DESA WATES yang terletak di sebuah lembah subur terliat cukup rame siang hari ini, karna memang pada dasarnya desa kecil itu sering di lalui oleh orang orang yang datang dari berbagai penjuru, baik itu para saudagar dan juga para pengembara yang sering mampir hanya sekedar melepas lelah dalam perjalanan. di utara desa wates juga terdapat sebuah perguruan silat kecil pimpinan seorang guru silat yang cukup di segani di sekitar daerah desa wates yaitu bernama ki pitono berjuluk si ruyung kilat. murid muridnya kebanyakan adalah para pemuda desa wates serta ada sebagian yang berasal dari luar desa. Hari ini di desa wates terliat rame karna ada salah seorang penduduk desa mengadakan sukuran atas khitanan putra mereka, orang itu bernama wardiran yang merupakan orang cukup mampu di desa wates. dalam acara sukuran khitanan itu rencananya wardiran akan mengundang seni tari ledek untuk menghibur para penduduk desa, tentu saja hal itu membuat seluruh warga girang dan senang oleh tanggapan ledek tersebut.
DI utara desa wates tampak tiga orang anak muda sedang bermain main di pinggir sungai kecil yang berair jernih. seorang gadis jelita berbaju biru muda duduk di atas batu sambil merendam kaki di sungai, dua orang pemuda berada di tanah lapang dekat sungai, pemuda berbaju hijau sedang mencari bunga liar yang tumbuh di dekat sungai dan pemuda yang lain berbaju biru tua menangkap kupu kupu di tanah lapang. gadis jelita yang duduk di atas batu bernama lestari dan dua orang pemuda temannya bernama jaka dan bardi. mereka adalah murid murid perguruan ruyung kilat pimpinan guru ki pitono yang berjuluk si ruyung kilat.
"Adik !" seru pemuda berbaju hijau melesat menghampiri gadis yang duduk di atas batu. "liat. aku petikkan bunga indah untuk mu." ucapnya sambil tersenyum menggoda.
"Wah. indah sekali bunga ini. ini untuk ku?" kata si gadis terliat girang.
"E-em." sahut si pemuda bernama jaka mengangguk.
"waw. terima kasih." kata si gadis bernama lestari senang sekali langsung mengambil bunga dari tangan jaka.
"kalo kau mau, aku akan memetikkan bunga bunga yang indah untuk mu setiap hari, agar kau terliat makin cantik dan gembira." kata jaka merayu.
"kak jaka bisa saja." ucap lestari malu malu.
"huh. bunga liar apa bagusnya. adik, coba kau liat kupu kupu ini. indah bukan?" hardik pemuda baju biru tua langsung mendekati lestari dan menunjukkan kupu kupu hasil tangkapannya. "Waw. kupu kupu ini bagus sekali." seru lestari senang sekali meliat kupu kupu di tangan pemuda baju biru tua bernama bardi.
"Tentu saja, ini kupu kupu yang paling indah aku carikan untuk mu. terimalah !" kata bardi dengan wajah senang.
"terima kasih." kata lestari menerima kupu kupu tersebut.
"heheh. kupu kupu jelek begitu kau berikan pada adik lestari. apa kau tidak malu memberi kupu kupu jelek begitu, bardi. aku bisa mencarikan kupu kupu yang jauh lebih indah dari kupu kupu itu." ejek jaka pada bardi.
"APA?" seru bardi melototin jaka karna panas di ejek jaka. "huh. kau hanya sesumbar saja, bunga liar saja kau bilang indah. aku bisa mencari bunga yang jauh lebih indah dari pada bunga mu itu." dengusnya.
"apa kata mu? kau berani mengejek ku !" bentak jaka gusar.
"aku tidak mengejek mu tapi aku bicara kenyataan, memang benar kan bunga itu hanya bunga liar. huhuh." dengus bardi.
"kurang ajar. kau mengajak ribut aku bardi, hah? ayo kita bertarung !" bentak jaka keras.
"huhuh. siapa takut. ayo !" seru bardi cepat.
Dua pemuda itu saling pandang dengan rahang menggembung menahan gusar, mereka hendak bertarung adu silat.
"hentikan !" seru lestari cepat melerai jaka dan bardi yang bersitegang. "Ei. kalian berdua ini apa apaan sih. tiap hari kerjanya cuma berkelahi saja. membuat ku kesal saja !" serunya keras memarahi jaka dan bardi.
"dia duluan yang mulai." seru jaka membela diri.
"kau yang menantang ku !" seru bardi tidak mau di salahkan.
"sudah. sudah. diam !" seru lestari cepat. "kalian berdua sama saja. menyebalkan !" ucapnya marah marah.
"tapi adik, dia duluan yang mulai." kata jaka cepat.
"diam !" bentak lestari tegas. "kalian berdua kalo masih ribut, lebih baik kalian pergi saja dari sini. aku malas meliat kalian yang ribut terus tiap hari. cepat pergi !" seru lestari tegas.
"tapi adik, aku tidak bersalah, dia yang mulai duluan." kata jaka tetap tidak mau di salahkan.
"Pergi kata ku. cepat. !" teriak lestari tidak mau peduli alasan jaka.
Jaka dan bardi saling pandang masih dengan rahang yang menggembung menahan rasa gusar satu sama lain. mereka tidak beranjak pergi karna tidak mau jauh dari lestari. mereka berdua adalah dua pemuda yang sama sama menaruh hati pada lestari putri bungsu guru perguruan ruyung kilat. mereka slalu saja bertengkar karna memang ingin mendapatkan hati lestari. meski sering di marahi guru mereka yaitu ki pitono namun mereka tetap saja keras kepala tidak mengindahkan teguran guru mereka.
"Bunga melati harum semerbak mewangi di sepanjang hari. kumbang mana yang tidak tertarik dengan wanginya sang bunga melati, tapi sayang harum melati rusak oleh dua kecoa yang tidak tahu diri ingin hinggap di hati sang melati. hahahaha !" terdengar suara membaca syair tidak jauh dari tempat tiga orang tersebut yang di akhiri tawa.
Arti syair itu tidak lain memuji lestari dan menghina dua pemuda teman lestari yaitu jaka dan bardi.
Seketika lestari, jaka dan bardi menoleh ke arah sumber suara tadi. tampak di atas batu besar berjarak empat tombak dari tempat mereka, ada seorang pria dewasa berdiri tenang sambil menggerak gerakkan kipas di tangannya. pria dewasa itu berpenampilan rapi dan parlente seperti seorang putra bangsarawan atau saudagar kaya. pria dewasa itu memake baju warna putih bercelana hitam, rambut panjang yang terurai sebahu dan kumis tipis menghiasi atas bibir. pria itu terliat cukup tampan namun sorot matanya mengandung suatu sifat kelicikan.
"siapa kau?" seru jaka bertanya dengan sikap waspada karna meliat sorot mata pria dewasa itu yang tidak menunjukkan orang baik.
"hahaha." pria itu tertawa sebentar. "siapa aku? aku ini siapa? apa kau tahu siapa aku?" ucapnya seperti orang yang tidak mengenali diri sendiri.
"kisanak. jangan becanda dengan kami. cepat katakan siapa kau? ada urusan apa kau datang kesini?" seru jaka coba bersikap sabar.
"Hahaha." pria itu hanya tertawa lebar.
"heh. kenapa kau tertawa? apa ada yang lucu?" bentak jaka mulai naik darah merasa di permainkan.
"kisanak. harap jawab pertanyaan teman ku. siapa kisanak ini sebenarnya?" ucap bardi bertanya.
"hehehe. siapa aku? aku ini siapa? aku tidak tahu siapa aku ini? kalian tahu siapa aku?" kata pria itu seperti orang tidak waras.
"kurang ajar !" teriak jaka gusar meliat tingkah pria dewasa yang berlagak kurang waras yang berarti mempermainkan dirinya.
"hahaha. ada seekor kecoa marah. baru kali ini ada kecoa bisa marah. hahaha." kata pria dewasa itu mengejek jaka.
Jaka semakin gusar di katai kecoa oleh pria dewasa itu, tanpa pikir panjang dia langsung maju malesat menyerang pria dewasa itu.
"hyeaat !"
Di iringi teriakan menggelegar jaka langsung menghujani pukulan berantai mengarah ke kepala dada dan perut pria dewasa.
"hik.hik.hik. kecoanya marah. hik.hik." tawa si pria dewasa. "hupz." dia hanya bergerak santai turun dari batu namun dapat menghindari setiap serangan jaka.
Jaka terus saja menghujani serangan ke arah titik mati si pria dewasa tapi setiap serangan cepatnya tidak satupun mampu menyentuh tubuh si pria dewasa malah yang ada jaka seperti di permainkan oleh pria dewasa tersebut.
"hehehe. ayo serang aku. ayo. ayo. hehe." seru si pria dewasa meledek jaka.
Jaka semakin panas hatinya di ledekin pria dewasa tersebut maka dia tidak sungkan sungkan lagi menyerang dengan jurus jurus maut yang dia miliki namun pri dewasa itu tetap tidak dapat dia sentuh sama sekali padahal dia sudah mengerahkan semua jurus andalannya, bahkan dalam satu kali gerakan saja jaka di buat roboh terkena tendangan si pria dewasa.
"Jaka!?" teriak bardi dan lestari terkejut meliat jaka yang roboh. mereka buru buru berlari menghampiri jaka.
"hehehe. hanya segitu ilmu silat mu? hehehe. aku kira ilmu silat perguruan ruyung kilat sangat hebat, ternyata hanya jurus silat anak anak belaka." seru pria dewasa tertawa mengejek.
Lestari menatap si pria dewasa dengan tatapan penuh amarah karna merasa tersinggung oleh kata kata si pria dewasa yang menghina ilmu silat perguruan ruyung kilat milik ayahnya. "kisanak. siapa kau ini? antara kita tidak ada silang sengketa apa apa, tapi kenapa kau lancang menghina perguruan kami. heh?" serunya dengan suara bergetar tanda menahan hawa marah.
"Aih. nona yang cantik semakin cantik jika marah. hehehe. nona bertanya tentu aku pasti jawab. hehehe. nama ku restu kalirang, aku berjuluk pendekar kipas pemetik bunga. harap nona simpan baik baik nama ku di hati nona, siapa tahu kelak kita bisa memadu kasih. hehehe." kata pria dewasa itu dengan senyum penuh arti.
"pendekar kipas pemetik bunga?" seru lestari dan dua temannya tersentak.
Nama pendekar kipas pemetik bunga cukup terkenal di dunia persilatan wilayah selatan meski jarang muncul di muka umum. konon pendekar kipas pemetik bunga jika muncul pasti ada satu tujuan yang cukup membuat merinding bagi kau wanita khususnya karna pendekar kipas pemetik bunga akan menghisap sari perawan para gadis gadis muda untuk menambah kesaktiannya. tidak ada yang tahu persis dimana tempat tinggalnya karna dia tidak pernah menyebut asal muasalnya. pendekar kipas pemetik bunga slalu mengincar mangsanya dengan memberi tanda lebih dulu yaitu dia akan menyelipkan setangkah bunga mawar merah kepada gadis yang di incarnya dan pada umumnya tidak ada yang tahu kapan dia akan mengambil sari perawan para gadis incarannya karna tahu tahu sudah terjadi begitu saja.
Jaka dan bardi langsung menoleh ke arah lestari karna mereka kuatir pendekar kipas pemetik bunga telah menetapkan lestari sebagai target incaran pria hidung belang itu.
"hik.hik.hik." pria bernama restu kalirang tertawa meliat jaka dan bardi yang cemas menatap lestari. "kalian berdua tidak usah cemas, aku tidak berminat pada gadis itu. hik.hik.hik." ucapnya.
Jaka dan bardi sedikit bernafas lega mengetahui kalo pendekar kipas pemetik bunga tidak mengincar lestari.
"hik.hik. nona cantik. sampe jumpa lagi lain waktu, aku harap saat itu kita bisa ngobrol dengan tenang tanpa ada yang mengganggu kita. hahaha." seru restu kaliang alias pendekar kipas pemetik bunga langsung melesat pergi.
"humh. sukurlah dia tidak berniat jahat pada kita, kalo tidak kita pasti celaka di tangan orang itu." kata bardi menghela nafas lega.
"kita bukan tandingan orang itu, lebih baik ayo kita pulang dan melaporkan hal ini pada guru." kata jaka cepat.
"Ya. ayo.sebelum orang itu berubah pikiran." sahut bardi.
Mereka bertiga segera beranjak pergi dari tempat itu.
* * *
MALAM yang gelap tanpa bintang di langit karna tertutup awan hitam terasa sunyi sepi di desa wates. hujan gerimis turun rintik rintik membasahi bumi yang sesekali di terangi cahaya kilat. para penduduk desa malam ini tidak ada yang terliat di jalan utama desa karna mereka lebih memilih berdiam diri di dalam rumah dari pada keluar rumah karna hawa malam ini sangat dingin sampe menusuk tulang. tidur berselimut hangat lebih enak dari pada keluar rumah terkena hujan dan angin malam yang dingin.
Dari arah utara desa terliat sesosok hitam bergerak cepat menyelinap dari satu rumah ke rumah yang lain menuju selatan. gerakan sosok hitam itu sangat ringan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun karna dia bergerak dengan cara mengikuti irama suara hembusan angin sehingga suara gerakan tubuhnya tertelan oleh suara hembusan angin. sosok hitam terus bergerak cepat menuju ke satu rumah yang ada di selatan desa wates, begitu sampe di rumah yang dia tuju, dia segera berhati hati mendekati sebuah jendela yang berada di samping rumah tersebut. begitu tiba di dekat jendela rumah dia coba meliat ke dalam rumah dengan cara mengintip dari celah papan jendela, setelah itu dia mengambil sesuatu dari balik bajunya yaitu sebuah pipa kecil dari bambu. perlahan lahan dia menyelipkan pipa kecil itu ke celah papan jendela, dia meniup pipa kecil itu perlahan dan dari pipa itu keluar asap yang membuat ruangan di balik jendela jadi sedikit di penuhi asap. setelah agak cukup lama menunggu, sosok hitam itu membuka jendela yang sebelumnya dia buka dulu pengunci jendela dari luar. begitu jendela terbuka dia langsung melompot masuk melalui jendela. ternyata di dalam adalah sebuah kamar dimana di atas dipan terbaring sesosok tubuh yang tertidur sangat pulas. sosok tubuh di atas dipan adalah seorang gadis muda yang memiliki tubuh motok. tanpa banyak bicara apa apa sosok hitam tadi langsung menindih tubuh gadis di atas dipan lalu berbuat hina melepaskan nafsu kotornya. setelah puas sosok hitam itu pergi begitu saja dan menghilang di kegelapan malam.
PERGURUAN Ruyung kilat yang terletak di utara desa wates tepatnya di lereng bukit kecil terliat rame pagi jelang siang ini. puluhan murid berlatih giat di lapangan di pimpin oleh murid tertua ki pitono bernama winarso. ki pitono sendiri hanya meliat murid muridnya yang berlatih dari serambi rumahnya, dia tersenyum puas meliat murid muridnya yang tekun berlatih ilmu silat xang di ajarkannya. dari dalam rumah muncul gadis jelita yang langsung menghampiri ki pitono.
"Ayah." sapa gadis jelita itu lembut.
ki pitono menoleh meliat gadis yang baru muncul itu. "lestari." ucapnya kalem.
Gadis jelita yang memang lestari adanya duduk di dekat ayahnya.
"Lestari." ucap ki pitono menatap lestari putrinya dengan lembut. "Mulai hari ini kau jangan keluyuran lagi keluar dari sini. ayah tidak mau kau terjadi apa apa pada mu. kau mengerti?" ucapnya lembut penuh kasih sayang.
"Tapi ayah.." kata lestari ingin membantah.
"pendekar kipas pemetik bunga sudah muncul lagi di dunia persilatan. setiap kemunculannya pasti bertujuan tidak baik, ayah tidak mau kau celaka menjadi incarannya." kata ki pitono lembut.
"Maaf ayah. kata ayah pendekar kipas pemetik bunga bila mengincar mangsanya pasti menyelipkan tanda bunga mawar merah pada gadis yang di incarnya, dia tidak menyelipkan bunga merah pada ku dan dia bilang sendiri tidak berminat pada ku, bukankah itu berarti aku bukan gadis yang di incarnya dan berarti juga aku akan baik baik saja." kata lestari.
"kemarin kau termasuk beruntung putri ku karna dia tidak mengincar mu tapi entah esok, lusa atau kapan. dengan kau tetap berada disini kau akan aman dari gangguan si pendekar kipas pemetik bunga." kata ki pitono.
"tapi..." lestari tetap membantah.
"Lestar. kali ini dengarkanlah nasehat ayah. ini demi kebaikan mu juga." kata ki pitono dengan nada suara sedikit tegas.
Lestari tidak membantah lagi, dia menunduk berkata pelan. "baik, ayah."
ki pitono mengusap kepala putrinya penuh kasih sayang.
Dari arah pintu gerbang terliat seorang murid berlari lari kecil ke arah tempat ki pitono, begitu sampe di depan ki pitono murid itu membungkuk hormat. "Guru. ada seorang tamu jauh ingin bertemu guru." ucapnya.
"siapa?" tanya ki pitono.
"beliau bernama ki karta mijan." kata si murid.
"ki karta mijan?" kata ki pitono agak terkejut.
"hahaha. pitono, lama tidak bertemu gimana kabar mu?" seru suara tiba tiba dari arah pintu gerbang.
Tampak seorang pria paruh baya berbaju coklat dengan jubah luar warna hijau tua berjalan ke arah tempat ki pitono.
"hahaha. kakang karta. ada angin apa kakang jauh jauh datang dari barat ke tempat ku ini?" seru ki pitono terliat senang meliat orang yang datang.
"hahaha. tentu bukan angin kentut. hahaha." sahut orang tua yang baru datang.
"hahaha. kalo angin kentut tentu sudah aku sumbat pantat kakang pake balok kayu. hahaha." seru ki pitono tertawa lebar.
"hehehe. kalo kau sumbat pake balok kayu mana bisa aku buang hajat. hahaha." kata orang tua itu tertawa terpingkal pingkal.
"hahaha. kau masih saja sama seperti dulu, tidak berubah." kata ki pitono tertawa.
"Ekh. kau salah. mana mungkin tidak berubah, dulu aku masih muda gagah perkasa, tapi sekarang sudah tua bau tanah. hahaha." kata orang tua itu.
"hehehe. mari. mari. silakan duduk kakang." kata ki pitono tersenyum lalu menyilakan tamunya untuk duduk. "sungguh hati ku girang sekali kakang karta jauh jauh dari barat sudi datang ke tempat ku ini." ucapnya.
"hehehe. aku kebetulan hanya lewat di daerah ini, sekalian saja aku mampir mengunjungi sahabat lama." kata orang tua bernama ki karta mijan setelah duduk.
"Memang dari mana kakang sebenarnya?" tanya ki pitono ingin tahu.
"hmmm. seperti para pendekar yang lain, aku mengikuti turnamen pedang di puncak lawa." kata ki karta mijan.
"Owh. begitu." ucap ki pitono manggut manggut.
"kau sendiri kenapa tidak ikut di turnamen pedang itu?" tanya ki karta mijan.
"Akh. ilmu silat ku tidak seberapa hebat. mana berani aku mempermalukan diri sendiri mengikuti turnamen pedang itu, pastinya seluruh tokoh digdaya hadir di turnamen itu." kata ki pitono kalem.
"kau terlalu merendahkan diri mu pitono. aku tahu pasti seberapa besar ilmu silat mu. ilmu ruyung kilat membelah mega mu sangat luar biasa, aku mengakui itu." kata ki karta mijan.
"kau bisa saja. ilmu ruyung kilat pembelah mega tidak lebih hebat dari ilmu tangan kilat pelebur karang mu." kata ki pitono merendah.
"hahaha." tawa ki karta mijan lebar. "aku suka sekali dengan sifat mu yang tidak kemaruk akan pujian. itulah ki pitono si ruyung kilat yang aku kenal dari dulu. hahaha." ucapnya.
ki piton tertawa kecil saja. "lalu gimana acara turnamen pedang itu?" tanyanya.
"hmmm." gumam ki karta mijan mengelus elus dagunya.t dia meliat sejenak ke lestari dengan kening berkerut. "hmm. siapa gadis cantik ini? wajahnya mirip mendiang istri mu nyai karsih. apa dia putri mu?" tanyanya.
"ah. iya sampe lupa." kata ki pitono. dia lalu menyuruh lestari memberi hormat pada ki karta mijan. "lestari. beri hormat pada paman karta." ucapnya.
"baik ayah." kata lestari. dia lalu membungkuk hormat pada ki karta mijan. "salam hormat ku paman." ucapnya.
"hmm. ya ya." gumam ki karta mijan manggut manggut. "hmm. anak baik. kau cantik seperti mendiang ibu mu, paman yakin pasti banyak laki laki yang akan jatuh hati pada mu. hehe." ucapnya.
"paman bisa saja." kata lestari tersipu malu.
"hahaha. paman bicara jujur apa adanya. dahulu ibu mu juga secantik diri mu, banyak kaum laki laki yang jatuh hati pada dia tapi dari sekian banyak laki laki, hanya ayah mu saja yang berlabuh di hatinya. hehe." kata ki karta mijan.
"benarkah itu paman? kata ayah dulu ibu adalah seorang pendekar wanita yang hebat, apa itu benar paman?" tanya lestari terliat antusias.
"benar. dahulu ibu mu adalah seorang wanita tangguh dan hebat serta berilmu tinggi. dia berjuluk dewi selendang maut, sepak terjang ibu mu di dunia persilatan cukup di kagumi kawan maupun lawan. ayah mu saja tidak mampu mengalahkan ibu mu. hehe." kata ki karta mijan.
"benarkah itu paman? wah. kalo begitu ibu sangat hebat dong." seru lestari girang.
"Ei. kakang karta. kau jangan cerita yang membuat aku malu di depan putri ku." hardik ki pitono.
"Ei. aku bicara apa adanya tanpa di tutup tutupi. memang benarkan kau tidak mampu mengalahkan nyai karsih. hehehe." kata ki karta tertawa terkekeh.
"Ayah kenapa musti malu. akui saja kalo ayah memang tidak mampu mengalahkan ibu. hik.hik." kata lestari tertawa geli. "kau ini." ucap ki pitono mengusap kepala lestari pelan. "kakang. gimana acara turnamen pedang itu? bisakah kau ceritakan pada ku." tanyanya menatap ki karta mijan.
"benar paman. aku juga ingin tahu cerita yang sebenarnya tentang turnamen pedang itu. beberapa hari ini aku sering mendengar desas desus dari para pendekar yang kebetulan lewat di desa wates, katanya pemenang turnamen pedang itu seorang pemuda hebat bergelar dewa tengah. apa itu benar paman?" seru lestari ingin tahu.
"hmmm." gumam ki karta mijan pelan. "kabar itu memang benar. pemenang di turnamen pedang itu seorang pemuda hebat yang ilmunya luar biasa tinggi." ucapnya.
"hmmm. aku dengar ilmu pemuda itu sangat unik dan aneh, ilmu 9 jalur neraka. bisakah kau ceritakan ilmu seperti apa itu?" kata ki pitono.
"itu ilmu totokan." kata ki karta mijan.
"ilmu totokan?" tanya ki pitono mengerutkan kening tanda tidak mengerti.
"Ya. ilmu 9 jalur neraka adalah ilmu totokan yang mengincar 9 titik jalan darah di tubuh kita. ilmu itu tidak di lakukan seperti lazimnya kita menotok jalan darah tapi ilmu di lakukan dengan cara hanya menepuk jalan darah saja." kata ki karta mijan.
"ilmu totokan yang mengincar 9 jalan darah di tubuh. ilmu jenis itu tidaklah aneh, lalu dimana ke unikannya? memang benar bila kita terkena totokan di titik jalan darah berbahaya bisa menyebabkan kematian tapi bila kita bisa melindungi titik titik jalan darah penting di tubuh kita bukankah ilmu itu akan sia sia?" tanya ki pitono heran.
"apa yang kau katakan memang tidak salah tapi tadi aku sudah bilang kalo ilmu itu di lakukan berbeda seperti kita menotok jalan darah. ilmu itu di lakukan dengan cara menepuk jalan darah saja bukan menotok." kata ki karta mijan.
"menepuk? apa maksut mu dengan menepuk saja? bukankah jika hanya menepuk tidak akan membuat efek apa apa pada jalan darah, aneh sekali." kata ki pitono heran.
"hmm. kau salah. meski hanya menepuk saja tapi hasilnya sangat luar biasa menakjubkan. bila ke 9 jalan darah terkena tepukan ilmu 9 jalur neraka maka sebatas yang aku tahu dari keterangan beberapa tokoh silat, urat nadi kita akan rusak dan putus serta yang paling parah adalah kematian dengan seluruh urat nadi putus namun yang paling ringan adalah lumpuh atau ilmu silat kita musnah." kata ki karta mijan.
"APA?!" seru ki pitono terkejut sekali. "sehebat itukah ilmu 9 jalur neraka itu?" tanyanya tidak percaya.
"Ya." angguk ki karta mijan. "hmmm. sulit di percaya ada ilmu seperti itu." gumam ki pitono pelan.
"paman. apa ada yang mampu mengalahkan ilmu itu?" tanya lestari.
"tidak. sejauh ini belum ada yang mampu mematahkan ilmu 9 jalur neraka." jawab ki karta mijan.
"kalo begitu orang itu memenangkan turnamen pedang hanya dengan ilmu 9 jalur neraka. aneh sekali." kata lestari heran.
"tentu tidak. dia mendapat gelar dewa tengah bukan karna hanya ilmu 9 jalur neraka tapi ada beberapa ilmu yang jauh lebih hebat yang dia miliki." kata ki karta mijan tertawa kecil.
"ilmu yang jauh lebih hebat? ilmu apa itu paman?" tanya lestari penasaran.
"selain ilmu 9 jalur neraka, dia juga memiliki ilmu silat lain yaitu ilmu pedang tarian naga langit yang sangat hebat. dewi naga ungu dan ketua partai bunga merah kalah dengan jurus pedang tarian naga langit itu. lalu ilmu pedang tangan dewa, si raja pedang dari selatan takluk oleh jurus itu. lalu jurus tangan dewa, pengemis sakti dari utara takluk oleh jurus tersebut dan yang terakhir adalah jurus sentilan jari dewa langit, darma wangsa alias datuk pulau ular yang sekarang bergelar datuk barat takluk oleh jurus itu. kalo damar soka si sesat dari timur takluk oleh ilmu 9 jalur neraka." kata ki karta mijan.
"Luar biasa. 4 tokoh terhebat jaman ini takluk di tangan satu orang pemuda yang tidak di kenal, ini sulit di percaya. luar biasa." gumam ki pitono kagum.
"kau pasti sulit percaya tapi itu kenyataan dan kau akan lebih tidak percaya lagi kalo semua ilmu itu di ciptakannya sendiri." kata ki karta mijan.
"APA?!" seru ki pitono kaget sekali. "semua ilmu itu di ciptakan sendiri? mustahil." serunya tidak percaya.
"haha. percaya tidak percaya tapi itu kenyataannya dan kau harus tahu dia tidak memiliki seorang guru jadi dia belajar ilmu silat sendiri tanpa di ajari seorang guru." kata ki karta mijan tertawa kecil.
ki pitono kaget sekali sampe ternganga karna tidak percaya cerita ki karta mijan. baginya apa yang di ceritakan ki karta mijan sulit di percaya dan siapapun juga tidak akan percaya.
"Paman. siapa sih nama orang itu?" tanya lestari merasa penasaran.
"Dia bernama panji. menurut keterangan ki renggo ketua partai pasir besi dia berasal dari aliran tapak suci." kata ki karta mijan.
"Aliran tapak suci? Aliran apa itu? aku baru dengar." tanya lestari dengan kening berkerut.
"hehe.jangankan kamu, aku saja juga baru tahu ada aliran itu." kata ki karta mijan terkekeh. "hmmm. aliran tapak suci. aliran silat apa itu? makin rame saja dunia persilatan dengan adanya aliran baru yang menggetarkan dunia persilatan." gumam ki pitono lirih. "kakang. aku penasaran dengan pemuda itu, seperti apa orangnya?" tanyanya.
"Pemuda itu masih muda sekali, mungkin usianya sekitar 20 tahunan." kata ki karta mijan.
"20 tahun?" seru ki pitono terkejut sekali.
"E-em. kenapa?" tanya ki karta mijan heran.
"Apa kau serius kakang? mana mungkin seorang pemuda umur 20 tahun mampu menciptakan ilmu silat luar biasa. kau tahu sendiri menciptakan sebuah ilmu silat bukan perkara mudah, butuh waktu yang tidak sebentar dalam menciptakan ilmu apa lagi sampe sempurna. ini mustahil dan tidak masuk akal." kata ki pitono tidak percaya.
"itulah yang aku tidak mengerti, bukan aku saja bahkan para tokoh silat yang lain juga berpikiran sama seperti itu." kata ki karta mijan.
"Pasti ada suatu rahasia di balik semua ini, aku tidak percaya ada seorang pemuda mampu menciptakan ilmu yang sangat luar biasa. mustahil sekali." kata ki pitono.
"Mungkin kau ada benarnya juga tapi asal kau tahu saja, saat ini para tokoh persilatan sedang berusaha gimana cara mengalahkan ilmu 9 jalur neraka. bagi semua orang ilmu 9 jalur neraka sangat menarik perhatian mereka." kata ki karta mijan.
"hm. mendengar cerita mu dan desas desus di dunia persilatan aku sependapat dengan semua orang. ilmu 9 jalur neraka memang cukup menarik karna ilmu itu unik dan lain dari ilmu yang ada sekarang. sayang aku belum meliat secara langsung seperti apa ilmu 9 jalur neraka tersebut, kalo sudah meliat tentu aku bisa punya gambaran gimana cara kerja ilmu itu lalu mencari cara mematahkan ilmu itu." kata ki pitono.
"bukan aku ingin merendahkan kemampuan mu ki pitono tapi sekalipun kau sudah meliat ilmu itu aku yakin kau akan tetap kesulitan mengetahui cara kerja ilmu itu, apa lagi mencari cara mematahkan ilmu tersebut." kata ki karta mijan.
"Paman tidak percaya akan kemampuan ayah ku?" tanya lestari dengan nada suara tidak suka mendengar ucapan ki karta mijan.
"hehehe. bukan begitu, ilmu ayah mu memang tinggi tapi aku bersangsi ayah mu mampu mematahkan ilmu 9 jalur neraka." kata ki karta mijan tersenyum lebar.
"huh. kata paman ilmu 9 jalur neraka adalah sejenis ilmu totokan, bukankah hanya dengan memindah mindah titik jalan darah di tubuh kita maka ilmu itu bisa dipatahkan. hm?" kata lestari dengan nada suara di tekan. "hahaha." tawa ki karta mijan terbahak bahak mendengar ucapan lestari dan ki pitonopun juga ikut tertawa kecil.
"Lestari. kau masih terlalu hijau dalam dunia persilatan. hehehe." ucap ki pitono seraya mengusap kepala lestari.
"kenapa kalian tertawa? apa ada yang salah dalam ucapan ku?" tanya lestari bingung.
"hahaha." tawa ki karta mijan makin lebar.
"Lestari. tidak ada yang salah dalam ucapan mu, tapi sudahlah tidak usah di bahas lagi. ngomong ngomong dimana jaka dan bardi? kenapa dari tadi ayah tidak meliat mereka?" tanya ki pitono pada lestari.
"Tau. kemana mereka. lestari juga tidak meliat mereka dari tadi pagi tadi." jawab lestari angkat bahu.
"bukankah mereka berdua slalu mengikuti mu, kenapa kau bisa tidak tahu kemana mereka?" tanya ki pitono.
"tau ah. aku kesal sama mereka berdua, tiap hari ribut melulu." kata lestari dengan suara kesal.
"hahaha." tawa ki pitono pelan. "mereka berdua slalu ribut juga karna kamu. hehehe." kata ki pitono menggoda putrinya.
"Ayah." rungut lestari manyun.
"hahaha. ya sudah kau masuk saja sana. ayah masih ingin ngobrol sama paman karta." kata ki pitono menyuruh lestari masuk rumah.
"baik ayah." kata lestari segera beranjak masuk rumah.
"pitono. putri mu persis sekali sama mendiang istri mu, tapi ngomong omong dimana anggini putri pertama mu? kenapa aku tidak meliat dia? apa dia lagi keluar?" kata ki karta mijan bertanya.
ki pitono tidak segera menjawab pertanyaan ki karta mijan, dia terdiam untuk beberapa lama seperti tengah termenung.
"Ada apa?" tanya ki karta mijan heran meliat perubahan wajah ki pitono.
"hmm." ki pitono menghela nafas panjang. "sejak mendiang istri ku pergi, aku tidak bertemu lagi sama anggini. seperti yang kau ketahui, nyai wurning guru mendiang istri ku membawa pergi anggini sekitar 8 tahun yang lalu. aku tidak tahu kemana nyai wurning membawa pergi anggini, aku sudah mendatangi ke tempat kediamannya di kaki gunung tangkupan prahu tapi nyai wurning tidak ada disana, kabarnya dia sudah lama tidak berdiam lagi disana. lalu aku coba berkelana kesana kemari mencari jejak putri ku anggini namun sedikitpun aku tidak berhasil mendengar kabar berita tentang keberadaan nyai wurning. karna putus asa akhirnya aku memutuskan tidak berkelana lagi di dunia persilatan dan aku mendirikan perguruan ruyung kilat di desa wates ini sambil mengurusi lestari dan mendidik dia." ucapnya bercerita.
"hmm. begitu." gumam ki karta mijan. "jadi sampe sekarang kau belum mengetahui dimana putri mu anggini berada?" tanyanya.
"hmm." gumam ki pitono pelan menggelengkan kepala.
"hmmm. mudah mudahan saja suatu saat nyai wurning lunak hatinya dan membiarkan putri mu bertemu dengan mu." kata ki karta mijan kalem.
"Yach. mudah mudahan saja." ucap ki pitono pelan.
Seorang murid tidak lama berlari lari ke tempat ki pitono berada.
"Guru. kepala desa wates hendak bertemu guru." ucap murid itu memberi tahu.
"suruh masuk." kata ki pitono memerintah muridnya.
"baik." sahut si murid buru buru berlari ke arah pintu gerbang.
Tak lama dari gerbang muncul dua orang yang berjalan ke tempat ki pitono.
"ki jumiran. mari silakan duduk." kata ki pitono mempersilakan tamunya duduk.
"terima kasih ki." kata ki jumiran segera duduk setelah menyoja pada ki pitono dan ki karta mijan.
"Ada urusan penting apakah ki jumiran sampe datang sendiri ke tempat ku ini?" tanya ki pitono.
"begini ki pitono. maksut ku datang kesini hendak memberi tahu kabar yang tidak enak lagi. salah seorang gadis desa ku lagi lagi mengalami kejadian yang sama seperti tiga gadis yang kemarin." kata ki jumiran.
"APA?!" ucap ki pitono terkejut.
"Tadi pagi marni putri ki karmin tiba tiba seperti orang tidak waras, dia jerit jerit dan ngamuk ngamuk. ki karmin datang ke rumah ku memberi tahu tentang kejadian yang menimpa putrinya itu." kata ki jumiran.
"hmmm. ini aneh sekali. tidak ada angin tidak hujan tapi kenapa bisa muncul kejadian yang aneh seperti itu." gumam ki pitono lirih seraya mengelus elus dagunya. "hmm. apakah ada keanehan lain pada marni ki?" tanyanya.
"Emm. entahlah, menurut ku tidak ada keanehan apa apa pada marni tapi kata ki karmin sebelum marin mengamuk dia meliat marni memegang bunga mawar merah." kata ki jumiran.
"bunga mawar merah?" tanya ki pitono agak terkejut. "apa benar bunga mawar merah?" tanyanya cepat.
"Ya ki." kata ki jumiran mengangguk cepat. "memang ada apa ki?" tanyanya heran.
ki pitono terdiam untuk beberapa lama. dia seperti merenung sesuatu yang menurutnya tidak di duganya. dia mengetahui kalo bunga mawar merah adalah tanda yang di tinggalkan oleh pendekar kipas pemetik bunga dalam mengincar korbannya, tapi dia masih ragu ragu apakah itu bunga mawar merah yang di tinggalkan pendekar kipas pemetik bunga atau hanya kebetulan saja marni memegang bunga mawar merah. dia tidak dapat memastikan hal tersebut. "ki jumiran. aku ingin tahu gimana keadaan warti yang kau bawa ke tabib gambir rekso? apakah ada sesuatu yang dia sampekan pada mu?" tanyanya.
"hmmm. warti saat ini sudah jauh lebih baik keadaannya ki. kata ki gambir rekso, warti terkena racun jahat sejenis candu yang bisa membuat orang hilang akal sehatnya dan kata dia ada seseorang yang berniat buruk pada para gadis di desa wates, aku di suruh berhati hati. begitu kata dia." jawab ki jumiran memberi tahu.
"Racun sejenis candu? racun jenis itu memang bisa membuat orang kehilangan akal sehatnya. jika ki gambir rekso berkata seperti itu maka benar ada seseorang yang hendak membuat mala petaka di desa wates ini. kau harus mulai memberi tahu pada para warga agar berhati hati terutama warga yang memiliki anak gadis." kata ki pitono.
"aku pasti akan memberi tahu pada semua warga ki. lalu gimana dengan mu sendiri ki?" kata ki jumiran lalu bertanya.
"hmmm. terus terang aku agak curiga pada seseorang tapi aku belum berani memastikan kebenaran dugaan ku itu. aku akan mencari tahu tentang dugaan ku itu, mudah mudahan bukan dia orang ada di balik mala petaka di desa ini." kata ki pitono kalem.
"siapa orang yang ki pitono curigai?" tanya ki jumiran.
"aku belum berani memberi tahu mu, nanti kalo sudah jelas akan aku beri tahu. sekarang yang penting kau harus membuat pengamanan ketat di desa ini. terutama para gadis karna aku yakin mereka yang di incar oleh orang itu." ucap ki pitono.
"baik. aku mengerti." kata ki jumiran mengangguk.
"aku akan menyuruh beberapa murid ku membantu mu." kata ki pitono.
"terima kasih ki. kalo begitu aku mohon pamit." kata ki jumiran segera berdiri menyoja lalu melangkah pergi.
JALAN Besar yang menuju ke desa wates sore hari ini terliat dua orang pria berjalan santai menuju ke arah desa wates. dua pria itu yang satu seorang pemuda dan yang satu lagi seorang pria paruh baya. mereka berdua tidak lain adalah darma wangsa dan panji alias antoch.
"Dewa tengik. kenapa tidak lewat jalan ke arah kanan tadi malah ke arah desa wates, apa ada sesuatu yang hendak kau lakukan?" tanya darma wangsa.
"tidak ada." jawab antoch pendek.
"tidak ada? lalu mau apa kita ke arah desa wates?" tanya darma wangsa heran.
Antoch tidak menjawab pertanyaan darma wangsa, dia hanya tersenyum saja terus berjalan ke arah desa wates yang sudah hampir sampe, namun dia tiba tiba berhenti berjalan karna mendengar suara ribut ribut dari arah sebuah tempat yang berada di sebelah kanan.
"suara orang bertarung. siapa yang bertarung? ayo kita liat !" kata darma wangsa cepat juga mendengar suara ribut ribut itu.
"Em." antoch mengangguk lalu bersama darma wangsa segera melesat ke arah suara ribut ribut tadi.
Tampak di tanah lapang ada dua orang pemuda bertarung mengeroyok seorang pria dewasa berbaju biru tua dengan jubah luar warna merah darah. meski di keroyok dua orang tapi pria berjubah merah tidak jatuh di bawah angin, malah dua pemuda yang mengeroyok seperti di buat permainan oleh pria jubah merah tersebut.
Antoch dan darma wangsa meliat pertarungan itu dari jarak jauh, mereka hanya diam saja di tempat mereka tidak membantu salah satu dari tiga orang yang bertarung itu karna tidak kenal siapa tiga orang tersebut.
"Jurus orang berjubah merah itu lumayan juga. liatlah dua orang lawannya hanya sanggup bertahan saja tidak sanggup balas menyerang. paling lama lima jurus lagi dua pemuda itu akan kalah." kata darma wangsa mengomentari pertarungan itu.
"bukan jurus orang berjubah merah yang hebat tapi dua pemuda itu yang memang rendah ilmu silatnya. sepertinya dua pemuda itu hanya dua orang gentong nasi saja, padahal aku liat jurus jurus mereka bukan jurus rendahan tapi sayang mereka tidak mendalami ilmu silat mereka dengan baik." kata antoch.
"kau tidak salah, memang dua pemuda itu masih dangkal ilmu silatnya tapi aku kurang setuju jika jurus yang mereka mainkan adalah jurus kelas tinggi. kau liat saja jurus jurus itu banyak cacatnya." kata darma wangsa.
"huhuh." antoch tertawa di hidung. "sudah ku bilang jangan meliat berdasar kemampuan dua pemuda itu tapi coba kau perhatikan baik baik setiap jurus yang di mainkan mereka lalu coba kau bayangkan gimana jika jurus mereka kau mainkan dengan kecepatan tinggi, kau pasti akan sadar akan kehebatan jurus mereka." ucapnya menerangkan.
Darma wangsa mengerutkan kening dengan keterangan antoch, dia coba memperhatikan baik baik setiap jurus yang di mainkan dua pemuda yang bertarung mengeroyok pria jubah merah lalu membayangkan dalam pikiran jika jurus jurus itu di mainkan dengan kecepatan tinggi. dia tiba tiba tersentak mendusin lalu menatap antoch seolah tidak percaya dengan apa yang dia bayangkan baru saja. "ini tidak mungkin. hebat !" serunya.
Antoch hanya tersenyum simpul saja meliat kekagetan darma wangsa.
"Gimana kau bisa tahu sejauh itu? aku sendiri tidak berpikir sampe sejauh itu." ucap darma wangsa menatap antoch heran.
"Yach. selama kau berpikir jika kehebatan ilmu silat hanya berdasarkan tinggi rendahnya tenaga dalam maka kau tidak akan pernah tau jika ilmu silat bukan hanya melulu soal tenaga dalam tapi jurus tanpa tenaga dalampun mampu mengalahkan ilmu bertenaga dalam tinggi." kata antoch acuh tak acuh.
"hmmm." gumam darma wangsa manggut manggut. "hehe. tidak salah jika kau menjadi pemenang dalam turnamen pedang, aku sekarang benar benar mengakui kehebatan mu." ucapnya tertawa kecil.
"Sudahlah. ayo kita pergi !" ajak antoch seraya beranjak pergi dari tempat itu.
"Ekh. kau tidak mau meliat pertarungan itu lagi? tanggung kalo di tinggal." tanya darma wangsa.
"kalo kau mau meliat silakan saja, aku mau pergi !" kata antoch terus berjalan pergi.
"Haihz. dasar dewa tengik." gerutu darma wangsa menghela nafas panjang lalu menyusul antoch pergi.
Mereka berdua berjalan tanpa bicara lagi, tidak lama mereka tiba di perbatasan desa wates lalu mereka mencari rumah makan guna melepas rasa lapar dan dahaga. mereka memilih rumah makan yang tidak begitu rame orangnya dan memilih duduk di kursi yang berada di pojok ruangan.
"Eh. dewa tengik. terus terang aku masih heran dan bingung, jika aku perhatikan baik baik jurus dua pemuda tadi jika dimainkan secara cepat itu seperti bukan jurus pedang, kira kira jurus apa itu menurut mu?" tanya darma wangsa setelah duduk di kursi.
"hmmm." gumam antoch menatap darma wangsa. "berapa senjata yang mahir kau mainkan?" tanyanya.
"Engg. aku biasa menggunakan tongkat tapi aku juga bisa memake pedang dan golok. memang kenapa?" jawab darma wangsa bertanya.
"Apa kau bisa menggunakan senjata ruyung?" tanya antoch.
"Ruyung?" kata darma wangsa mengerutkan kening. "Fmmp. tidak." jawabnya menggelengkan kepala.
"kalo kau ingin tahu, itu adalah jurus ruyung yang di pake dua pemuda tadi." kata antoch memberi tahu.
"Jurus ruyung?" tanya darma wangsa ingin menegaskan.
"Ya." kata antoch mengangguk.
"Owh. begitu." gumam darma wangsa manggut manggut. "jadi itu jurus ruyung, pantas gerakan jurus dua pemuda tadi aneh dan unik, ternyata mereka memake jurus ruyung yang di ubah menjadi jurus pedang." ucapnya pelan.
Antoch hanya tersenyum simpul saja meliat darma wangsa. dia lalu memanggil pelayan dan memesan makan dan minum.
"tidak usah di bahas lagi soal dua pemuda tadi yang bertarung melawan pria berjubah merah, tidak ada untungnya buat kita, mending kita makan saja dan minum aku sudah kelaparan." kata antoch.
"tidak. menurut ku jurus dua pemuda tadi membuat ku jadi punya bahan untuk membuat jurus baru yang hebat. aku jadi semakin sadar tentang ilmu silat bahwa tidak melulu soal tenaga dalam. kau liat saja suatu saat aku pasti akan berhasil menciptakan ilmu silat yang tidak kalah hebat dengan ilmu silat mu. hehehe." kata darma wangsa cepat lalu tertawa penuh arti.
Antoch hanya mengangkat bahu saja tidak menggubris ucapan darma wangsa. "Yach. terserah kau sajalah." ucapnya acuh tak acuh.
Darma wangsa tertawa pendek saja.
Tidak lama ada dua tiga orang masuk ke dalam rumah makan, dua pria dewasa dan seorang wanita yang duduk di kursi tepat di dekat darma wangsa dan antoch berada.
"Tidak di duga dunia persilatan sekarang telah lahir pendekar hebat yang bergelar dewa tengah, ini melengkapi empat tokoh sakti yang ada meski iblis dari barat akhirnya takluk di tangan datuk pulau ular dan sekarang kedudukan barat di miliki oleh datuk pulau ular. kini datuk pulau ular berganti gelar menjadi datuk barat." kata pria dewasa berbaju coklat. orang ini bernama kuwu dan dua orang temannya bernama ladung dan pramesti.
"benar. sesat timur, pengemis utara, raja selatang, datuk barat dan dewa tengah. lima tokoh terhebat jaman ini. tapi yang menarik perhatian semua tokoh pendekar persilatan adalah si dewa tengah dengan ilmunya yang unik dan aneh yaitu ilmu 9 jalur neraka." sahut ladung cepat.
"Ya. ilmu 9 jalur neraka. konon ilmu itu sejenis ilmu totokan yang sangat unik sekali, berbeda dengan ilmu totokan seperti yang kita ketahui. ilmu seperti apa itu sayang kita tidak meliat ilmu itu secara langsung jadi kita tidak tahu gimana cara kerja ilmu tersebut." kata kuwu.
"memang kalo kau meliat secara langsung lantas kau mau apa?" tanya ladung.
"Yach. paling tidak kita bisa tahu seperti apa ilmu itu." kata kuwu.
"Owh. aku kira kau hendak mencoba melawan ilmu 9 jalur neraka tersebut." kata ladung datar.
"haihz. aku tidak sejumawa itu berani menantang ilmu yang sesat timur saja tidak bisa mengalahkan ilmu tersebut." dengus kuwu di hidung.
"aku kira kau sudah merasa hebat hendak menguji ilmu 9 jalur neraka." kata ladung.
"tentu tidak." kata kuwu. "saat ini mungkin tidak ada seorang pendekar yang mampu mengalahkan dewa tengah, huhuh. aku tidak sebodoh itu berani melawan dewa tengah." ucapnya.
Antoch dan darma wangsa saling pandang dan bersama sama tertawa kecil mendengar obrolan itu.
"hahaha." tiba tiba terdengar suara tertawa keras dari sudut ruangan di meja sebelah timur, dimana di situ terliat seorang pria berbaju hijau tua duduk bersandar dengan sikap angkuh. "Dewa tengah. huh. gelar apa itu? hanya orang tolol saja yang menganggap dewa tengah pendekar hebat. hahaha." ucapnya angkuh sekali.
seketika kuwu dan ladung serta pramesti menoleh ke arah pria baju hijau tersebut.
"Jalak ijo !?" seru mereka terkejut mengenali pria baju hijau tersebut.
"hahaha." pria baju hijau yang di panggil jalak ijo tertawa lebar karna tiga orang yang baru datang tadi mengenali dirinya.
"Jalak ijo ! apa maksut ucapan mu tadi?" seru kuwu langsung berdiri menatap jalak ijo tajam.
"hehehe. selain tolol ternyata kau juga bodoh, anak kecil saja tahu apa ucapan ku tadi. hahaha." kata jalak ijo mengejek.
Kuwu langsung menggembung rahangnya di ejek oleh jalak ijo. "bangsat! kau menghina ku. hah!? jadi kau ingin mengajak ku bertarung, jalak ijo !" bentaknya keras karna gusar.
"hahaha." jalak ijo tertawa meliat kuwu yang gusar.
kuwu langsung mengibaskan tangannya melemparkan gelas di atas meja ke arah jalak ijo.
"hupz!" jalak ijo sigap sekali menangkap gelas yang di lempar kuwu.
Padahal kuwu melempar gelas di iringi tenaga dalam tinggi tapi jalak ijo mudah sekali menangkap gelas itu tanpa cidera, ini menunjukkan bahwa tenaga dalam jalak ijo masih di atas kuwu.
"hahaha. tenaga dalam yang bagus. haha." tawa jalak ijo dengan nada suara mengejek kuwu.
Kuwu semakin gusar di ejek jalak ijo, dia tiba tiba melempar gelas lagi dengan tenaga dalam jauh lebih besar ke arah jalak ijo.
"hupz!" Jalak ijo tidak mau ayal menangkap gelas bertenaga dalam tinggi dari kuwu, dia balas melempar gelas yang ia pegang menyambut gelas dari kuwu.
Wutz...Blaarr !
Dua gelas yang di isi tenaga dalam saling beradu di udara membuat suara ledakan cukup kuat karna dua tenaga dalam yang beradu melalui dua gelas tersebut.
"hahaha." tawa jalak ijo lebar tetap duduk tenang di tempatnya.
sementara kuwu terliat sudah pucat wajahnya seperti kehilangan darah akibat beradu tenaga dalam tadi, dia tidak lama muntah darah tanda terluka dalam cukup parah.
"Kuwu?!" seru ladung dan pramesti kaget meliat kuwu muntah darah.
"hahaha. hanya punya ilmu sedangkal comberan saja berani berlagak di depan ku. huhuh." kata jalak ijo dingin.
"bangsat ! Jalak ijo. aku mengadu jiwa dengan mu. hyeaat !" teriak ladung langsung menerjang jalak ijo karna gusar meliat temannya di lukai jalak ijo.
"hahaha. satu lagi tikus minta di gebuk. hupz !" kata jalak ijo memandang remeh ladung.
Jalak ijo menahan serangan ladung tanpa bergerak dari duduknya, dia tenang sekali meladeni setiap serangan dari ladung padahal serangan dari ladung cukup cepat dan berbahaya tapi tenang sekali jalak ijo slalu bisa menahan serangan itu.
pramesti yang meliat ladung di permainkan jalak ijo tidak dapat tinggal diam, dia maju ikut menyerang jalak ijo maka mau tidak mau jalak ijo harus melompat menghindari serangan dari pramesti. di dalam rumah makan seketika terjadi pertarungan dua orang melawan jalak ijo. orang orang yang semula berada di dalam rumah makan untuk makan buru buru menjauh keluar dari rumah makan agar tidak terkena imbas dari pertarungan tersebut. hanya darma wangsa dan antoch saja yang tetap tenang duduk di tempatnya tanpa merasa terganggu pertarungan tersebut. rumah makan tersebut jadi berantakan akibat pertarungan itu dan tiba tiba ada benda nyasar ke arah antoch dan darma wangsa, benda itu adalah pecahan kursi yang di lempar jalak ijo ke arah ladung namun berhasil di hindari ladung, akibatnya malah nyasar ke arah darma wangsa dan antoch. tanpa menoleh sedikitpun tiba tiba darma wangsa mengibaskan tangan kirinya ke arah pecahan kursi yang melayang ke arahnya.
Braakkk !
Pecahan kursi itu hancur berkeping keping di udara terkena angin dari kibasan tangan kiri darma wangsa, angin kibasan itu tidak berhenti sampe di situ saja tapi angin itu menghantam tiga orang yang sedang bertarung dan seketika ketiga orang itu jadi terhempas namun tidak mengalami cidera apa apa karna darma wangsa tidak berniat jahat pada mereka.
"kurang ajar ! siapa yang berani ikut campur urusan ku?" bentak jalak ijo keras berdiri menatap ke sekitar.
Pramesti dan Ladung berdiri meliat ke arah darma wangsa dan antoch karna mereka tahu dari mana arah hempasan angin tadi.
"siapa yang tadi menghempaskan kami? keluarlah, jangan hanya bersembunyi seperti cecurut. ayo keluar !" teriak jalak ijo keras.
"hehehe." tawa darma wangsa tanpa menoleh ke arah jalak ijo. dia tetap duduk tenang di tempatnya. "ini bukan tempat untuk mengadu ilmu silat, kalo kalian hendak bertarung harap cari tempat lain, jangan disini. mengganggu kenikmatan makanku saja." ucapnya.
"huh. rupanya kau yang telah berani ikut campur urusan ku. siapa kau? kenapa ikut campur urusan ku?" seru jalak ijo menatap tajam darma wangsa.
"hehehe. aku tidak ikut campur urusan mu jalak tahi kebo. aku tidak suka kalian bertarung di tempat ini, mengganggu aku makan saja." kata darma wangsa tetap duduk tenang di tempatnya.
Jalak ijo jadi merah padam mukanya di katai jalak tahi kebo oleh darma wangsa. jelas itu membuat dia jadi naik pitam karna itu saja menghina namanya.
"hmpff." antoch menutup mulutnya karna menahan tawa mendengar darma wangsa memanggil jalak ijo dengan jalak tahi kebo.
Beberapa orang yang mendengar juga menahan ketawa karna geli oleh ucapan darma wangsa.
"bangsat. aku robek mulut mu setan alas. hyeaat !" teriak jalak ijo gusar langsung menerjang ke arah darma wangsa.
"hehehe." darma wangsa tertawa dahulu sebelum bergerak menahan serangan maut jalok ijo. dia melompat keluar rumah makan karna tidak mau bertarung di dalam rumah makan yang bisa membuat rumah makan jadi semakin berantakan.
"Jangan lari kau bangsat !" teriak jalak ijo keras langsung mengejar darma wangsa keluar.
"hahaha. aku tidak kabur jalak tahi kebo." kata darma wangsa berdiri tenang di luar rumah makan. "ayo majulah jalak tahi kebo. aku mau liat gimana kemampuan mu yang memandang remeh dewa tengah. hehe." ucapnya tertawa pendek.
"hyeaat !" teriak jalak ijo melesat cepat menerjang darma wangsa dengan jurus jurus mautnya.
"hupz." darma wangsa tenang saja mengelak dan menahan setiap serangan jalak ijo.
Semua orang meliat dua orang yang bertarung itu dari jarak cukup jauh agar tidak terkena imbas dari pertarungan tersebut. tidak lama datang beberapa orang meliat pertarungan itu, mereka adalah ki jumiran, ki pitono dan beberap muridnya.
"apa yang terjadi disini?" tanya ki jumiran pada salah seorang warga yang juga menonton pertarungan.
"Anu ki. itu.. itu.. tadi ada dua orang bertarung mengeroyok orang baju hijau di dalam rumah makan. karna merasa terganggu, orang berjubah hijau tua melerai pertarungan dan menyuruh untuk bertarung di luar saja tapi orang baju hijau malah menyerang orang berjubah hijau tua. mereka akhirnya bertarung di luar rumah makan. begitu ki." kata orang yang di tanya memberi tahu.
"owh. begitu." gumam ki jumiran pelan. "ki pitono. siapa dua orang itu? apa kau kenal mereka?" tanyanya pada ki pitono. "hmmm. orang baju hijau itu adalah jalak ijo. aku pernah bertarung dengan dia dan ilmu silatnya tidak bisa di anggap remeh terutama ilmu pukulan pelebur baja yang di milikinya." kata ki pitono.
"Jalak ijo?!" kata ki jumiran terkejut. "Jalak ijo. bukankah dia tokoh sesat yang berasal dari segara anakan? mau apa dia sampe ke sini?" tanyanya heran.
"mungkin dia hanya kebetulan lewat saja tempat ini saja." kata ki pitono menduga duga.
"owh. begitu." gumam ki jumiran. "lalu siapa orang berjubah hijau itu? aku pernah bertemu dia sewaktu di pondok ki gambir rekso." tanyanya.
"Entahlah. aku baru pertama ini meliatnya. hmm. ilmu silatnya cukup hebat mampu meladeni jalak ijo." kata ki pitono.
"dialah yang bergelar datuk barat." kata suara dari belakang ki pitono dan ki jumiran.
"kakang karta?" seru ki pitono mengenali orang yang baru saja datang.
"ki karta." sapa ki jumiran.
"Dialah darma wangsa alias datuk barat. salah satu tokoh dari lima tokoh terhebat dunia persilatan." kata ki karta mijan.
"hmm. jadi dia orang yang bergelar datuk barat." gumam ki pitono.
"dia tidak serius bertarung dengan pria baju hijau itu, dia cuma main main saja. jika dia serius maka pria baju hijau itu sudah sejak awal dengan mudah di robohkannya." kata ki karta mijan.
"tapi kakang. jalak ijo memiliki ilmu yang tidak rendah, aku pernah bertarung melawan dia dan ilmunya sangat tinggi." kata ki pitono kurang percaya.
"Coba kau liat baik baik pertarungan itu, jalak ijo mati matian menyerang datuk barat tapi tidak sedikitpun bisa menyentuh datuk barat malah datuk barat terliat ogah ogahan meladeni serangan jalak ijo. kemampuan ilmu silat mereka terlampau beda jauh, kau bisa menilai sendiri." kata ki karta mijan.
ki pitono meliat dengan serius pertarungan antara jalak ijo dengan datuk barat. benar juga apa yang di katakan ki karta mijan, jalak ijo sudah bertarung mati matian tapi datuk barat malah enak enakan meladeni seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.
"Datuk gila. ayo pergi. tidak ada gunanya kau main main dengan orang tidak berguna itu." seru suara tiba tiba dari arah pintu rumah makan yaitu antoch.
"Dewa tengik. tunggu sebentar, aku lagi asik bermain main. hehehe." sahut darma wangsa tertawa tawa.
"huh. terserah kau saja. aku pergi dulu !" seru antoch melesat pergi dan dalam sekejap sudah tidak terliat lagi.
"Dewa tengik. tunggu aku !" seru darma wangsa mau tidak mau melesat pergi menyusul antoch yang telah melesat pergi.
"Hei. jangan kabur kau !" teriak jalak ijo langsung melesat mengejar darma wangsa.
"Ekh. itu?!" seru ki karta mijan terkejut meliat antoch.
"kakang. ada apa?" tanya ki pitono heran meliat karta mijan yang tiba tiba seperti orang kaget.
"Dewa tengah." kata ki karta mijan tertahan.
"Dewa tengah? mana?" seru ki pitono terkejut langsung meliat ke sekitar tempat itu.
"Pemuda yang melesat pergi tadi, dia adalah panji si dewa tengah." kata ki karta mijan memberi tahu.
"APA?!" seru ki pitono kaget. "pemuda jubah biru tadi adalah dewa tengah? benarkah?" tanyanya tidak percaya.
"Ya. pemuda tadi adalah panji si dewa tengah. mau apa dia dan datuk barat ke desa ini?" kata ki karta mijan heran.
"hmmm. jadi dia yang menjadi juara dalam turnamen pedang puncak lawu kemarin." gumam ki pitono lirih.
"ki karta. kau kenal pemuda tadi?" tanya ki jumiran.
"Ya. dia adalah panji si dewa tengah. orang yang saat ini di akui sebagai pendekar nomer satu di dunia persilatan sekaligus ketua dunia persalatan jaman ini." kata ki karta mijan memberi tahu.
"benarkah itu ki? pemuda itu adalah orang yang bergelar dewa tengah?" tanya ki jumiran terkejut.
"Ya." jawab ki karta mijan mengangguk.
"hmm. jadi orang itu yang menjadi pemenang dalam turnamen pedang puncak lawu. tidak di sangka usianya masih sangat muda tapi mampu menjadi pemenang di dalam turnamen pedang itu. hebat." puji ki jumiran pelan.
MALAM ini antoch dan darma wangsa terpaksa bermalam di rumah salah satu warga karna tidak ada penginapan di desa wates. mereka berada di rumah warga yang bernama ki sapto dan mereka di terima dengan baik oleh keluarga ki sapto.
"terima kasih ki telah sudi menerima kami bermalam di rumah aki. kalo tidak tentu kami akan bermalam di hutan." kata antoch sopan setelah duduk di atas tikar.
"sama sama. tempat ku terbuka bagi siapa saja, kami juga senang bisa membantu kalian berdua tapi yah beginilah tempat kami. sangat sederhana." kata ki sapto tersenyum ramah.
"tidak apa apa ki. ini malah lebih dari yang kami harapkan." kata antoch kalem.
"haha. sukurlah jika kalian senang." kata ki sapto tertawa. "oya. siapa nama tuan tuan dan dari mana asal kalian?" tanyanya.
"Jangan panggil kami tuan, kami hanya orang bisa saja sama seperti ki sapto. aku panji dan ini teman ku darma wangsa. kami berasal dari tempat yang jauh dan hendak menuju barat." kata antoch memberi tahu. "owh begitu." gumam ki sapto manggut manggut.
Tak lama dari belakang muncul dua orang wanita yaitu istri dan anak ki sapto membawa tiga gelas berisi teh hangat dan makana.
"silakan tuan di minum teh hangatnya dan ini makanan ala kadarnya. maaf jika hanya ini saja yang bisa kami sediakan untuk kalian." kata istri ki sapto ramah.
"terima kasih nyi. maaf sudah merepotkan kalian." kata antoch.
"haha. tidak repot kok." kata ki sapto tertawa kecil. "kenalkan, ini istri ku dan ini putri ku namanya tantri. kami masih punya anak laki laki kakak tantri, dia sekarang belajar ilmu silat di perguruan ruyung kilat pimpinan guru ki pitono." ucapnya memperkenalan istri dan putrinya.
Darma wangsa dan antoch mengangguk memberi salam pada istri dan anak ki sapto.
"kakak. apa kau bisa ilmu silat?" tanya tantri menatap antoch.
Antoch hanya tersenyum lembut menatap tantri.
"tantri. yang sopan pada tamu kita." hardik ki sapto menegur tantri. "maaf nak panji. putri ku ini slalu begitu, dia sangat gemar ilmu silat tapi aku tidak mengijinkan dia belajar silat. maaf jika dia bersikap tidak sopan pada nak panji." ucapnya pada antoch.
"tidak apa apa ki." kata antoch tersenyum. dia menatap tantri lembut. "hmmm. aku hanya orang biasa cuma mengerti sedikit ilmu silat." ucapnya kalem.
"kakak bohong. aku yakin kakak pasti pendekar hebat." seru tantri cepat.
"hahaha. kenapa kau bisa yakin?" tanya antoch tertawa kecil.
"tadi aku meliat paman ini bertarung di depan rumah makan ki gondo, aku juga tadi mendengar percakapan ki jumiran, ki pitono dan seorang paman tua. paman tua itu mengatakan kalo kalian adalah salah satu dari lima pendekar hebat dunia persilatan. paman ini bergelar datuk barat dan kakak bergelar dewa tengah. benarkan?" kata tantri terliat bersemangat.
"hahaha. kau mungkin salah dengar. kami bukan pendekar hebat, kami cuma orang biasa yang tidak memiliki kemampuan apa apa." kata antoch tertawa lebar.
"tidak. aku tidak salah dengar." seru tantri tegas.
"hahaha. dewa tengik. kali ini kau tidak bisa mengelak lagi." tawa darma wangsa.
"nak panji. benarkah apa yang di katakan tantri?" tanya ki sapto menatap antoch serius.
"hmmm." gumam antoch. "karna adik tantri sudah mengetahui siapa kami maka kami tidak bisa mengelak lagi. memang benar apa yang adik tantri katakan." ucapnya kalem.
"hahaha. ini sungguh di luar dugaan kami, mimpi apa kami semalam rumah ku di datangi dua pendekar hebat yang sangat kesohor di dunia persilatan. kami sangat gembira sekali. hahaha." kata ki sapto tertawa girang.
"Maaf ki. kami hanya manusia biasa saja, harap jangan di besar besarkan. kami sesungguhnya merasa malu di bilang pendekar hebat karna pada dasarnya yang paling hebat adalah sang maha kuasa, DIA-lah setinggi tingginya kekuatan dari segala kekuatan. kita hanya insan lemah yang banyak kekurangan apa apa." kata antoch kalem merendah.
"hmmm." gumam ki sapto. "aku sangat kagum pada kalian. selain hebat ternyata kalian berjiwa mulia mau merendah. hahaha." ucapnya memuji.
"kakak. mau tidak mengajari ku ilmu silat?" seru tantri terliat bersemangat.
"tantri. jangan bersikap tidak sopan begitu." hardik ki sapto memarahi tantri.
Tantri hanya diam menekuk muka karna di tegur ayahnya.
"Adik tantri. kau suka belajar ilmu silat?" tanya antoch kalem.
"suka sekali. aku ingin sekali belajar ilmu silat tapi ayah tidak mengijinkan ku belajar ilmu silat." kata tantri cepat.
"memang kenapa ayah mu tidak mengijinkan mu belajar ilmu silat?" tanya antoch.
"kata ayah anak perumpuan buat apa belajar ilmu silat, nanti bisa membuat tangan kasar dan tidak ada laki laki yang mau pada ku." jawab tantri agak menggerutu.
"hmmm." gumam antoch agak tersenyum.
"benar nak panji. aku melarang tantri belajar ilmu karna aku tidak mau dia berubah jadi liar dan sombong, cukup kakaknya saja yang belajar ilmu silat." kata ki sapto kalem.
"owh. begitu." ucap antoch kalem. "apa yang di katakan ayah mu itu memang benar, sifat manusia biasanya jika merasa memiliki sedikit kemampuan saja sudah merasa paling hebat dan sombong. ayah mu sangat menyayangi mu, dia tidak ingin kamu berubah jadi orang yang sombong dan lupa pada jati diri mu." ucapnya kalem menatap tantri.
"tidak. aku tidak akan berubah." seru tantri tegas.
"kenapa kau yakin tidak akan berubah?" tanya antoch ingin tahu.
"karna aku belajar ilmu silat punya tujuan yaitu aku ingin melindungi ayah dan ibu dari orang jahat, dengan begitu aku bisa menunjukkan rasa bakti ku pada ayah dan ibu." kata tantri berapi api.
"hahaha." tawa darma wangsa mendengar alasan tantri. "ki sapto. putri mu punya tujuan yang sangat mulia. dia ingin melindungi kalian dan berbakti pada kalian. aku rasa tidak ada salahnya dia belajar ilmu silat." ucapnya.
Tantri terliat girang karna darma wangsa membela dirinya.
"Tapi aku tidak ingin dia setelah belajar ilmu silat malah membuat dia jadi jauh dari jodoh. mana ada laki laki yang berani mendekati dia jika sudah bisa ilmu silat?" kata ki sapto.
"hehehe. ki sapto, soal jodoh biarlah tergantung Yang di atas, justru jika dia belajar ilmu silat maka laki laki yang mendekatinya adalah seorang laki laki sejati dan bertanggung jawab. kalianpun bisa punya menantu yang punya ilmu silat mumpuni, apa kalian tidak senang mendapat menantu yang seperti itu?" kata darma wangsa.
"Ya tapi..." kata ki sapto ragu ragu.
"Sudahlah. tidak perlu banyak pertimbangan, ijinkan saja dia belajar ilmu silat. jangan ragu ragu." kata darma wangsa mendesak.
"Ayah. aku janji tidak akan mengecewakan ayah. aku mohon ijinkan tantri belajar ilmu silat. aku mohon." rengek tantri pada ayahnya.
ki sapto terdiam merenung sejenak. setelah berpikir penuh pertimbangan akhirnya dia mengalah juga mengijinkan tantri belajar ilmu silat. "hmm. baiklah. ayah mengijinkan mu." ucapnya.
"benarkah?" seru tantri girang sekali.
"tapi kau harus berjanji pada ayah, setelah belajar ilmu silat kau tidak boleh sombong. harus rendah hati." kata ki sapto serius.
"pasti. pasti ayah. tantri janji." seru tantri cepat. "terima kasih ayah." ucapnya langsung memeluk ayahnya erat.
"hmmm." gumam ki sapto sambil mengusap punggung putrinya penuh kasih sayang.
Tantri lalu buru buru berlutut di hadapan antoch memberi hormat selayaknya murid pada gurunya namun buru buru di cegah antoch.
"tantri. aku bersedia mengajari mu ilmu silat tapi aku tidak mau menjadi guru mu. usia kita tidak terlalu berbeda jauh, biarlah kau dan aku tetap seperti ini. anggap saja aku ini kakak mu dan kau ku anggap adik ku. apa setuju?" kata antoch.
"hmm. baiklah. guru atau kakak sama saja, buat ku asal bisa belajar ilmu silat aku sudah senang." sahut tantri cepat.
"hmm." antoch tersenyum lembut menatap tantri. dia merasa senang meliat semangat tantri yang begitu besar ingin belajar ilmu silat.
"Nak panji. aku ucapkan terima kasih karna nak panji bersedia mengajari tantri ilmu silat. aku tidak menduga jika putri ku bisa belajar ilmu silat pada tokoh besar dunia persilatan. sekali lagi terima kasih." kata ki sapto kalem.
"sama sama ki. mungkin aku akan tinggal di sini beberapa hari, mohon maaf jika selama beberapa hari nanti membuat kalian repot." kata antoch kalem.
"hahaha. tidak apa apa nak panji. justru kami merasa senang dengan adanya kalian di sini. anggap saja ini rumah sendiri, Jangan merasa sungkan." kata ki sapto tersenyum.
"terima kasih." kata antoch mengangguk pelan.
* * #
PAGI PAGI sekali tantri sudah mulai berlatih ilmu silat di bawah bimbingan antoch yang di dampingi darma wangsa. sebelum memulai belajar ilmu silat, antoch meminta tantri menjelaskan dulu apa tantri pernah belajar ilmu silat sebelumnya.
"tantri. aku ingin tahu dulu. apa kau pernah belajar ilmu silat sebelumnya?" tanya antoch.
"pernah." jawab tantri.
"dimana?" tanya antoch.
"kak dirga yang mengajari ku secara diam diam setiap dia pulang dari perguruan ruyung kilat, tapi secara diam diam tanpa sepengatahuan ayah ibu, sebab ayah dan ibu bisa marah jika mereka tahu aku belajar ilmu silat." kata tantri memberi tahu.
"begitu." gumam antoch lirih. "hm. coba kau mainkan ilmu silat yang sudah kau pelajari itu." ucapnya.
"baik." sahut tantri mengangguk cepat.
Tantri segera memainkan jurus silat yang dia pelajari dari kakaknya. dia memainkan jurus pedang dengan gerakan yang lambat karna dia memang masih baru tahap belajar, setelah selese memainkan jurus pedangnya maka tantri segera berdiri tegak di depan antoch.
"itu jurus pedang yang di ajarkan kakak mu?" tanya antoch dengan kening berkerut.
"benar,kak. aku baru beberapa kali melatihnya jadi belum pandai, tapi kalo kak dirga yang memainkan jurus pedang ruyung maut itu jauh lebih hebat." kata tantri cepat dan tidak lupa slalu membanggakan kakaknya yang belajar ilmu silat di perguruan ruyung kilat.
"owh. jadi nama jurus itu jurus pedang ruyung maut. hmmm. hebat." kata antoch memuji.
"tentu saja. guru besar perguruan ruyung kilat adalah orang hebat dan di segani di desa wates ini." sahut tantri bangga.
"Dewa tengik. jurus itu sama seperti yang di mainkan dua pemuda yang kita liat bertarung melawan pria jubah merah tempo hari. jadi mereka murid perguruan ruyung kilat." kata darma wangsa pelan pada antoch.
"hmm." antoch mengangguk pelan. dia lalu berjalan mendekati tantri. "coba kakak pinjam pedang mu sebentar." ucapnya.
Tantri segera memberikan pedangnya pada antoch.
"kakak akan coba memainkan jurus pedang yang kau mainkan tadi. menyingkirlah." kata antoch.
Tantri buru buru menyingkir menjauh dari antoch.
Antoch segera memainkan jurus pedang ruyung maut berdasar atas apa yang dia liat tadi, dia memainkan jurus pedang ruyung maut dengan kecepatan yang luar biasa cepat sekali, bahkan dia juga memberi tambahan jurus untuk memberi efek maut dan menutupi kekurangan serta kelemahan jurus pedang ruyung maut tersebut. tantri sampe bertepuk tangan penuh kegirangan meliat antoch memainkan jurus tadi dengan sangat cepat sekali dan jauh lebih hebat dari apa yang pernah kakaknya perliatkan.
"hmmm. pemuda yang luar biasa, dia memiliki naluri alam yang jarang di miliki orang lain. jurus yang baru di liatnya sekali langsung bisa dia mainkan dan malah bisa menambahkan efek luar biasa pada jurus tersebut. hmmm. tidak heran jika dia menjadi pemenang dalam turnamen pedang kemarin. hebat." gumam darma wangsa memuji dalam hati.
"kakak. kakak hebat sekali, kak dirga saja tidak sehebat itu saat memainkan jurus tadi." seru tantri begitu antoch menghampirinya.
Antoch tertawa kecil menatap tantri. "hmmm. jurus tadi memang pada dasarnya sudah hebat, aku hanya memainkan sebisa yang aku bisa. untuk bisa memainkan jurus pedang seperti tadi kau harus belajar lebih keras lagi dan butuh waktu tidak sebentar." ucapnya.
"pasti. aku pasti akan giat dan tekun berlatih agar bisa sehebat kakak. hehehe." sahut tantri girang sekali.
"bagus. aku suka semangat mu." puji antoch. "nah untuk saat ini kau jangan berlatih jurus pedang itu dulu. aku akan mengajari mu jurus pedang yang kakak miliki. kau harus memperhatikan baik baik, jangan sampe lewat sejuruspun." ucapnya.
"baik !" seru tantri mengerti.
Antoch bersiap memanikan jurus pedang yang hendak dia turunkan pada tantri. "Jurus ini bernama jurus pedang sinar bulan. perhatikan baik baik !" ucapnya.
Antoch segera memainkan jurus pedang sinar bulan yang pada dasarnya itu bagian dari jurus pedang ilmu 9 bulan. jurus itu sangat hebat dan apabila di gabungkan dengan tenaga dalam 9 bulan maka akan menjadi berlipat kekuatannya. antoch bergerak lemah seperti seorang penari dalam memainkan jurus pedang sinar bulan, kadang cepat kadang lambat, kadang bertenaga kadang seperti tidak bertenaga.
Tantri garuk garuk kepala karna merasa heran dan geli meliat jurus pedang yang aneh itu, dia merasa seperti meliat antoch sedang menari menggunakan pedang, tidak ada yang hebat pada jurus itu.
Darma wangsa yang jauh lebih berpengalaman berbeda dengan apa yang di pikirkan tantri. dia tahu kalo jurus pedang yang di mainkan antoch sangat luar biasa hebat, dia paham meski gerakan jurus pedang sinar bulan sangat lemah gemulai namun jurus itu mengandung satu kekuatan yang sukar di tembus lawan. jurus pedang itu berintikan dengan kelembutan mengalahkan kekerasan. bisa di bilang itu jurus kelas wahid. "hmm. jurus yang tiada cacatnya. bila tantri bisa mendalami inti jurus itu maka aku yakin dia akan menjadi pendekar wanita yang pilih tanding. rupanya panji tidak main main mengajari tantri ilmu silat." gumamnya dalam hati.
Antoch segera menghampiri tantri begitu selese memainkan jurus pedang sinar bulan. "Apa kau sudah mengingat semua jurus itu?" tanyanya.
"Emp. hehehe." gumam tantri tertawa nyengir.
"Jangan bilang kau tidak memperhatikan jurus tadi." kata antoch menatap tantri tajam.
"tidak. tidak. bukan begitu, tapi..." seru tantri buru buru terliat ragu ragu.
"Ada apa?" tanya antoch.
"Emp. anu . . itu.. itu.. jurus tadi.." kata tantri ragu ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Panji. aku tahu apa yang tantri pikirkan. dia pasti berpikir jurus yang mainkan tidak hebat seperti jurus pedang ruyung maut." kata darma wangsa menebak pikiran tantri.
"hmm. apa benar begitu?" tanya antoch menatap tantri.
"i..i..iya." jawab tantri ragu ragu.
"hahahaha." tawa darma wangsa tergelak keras. "dasar anak bodoh. wajar saja kau tidak tahu mana jurus kelas tinggi dan mana jurus biasa. hahaha." ucapnya geli.
"tantri. apa yang membuat mu bisa menduga jurus itu tidak hebat?" tanya antoch ingin tahu.
"Emm. itu tadi, jurus yang kakak mainkan terliat lemah seperti seorang penari, tidak bertenaga sama sekali. memangnya kakak hendak mengajari ku menari atau ilmu silat." kata tantri memberi tahu alasannya.
"benarkan apa kata ku tadi. hahaha." tawa darma wangsa keras.
"hmm." antoch tersenyum lebar mendengar alasan tantri yang lucu. "kau memang masih awam mengenai jurus silat. kau harus tahu jurus pedang sinar bulan adalah jurus tingkat tinggi, kau salah jika jurus itu tidak bertenaga. jurus itu berinti pada dasar yang lembut mengalahkan yang keras. yang lemah mengalahkan yang kuat. dalam ilmu silat tidak melulu soal kekerasan dan kekuatan, kelembutan juga bisa menjadi sumber ilmu silat yang luar biasa. jika kau masih tidak percaya, akan aku tunjukkan pada mu. perhatikan baik baik jangan sampe terlewat satu juruspun." ucapnya.
Antoch mulai lagi memainkan jurus pedang sinar bulan seperti tadi tapi kali ini di iringi tenaga dalam yang cukup tinggi, meski terliat lembut namun setiap tebasan jurus pedangnya mengeluarkan siuran angin cukup kencang. daun daun kering yang bertebaran satu persatu seperti tersedot kekuatan gaib mengikuti arah pedang bergerak hingga daun daun itu membentuk seperti seekor naga panjang yang meliuk liuk berputar putar cepat dan dalam satu gerakan cepat menusuk ke depan, daun daun yang membentuk seekor naga hancur berantakan menjadi serpihan kecil kecil di iringi suaran angin yang terhempas keras.
"hwaaa. bagus. bagus. hahaha." sorak tantri terlonjak girang meliat jurus pedang sinar bulan yang semula dia kira tidak bertenaga tapi ternyata sangat luar biasa. "kakak. hebat sekali jurus itu. hebat." serunya.
"bagaimana? apa kau masih ragu kalo jurus pedang sinar bulan adalah jurus hebat?" tanya antoch kalem.
"tidak. sekarang aku percaya. aku mau belajar jurus itu." sahut tantri cepat.
"kau sudah mengingat semua jurus itu?" tanya antoch.
"Fmp." tantri mengangguk cepat.
"bagus. kau berlatihlah jurus itu, nanti kalo kau sudah benar benar terbiasa memainkan jurus itu, aku akan memberi mu petunjuk agar semakin sempurna." kata antoch kalem.
"Emp. baik!" seru tantri cepat.
Tantri segera berlatih jurus pedang sinar bulan yang di ajarkan antoch tadi, sementara antoch dan darma wangsa hanya meliat dari serambi rumah ki sapto seraya memberi tahu gerakan yang salah atau kurang pas pada tantri.
"Panji. jurus itu bukan jurus pedang biasa, jurus itu bisa di katakan jurus pedang tingkat tinggi yang jarang ada di dunia persilatan. apa kau tidak sayang mengajarkan jurus pedang itu pada tantri?" tanya darma wangsa.
"hempp." antoch tersenyum simpul. "ilmu silat akan berfaedah jika di gunakan di jalan yang benar, aku yakin kelak tantri akan menggunakan jurus pedang itu untuk kebaikan, jadi untuk apa aku harus sayang mengajarkan ilmu itu pada tantri. jikalau aku kemaruk akan ilmu silat sudah barang tentu aku tidak akan memberi empat kitab sakti pada mu dan yang lain." ucapnya.
"itulah yang aku salut dari kamu. kau tidak serakah dalam ilmu silat dan tidak pelit memberi petunjuk. jarang ada manusia seperti mu di dunia ini yang umumnya lebih mementingkan diri sendiri. secara pribadi aku merasa bangga punya sahabat seperti mu." kata darma wangsa menepuk bahu antoch pelan.
"Coba kau liat jurus jurus pedang sinar bulan yang di mainkan tantri. menurut mu ilmu 9 jalur neraka bisa tidak mengalahkan jurus pedang sinar bulan?" kata antoch mengalihkan obrolan.
Darma wangsa mengamati dengan serius setiap jurus pedang sinar bulan sambil membayangkan jika jurus itu melawan ilmu 9 jalur neraka. setelah cukup lama berpikir dia merasa tidak ada celah pada jurus pedang sinar bulan yang dapat di gunakan sebagai tempat serangan ilmu 9 jalur neraka.
"bagaimana?" tanya antoch.
"hmm. tidak ada celah pada jurus pedang sinar bulan. enam jalur serangan sudah tertutup oleh gerakan pedang. jurus pedang sinar bulan bergerak menutupi enam jalur serangan lawan. samping kanan dan kiri, depan dan belakang serta atas dan bawah semua sudah tertutup oleh gerakan jurus pedang. jadi menurut ku ilmu 9 jalur neraka akan sulit menembus jurus pedang sinar bulan." kata darma wangsa.
"kau benar." ucap antoch mengangguk.
"Apakah kau bermaksut memberitahu ku bahwa jurus pedang sinar bulan adalah jurus yang bisa mematahkan ilmu 9 jalur neraka?" tanya darma wangsa.
"tidak." antoch menggeleng cepat. "sudah aku bilang pada mu kalo ilmu 9 jalur neraka banyak sisi lemahnya. aku hanya memberi tahu mu cara mematahkan ilmu 9 jalur neraka lewat jurus pedang sinar bulan. kau bisa meraba raba sendiri gimana caranya." ucapnya.
"hmmm." gumam darma wangsa manggut manggut mengerti.
"kakak !" seru tantri memanggil antoch. "apakah aku sudah sempurna memainkan jurus pedang sinar bulan?" tanyanya menghampiri antoch.
"kau baru saja belajar jadi masih banyak kekurangannya. kau harus terus melatihnya agar bisa menguasai benar benar jurus pedang itu dengan sempurna." kata antoch kalem.
"Emp. aku pasti akan terus berlatih agar jurus pedang sinar bulan sempurna." kata tantri cepat.
"hmmm. bagus. sekarang dengarkan petunjuk yang akan ku berikan pada mu baik baik. Jurus silat bukan hanya sekedar sebuah gerakan saja, resapi dan selami intisari dari setiap gerakan jurus, dengan kamu menyelami inti sari setiap gerakan jurus maka kau akan tahu kapan dan seberapa besar tenaga yang kau alirkan di setiap jurusnya. jadilah selembut sinar bulan namun sanggup menerangi gelapnya malam. jadilah seperti aliran air sungai yang tiada putus putusnya mengalir. jadilah setenang air namun sanggup menenggelamkan apa saja di atasnya. jadilah seperti angin yang lembut tapi sanggup menghempaskan apa saja. himpun hawa murni di pusar dan biarkan hawa itu mengalir di setiap gerakan jurus mu. inti dari semua jurus pedang sinar bulan adalah kelembutan dan ketenangan hati. apa kau sudah mengerti?" kata antoch memberi petunjuk.
"Emp. belum. tapi aku akan berusaha untuk mengerti dan memahami apa petunjuk dari kakak." kata tantri sungguh sungguh.
"hmm." antoch tersenyum lembut. "bagus. dalam belajar ilmu silat harus di lakukan dengan penuh kesabaran dan ketekukan. Jangan mudah putus asa, terus berlatih maka kelak kau akan menuai hasil jerih payah mu itu." ucapnya.
"Ya." sahut tantri mengangguk.
"satu lagi. jangan cerita pada siapapun kalo kau belajar silat sama kakak." pinta antoch.
"kenapa?" tanya tantri heran.
"ikuti saja apa kata kakak." kata antoch kalem.
"hmm." tantri terdiam sejenak tapi akhirnya mengangguk juga. "baiklah." ucapnya.
Antoch tersenyum lembut menatap tantri "sekarang teruskan latihan mu, kakak akan memberi mu petunjuk." ucapnya.
"Em." sahut tantri mengangguk lalu segera mulai berlatih lagi di bawah petunjuk antoch.
MALAM ini di desa wates terliat tidak seperti biasanya yang sepi tapi malam ini desa wates terliat sangat rame dan meriah karna salah satu penduduk desa wates sedang mengadakan acara sukuran putrannya yang khitanan. orang itu bernama ki minto, orang yang cukup kaya di desa wates. dia menanggap kesenian tari dari kotaraja yang cukup terkenal akan penarinya yang cantik cantik. para warga tumpah ruah asik menari mengikuti alunan musik gamelan dari para pemain musik. semua bersuka ria dalam acara sukuran tersebut seolah tidak ingat lagi bahwa di desa mereka telah terjadi malapetaka yang menimpa para gadis desa.
Ketika malam semakin larut tiba tiba terdengar suara jeritan keras menyayat hati dari arah ujung timur desa, karna riuh ramenya suara musik di tempat hajatan ki minto maka suara jeritan tadi tidak begitu terdengar di tempat ki minto sehingga tidak ada satu orangpun yang mendengar suara jeritan tadi. tidak berapa lama ada seorang pria setengah berlari terburu buru mendatangi ki jumiran yang tengah duduk mengobrol bersama ki minto dan beberapa orang yang lain.
"ki jumiran. ketiwasan ki. ketiwasan !" seru pria tadi dengan nafas terengah engah.
"hm?!" ki jumiran mengerutkan kening meliat pria yang datang terburu buru tadi. "tarjo. ada apa? apanya yang ketiwasan. hah?" tanyanya.
"anu ki. itu ki. itu. itu. si . . " kata pria bernama tarjo terbata bata.
"anu anu. anu apa? ngomong yang jelas, jangan buru buru begitu. ada apa?" hardik ki jumiran cepat.
"anu ki. itu. tadi ada yang menjerit dari rumah nyai minah." kata tarjo masih terbata bata.
"ada yang menjerit di rumah nyai minah?" tanya ki jumiran dengan kening berkerut.
"Ya ki." tarjo mengangguk.
"terus?" tanya ki jumiran.
"aku tidak tahu apa yang terjadi di rumah nyai minah karna dimin menyuruh ku memberitahu ki jumiran sedang dia langsung menuju ke rumah nyai minah." kata tarjo.
"hm." ki jumiran terdiam sejenak lalu beranjak berdiri. "Ya sudah ayo kita kesana." ucapnya segera berlalu dari tempat itu yang di ikuti tarjo.
Tampak dua orang berdiri di depan rumah nyai minah, salah satu dari mereka coba mengetuk ngetuk pintu sambil memanggil nyai minah namun tidak ada suara sahutan dari dalam rumah. setelah di panggil panggil berkali kali tetap tiada sahutan maka mereka memutuskan mendobrak pintu rumah.
"kita dobrak saja pintunya, aku merasa ada sesuatu yang terjadi di dalam rumah." kata pria teman yang mengetuk pintu tadi yaitu dimin.
sedang yang mengetuk pintu bernama ramlan.
"emp." sahut ramlan mengangguk setuju.
Braakk !!
Suara pintu di dobrak ramlan.mereka buru buru masuk ke dalam rumah namun baru sekejap masuk tiba tiba mereka terlempar keluar seperti terhempas oleh suatu kekuatan besar yang datang dari dalam rumah.
"Aaaagkh.!!"
Jerit ramlan dan dimin kesakitan karna terhempas sampe ke halaman rumah lalu roboh tidak bergerak alias tewas.
Dari dalam rumah ada sesosok hitam yang melesat cepat sekali, saking cepatnya sampe tidak di ketahui wujud sosok hitam tersebut. sosok hitam tersebut kemudian menghilang di kegelapan malam, tak lama ki jumiran dan tarjo serta beberapa pemuda desa tiba di tempat itu, namun mereka terlambat karna dimin dan temannya sudah terkapar tewas di serang sosok hitam misterius.