiran mu, kau kuatir muridmu yang menjadi perwira di istana galuh tidak mampu mengatasi masalah di istana. bila aku jadi kau maka aku akan merasa malu sendiri karna apa? Karna kau tidak percaya akan kemampuan murid mu sendiri, itu sama saja kau merendahkan ilmu silat mu sendiri yang kau turunkan pada murid mu itu." kata ki jaludra juga buka suara.
"Aku sependapat." kata resi atmajaya.
"ki lodaya, maaf. Jika memang ki lodaya berniat membantu istana galuh karna murid mu, maka maaf jika saya berani memberi nasehat pada ki lodaya. ilmu silat ki lodaya tinggi luar biasa di kolong langit ini, ki lodaya cari saja seberapa besar kekuatan musuh, siapa saja yang membantu dan apa kelemahan musuh. Laporkan hal itu pada murid mu dan biar pihak istana yang memikirkan setrategi dalam menghadapi para pemberontak tersebut. Maaf jika saya lancang menasehati ki lodaya." kata panji.
ki lodaya menghela nafas panjang, dia menatap panji agak beberapa lama baru bicara. "hm. itulah yang menjadi beban pikiranku, tapi...Akh, sudahlah. Mungkin memang benar apa yang tuan panji katakan tadi." ucapnya.
"ki lodaya, sebaiknya kau sampekan saja hasil peyelidikan mu di markas para pemberontak itu. Jangan bicara masalah lain." kata ki sinatra menghardik.
"Akh, kau benar ki sinatra." kata ki lodaya meliat ki sinatra, dia segera meliat ke arah panji. "tuan panji, ada satu hal yang sangat penting sekali yang harus saya sampekan padamu. Begini, pendeta sesat kalawija mengumpulkan kaum persilatan golongan hitam untuk bergabung dalam pemberontakan. Dia juga menyuruh untuk menangkap para pendekar persilatan agar mau menjadi pasukannya, orang orang yang di tangkap akan di paksa meminum sebuah obat penghilang ingatan agar orang orang itu di cuci otaknya sehingga menjadi orang yang menuruti perintah pendeta sesat kalawija. Sudah banyak para pendekar persilatan yang berhasil di tangkap dan di cuci otaknya,jika kita tidak menghentikan perbuatan mereka maka dunia persilatan akan kacau balau dan banjir darah akan terjadi. Bagaimana menurut pendapat tuan panji? Apa yang harus kita lakukan agar dunia persilatan tidak di kacau oleh rencana jahat mereka?" ucapnya cepat.
"Sepasang setan dari telaga iblis di sewa oleh pendeta sesat kalawija untuk menangkap para pendekar persilatan, tadi mereka hendak menangkap kalian untuk di serahkan pada pendeta sesat kalawija dan memaksa kalian minum obat penghilang ingatan agar kalian menjadi anak buah pendeta sesat kalawija." kata ki sinatra menambahi seraya menunjuk namitro dan yang lain.
"APA?!" namitro dan yang lain kaget mendengar itu.
"Jadi sepasang setan dari telaga iblis menyerang kami karna hendak menjadikan kami pasukan pemberontakan. Apakah itu benar ki?" tanya namitro.
"Ya." jawab ki sinatra mengangguk. "Dan kau purnomo, anggita. Ayah kalian mencari kalian, tadi aku bertemu dengan ayah kalian dan mereka berselisih paham menduga kalo kalian saling membawa kabur.ki dulung menuduh kau purnomo menculik anggita dan ki rembol menuduh anggita yang mengajak kabur purnomo." ucapnya pada purnomo dan anggita.
"APA?!" seru purnomo dan anggita terkejut.
"Sebaiknya kalian pulang sekarang dari pada orang tua kalian terus menerus salah paham." kata ki sinatra.
"Jadi kalian adalah anak ki dulung dan ki rembol? Kebetulan sekali kalo begitu, tadi saya juga bertemu mereka dan mereka bertempur mati matian gara gara kalian. Sukurnya saya dapat melerai mereka dan saya berjanji kepada mereka untuk mencari kalian serta membawa kalian pulang. Nah, pulanglah kalian sekarang. Ayah kalian sudah menunggu di rumah kalian." kata panji.
"Apa? Ayah bertempur dengan paman rembol? Kenapa mereka bisa bertempur?" seru anggita herat dan kaget.
"Seperti apa yang tadi ki sinatra sampekan, mereka saling menuduh karna salah paham gara gara kalian berdua. Sebelum masalah itu berlarut larut sebaiknya kalian cepat pulang dan menjelaskan apa yang terjadi pada ayah kalian masing masing." kata panji.
Purnomo dan anggita saling pandang lalu menunduk lesu, seolah ada sesuatu yang membuat mereka merasa berat untuk pulang.
"Ada apa? Kenapa kalian diam saja? Ayo sana pulang!" kata ki sinatra cepat.
"Maaf ki, bukannya kami tidak mau pulang tetapi kami sudah saling mengikat janji tidak akan mau berpisah lagi, kami memang sengaja kabur dari rumah karna ayah menentang hubungan kami." kata purnomo terliat lesu.
"Haihz. Masalah cinta, darah muda memang susah untuk di kontrol. Tidak peduli seberapa besar rintangan menghadang pasti akan di terjang. Hmm." gumam ki sintra geleng geleng kepala.
"hik.hik.hik. Hey, sinatra. Anak muda memang begitu, darah mereka masih panas, semangat mereka sedang tinggi tingginya, tidak peduli salah atau benar asal bisa slalu bersama orang yang di cintai pasti mereka tidak akan peduli masalah lain. Jiwa muda memang seperti itu, kau seperti tidak pernah muda saja. hik.hik." seru nyai puri tertawa terkikik.
"Halah, kayak kau yang paling paham soal cinta, nyai nyai. Kau mana tahu cinta, sejak masih gadis sampe kau tua mana ada laki laki yang menyukai kau, kau kan tidak laku. Hahahaha." seru ki jaludra tertawa terbahak bahak.
"Kurang ajar kau jaludra! Tutup mulut mu yang bau itu, atau aku robek mulut usil mu itu!" bentak nyai puri jengkel di ledek ki jaludra.
"ki jaludra. Mana ada laki laki yang menyukai dia, sudah galak, bau lagi. Hahahaha!" seru resi atmajaya turut menggoda nyai puri.
"Diam kau atmajaya! Kau jangan ikut ikutan usil, atau kau mau aku robek juga mulut mu itu!" teriak nyai puri mencak mencak sendiri.
"hahahaha. Kau benar atmajaya, dia jadi perawan tua gara gara orang yang di cintainya malah mencintai rakanini. Haha!" sahut ki jaludra tertawa.
"Jaludra! Ku hajar kau. Hyeaat!" teriak nyai puri langsung menerjang ki jaludra.
"hupz." ki jaludra melompat menghindar yang langsung di kejar nyai puri.
"GURU?!!" teriak murid murid ki jaludra dan nyai puri terkejut meliat guru mereka malah bertarung.
"Kalian tenang saja, guru kalian tidak berkelahi sungguhan. Biarkan saja mereka." kata ki lodaya.
"Tapi paman guru, bagaimana kalo mereka bertarung sungguhan? Saya tidak mau mereka sampe terluka." kata anggini alias dewi naga ungu cemas.
"kami ini adalah sahabat lama, tidak mungkin kami saling melukai. kau tenang saja." kata ki lodaya tersenyum.
"benar apa kata ki lodaya, tidak usah cemaskan guru kalian. biarkan mereka bersenang senang untuk melepas rasa kangen antar sahabat lama." kata resi atmajaya.
"kalian yakin mereka tidak berkelahi sungguhan?" tanya anggini menegaskan.
"Ya. Kami mengenal guru kalian sejak masih muda dan kami saling memahami di antara kami semua." kata resi atmajaya.
"Ya sudah kalo begitu." kata anggini lemah.
Panji tiba tiba mengibaskan tangan ke arah dedaunan yang langsung membuat dua daun melayang jatuh ke arahnya, dia menangkap dua daun itu. "Purnomo, anggita. Kalian bawa daun ini dan serahkan pada ayah kalian. Setelah meliat daun itu maka ayah kalian akan tahu apa maksutnya. Pulanglah!" ucapnya pada purnomo dan anggita.
Purnomo dan anggita menerima dua daun dari panji dengan perasaan yang bingung dan tidak mengerti.
"hmm. kalian beruntung sekali tuan panji bersedia membantu dan menjamin kalian. Pulanglah dan serahkan daun dari tuan panji pada ayah kalian, aku jamin ayah kalian pasti akan merestui kalian." kata ki lodaya tersenyum.
"Apa maksut ki lodaya dengan ayah kami merestui kami?" tanya purnomo tidak mengerti.
"Kalian serahkan saja daun itu pada ayah kalian dan kalian akan tahu sendiri apa maksut ku tadi." kata ki lodaya.
"Tapi?" kata purnomo ragu ragu.
"Pulanglah." kata ki lodaya.
"hmm. Baiklah." kata purnomo mengangguk. "anggita, ayo kita pulang!" ajaknya pada anggita.
"Baik." sahut anggita.
Mereka segera berpamitan dan pergi dari tempat itu.
"Tuan panji. Bagaimana menurutmu tentang masalah penangkapan terhadap para pendekar persilatan oleh pendeta sesat kalawija?" tanya ki lodaya.
Panji terdiam untuk beberapa lama memikirkan apa yang tadi ki lodaya ceritakan.
"Nakmas panji. Jika benar apa yang ki lodaya sampekan itu berarti masalah ini sudah menyeret kaum persilatan, jika sampe rencana jahat itu terlaksana maka dunia persilatan bisa terjadi malapetaka yang mengakibatkan terjadinya banjir darah. Kita tidak bisa diam begitu saja, sebagai ketua dunia persilatan yang di angkat oleh kaum pendekar tanah jawa, kau harrus menegakkan keadilan di dunia persilatan." kata resi atmajaya.
"hmm. Masalah dunia persilatan wilayah barat sebenarnya tanggung jawab Datuk barat, dia yang harus memutuskan masalah ini." kata panji.
"Tuan panji. Kau pemimpin lima kedudukan, jadi tidak ada salahnya jika kau yang memutuskan masalah ini. Datuk barat tidak kami ketahui berada dimana, kami tidak mungkin menghabiskan waktu hanya untuk mencari dia, sementara rencana busuk pendeta sesat kalawija terus meneror kaum persilatan." kata ki lodaya.
"Datuk barat sebenarnya datang kesini bersamaku, jujur saja aku katakan pada kalian. Adik ku dan murid datuk barat di culik oleh orang jahat, kami tidak tahu siapa penculiknya tapi dari cerita yang kami dengar mereka di bawa oleh si tiga walet hitam dan aku menyuruh datuk barat menyatroni markas tiga walet hitam di bukit walet. Mudah mudahan saja datuk barat berhasil menemukan muridnya dan adik saya di sana, dengan begitu masalah dunia persilatan bisa segera kita selesekan bersama sama." kata panji.
"Tiga walet hitam? Setahuku tiga walet hitam sudah menjadi antek pemberontak raden baruna." kata ki lodaya.
"benar. Setahuku juga tiga walet hitam sudah lama tidak tinggal di bukit walet, mereka sekarang bergabung di dalam pasukan pemberontak. Sia sia saja jika datuk barat mencari tiga walet hitam di bukit walet karna tempat itu sudah tidak di tinggali oleh mereka." kata ki sinatra.
"Benarkah?" tanya panji terkejut.
"Ya. Aku pernah ke bukit walet dan mendapati bukit itu kosong tidak di tempati lagi cukup lama." kata ki sinatra.
"Tuan panji, jika benar adikmu dan murid datuk barat di culik oleh tiga walet hitam, kami akan membantumu mencari tiga walet hitam dan membebaskan adikmu dan murid datuk barat." kata ki lodaya.
"hmm.Terima kasih ki." kata panji.
"Siapa nama adikmu dan murid datuk barat? Biar aku suruh para sahabat pendekar persilatan melacak jejak mereka." tanya ki lodaya.
"Adikku bernama mei ling dan murid datuk barat bernama tantri. Mereka gadis kecil kira kira usia mereka 8 tahun dan 13 tahun." jawab panji.
"Mei ling dan tantri. Baik, aku akan sebarkan masalah ini ke para sahabat agar membantu mencari mereka." kata ki lodaya.
"Terima kasih atas bantuan dari ki lodaya." kata panji.
"Sama sama. Kami senang bisa membantu tuan panji." kata ki lodaya tersenyum.
"hmm. Untuk masalah rencana jahat pendeta sesat kalawija sebaiknya di bicarakan bersama para pendekar yang lain. Kita tidak bisa memutuskan masalah itu secara terburu buru, perlu pendalaman dan penyelidikan lebih lanjut agar semua menjadi terang." kata panji.
"Aku setuju, kita memang tidak gegabah memutuskan masalah itu secara terburu buru. Jika aku boleh mengusulkan, bagaimana kalo kita adakan pertemuan para pendekar? Terserah dimana tempatnya." kata ki sinatra cepat.
"Aku juga sependapat dengan ki sinatra. Masalah ini memang harus di bicarakan bersama para pendekar yang lain, ki lodaya bagaimana menurut mu?" kata resi atmajaya.
"Aku ikut apa kata kalian saja. Tuan panji, apa kau setuju dengan usul ki sinatra?" kata ki lodaya pada panji.
"hm.kalian atur saja bagaimana baiknya." kata panji setuju.
"bagus. Jika semua setuju, bagaimana kalo tujuh hari kedepan kita adakan pertemuan para pendekar di tempat ku saja. Aku akan mempersiapkan semuanya dengan baik." kata ki lodaya.
"Ya. Aku setuju. Padepokan jari sakti sangat besar, para pendekar persilatan yang datang pasti dapat di tampung disana. Ki lodaya, aku juga akan membantu mu disana." kata ki sinatra.
"Terima kasih, ki." kata ki lodaya mengangguk. "Atmajaya, bagaimana dengan kau?" tanyanya pada resi atmajaya.
"Dua hari lagi aku sudah ada janji dengan rakanini untuk bertemu di desa asinan, maaf ki lodaya aku tidak bisa membantu mu melakukan persiapan." kata resi atmajaya.
"Masalah janjimu untuk bertemu dengan rakanini lebih kau urungkan saja, biar aku suruh orang untuk menunggu nyai rakanini dan menyuruhnya datang ke tempat ku. Bagaimana?" kata ki lodaya.
"hmm." resi atmajaya terdiam sejenak memikirkan usulan ki lodaya.
"Eyang, kita ke tempat paman lodaya saja, dari pada kita wara wiri lebih baik kita menunggu eyang rakanini di tempat paman lodaya." kata kemuning wulan membujuk resi atmajaya.
Kemuning wulan berkata seperti itu karna yakin panji pasti akan ikut ke tempat ki lodaya, dengan begitu dia bisa berdekatan dengan panji.
"hmm. Baiklah." kata resi atmajaya setuju.
"Bagus. Sudah kita putuskan bersama, mari kita berangkat ke tempat ku!" kata ki lodaya terliat senang.
"hik.hik.hik. Hey, jaludra. Kau masih hebat saja seperti dulu, aku kira kau semakin tua semakin loyo ternyata aku salah. Jurus naga sakti mu masih luar biasa hebat." seru nyai puri yang sepertinya sudah berhenti bertarung dengan ki jaludra.
"hahahaha. Jurus bunga karang mu juga semakin hebat saja nyai, keliatannya kau telah menyempurnakan ilmu itu." sahut ki jaludra.
"hik.hik.hik. Tentu saja, apa kau kira selama ini aku hanya duduk manis berleh leha, begitu?" seru nyai puri.
"Nyai puri, ki jaludra. Kami sudah memutuskan tujuh hari lagi kita akan mengadakan pertemuan para pendekar di tempat ku guna membicarakan masalah yang terjadi di dunia persilatan, kalian mau ikut tidak?" teriak ki lodaya meliat ke arah nyai puri dan ki jaludra.
"APA?!" seru nyai puri kaget. "pertemuan para pendekar? Siapa yang akan memimpin pertemuan itu dan siapa orang yang akan memimpin kita?" serunya bertanya.
Ki jaludra di ikuti nyai puri berjalan mendekati tempat ki lodaya dan yang lain berada.
"Aku yang akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan itu, masalah pemimpin para pendekar tentu saja tuan panji yang akan memimpin kita karna dia adalah ketua dunia persilatan." kata ki lodaya.
"Bocah ingusan itu yang akan memimpin para orang orang gagah dunia persilatan? Huh. Kau jangan becanda lodaya, dari tadi kau menyebut dia ketua dunia persilatan, aku tidak percaya kalo dia adalah si dewa tengah. Kau jangan bergurau pada kami lodaya!" seru nyai puri tidak percaya jika panji adalah si dewa tengah.
"Aku tidak sedang bergurau nyai, sudah aku katakan tadi, kalian tidak hadir di turnamen pedang puncak lawu jadi kalian tidak bisa meliat sendiri gimana tuan panji pemenang di turnamen pedang itu dan di angkat rame rame menjadi ketua dunia persilatan oleh para pendekar persilatan di seluruh tanah jawa ini." kata ki lodaya serius.
"benar nyai, aku saksinya karna aku juga ada disana." kata ki sinatra.
"kami semua juga ada disana." kata namitro dan cokro.
"Nyai. Kaukan lebih mengenal siapa ki lodaya di banding kami, tidak mungkin ki lodaya yang memiliki nama besar dalam dunia persilatan berbohong pada kita semua, meski aku tidak hadir dalam turnamen pedang di puncak lawu tapi aku percaya apa yang dia katakan." kata ki jaludra lebih bijaksana.
"huhuh. Kau bodoh sekali ki jaludra percaya begitu saja kalo bocah ingusan itu adalah si dewa tengah. Selama aku belum membuktikan sendiri, aku tidak akan pernah percaya siapapun." dengus nyai puri.
Semua orang menghela nafas geleng geleng kepala, mereka memang paham akan watak nyai puri yang keras kepala dan terlalu mengagulkan ilmu silatnya sendiri.
"Lalu kau mau apa nyai?" tanya ki lodaya yang sebenarnya sudah paham apa yang akan nyai puri lakukan.
"hik.hik.hik. tentu saja aku akan membuktikan sendiri apa benar dia dewa tengah atau bukan." kata nyai puri tertawa terkikik.
"Aku sarankan kau jangan melakukan itu nyai, aku tidak mau kau terluka dan malu. Urungkan niatmu itu." kata ki lodaya coba mencegah.
"hik.hik. Aku yang terluka atau bocah ingusan itu yang terluka, hey ki lodaya? Kau takut kalo kebohongan mu tentang bocah itu akan terbongkar, hah?" kata nyai puri.
"hmm. Terserah kau sajalah, aku sudah mencegah mu untuk tidak berbuat bodoh yang bisa membuat mu malu sendiri tapi kau tetap keras kepala. Silakan saja kalo kau tidak percaya." kata ki lodaya tidak bisa berbuat apa apa lagi untuk mencegah nyai puri.
"huh." dengus nyai puri di hidung, dia lalu menatap panji tajam sekali. "Heh, bocah ingusan! Sebelum aku buat kau babak belur sebaiknya kau mengaku saja siapa kau sebenarnya. Tadi aku meliatmu bertarung menggunakan jurus naga sakti milik ki jaludra, jangan jangan kau ini murid ki jaludra yang tidak kami ketahui. Benar begitu?" bentaknya tajam sekali.
Panji jadi heran sendiri kenapa wanita tua itu malah jadi mencurigai dirinya hanya gara gara dia tadi mengeluarkan jurus naga sakti yang dia ciptakan sendiri.
"Kenapa kau diam? Kau tidak bisa mengelak kalo kau ini sebenarnya murid ki jaludra,hah?" bentak nyai puri.
"Aku tidak tahu apa maksut nyai berkata seperti itu, jika hanya gara gara aku tadi mengeluarkan jurus naga sakti lantas kau mengira aku murid ki jaludra maka kau bisa bertanya sendiri pada ki jaludra apa aku muridnya apa bukan. Silakan tanya sendiri sama dia." kata panji tetap tenang.
"huhuh. Aku tidak sebodoh itu bocah ingusan, bisa saja kalian bersekongkol agar aku tidak tahu dan percaya begitu saja." dengus nyai puri.
"Nyai puri, kau jangan mulai lagi bersikap keras kepala begitu. Antara aku dan tuan panji memang tidak pernah saling kenal, jujur saja aku sendiri juga heran kenapa dia bisa memiliki jurus naga sakti." seru ki jaludra.
"huh.Kau jangan bersandiwara terus jaludra, jika kalian tidak saling kenal lalu dari mana dia bisa memiliki jurus naga sakti kalo bukan dari kau?" seru nyai puri.
"Sudah aku katakan aku tidak tahu, apa selama ini aku pernah berbohong padamu. Hm?" kata ki jaludra tegas.
"huh." nyai puri hanya mendengus saja di hidung.
"Soal jurus naga sakti tidak perlu di perdebatkan, masalah dunia persilatan jauh lebih penting di banding mendebatkan jurus naga sakti. Nyai puri, hentikan sikap keras kepala mu, masih banyak urusan penting yang harus kita hadapi dari pada hanya berdebat sesuatu yang tidak terlalu penting." kata resi atmajaya coba memberi nasehat.
"huh. Diam kau atmajaya, bagi ku ini adalah masalah penting. Aku tidak sudi di perintah oleh bocah ingusan yang tidak aku ketahui asal usulnya." seru nyai puri tegas. Dia lalu menatap panji tajam sekali. "Bocah, jika benar kau si dewa tengah aku ingin membuktikan sendiri apa kau benar dewa tengah atau hanya dewa tengah palsu." ucapnya.
"hmm. Apa maksut nyai?" tanya panji mengerutkan kening.
"hik.hik.hik. Kabarnya dewa tengah memiliki ilmu yang luar biasa hebat. Jurus 9 jalur neraka, jurus tangan dewa, jurus pedang tangan dewa, jurus pedang tarian naga langit dan jurus sentilan jari dewa langit. Nama jurus jurus itu sungguh angker sekali tapi aku ingin tahu apa nama angker jurus itu seangker jurusnya. hik.hik. Ayo keluarkan jurus jurus itu dan akan ku liat apa bisa jurus jurus itu mengalahkan jurus bunga karang ku." seru nyai puri tandas sekali.
Panji tersenyum mendengar tantangan nyai puri. "ilmu silat nyai tinggi luar biasa, bagaimana bisa saya yang rendah ini mampu melawan jurus nyai yang tiada banding." ucapnya.
"hik.hik.hik. Bagus kalo kau tahu itu bocah. Apa kau sekarang sudah mau mengaku kalo kau bukan si dewa tengah. Hm?" kata nyai puri tertawa terkikik.
"hmm. Dewa tengah atau bukan aku juga tidak peduli, memang apa istimewanya gelar dewa tengah, buatku ilmu silat bukan untuk di agulkan atau di pamerkan pada orang lain tapi jika nyai puri terus memaksa maka aku juga tidak bisa diam saja." kata panji.
"Bagus. Ayo keluarkan semua ilmu silat yang kau miliki, akan aku buat kau tidak bisa berbuat apa apa. Ayo majulah!" seru nyai puri membuka tantangan.
"Nyai puri begitu percaya diri dengan ilmu nyai. Hmm, bagaimana jika saya bisa mengalahkan nyai hanya dalam satu jurus?" kata panji tersenyum.
"APA?!" teriak nyai puri kaget mendengar itu. "Sombong sekali kau bocah, mau mengalahkan aku hanya dalam satu jurus. Kau jangan meremehkan aku bocah!" bentaknya gusar karna di remehkan panji.
Semua orangpun juga sama kagetnya dengan nyai puri mendengar panji hendak mengalahkan nyai puri hanya dalam satu jurus saja. Jelas itu perkataan yang terlalu jumawa, walau bagaimanapun juga nyai puri bukan pendekar biasa, butuh ratusan jurus untuk bisa mengalahkan nyai puri.
"Saya tidak meremehkan nyai, saya tahu nyai memiliki ilmu silat yang sangat hebat, tadi sewaktu nyai bertarung dengan ki jaludra saya sudah tahu betapa luar biasanya ilmu nyai." kata panji tetap tenang.
"Kalo kau sudah tahu lalu kenapa kau berani bicara seperti itu, hendak mengalahkan ku dalam satu jurus bukankah itu kau meremehkan aku. Hah?" teriak nyai puri keras.
"hmm. ilmu nyai memang hebat tapi bukan berarti tidak memiliki kelemahan, sepintas saja saya sudah tahu apa kelemahan ilmu bunga karang nyai." kata panji tersenyum.
"APA?! ilmu bunga karang ku memiliki kelemahan? Kau jangan becanda bocah! ilmu bunga karang ku tidak memiliki kelemahan, aku sudah menyempurnakan ilmu itu selama puluhan tahun jadi tidak mungkin ada kelemahannya." bentak nyai puri.
"Di dunia ini mana ada ilmu silat yang tidak memiliki kelemahan, nyai puri. Contoh sederhana saja, api kalah sama air, air kalah sama petir, petir kalah sama tanah, tanah kalah sama angin, angin kalah sama kayu dan kayu kalah sama api. Nah, sebagai tokoh persilatan tidak boleh mengabaikan unsur unsur alam yang ada di dunia ini. Selain enam unsur alam tadi,ada unsur unsur kehidupan yang di ciptakan berpasangan, contoh ada malam ada siang, gelap terang, pria wanita, tinggi rendah, panjang pendek dan seterusnya. Semua itu tidak dapat dipisah pisahkan karna itulah kehidupan. Saya heran kenapa nyai puri bisa begitu percaya diri ilmunya tidak memiliki kelemahan. Apa nyai tidak tahu atau pura pura tidak tahu?" kata panji.
"haaaah, sudah sudah kau jangan ceramah di hadapan ku. Jika kau memang tahu kelemahan ilmu ku, sebaiknya kau buktikan saja. Ayo kita mulai saja pertarungan kita!" seru nyai puri tetap keras kepala.
"Yach, baiklah kalo nyai memaksa. Satu jurus untuk mengalahkan ilmu bunga karang mu yaitu jurus sentilan jari dewa langit sesuai permintaan mu." kata panji kalem. Dia berdiri tenang dengan tangan seperti orang terikat di belakang. "Silakan!" ucapnya.
"Bersiaplah. Hyeaat!" teriak nyai puri melesat dengan cepat sekali menyerang panji.
Panji tetap berdiri diam di tempatnya seraya tersenyum tenang meliat serangan nyai puri yang cepat itu, ketika pukulan nyai puri hampir mendarat di dadanya maka panji hanya bergeser ke kanan satu langkah dengan gerakan ringan sehingga serangan nyai puri hanya lewat di sampingnya saja dan tanpa di ketahui oleh semua orang panji menyentilkan jarinya ke arah titik mati gerakan jurus nyai puri. Setelah menyentil dengan jurus sentilan jari dewa langit, panji berjalan beberapa langkah ke depan seolah olah dia tidak pernah melakukan pertarungan apa apa dengan nyai puri.
"Semuanya. Saya mohon pamit dulu, sampe berjumpa lagi di pertemuan pendekar besok." kata panji menyoja pada semua orang yang kemudian melesat cepat meninggalkan tempat itu.
* * *
SEORANG wanita tua berbaju warna coklat lusuh terbaring di atas pembaringan dalam sebuah kamar, seorang gadis muda berparas ayu duduk di samping wanita tua yang terbaring di atas pembaringan.
"Bagaimana keadaan guru mu, marina?" tanya suara dari arah pintu yang terbuka.
Seorang pria tua berjubah hijau masuk ke dalam kamar mendekati pembaringan, orang itu adalah ki lodaya.
"Guru masih belum sadarkan diri, paman guru." kata gadis muda bernama marina.
"hmm. Gurumu hanya pingsan biasa, tuan panji tidak berniat melukai gurumu, dia hanya membuat gurumu pingsan saja. kau tidak perlu kuatir." kata ki lodaya kalem.
"Saya mengerti pa man guru. ini semua karna sifat guru yang memang terlalu keras kepala, tidak mau mendengar nasehat paman guru." kata marina.
Ki lodaya tersenyum lembut meliat mariana. "Sifat gurumu memang seperti itu sejak masih muda dulu, keras kepala dan mau menang sendiri, tapi sesungguhnya hatinya sangat baik dan halus. kau beruntung memiliki guru sehebat nyai puri." ucapnya kalem.
"Guru memang sangat baik tapi saya jadi malu kalo paman guru bilang guru hebat, melawan panji saja guru kalah hanya dalam satu jurus." kata marina.
"hahaha. Gurumu kalah dalam satu jurus karna itu kesalahan gurumu sendiri, dia terlalu terbawa hawa amarahnya yang membuat dia lengah. Aku yakin jika gurumu lebih tenang maka tidak mungkin dia bisa di kalahkan hanya dalam satu jurus, tuan panji memanfaatkan sifat keras kepala dan mudah marah gurumu hingga dia mampu membuat gurumu roboh dalam satu jurus. Nah, ini sebuah pelajaran yang bagus untuk kita semua, jika menghadapi musuh kita tidak boleh mudah terpancing hawa amarah kita karna hawa amarah bisa membuat orang lengah dan celaka. kau mengerti?" kata ki lodaya tertawa ringan.
"Terima kasih atas nasehat dari paman guru." kata marina.
"Ya sudah, kau jaga gurumu baik baik, paman guru pergi dulu." kata ki lodaya.
"Baik, paman guru." kata marina mengangguk.
Ki lodaya berjalan keluar dari kamar membiarkan marina menjaga nyai puri gurunya. Dia berjalan menuju ke sebuah aula cukup besar dimana di kanan kirinya di tumbuhi bunga bunga dalam bentuk taman. Di samping kanan aula yang tamannya lebih luas tampak seorang gadis muda berbaju hijau tengah duduk di kursi taman bersama dua orang gadis berbaju biru muda dan kuning emas. Ki lodaya menghampiri ketiga gadis tersebut.
"Ratna. Apakah ki sinatra sudah berangkat?" tanya ki lodaya kepada gadis yang berbaju hijau.
*Sudah,ayah. Tadi pagi pagi sekali paman sinatra sudah pergi." jawab gadis baju hijau bernama ratna putri ki lodaya.
"Oh, begitu. Lalu dimana resi atmajaya?" tanya ki lodaya.
"Paman resi ada di dalam aula bersama paman jaludra." jawab ratna.
"hmm. Ya sudah kalo begitu." kata ki lodaya langsung berjalan menuju ke aula besar.
Di dalam aula terliat resi atmajaya dan ki jaludra sedang berbincang bincang. Begitu meliat ki lodaya resi atmajaya dan ki jaludra serentak berdiri menyambut ki lodaya.
"Jangan sungkan, ayo duduk lagi." kata ki lodaya.
Mereka bertiga segera duduk di kursi mereka masing masing.
"Kalian ngobrol soal apa? Keliatannya serius sekali." tanya ki lodaya.
"kami sedang membicarakan tentang tuan panji." kata ki jaludra.
"Tuan panji? Memang apa yang kalian bicarakan tentang tuan panji?" tanya ki lodaya ingin tahu.
"kami membicarakan soal dari mana dia memiliki jurus naga sakti, padahal aku sama sekali tidak pernah mengajari dia tapi kenapa dia bisa menguasai jurus naga sakti, itu yang aku herankan." kata ki jaludra.
"Ya. Aku sendiri juga heran, dari mana tuan panji bisa menguasai jurus naga sakti dan yang lebih mengherankan lagi, jurus naga sakti tuan panji jauh lebih sempurna di banding jurus naga sakti mu ki jaludra. Apa kau juga merasa begitu?" kata ki lodaya.
"Ya." ki jaludra mengangguk cepat. "Seperti yang kalian ketahui, puluhan tahun aku berusaha mencari cara untuk menyempurnakan jurus naga sakti ku tapi belum berhasil juga sampe sekarang tetapi pemuda itu justru menguasai jurus naga sakti dengan sempurna, bahkan jurus naga sakti itu bisa dimainkan dengan pedang. Bukankah hal itu sungguh sangat aneh? Aku benar benar bingung di buatnya." ucapnya.
"benar. Saat melawan ki jonggol, pemuda itu seperti tidak bersungguh meladeni ki jonggol. Dia seperti menahan jurus pedangnya, aku merasakan jurus pedang naga sakti itu seperti menyimpan suatu kekuatan yang tidak bisa kita duga. ki lodaya, apa saat kau hadir di dalam turnamen pedang puncak lawu pemuda itu menggunakan jurus pedang naga sakti juga?" kata resi atmajaya bertanya.
"Aku tidak tahu persis karna saat pertarungan babak pertama aku sudah terluka parah, aku hanya meliat tuan panji di saat baba kedua yaitu saat dia mengalahkan dewi naga ungu dan ketua partai bunga merah dengan jurus pedang tarian naga langit. Di babak akhir dia mengalahkan si raja pedang dari selatan dengan jurus pedang tangan dewa, mengalahkan si orang aneh dari timur dengan jurus 9 jalur neraka, setelah itu aku tidak mengikuti pertarungan dia saat melawan pengemis sakti dari utara dan si datuk barat karna aku harus menolong ki sinatra yang terluka. Dari cerita orang yang meliat pertarungan tuan panji, katanya dia mengalahkan si pengemis sakti dari utara dengan jurus pukulan tangan dewa merajam bumi dan datuk barat kalah dengan jurus sentilan jari dewa langit. Begitu." kata ki lodaya.
"hmm. Kau saja yang paling hebat di antara kami hanya bisa sampe di babak awal saja, biarpun kami hadir di sana toh nasib kami juga akan sama seperti kau ki lodaya." kata ki jaludra.
"kau jangan merendah ki, kau kan tahu sendiri kalo pertarungan dalam adu silat semata mata bukan hanya mengandalkan ilmu silat saja tapi juga kecerdikan dan faktor keberuntungan." kata ki lodaya.
"kau benar, tapi tetap saja tinggi rendahnya ilmu silat seseorang yang lebih banyak berperan. Sebagai contoh saja yaitu tuan panji bisa menguasai jurus naga sakti jauh lebih sempurna dari pada aku tapi dia tidak menggunakan jurus itu dalam turnamen pedang kemarin, itu berarti jurus naga sakti tidak layak di gunakan dalam turnamen pedang kemarin. Jurus naga sakti ku tidaklah hebat di banding ilmu silat yang di gunakan tuan panji dalam turnamen pedang itu. Benar tidak?" kata ki jaludra.
"Sudahlah ki jaludra, kau jangan terus terusan merendahkan ilmu mu terus. Begini saja, menurut pendapat ku lebih baik kau tanyakan langsung pada tuan panji perihal jurus naga sakti itu padanya atau kau bisa mengukur kemampuan jurus mu pada tuan panji. Bagaimana?" kata ki lodaya.
"Aku sependapat dengan mu ki lodaya. Tidak ada salahnya kita yang tua meminta petunjuk kepada yang lebih muda, tidak usah merasa malu atau gengsi." kata resi atmajaya sependapat dengan ki lodaya.
Ki jaludra termenung sejenak memikirkan kata kata ki lodaya dan resi atmajaya. "hm. Kalian memang benar. Malu itu tandanya kita menghambat kemajuan kita. Baik, aku akan meminta petunjuk pada tuan panji, mudah mudahan dia mau memberi petunjuk padaku." ucapnya.
"hahaha. Bagus, itu baru namanya pendekar sejati, tidak malu mengakui kemampuan orang lain." kata ki lodaya tertawa.
"benar. Hahaha." seru resi atmajaya juga tertawa.
"hahahaha." ki jaludra juga ikut tertawa. "Ya sudah, kalo begitu aku berangkat sekarang untuk menemui ki jantar di lembah ayoman guna memberi kabar tentang pertemuan para pendekar. Aku permisi dulu!" ucapnya.
"Ya. Hati hati ki." kata ki lodaya dan resi atmajaya berdiri.
Ki jaludra segera berjalan keluar dari aula padepokan ki lodaya yaitu padepokan jari sakti.
* * *
PANJI duduk di atas dahan pohon cukup besar yang terletak di sebuah area bukit kecil, dia duduk enak enakan sambil mengunyah buah yang dia petik dari pohon yang dia duduki.
"hmm. Sepi juga jika jalan sendirian tanpa ada teman untuk ngobrol. Dua puluh tahun lagi baru bisa pulang ke jaman asalku, itupun kalo tidak ada hambatan apa apa yang mengacau perjalanan ku dalam membuka lorong waktu. 400 tahun yang lalu aku terlalu ceroboh dalam membuka lorong waktu memake batu pembalik waktu delapan unsur, aku lupa menarik tenaga dalam 9 matahari dari pedang matahari akibatnya lorong waktu malah membawa ku ke masa dua ratus tahun ke depan saja. Dua ratus yang lalu aku juga ceroboh dalam memake lima batu mustika lima warna, aku tidak sadar kalo salah satu batu itu telah di tukar oleh orang lain akibatnya sama seperti 400 tahun yang lalu, lorong waktu kembali membawa ku hanya ke masa dua ratus tahun ke depan dan aku terpental ke jaman ini. Di jaman ini aku harus mengadu tiga ilmu dewa melawan tiga ilmu iblis untuk membuka lorong waktu dan itupan harus menunggu 20 tahun lagi. Hadeeeh, rasanya pengen cepat cepat segera kembali ke masa depan. Aku sudah kangen sama keluarga ku dan teman temanku. Hmm, mereka gimana kabarnya ya? Pasti mereka bingung mencari aku. hadeeeh, payah. Hmm." gumam panji bicara sendiri.
Panji terus saja duduk bersandar di atas dahan pohon sambil mengunyah buah di tangannya. Ketika dia lagi asik asik mengunyah buah, dia mendengar ada suara langkah kaki dan suara orang sedang mengobrol dari arah jalanan setapak samping kanannya. Dia segera menoleh ke kanan untuk meliat siapa orang yang berjalan sambil mengobrol. Di dengar dari suaranya seperti suara tiga orang yang dua di antarnya wanita. Tidak lama terliat tiga orang berjalan tidak terlalu cepat yang di liat dari arahnya akan melewati tempat panji berada, seorang laki laki berumur berjalan beriringan dengan dua orang gadis muda.
"Bukankah itu ki jaludra dan dua muridnya? Mau kemana mereka? Bukankah mereka harusnya berada di tempatnya ki lodaya membantu mempersiapkan acara pertemuan para pendekar besok? Kenapa mereka malah pergi? Ada apa ya?" gumam panji mengenali siapa ketiga orang yang berjalan tadi.
Ketiga orang yang berjalan itu memang ki jaludra pendekar naga sakti dan dua muridnya yaitu anggini dewi naga ungu dan mayang dewi naga puspa.
"Guru,. Benarkah orang yang bernama panji itu ilmu silatnya sangat hebat? Kok aku belum percaya kalo ilmu silatnya sangat hebat sebelum membuktikan sendiri." kata anggini cepat.
"Hey, anggini. Kalo tidak hebat, tidak mungkin paman lodaya dan paman resi atmajaya hormat pada dia. Kau jangan ikut ikutan keras kepala seperti bibi nyai puri, kau liat sendirikan gimana nyai puri di buat pingsan hanya dalam satu jurus. Kau mau di buat pingsan seperti nyai puri?" seru mayang.
"Ya nggaklah." sahut anggini.
"Ya makanya jangan bawel." seru mayang cepat.
"Tapi aku tetap saja belum percaya jika orang yang bernama panji itu ilmunya sangat hebat, aku yakin ilmu silat guru jauh lebih hebat." sahut anggini.
Ki jaludra tersenyum lebar mendengar ucapan muridnya yaitu anggini yang begitu membanggakan ilmu silat gurunya. "hmm. Guru senang kau begitu membanggakan ilmu silat guru tapi terlalu mengagulkan ilmu silat sendiri juga tidak baik, memuji ilmu silat orang lain juga belum tentu merendahkan ilmu silat sendiri. kau tidak boleh jumawa atau sombong hanya karna menganggap ilmu silat kita yang paling hebat, tetaplah rendah hati dan bijaksana dalam bersikap. Coba kau liat gimana sikap tuan panji, dia begitu di puji dan di hormati oleh semua orang tapi dia tidak lantas besar kepala, dia tetap merendah dan balas menghormati. itulah sikap yang harus kau contoh dari tuan panji." ucapnya.
"Benar, guru." sahut mayang cepat. "Aku juga meliat sikap merendah dia tidak di buat buat tapi benar benar tulus dari dalam hatinya." imbuhnya.
"ikh. kau kenal saja tidak masa bisa bilang tulus, jangan jangan kau jatuh hati ya pada panji? Jatuh cinta pada pandangan pertama. aih, romantisnya. hik.hik." seru anggini menggoda mayang.
"Apaan sih. Nggaklah. Kau ini jangan bicara sembarangan." seru mayang memarahi anggini.
"halaaah, ngaku saja. Jangan malu malu. Benarkan kau jatuh hati pada panji." kata anggini terus menggoda mayang.
"Anggini. Kau ini apa apaan sih. Bicara sembarangan, jangan jangan kau sendiri yang jatuh hati pada panji karna kau di tolong olehnya." seru mayang kesal.
"iya. Memang kenapa kalo aku jatuh hati pada panji? Kau cemburu ya? Hahaha." sahut anggini terus menggoda mayang.
"idih, siapa juga yang cemburu. Nggak lah yau." seru mayang menjulurkan lidah.
"hik.hik. kak mayang tidak mau mengaku kalo cemburu. Bilang nggak cemburu tapi dalam hati cemburu berat. hahaha." kata anggini tertawa menggoda.
"idih, nggak." seru mayang.
"Ya." sahut anggini.
"nggak." seru mayang.
"Ya." sahut anggini.
"Sekali nggak tetap nggak." seru mayang jengkel.
"Sekali ya tetap ya. hahaha." sahut anggini.
"Angginiiii. Hiiih." teriak mayang jengkel langsung mencubit perut anggini.
"Auw!" jerit anggini kesakitan karna di cubit perutnya sama mayang. "kak mayang, sakit tau!" teriaknya.
"Sukurin! Siapa suruh terus menggodaku." sahut mayang.
"Guru. kak mayang jahat, dia mencubit perutku. Sakit sekali." rengek anggini mengadu pada gurunya.
"Sukurin!" kata mayang.
"Hey, sudaaah jangan becanda terus. Kalian ini kalo ketemu slalu bertengkar terus, pusing guru mendengarnya." hardik ki jaludra memarahi murid muridnya itu.
"Anggini yang mulai duluan, guru." kata mayang.
"Kak mayang yang memancing ku duluan." kata anggini tidak mau kalah.
"Sudaaah, diam!" hardik ki jaludra agak tegas. "Kalian berdua harus di hukum. Nih, hukuman buat kalian." ucapnya langsung menjewer telinga kedua muridnya itu.
"Auw! Sakit guru! Ampuuun!" jerit mayang dan anggini karna di jewer oleh gurunya.
"Kapok tidak, hm?" tanya ki jaludra gemas.
"Ya, guru. Ya, guru. Kapok!" seru mayang dan anggini cepat.
Ki jaludra melepaskan jewerannya dari kuping kedua muridnya itu. "kalian ini kalo ketemu pasti bertengkar, pusing guru meliatnya." ucapnya.
"Maaf, guru." kata mayang dan anggini menunduk takut karna dimarahi gurunya.
"hehehehe." suara orang tertawa pelan dari arah samping ki jaludra dan yang lain berada.
"Ekh?" ki jaludra terkejut sekali mendengar suara orang tertawa yang sangat dekat sekali dari arah sampingnya. Dia celingukan mencari cari sumber suara orang tertawa tersebut.
"Guru. Guru dengar tidak? Tadi ada suara orang tertawa tidak jauh dari sini." kata anggini juga ikut celingukan mencari suara orang tertawa tadi.
"Aku tidak meliat siapa siapa di sekitar sini. Jangan jangan itu suara hantu penunggu tempat ini." kata mayang.
"Ei. Jangan bicara sembarangan yang bisa membuat aku takut. Mana ada siang siang begini ada hantu gentayangan." seru anggini cepat.
"Ada. Hantu yang hendak mencekik kamu karna terganggu oleh suara bawel mu." sahut mayang menahan tawa.
"Kak mayang! Hih. Jangan menakuti aku." seru anggini langsung memegang erat tangan mayang.
"he-ei. Jangan ribut, sudah ayo kita jalan lagi." hardik ki jaludra mengajak jalan lagi.
"iya ayo guru. kelamaan disini membuat aku jadi merinding." sahut anggini cepat.
"hik.hik. Dasar penakut." kata mayang meledek anggini.
"Biarin!" sahut anggini masa bodo.
"hoaehmm. Kenyang makan membuatku jadi ngantuk." kata suara orang dari samping anggini dan yang lain.
Ki jaludra dan yang lain seketika tidak jadi berjalan lagi karna mendengar suara itu.
"Kalian mau kemana kok buru buru amat?" kata suara itu bertanya.
"heh. Siapa kamu? Kenapa bicara tidak menampakkan diri mu? Ayo keluar!" teriak mayang keras mencari cari sumber suara tersebut.
"Jangan teriak teriak, nanti penunggu tempat ini bisa marah terus mencekik leher kalian." kata suara itu.
"kau ini manusia, setan, jin atau siluman jadi jadian?" teriak mayang.
"Sudah ku bilang jangan teriak teriak, nanti kau bisa di cekik penunggu tempat ini." kata suara itu.
"Guru, kak mayang, aku rasa itu suara orang iseng yang ingin ngerjain kita saja. Biar aku hajar dia, berani beraninya ngerjain kita." bisik anggini pada gurunya dan mayang.
Anggini berjalan perlahan lahan dan berhati hati menuju ke arah pohon yang tidak jauh dari tempatnya berada, ki jaludra dan mayang hanya berdiri saja meliat anggini yang berjalan mengendap endap ke arah pohon yang mereka duga asal suara tadi. Begitu tepat berada di bawah pohon, dia langsung menendang pohon dengan pengerahan tenaga dalam yang bertujuan agar pohon itu bergetar dan orang yang bersembunyi di atas dahan pohon terjatuh.
Krosak! Debugk!
"Adaoouw. Auw. Auw. Aaaahk." rintih seseorang karna jatuh dari pohon yang di tendang anggini tadi.
"Kamu?!" seru anggini tertahan karna terkejut. "Panji?!" serunya mengenali siapa orang yang jatuh dari pohon tadi.
Orang yang jatuh dari pohon tadi tidak lain memang panji, dia memegangi pinggangnya pura pura kesakitan. "Aduh. Aduh. Sakit sekali. Aaahk." rintihnya.
"Hei. Kenapa kau sembunyi di atas pohon? Kau mau menakut nakuti kami ya. Hah?" bentak anggini.
Panji tidak menggubris bentakan anggini dan terus berpura pura meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
"Ei. Aku bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" teriak anggini.
"Haduuuh, sakit sekali. Heh, apa kau tidak bisa meliat? Orang lagi kesakitan malah di tanya tanya, di tolong kek atau di bantuin kek, ini malah di tanya tanya. Aouw." kata panji menahan rasa sakit.
"halaaah, kau ini pasti berpura pura sakitnya. Jangan coba coba membodohi aku. Huh." seru anggini mendengus.
"Terserah apa kata kau sajalah. Haduuuh. Sakitnya." kata panji memegangi pinggangnya.
"huhuh. Dasar orang aneh, katanya pendekar nomer satu dunia persilatan masa baru jatuh begitu saja sudah merintih kesakitan kayak anak kecil." dengus anggini di hidung.
Panji tidak menghiraukan dengusan anggini, dia berjalan perlahan lahan memegangi pinggannya seperti orang sakti beneran lalu dia duduk bersandar di bawah pohon dan mengurut urut pinggangnya sambil meringis menahan sakit.
"Ei. Kau beneran sakit?" tanya anggini meliat panji yang mengurut urut pinggang seraya meringis menahan sakit.
Panji tetap acuh dan terus memijat mijat pinggangnya seraya meringis ringis menahan sakit.
"Ekh. Jadi kau beneran sakit?" kata anggini buru buru berjongkok di samping panji.
"kau kira lagi keenakan apa? Ya beneran sakitlah." kata panji dengan nada suara seperti menahan rasa sakit.
"Akukan tanya baik baik kenapa kau marah marah." kata anggini.
"Jelaslah aku marah marah, gara gara kau aku jadi begini. Orang lagi enak enakan tidur di atas pohon malah kau ganggu." kata panji berlagak marah.
"Yeee. Ya maaf, akukan nggak tahu kalo itu kamu yang di atas pohon. Lagian juga siapa suruh menakut nakuti kami." kata anggini.
"Aaakh. Sakit sekali. Jangan jangan pinggangku patah." kata panji merintih kesakitan.
"ikh. Masa baru jatuh begitu saja patah, nggak mungkinlah. Sini coba aku liat!" kata anggini langsung memegang pinggang panji untuk memeriksa.
"Ekh. Kau mau apa?" tanya panji pura pura terkejut.
"Ya memeriksa tulang pingganggmulah, ada yang patah atau tidak." kata anggini cepat.
"Tapi?" kata panji tertahan.
"Sudaaah, kau diam saja." kata anggini seraya menekan pinggang panji.
"Aouw!" jerit panji tertahan karna pinggangnya di tekan oleh anggini.
"Tuan panji?!" seru ki jaludra terkejut meliat panji yang duduk di tanah dengan pinggang di tekan anggini. "Anggini. Apa yang kau lakukan?" tanyanya mendekati anggini.
"Aku memeriksa tulang pinggang panji, guru. Tadi dia jatuh dari pohon, aku takut tulang pinggangnya ada yang patah." kata anggini menjawab.
"Benarkah? Coba sini biar guru memeriksanya." kata ki jaludra cepat.
"Ekh. Jangan ki, aku tidak apa apa. Aku sudah sembuh." kata panji buru buru berdiri seperti tidak terjadi apa apa padanya.
"Ekh. Loh kok?" seru anggini heran meliat panji yang berdiri tidak merasa sakit.
"Aku sudah sembuh berkat kau pijat tadi. Pijatan mu bagus juga, wah kau berbakat jadi tukang pijat. Gimana kalo kau jadi dukun pijat? Pasti banyak orang antre yang kau pijat. Hmm." kata panji tertawa nyengir.
"Kurang ajar. Jadi tadi kau beneran pura pura kesakitan?" seru anggini jadi naik darah karna jengkel.
"hehehe. Maaf, aku cuma becanda saja tadi. Eitz, jangan marah ya. Hahaha." kata panji tertawa lebar.
"hik.hik.hik. Kau kena di kerjai tuan panji. Hik.hik." kata mayang tertawa geli.
"hmm." gumam ki jaludra hanya tersenyum saja meliat sikap konyol panji yang becanda.
"huh. Aku tidak akan memaafkan mu. Aku hajar kau. Hyeaat!" seru anggini langsung menyerang panji karna merasa jengkel telah di kerjai panji.
"hupz." panji bergerak ringan saja menghindar dari serangan anggini.
"Ekh. Anggini jangan!" teriak mayang terkejut meliat anggini menyerang panji, buru buru mayang hendak mencegah anggini menyerang panji.
"Biarkan saja, mayang." kata ki jaludra mencegah mayang.
"Tapi, guru..." kata mayang.
"Biarkan saja mereka. Mari kita liat apa anggini bisa menyentuh tuan panji." kata ki jaludra.
Mayang mau tidak mau membiarkan juga anggini yang menyerang panji.
Panji tanpa menggunakan tangan sama sekali meladeni serangan anggini, bahkan dia malah sering menggoda anggini dengan cara berkelit di setiap titik mati gerakan jurus anggini, kadang dia sengaja bersandar di tubuh anggini setiap berhasil berkelit dari serangan anggini.
Anggini semakin gregetan karna serangannya sama sekali tidak bisa menyentuh panji, bahkan panji malah mempermainkan dirinya, jelas anggini semakin gregetan dan menggecarkan serangannya namun hasilnya tetap sama saja, dia sama sekali tidak mampu menyentuh panji.
"hupz." Panji melenting tinggi di tdara lalu bersalto dua kali di udara kemudian mendarat ringan di dekat mayang dan ki jaludra berada.
"Ei. Mau lari kemana kau?" teriak anggini karna panji melarikan diri dari serangannya.
"hahahaha. Sudah cukup main mainnya, lain kali kita lanjut lagi main mainnya." kata panji tertawa ringan.
"Anggini. Cukup!" seru ki jaludra menyuruh berhenti.
"huh." anggini hanya bisa mendengus saja karna gurunya menyuruhnya berhenti, dia masih penasaran karna tidak mampu sedikitpun menyentuh panji.
"Tuan panji." sapa ki jaludra seraya menyoja.
"ki jaludra." sapa panji balik.
"tidak aku sangka kita ketemu di tempat ini, apa yang tuan panji lakukan di tempat ini? Bukankah kau bilang hendak menuju ke bukit walet?" kata ki jaludra bertanya.
"Panggil panji saja ki tidak perlu pake kata tuan, saya bukan bangsawan atau anak saudagar kaya yang mesti di panggil dengan embel embel kata tuan. Panggil panji saja jauh lebih enak di dengar." kata panji merasa rikuh dipanggil tuan.
"Tuan panji adalah ketua dunia persilatan, derajat tuan panji lebih tinggi di banding saya, jadi sudah sepantasnya kau di panggil tuan panji." kata ki jaludra.
"hmm. Ketua dunia persilatan." gumam panji lalu menghela nafas panjang. "Jabatan yang sebenarnya tidak saya inginkan, hanya gara gara secara kebetulan saya menang di turnamen pedang puncak lawu para orang orang gagah dunia persilatan lantas semua orang mengangkat ku jadi ketua dunia persilatan. Padahal saya ini masih terlampau muda untuk mengemban jabatan tersebut, saya ini masih harus banyak belajar dalam mengarungi rimba persilatan dari orang orang seperti ki jaludra yang jauh lebih berpengalaman. Saya ini jadi malu karna berani mengemban jabatan itu." ucapnya.
"hahahaha." ki jaludra malah tertawa mendengar itu. "Tuan panji ini terlampau merendahkan diri sendiri, di saat semua berlomba lomba ingin menduduki jabatan dunia persilatan, bahkan sampe harus berkalang darah tapi tuan panji malah merasa tidak pantas menduduki jabatan tersebut. Tuan panji, maaf jika aku berani memberimu sebuah nasehat. Kau di angkat menjadi ketua dunia persilatan karna semua orang sangat menghormati kamu, mereka percaya kalo kau pasti mampu mengemban jabatan terhormat tersebut. Sayapun percaya tuan panji pasti bisa mengemban jabatan tersebut." ucapnya serius.
"Terima kasih." kata panji sedikit membungkuk.
"Sudahlah kita tidak usah membahas soal itu. Ohya, kenapa tuan panji bisa berada di tempat ini? Bukankah kau bilang hendak ke bukit walet?" kata ki jaludra bertanya.
"Saya sedang istirahat di tempat ini ki. Ki jaludra sendiri kenapa bisa sampe ke tempat ini? Bukankah harusnya ki jaludra berada di tempatnya ki lodaya?" kata panji bertanya.
"Owh itu, kami sedang menuju ke lembah ayoman guna menemui temanku untuk mengabarkan berita tentang acara pertemuan para pendekar besok." kata ki jaludra.
"Owh, begitu." gumam panji.
"Ohya tuan panji. Bolehkah saya sedikit bertanya tentang hal yang sedikit pribadi?" tanya ki jaludra.
"Boleh saja ki. Tentang apa?" kata panji bertanya.
"hmm. Begini, ini tentang jurus naga sakti. Dari mana tuan panji bisa menguasai jurus naga sakti tersebut?" tanya ki jaludra.
"Owh. Soal itu." gumam panji manggut manggut. Dia berjalan ke bawah pohon lalu duduk di tanah terdiam sebentar.
"Ei. Kenapa kau diam? Guruku tanya dari mana kau belajar jurus naga sakti itu?" seru anggini masih merasa gregetan pada panji.
"Anggini. Kau ini yang sopan pada tuan panji, jangan bicara seperti itu." hardik mayang.
"Habisnya aku masih merasa kesal sama dia, berpura pura kesakitan untuk ngerjain aku." gerutu anggini dengan muka di tekuk cemberut.
"hehehehe." panji tertawa cengengesan meliat anggini. "Maaf, akukan cuma becanda saja tadi. Jangan kesal begitu." ucapnya.
"huh. Bodo!" dengus anggini membuang muka.
"hmm. Maafkan adik seperguruanku ini tuan panji, dia memang anaknya terlalu di manja makanya jadi suka merajuk." kata mayang.
"Tidak apa apa. Memang tadi saya yang bersalah karna telah becanda berlebihan, harusnya saya yang minta maaf sama dia." kata panji tersenyum.
"Tuh, tuan panji sudah minta maaf, kau jangan marah marah lagi." kata mayang pada anggini.
"Siapa yang marah, orang aku cuma kesal saja." gerutu anggini manyun. "Ei. Guruku tadi tanya apa pada mu? Jawab dengan jujur! Awas kalo kau berani berkata bohong, akan aku hajar kau." serunya pada panji.
"Wuihs. Galak amat. Anak gadis nggak boleh galak galak, nanti bisa jauh dari jodoh. Mau kamu jauh dari jodoh? Tidak ada laki laki yang menyukaimu terus kau jadi perawan tua, mau?" kata panji.
"ikh. Ya nggak maulah. Siapa juga yang mau jadi perawan tua. Hiiii, ogah banget." sahut anggini menggelengkan kepala.
"Ya makanya jangan galak galak, jadi perawan tua beneran baru tau rasa kamu." kata panji.
"ikh. Kau nyumpahin aku jadi perawan tua?" seru anggini melototin panji.
"Akukan cuma bilang jadi anak gadis jangan galak galak, nanti bisa jadi perawan tua karna jauh dari jodoh. Gitu saja kok." kata panji cepat.
"Ei. Aku tanya kau. Memang wanita mana yang mau jadi perawan tua? Nggak adalah. Dasar orang aneh." seru anggini ngomel ngomel.
"Ada tuh." jawab panji cepat.
"Ada? Siapa?" tanya anggini mengerutkan kening.
"Nyai puri. Diakan perawan tua, kata guru kalian sih. Hehe." sahut panji tertawa nyengir.
"hik.hik.hik." anggini langsung tertawa geli mendengar itu.
"Hei. Jangan membicarakan orang di belakang, tidak baik." hardik ki jaludra menasehati.
"Akh. Maafkan saya ki, saya hanya bergurau saja. Tidak ada maksut dari saya menertawakan pribadi orang lain yaitu nyai puri sahabat ki jaludra." kata meminta maaf.
"Marahin saja dia, guru. Berani sekali menertawakan masalah pribadi orang lain." seru anggini memanas manasi gurunya.
"Yang harus guru marahin itu kamu. Guru sedang bicara serius sama tuan panji, kamu malah ikut ikutan bicara. Tidak punya tata krama sama sekali." hardik ki jaludra memarahi anggini.
"Anggini. Kau jangan bawel dulu hari ini, guru sedang bicara serius sama tuan panji. Diam dan jangan ribut." kata mayang menasehati anggini dengan halus.
"Maaf, guru." kata anggini menunduk minta maaf.
Panji tersenyum lebar meliat anggini yang tertunduk di marahi gurunya.
"ki jaludra." sapa panji. "Soal dari mana saya menguasai jurus naga sakti bisa saja saya jelaskan kepada ki jaludra tapi sebelumnya saya harus tahu dahulu ada hubungan apa ki jaludra dengan pendekar naga putih?" tanyanya.
"Pendekar naga putih? Siapa dia tuan panji?" tanya ki jaludra tidak tahu.
"ki jaludra tidak tahu siapa itu pendekar naga putih?" tanya panji heran.
"tidak. Saya tidak tahu dan tidak kenal siapa itu pendekar naga putih." jawab ki jaludra menggelengkan kepala.
"Aneh. Ki jaludra tidak tahu siapa pendekar naga putih, lalu dari mana ki jaludra belajar jurus naga sakti itu?" tanya panji keheranan.
"hmm. Terus terang saya tidak tahu apa maksut pertanyaan tuan panji tapi kalo soal dari mana saya belajar jurus naga sakti bisa saya ceritakan asal tuan panji juga cerita dari mana tuan panji menguasai jurus naga sakti tersebut." kata ki jaludra. "Begini, dulu guruku tidak sengaja menemukan sebuah goa kecil ketika berkelana di daerah timur, di dalam goa itu beliau meliat ada ukiran gambar di dinding goa. Awalnya beliau tidak begitu memperhatikan apa maksut ukiran gambar di dinding goa tersebut tapi setelah beberapa hari tinggal di goa tersebut beliau baru mendusin kalo ukiran gambar itu adalah jurus silat, iseng iseng guru mempelajari jurus yang terukir di dinding goa itu dan hasilnya beliau mengalami kemajuan yang luar ilmu silatnya. Ketika sedang menyelami inti jurus itu, musuh musuh beliau menemukan goa yang menjadi tempat persembunyiaan beliau. Terjadilah pertarungan yang dahsyat di dalam goa hingga membuat goa itu hancur berantakan dan ukiran gambar di dinding goa jadi ikut hancur. Merasa sudah tidak bisa mempelajari jurus yang terukir di dinding goa karna sudah hancur berantakan maka guru pergi dari goa itu dan kembali pulang ke daerah barat ini. Beliau memutuskan tinggal di sebuah lembah yaitu bernama lembah sunyi. Di lembah sunyi beliau mendidikku dan mengajariku jurus jurus silat yaitu jurus yang beliau dapat dari goa kecil tersebut, sebelum beliau wafat, beliau menyuruhku untuk menyempurnakan jurus yang beliau ajarkan itu. Sekuat tenaga dan pikiran aku siang malam berlatih untuk menyempurnakan jurus itu hingga aku merasa jika jurus itu memang tidak bisa di kembangkan lagi, jurus itu memang seperti itu adanya karna jika di tambah atau di kurangi maka kekuatan jurus itu malah semakin hilang. Aku berkelana di dunia persilatan berbekal jurus peninggalan guruku hingga aku mendapat gelar pendekar naga sakti, orang memberiku gelar itu karna jurus jurusku bergerak mengikuti gerakan naga maka jurusku aku beri nama jurus naga sakti. Begitulah ceritanya tuan panji." ucapnya mengakhiri cerita.
"Owh. Jadi begitu." gumam panji manggut manggut. "Jadi guru ki jaludra tidak tahu apa nama jurus yang dia dapat dari dinding goa itu?" tanyanya.
"Tidak. Beliau tidak tahu apa nama jurus yang beliau dapat. Beliaupun tidak pernah mengeluarkan jurus itu selama dalam pengembaraan, beliau mengajarkan jurus itu kepada saya dan meminta saya untuk menyempurnakan jurus itu, begitu saja." kata ki jaludra.
"hmm." panji manggut manggut mengerti.
"Sekarang giliran mu untuk menceritakan bagaimana bisa kau menguasai jurus naga sakti tersebut." kata ki jaludra.
Panji menarik nafas dalam dalam sejenak lalu menghembuskannya dengan cepat. "baiklah." ucapnya.
"Maaf ki. Pernahkah ki jaludra mendengar tentang ilmu delapan unsur?" tanya panji.
"Tentu saja. Semua tokoh persilatan pasti pernah mendengar tentang ilmu delapan unsur. ilmu yang menjadi legenda dunia persilatan selain tiga ilmu dewa. Di jaman ini, siapapun yang bisa menguasai salah satu dari ilmu delapan unsur itu maka dia bisa menjadi pendekar digdaya pilih tanding." jawab ki jaludra.
"Apakah ada di jaman ini yang menguasai salah satu dari ilmu delapan unsur tersebut?" tanya panji.
"hmm. kalo di bilang menguasai dengan sempurna sih sepertinya belum ada tapi kalo sedikit menguasai memang ada. Contoh yang paling jelas yang saya tahu adalah keluarga raja di kerajaan karang setra, jurus rajawali adalah salah satu jurus dari ilmu delapan unsur yang di miliki oleh pendiri kerajaan karang setra dua ratus tahun yang lalu dan jurus rajawali menjadi jurus turun temurun hingga raja yang sekarang." kata ki jaludra.
"hmm. Satu lagi berita mengejutkan yang aku dapat. Jurus rajawali sakti ternyata menjadi jurus turun temurun di karang setra." batin panji dalam hati. "kenapa ki jaludra tidak mencontohkan diri orang yang menguasai salah satu jurus dari ilmu delapan unsur?" tanyanya ingin meliat reaksi ki jaludra.
"Apa? Aku? Kenapa aku harus mencontoh diri sebagai orang yang menguasai jurus dari salah satu ilmu delapan unsur?" tanya ki jaludra kaget sekaligus heran.
"hehehehe." panji tertawa ringan meliat ki jaludra. "ilmu delapan unsur. Yaitu matahari, bulan, air, angin, api, tanah, petir dan kayu. ilmu 9 matahari, ilmu 9 bulan, ilmu samudera biru, ilmu rajawali sakti, ilmu naga langit, ilmu harimau, ilmu petir dan ilmu alam. Ki jaludra tidak bisa menutupi impian ki jaludra yang sebenarnya berharap ingin di kenal sebagai orang yang menguasai salah satu dari ilmu delapan unsur yaitu ilmu naga langit, maka itu ki jaludra menamakan jurus yang ki jaludra pelajari dengan nama jurus naga sakti, setidaknya dengan nama jurus naga sakti maka orang orang akan memandang ki jaludra sebagai pendekar besar yang menguasai salah satu ilmu delapan unsur. Apakah tebakan saya benar ki?" ucapnya.
Ki jaludra sampe terpana tidak percaya kalo apa yang menjadi rahasinya selama ini bisa di ketahui oleh panji, dia heran dan bingung kenapa panji bisa menebak dengan jitu apa yang menjadi rahasinya selama ini.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya ki jaludra keheranan.
"Jurus naga sakti yang ki jaludra kuasai sebenarnya memang bagian dari rangkaian jurus naga sakti atau naga langit, hanya sayangnya guru ki jaludra mempelajari jurus itu belum tuntas karna terburu goa tempat beliau belajar telah hancur maka itu beliau hanya berhasil mempelajari kulit jurusnya saja." kata panji.
"Jurus naga sakti adalah bagian dari rangkaian jurus naga langit? Benarkah?" tanya ki jaludra terkejut.
"Ya." jawab panji singkat.
"Kalo begitu, jurus yang di pelajari guruku di dalam goa itu adalah rangkaian jurus naga langit? Salah satu jurus dari ilmu delapan unsur. Sulit dipercaya, siapa orang yang meninggalkan jurus jurus itu di dinding goa?" kata ki jaludra keheranan.
"kemungkinan besar itu adalah pendekar naga putih. Dia mengasingkan diri bersama kekasihnya di tempat itu dan meninggalkan ukiran di dinding goa berharap kelak ada orang baik yang mewarisi jurusnya tersebut. Beruntungnya guru ki jaludra yang menemukan goa itu." kata panji.
"Owh. Begitu." gumam ki jaludra pelan.
"Saya tidak pernah meliat secara langsung jurus naga sakti ki jaludra tapi meliat jurus yang di mainkan anggini saat melawan anak buah ki jonggol maka langsung tahu kalo itu jurus naga langit. keyakinan saya bertambah besar saat saya memberi petunjuk pada anggini dan ternyata memang benar itu adalah jurus naga langit." kata panji.
"Bolehkah saya meminta petunjuk tuan panji tentang jurus naga sakti itu?" tanya ki jaludra tiba tiba.
"hahahaha." panji malah tertawa terbahak bahak. "ki jaludra bisa saja bergurau, saya ini masih muda belum punya pengalaman apa apa masa ki jaludra minta petunjuk dari saya. Jangan bergurau ki." ucapnya.
"Aku tidak bergurau." kata ki jaludra serius.
Panji mengerutkan kening meliat ki jaludra. "ki jaludra serius?" tanyanya meyakinkan.
"Apakah wajahku ada keliatan bergurua anak muda?" kata ki jaludra tegas.
Panji jadi terdiam tidak menduga jika ki jaludra meminta petunjuk, dia diam memikirkan apakah dia harus memberi petunjuk atau tidak.
"Apa kau keberatan?" tanya ki jaludra mendesak.
"hmm. Maaf ki, bukannya saya keberatan atau tidak tapi rasanya kok tidak pantas jika saya memberi petunjuk pada orang yang jauh lebih tua dari saya. Harusnya saya yang meminta petunjuk bukan ki jaludra." kata panji kalem.
"Aku memang lebih tua darimu tapi belum tentu aku mengetahui lebih banyak dari orang yang lebih muda dariku, terkadang yang muda jauh lebih berpengalaman di banding yang tua. kau jangan sungkan atau merasa tidak pantas, aku benar benar tulus meminta petunjuk darimu." kata ki jaludra.
"hmm. Ya baiklah jika ki jaludra memaksa, tapi maafkan saya sebelumnya jika saya nanti berlagak sok menggurui atau mengajari. bukan maksut untuk menggurui ki jaludra tapi saya sekedar mengatakan apa yang harus saya beri tahu pada ki jaludra." kata panji.
"Tidak apa apa. Aku justru lebih senang jika kau memberi tahu kami dengan apa adanya tanpa merasa sungkan atau tidak enak hati pada kami." kata ki jaludra tersenyum.
"Baiklah kalo begitu." kata panji segera berdiri dan melangkah tiga empat langkah ke depan. "Perhatikan jurus naga sakti yang akan saya mainkan, jangan sampe terlewat sedikitpun." serunya.
Panji segera memainkan jurus naga sakti secara perlahan, ki jaludra, anggini dan mayang memperhatikan dengan serius permainan jurus naga sakti yang panji mainkan.