Di dalam rumah tampak panji sedang meliat liat isi dalam rumah tersebut.
"Dewa tengik. Apa yang kau cari di tempat ini?" tanya darma wangsa juga mengamati seisi dalam rumah.
"Tidak ada." jawab panji singkat.
"kalo tidak ada ngapain kita berlama lama di tempat ini, ayo kita pergi." kata darma wangsa.
"Sebentar. Kali saja murid si iblis hijau itu menyimpan sesuatu yang berharga disini." kata panji.
"Kita geledah saja seluruh tempat ini." kata wanita baju ungu yang baru masuk.
"hmm. Boleh juga. Ya sudah ayo kita berpencar menggeledah tempat ini." sahut darma wangsa.
Mereka berempat berpencar untuk menggeledah seluruh tempat di dalam rumah itu.
"Dewa tengik! Dewa tengik! Ada orang di tempat ini. Cepat kemari kau!" teriak darma wangsa dari sebuah kamar.
Semua orang segera berlari ke tempat darma wangsa berada.
"Ada apa?" tanya panji.
"Ada seorang gadis terbaring pingsan di atas ranjang, coba kau periksa dia!" kata darma wangsa.
Panji mendekati tempat tidur dimana terliat ada seseorang terbaring di atasnya tidak bergerak.
"Melati?!" seru panji terkejut mengenali gadis yang terbaring di tempat tidur.
"Kau kenal gadis itu?" tanya darma wangsa.
"he-em. Dia putri raja galuh. Aku kenal dia saat berada di istana galuh." kata panji.
"Owh." gumam darma wangsa manggut manggut.
"Sepertinya dia terkena racun yang dapat membuat seluruh urat sarafnya jadi lemas." kata panji.
"Bubuk pelemah urat." kata wanita baju ungu ikut bicara. "Gadis itu pasti terkena bubuk pelemah urat. Sejenis racun yang dapat membuat seluruh tenaga dalam seseorang jadi hilang." ucapnya.
"Nyai tahu tentang bubuk pelemah urat itu?" tanya panji.
"Tidak hanya tahu tapi sangat kenal bubuk itu. Di dunia ini hanya aku yang memiliki bubuk itu." kata wanita baju ungu.
"Kalo begitu nyai pasti tahu apa penawarnya, tolong nyai obati gadis itu." kata panji.
"Sayang sekali aku tidak membawa penawar bubuk pelemah urat itu." kata wanita baju ungu.
"Nyai klenting. Ayolah kau obati gadis itu,kau ini pelit amat." kata darma wangsa.
"Bukan aku tidak mau menolong gadis itu tapi aku benar benar tidak membawa penawar racun itu," kata wanita baju ungu.
"Haduuuh. Bagaimana ini. Kau tidak membawa penawar racun itu, lalu gimana caranya menolong gadis ini?" kata darma wangsa.
"Nyai. Apa efek buruk orang yang terkena bubuk pelemah urat itu?" tanya panji.
"Efek buruk orang yang terkena bubuk pelemah urat adalah seluruh tenaga dalam orang yang terkena bubuk itu akan hilang, tubuh menjadi lemas tidak bertenaga, jika selama 100 hari tidak di beri penawarnya maka orang itu akan lumpuh seumur hidupnya." jawab wanita baju ungu bernama nyai klenting.
"hmm. Efek bubuk itu hampir sama dengan ilmu 9 jalur neraka ku tapi bedanya bubuk itu tidak merusak urat saraf dan hanya membuat tenaga jadi hilang." batin panji dalam hati. "Nyai, maaf. Bolehkah saya bertanya sesuatu hal yang tidak pantas padamu?" tanyanya.
"Jika kau tahu tidak pantas untuk apa kau bertanya?" sahut nyai klenting datar.
"Akh, iya. Maaf kalo begitu." kata panji.
"Panji, Apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan itu pada nyai klenting?" tanya darma wangsa merasa penasaran dengan hal yang ingin panji tanyakan kepada nyai klenting.
"Pertanyaan yang tidak sepantasnya aku tanyakan, karna ini menyangkut etika dalam dunia persilatan." kata panji.
"Apa itu?" tanya darma wangsa ingin tahu.
"Kau ini puluhan tahun malang melintang di rimba persilatan masa tidak tahu. ini menyangkut rahasia sebuah perguruan, paham tidak?" kata panji.
"hehehehe." tawa darma wangsa berlagak paham.
"Sudah paham kan?" tanya panji.
"Belum." jawab darma wangsa menggelengkan kepala.
"Ya ampun. Hmm." seru panji menepuk jidatnya sendiri jadi kesal sendiri. "Sudahlah tidak usah di bahas. Ayo kita pergi, kita cari tempat yang aman." ucapnya.
"Bagaimana dengan gadis itu? Apa tidak kita tolong dulu?" tanya darma wangsa.
"itu bisa kita lakukan lain kali saja, kau kan tadi mendengar penjelasan nyai itu. Setelah 100 hari efek bubuk itu baru akan bekerja, kita masih punya banyak waktu untuk menolong putri raja galuh ini." kata panji.
"Benar juga." kata darma wangsa manggut manggut. "kita pergi kalo begitu. Ayo!" ucapnya.
"Anak muda. Aku memang mengatakan efek buruk bubuk itu bila 100 hari tidak di beri penawar maka akan lumpuh seumur hidup, tapi kau juga harus tahu bila tubuh gadis itu tidak kuat maka bisa saja dia mati lemas oleh bubuk itu meski belum sampe 100 hari." kata nyai klenting.
"Jika nyai memang benar benar mau menolong, nyai bisa katakan padaku apa bahan pembuat penawar itu atau nyai bersedia membawa gadis ini ke tempat nyai untuk mendapatkan penawar itu. Apa nyai bersedia?" kata panji bertanya.
"huhuh. Untuk apa aku menolong gadis itu? Murid bukan, Sanak saudara juga bukan. Tidak ada untungnya bagiku menolong gadis itu." kata nyai klenting dingin.
"Kalo begitu nyai diam saja tidak usah banyak bicara. Tanpa penawar itu, aku sendiripun sanggup menolong gadis ini." kata panji tidak kalah dingin.
"Kau mau menolong gadis itu? Apa aku tidak salah dengar? Hahahaha. Dengan cara apa kau memusnah racun bubuk pelemah urat itu? Tanpa penawar racun itu kau tidak akan bisa menolong gadis itu, bahkan tabib malaikatpun tidak akan sanggup memusnahkan racun bubuk pelemah urat di tubuh gadis itu, apa lagi kau yang hanya seorang anak ingusan kemaren sore." seru nyai klenting meremehkan panji.
"Jika aku berhasil memunahkan racun bubuk pelemah urat itu, itu artinya aku jauh lebih hebat dari tabib malaikat. Kau mau tahu caranya? Ayo ikut aku!" kata panji tersenyum mengejek.
Panji segera melesat pergi sambil memondong melati, nyai klenting yang merasa tertantang dan penasaran dengan cara apa panji hendak memusnahkan racun bubuk pelemah urat segera melesat menyusul panji.
"Haduuuh. Dasar dua orang sama sama gilanya. Nyai klenting, nyai klenting. Kali ini kau bakal kena batunya, kau tidak tahu siapa panji sebenarnya. Dia mendapat julukan dewa tengah bukan semata mata karna ilmu silatnya yang tinggi tapi juga ilmu pengobatannya yang tidak terduga. Kau pasti akan merasa malu dan menyesal telah memandang rendah panji. Haduuh!" kata darma wangsa geleng geleng kepala sendiri.
"Paman. Apa benar panji bisa menolong gadis itu?" tanya mayang ingin tahu.
"hehehehe." tawa darma wangsa meliat mayang. "Kau pasti belum lama kenal panji. Aku yakin panji pasti memberi mu petunjuk tentang ilmu silat, kau termasuk beruntung bisa kenal panji. Dia itu orangnya tidak pelit ilmu dan sangat baik pada semua orang, kau harus benar benar memanfaatkan waktu mu saat bersama panji. Setiap ilmu silat yang di ajarkan panji, itu tidak bisa di nilai oleh uang. ilmu silatnya sangat berharga, jadi kau harus perhatikan baik baik dan jangan sampe lengah sedikitpun karna kau akan merasa menyesal nantinya." ucapnya.
"Bagaimana paman bisa tahu kalo panji mengajari ku ilmu silat?" tanya mayang heran.
"hehehehe." darma wangsa tertawa terkekeh. "Akupun juga tahu kau suka pada panji. Benar tidak? Hehehe." ucapnya.
"Ti..tidak." kata mayang malu malu.
"hehehe. Hei gadis manis. Aku nasehati kau. Janganlah kau salah mengartikan sikap baik panji terhadap mu, sikap baik panji itu bukan berarti dia juga suka padamu tapi karna memang dia baik sama siapa saja. Kau juga harus tahu, gadis yang menyukai panji itu bukan hanya kau saja tapi buanyak sekali para gadis yang menyukai panji dan kau tahu apa sikap panji pada mereka? Panji hanya menganggap mereka sebagai teman saja, tidak lebih. Jadi, jika kau tidak ingin sakit hati atau patah hati, sebelum rasa suka mu berubah jadi cinta dan membuat mu sakit, lebih baik kau buang jauh jauh rasa cinta itu. Aku tidak mau kau nanti jadi gila karna patah hati pada panji. Dengarkan baik baik nasehat ku ini." kata darma wangsa serius.
Mayang hanya diam saja tidak bisa bicara.
"Ei. Kalo kau tidak percaya, nanti kau bisa buktikan sendiri. Sekarang mari kita susul mereka, aku tidak mau mereka berantem gara gara masalah sepele. Ayo pergi." kata darma wangsa segera melangkah pergi yang di ikuti oleh mayang.
* * *
PANJI membawa melati yang dalam keadaan pingsan ke sebuah tempat yang sepi agar dalam melakukan pengobatan tidak terganggu oleh orang lain, tempat yang dipilih panji terletak di pinggir sungai kecil di bawah bukit kecil dimana tanaman biasa tumbuh subur. Dia membaringkan tubuh melati di atas sebuah batu ceper yang lumayan besar agar sinar mentari pagi menerpa tubuh melati, ini bagus untuk menjaga suhu tubuh melati agar tetap hangat.
Nyai klenting, darma wangsa dan mayang tiba di tempat panji berada, mereka hanya meliat apa yang akan di lakukan panji.
Panji berjalan ke sekitar area tempat itu untuk mencari beberapa tanaman obat yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah dapat dia menumbuk beberapa tanaman obat hingga halus lalu dia saring untuk di ambil air sarinya yang di tampung di atas daun yang telah dia buat seperti wadah.
"Apa yang hendak kau lakukan dengan ramuan itu? Meliat bahan bahan yang kau campur itu sepertinya itu bukan ramuan obat, ramuan apa itu?" tanya darma wangsa.
"Anak muda. Apa kau hendak membunuh gadis itu dengan ramuan aneh mu itu? Bahan yang kau buat itu bukan bahan pembuat penawar racun bubuk pelemah urat. Jika kau salah memberi ramuan obat yang ada kau malah mempercepat kematian gadis itu." seru nyai klenting merasa heran meliat panji membuat ramuan obat yang tidak pernah dia liat.
"Kalian diam saja tidak usah banyak bicara kalo tidak tahu apa apa." sahut panji.
"Huh. Aku hanya mengingatkan kau saja, jangan salahkan aku jika terjadi apa apa pada gadis itu karna telah salah memberi ramuan obat." dengus nyai klenting.
"Sudah, kita diam saja. Kita liat saja apa yang panji lakukan pada gadis itu." kata darma wangsa kalem.
Panji menotok urat di leher melati agar mulut melati terbuka, dia menuangkan ramuan obat ke dalam mulut melati sampe habis. Ramuan obat itu tertelan masuk ke dalam perut melati, setelah itu panji menotok di titik jalan darah vital melati agar ramuan obat tidak masuk ke organ vital melati. Panji lalu mendudukkan melati kemudian dia duduk di belakang melati, segera dia mengerahkan hawa murni tenaga dalam ilmu 9 matahari yang di salurkan ke dalam tubuh melati untuk menekan keluar racun yang mengendap di dalam tubuh melati.
"Ekh. itukan?" seru nyai klenting tertahan karna terkejut mengenali tenaga dalam yang di keluarkan oleh panji. "Bukankah itu tenaga dalam ilmu 9 matahari? Tidak aku sangka anak muda itu memiliki tenaga dalam 9 matahari yang legendaris itu." batinnya.
Panji terus mengerahkan hawa murni tenaga dalam ilmu 9 mataharinya ke dalam tubuh melati untuk mendesak racun bubuk pelemah urat keluar dari tubuh melati, kurang lebih dalam waktu dua jam akhirnya panji berhasil mendesak semua racun yang mengendap di tubuh melati keluar.
"Hoegkh!" melati memuntahkan cairan kental berwarna biru agak kehitaman cukup banyak.
"hupz!" panji menarik pulang tenaga dalam ilmu 9 mataharinya setelah berhasil mengeluarkan semua racun dari dalam tubuh melati. Dia lalu membaringkan tubuh melati agar melati istirahat, dia mengeluarkan sebuah pil dari balik bajunya yang lalu dia masukkan ke dalam mulut melati.
"hm.Dengan pil sari embun 9 bunga ini mudah mudahan tenaganya yang hilang akan segera pulih setelah dia sadar nanti." kata panji dalam hati.
"Panji. Apa gadis itu sudah berhasil kau tolong?" tanya darma wangsa.
"he-em." panji mengangguk pelan.
"Baguslah. Tidak sia sia kau di gelari Dewa tengah, ilmu silat dan ilmu pengobatan mu memang nomer satu di kolong langit ini. Hebat!" puji darma wangsa.
Panji hanya tertawa kecil saja lalu duduk bersila di samping mayang yang dari tadi terus memperhatikannya.
Nyai klenting merasa penasaran apa benar panji sudah berhasil memusnahkan racun bubuk pelemah urat di dalam tubuh melati. Dia segera mendekati melati dan memeriksa nadi di pergelangan tangan melati, dia jadi tersentak mendapati dari dalam tubuh melati seperti ada suatu tenaga dalam yang bergolak yang semakin lama semakin kuat, itu menandakan bahwa tenaga dalam melati sudah mulai kembali.
"Luar bias. Anak itu mampu memunahkan racun bubuk pelemah urat, aku tidak menyangka kemampuan anak itu jauh melebihi bayangan ku." gumam nyai klenting melirik panji.
"hehehehe. Nyai klenting, sekarang kau kena batunya. Gimana? Apa kau sekarang mengakui keahlian panji dalam ilmu pengobatan?" seru darma wangsa tertawa terkekeh.
"huh." nyai klenting hanya mendengus saja tidak meladeni ocehan darma wangsa.
"Ki darma. Berita apa yang tadi hendak kau sampekan pada ku. Hm?" tanya panji.
"Akh. iya, aku sampe lupa." kata darma wangsa menepuk kakinya sendiri. "Begini. Aku sudah mendatangi tempat si tiga walet hitam tapi aku tidak menemukan tiga monyet busuk itu disana, tantri dan mei ling juga tidak ada disana. Aku juga sudah berusaha mencari tiga walet busuk itu dimana mana tapi tidak juga aku temukan hingga aku mendapat kabar kalo tiga walet busuk itu ada di desa lokasari, saat aku menuju ke desa lokasari aku bertemu nyai klenting di jalan, kami lalu sama sama menuju desa lokasari. Ekh, tidak tahunya kami meliat mu tengah di keroyok oleh orang orang tadi, selanjutnya kau tau sendiri. Sejauh ini aku belum mendapatkan kabar apa apa tentang keberadaan tantri dan mei ling,kau sendiri bagaimana? Apa kau sudah mendapat kabar tentang mereka?" ucapnya.
"Sudah." jawab panji singkat.
"Sudah? Dimana mereka?" tanya darma wangsa cepat.
"Kau tanya saja pada teman mu itu, karna murid mu ada bersamanya." kata panji.
"Teman ku? Siapa?" tanya darma wangsa masih belum mengerti.
"Nyai klenting. Tantri di tolong oleh dia. Kau tanya saja sama dia." kata panji.
"Benarkah?" tanya darma wangsa terkejut, dia buru buru meliat ke arah nyai klenting.
"Ya. Murid mu memang ada bersama ku, dia sekarang ada di tempat ku." sahut nyai klenting sebelum darma wangsa bertanya padanya.
"Benarkah itu nyai? Bagaimana bisa tantri ada di tempat mu? Kenapa kau tidak memberi tahu ku sejak awal?" tanya darma wangsa berturut turut.
"Aku sudah mau memberi tahu padamu tapi kau malah bilang bicaranya nanti saja saat urusan mu di desa lokasari selese, ya bukan salah ku kalo baru sekarang aku baru bisa beri tahu." sahut nyai klenting tidak mau di salahkan.
"Ya tapi urusan ku itu juga menyangkut keberadaan murid ku, kau ini. Hadeeeeh!" seru darma wangsa sedikit kesal.
"Kau tidak bilang ya mana aku tahu." seru nyai klenting sengit.
"Ya sudahlah, yang penting tantri dan mei ling selamat. Aku lega sekarang." kata darma wangsa tidak mau berdebat.
"Kau jangan senang dulu, aku memang telah menolong murid mu tapi itu hanya satu orang saja, murid mu yang paling kecil telah di bawa kabur oleh si setan cakar berbisa nyai sika mawarni, kalo kau tidak segera menolong dia, murid kecil mu itu bisa bisa jadi bahan latihan cakar beracunnya itu." kata nyai klenting.
"Owh." ucap darma wangsa biasa saja.
"Kok cuma owh? Datar sekali ekspresi mu. Kau tidak kaget atau terkejut mendengar murid kecil mu di bawa kabur sika mawarni si setan cakar berbisa itu?" tanya nyai klenting keheranan.
"Harus kaget ya?" tanya darma wangsa berlagak kayak orang pilon. "Wow, kaget aku. Hehehehe." serunya berlagak kaget lalu tertawa terkekeh.
"hahahaha." panji jadi ikut tertawa geli meliat itu. "Datuk gila. Aku juga kaget." serunya menahan tertawa.
"Kalo begitu mari sama sama kita kaget!" seru darma wangsa.
"Waow. Aku kaget!!" seru panji dan darma wangsa bareng seperti orang melawak. "hahahaha." tawa mereka.
"ikh. Dasar orang gila." dengus nyai klenting jadi gregetan sendiri. "kalo gadis cilik itu beneran di jadikan bahan latihan si setan cakar berbisa baru tau rasa kau!" serunya jengkel.
"hehehehe." darma wangsa tertawa terkekeh saja.
"Datuk gila. Untuk sementara tantri dan mei ling aman sekarang, tantri di tempat nyai klenting dan mei ling di tempat nyai sika mawarni. Sekarang kita urus masalah penting yang lain. Aku yakin kau pasti sudah mendengar kabar tentang pertemuan para pendekar beberapa hari lagi, pertemuan yang akan membahas masalah si pendeta sesat yang menculik kaum pendekar yang akan di jadikan pasukan khusus bagi para pemberontak kerajaan galuh." kata panji.
"Ya. Aku tahu. Kau yang telah membuat pertemuan itu. Apa rencana mu?" kata darma wangsa bertanya.
"Masalah dunia persilatan wilayah barat sepenuhnya ada di tangan mu tanggung jawabnya. Kau pimpin pertemuan para pendekar itu dan bicarakan apa langkah terbaik yang di lakukan. Kau mengerti?" kata panji.
"Weh, kau yang buat acara kenapa sekarang kau limpahkan padaku? Tidak bisa! Kau kan ketua dunia persilatan, kau juga yang harus bertanggung jawab masalah dunia persilatan." sahut darma wangsa cepat.
"Ei. Datuk gila, lalu apa fungsinya kau menduduki ketua dunia persilatan wilayah barat? Wilayah ini kan wilayah kekuasaan mu, masa sebagai tokoh yang menduduki wilayah barat tidak mau mengurusi wilayahnya, kau ini bagaimana sih." seru panji.
"Ya tapikan..." sahut darma wangsa.
"Tidak ada tapi tapian, mau tidak mau kau harus mau!" potong panji cepat.
"Ya ya ya baiklah." kata darma wangsa mengalah. "Terus, kau sendiri mau ngapain?" tanyanya.
"Aku? Hmm. Mau ngapain ya? Enaknya ngapain ya? Akh. Gini saja deh, aku akan ke lembah bangkai menjemput mei ling terus pulang ke lembah tengkorak. Sudah terlalu lama aku meninggalkan rumah. Hehehe." kata panji tertawa kecil.
"Eladalah. Enak sekali kau! Acara pertemuan para pendekar itukan atas nama mu, enak saja kau mau pergi begitu saja. Tidak bisa! Kau juga harus hadir di pertemuan pendekar itu. Awas saja kalo kau berani pergi begitu saja, akan aku kebiri kau!" kata darma wangsa.
"Waduh. Gundul dong anu ku. Hahahaha." sahut panji tertawa lebar.
"Biarin saja. Biar kau bingung mau kencing lewat mana karna terong mentah mu sudah hilang. Hehehehe." kata darma wangsa terkekeh.
"Kalian ini dari tadi ngomongin apa sih? Kok aku tidak ngerti." tanya mayang merasa bingung dengan obrolan panji dan darma wangsa.
"hahahaha!" panji dan darma wangsa malah semakin tertawa lebar.
"kenapa kalian malah tertawa? Apa ada yang lucu dengan pertanyaan ku?" tanya mayang makin bingung.
"Mayang. Kau ikutlah datuk barat ke tempat ki lodaya, bawa juga melati kesana. Disana melati pasti akan aman dan bisa mendapat perawatan yang lebih baik." kata panji pada mayang.
"Tidak mau. Aku mau ikut kau saja, kaukan sudah berjanji akan mengajari ku ilmu silat, kau tidak boleh ingkar janji." sahut mayang tidak mau pergi.
"hehehehe. Dewa tengik, seorang laki laki sejati tidak boleh ingkar janji." kata darma wangsa tertawa terkekeh. "Aku liat gadis itu sudah jatuh hati padamu, hebat juga kau bisa membuat kaum wanita tergila gila padamu. Terong mentah mu itu mampu tidak melayani mereka semua? Hehehehe." ucapnya setengah berbisik di telinga panji.
"Sialan kau. Aku bukan pria hidung belang tau." sahut panji mencak mencak.
"kau memang bukan pria hidung belang tapi kau pria terong belang. Hahahaha." sahut darma wangsa langsung tertawa terbahak bahak. "Ya sudah kalo begitu akan aku bawa gadis itu ke tempat si tua bangka lodaya, biarkan mayang ikut kau saja, dari pada nanti dia diperjalanan melamun terus memikirkan mu, bisa membuatku repot ntar. Yach, kali saja terong mentah mu itu butuh wadah. Hehehehe." ucapnya tetap tidak lupa menggoda panji.
"Darma wangsa. Tutup mulut usil mu itu. Jangan bicara asal ngejeplak saja, hargai juga perasaan orang lain. Jika ada orang lain yang mendengar guraun tidak bermutu mu itu bisa timbul salah paham. Kasihan panji bisa jadi korban akibat mulut usil mu itu." hardik nyai klenting tidak senang dengan gurauan darma wangsa.
"hehehehe. Kau membela panji atau kau cemburu? Weh weh weh. Sadarlah nyai, kau ini sudah tua, sudah bukan anak gadis lagi, masih saja mau main cinta cintaan kayak anak muda saja. Hehe." sahut darma wangsa balik menggoda nyai klenting.
"Kau ini memang benar benar usil darma wangsa. Aku robek mulut usil mu itu!" teriak nyai klenting jadi jengkel sekali.
"Ups!" darma wangsa pura pura takut menutup mulutnya dengan menggunakan kedua tangannya. Dia lalu berjalan mendekati melati yang terbaring lemah belum siuman. "Dewa tengik. Aku akan langsung ke tempat ki lodaya, secepatnya kau juga harus hadir disana." ucapnya segera hendak mengangkat tubuh melati.
"Jangan kau sentuh tubuh gadis itu dengan tangan kotor mu! Sudah tua bangka masih mau menyentuh gadis muda. Huh!" bentak nyai klenting.
"Ekh. Apa iya tangan ku ini kotor? Perasaan tadi waktu cebok sudah aku bersihkan." kata darma wangsa berlagak kayak orang bego.
"Dasar kau memang benar benar bikin jengkel saja! Terserah apa kata mu, masa bodo!" seru nyai klenting kesal oleh tingkah konyol darma wangsa.
"hehe. Sudahlah nyai, kau jangan marah marah mulu. Bisa makin keriput kau ntar, ayo bantu aku membawa gadis ini." kata darma wangsa.
"huh. Tidak mau! Kau saja sendiri yang bawa." sahut nyai klenting cepat.
"Tadi kau bilang aku tidak boleh menyentuh gadis ini dengan tangan kotor ku, sekarang kau suruh aku untuk membawa gadis ini sendiri. Kau ini bagaimana sih? Tidak konsisten sama sekali omongan mu itu. Ya sudah, aku cuci dulu tangan ku. Kali saja beneran ada kotoran bekas cebok tadi di tangan ku." kata darma wangsa beneran mencuci tangannya. Dia lalu mengangkat tubuh melati dalam pondongan di bahunya. "Ayo pergi." ajaknya pada nyai klenting.
"Kau pergi saja sendiri ke tempat ki lodaya, aku harus mencari murid ku dulu." sahut nyai klenting.
"Urusan mencari murid mu kau tunda saja dulu, masalah dunia persilatan jauh lebih penting. Ayo pergi!" kata darma wangsa.
"Aku mencari murid ku juga ini berkaitan dengan masalah dunia persilatan saat ini, dia telah mencuri bubuk pelemah urat. Jika bubuk itu dia salah gunakan maka akan terjadi malapetaka besar di dunia persilatan, apa lagi aku mendengar dia bergabung dengan raden baruna maka semakin besar malapetaka yang akan timbul." kata nyai klenting.
"Malapetaka memang sudah timbul nyai, buktinya gadis ini terkena bubuk pelemah urat. itu berarti bubuk itu sudah jatuh di tangan orang orang jahat, untuk mencegah bubuk itu agar tidak mencelakai orang lain kau harus bisa mengambil bubuk itu kembali atau kau siapkan saja penawarnya untuk mengobati orang orang yang kena bubuk itu." kata darma wangsa.
"Penawar bubuk itu sangat langka sekali, aku tidak memiliki persediaan lebih bahkan aku sendiri tidak tahu gimana cara membuat penawar itu. Jalan satu satunya hanyalah mengambil bubuk itu dan penawarnya." kata nyai klenting.
"Datuk gila, sudahlah. Kau pergi saja sendiri, biarkan saja nyai klenting menyelesekan urusannya itu." kata panji menengahi.
"Ya baiklah kalo begitu." sahut darma wangsa.
"Satu lagi ki, kemungkinan besar dalam pertemuan pendekar besok ada seseorang yang akan menyusup, aku harap kau bisa bijak dalam mengatasi para penyusup itu. Sementara itu aku akan mencari tahu siapa saja orang orang yang tergabung dalam kelompok pendeta sesat." kata panji.
"Aku mengerti." kata darma wangsa.
"Pergilah!" kata panji.
Darma wangsa langsung melesat pergi sambil membawa melati yang pingsan.
"hmm. Dengan begini aku bisa lebih fokus dalam menghadapi masalah dunia persilatan." gumam panji menghela nafas lega.
"Anak muda." tegur nyai klenting menatap panji tajam. "Aku tidak menduga jika orang yang bergelar dewa tengah adalah seorang anak muda seperti mu. ini lelucon atau apa? Kenapa para tokoh termahsyur dunia persilatan bisa mengangkat mu menjadi pemimpin lima kedudukan penting dunia persilatan, aku benar benar heran." ucapnya.
"hmm?" panji hanya bergumam saja.
"Anak muda. Apa karna kau memiliki tenaga dalam ilmu 9 matahari lantas kau bisa menjadi pemimpin dunia persilatan begitu saja, tenaga dalam ilmu 9 matahari memang sangat hebat tapi bukan berarti tenaga dalam itu tidak memiliki tandingannya di dunia ini." kata nyai klenting dingin.
"Apa maksut nyai bicara seperti itu?" tanya panji heran.
"Kau jangan berpura pura bodoh di hadapan ku bocah, aku tahu tenaga dalam apa yang kau gunakan tadi sewaktu mengobati gadis yang terkena bubuk pelemah urat tadi." kata nyai klenting.
"Benar. Lalu?" tanya panji.
"katakan dengan jujur anak muda, sebenarnya kau ini anak murid siapa? Kau anak murid perguruan pancasona atau partai awan merah?" seru nyai klenting bertanya tegas.
"Owh, soal itu. Nyai silakan cari tahu saja sendiri saya anak murid perguruan mana." kata panji ringan ringan saja.
"huhuh. Kau jangan bersikap angkuh di depan ku anak muda, apa karna kau memiliki tenaga dalam ilmu 9 matahari lantas kau bisa bersikap angkuh di hadapan ku. Hah? Apa hebatnya ilmu 9 matahari, di hadapan ku ilmu itu tidak berarti apa apa pada ku. Asal kau tahu ilmu 9 matahari bukan yang terhebat di dunia ini tetapi masih ada ilmu lain yang bisa menandinginya." kata nyai klenting dingin.
"Owh ya? Apa itu kalo boleh saya tahu?" tanya panji santai.
"hm. ilmu 9 matahari termasuk salah satu dari ilmu 8 unsur, yaitu matahari, bulan, api, air, angin, tanah, kayu dan petir. Dahulu ilmu 8 unsur itu memang merajai dunia persilatan tetapi setelah di kaji dan di selidiki ilmu 8 unsur berasal dari peleburan tiga ilmu dewa yaitu ilmu sembilan, ilmu penakluk langit dan bumi, dan ilmu merengkah gunung. Jadi ilmu 8 unsur kehebatannya masih di bawah dari ketiga ilmu dewa tersebut. Kalo kau sudah merasa jago dan angkuh hanya karna memiliki tenaga dalam ilmu 9 matahari maka kau salah besar, salah besar anak muda. ingat itu!" kata nyai klenting sangat tandas sekali.
"Dari tadi nyai bicara berputar putar saja, katakan saja apa yang sebenarnya nyai mau katakan kepada saya." kata panji.
"Aku hanya mau bilang, kau jangan merasa sudah paling hebat di dunia persilatan. Mengandalkan tenaga dalam ilmu 9 matahari untuk menjadi ketua dunia persilatan. Huhuh, lucu sekali." kata nyai klenting.
"heheh. Ternyata itu yang ingin nyai katakan." kata panji tertawa kecil. "Menjadi ketua dunia persilatan bukan keinginan saya, para pendekar persilatan yang mengangkat saya menjadi ketua dunia persilatan sewaktu turnamen pedang di puncak lawu. Saya pribadi sebenarnya tidak mau menerima jabatan terhormat itu tapi kalo nyai berkata saya menjadi dunia persilatan hanya karna saya memiliki tenaga dalam ilmu 9 matahari, nyai salah besar. Saya katakan secara tegas, nyai salah besar." ucapnya tenang.
"huhuh. Salah besar kata mu? Lalu tenaga dalam apa yang kau andalkan kalo bukan tenaga dalam 9 matahari. Hm?" tanya nyai klenting dingin.
"Bagaimana jika bilang kalo aku menguasai ilmu 8 unsur?" kata panji tersenyum sinis.
"Apa? Kau menguasai ilmu 8 unsur? Tidak mungkin. Kau jangan bermimpi bocah. Di dunia ini yang menguasai ilmu 8 unsur hanya satu orang saja yaitu pangeran matahari dan itupun di masa ratusan tahun yang lalu, jadi sangat tidak mungkin di jaman ini ada orang yang mampu menguasai ilmu 8 unsur." seru nyai klenting tidak percaya.
"Kenapa tidak mungkin?" tanya panji.
"Karna untuk mempelajari ilmu 8 unsur itu tidak akan mungkin bisa. Aku beri contoh padamu, ilmu 9 matahari berlawanan dengan ilmu 9 bulan. Bila kau mempelajari kedua ilmu itu maka hawa panas dan dingin dari kedua ilmu itu tidak akan mungkin bisa bersatu, kedua hawa itu akan bertarung hebat di dalam tubuh mu dan akibatnya kedua hawa itu akan membunuh mu. itu baru dua ilmu, lalu bagaimana jika 8 ilmu itu di pelajari semua? Maka yang terjadi adalah kematian yang akan terjadi. Paham kau anak muda?" kata nyai klenting.
"Ya. Paham." jawab panji.
"Apa kau masih mau bilang kalo kau menguasai ilmu 8 unsur itu. Hm?" tanya nyai klenting menertawakan panji.
"Apa nyai pernah meliat atau merasakan bagaimana wujud ilmu 8 unsur itu?" tanya panji ingin tahu.
"Tidak semuanya. Aku hanya pernah merasakan tenaga dalam ilmu 9 matahari dan ilmu 9 bulan saja, yang lain aku belum pernah merasakannya." jawab nyai klenting.
"Nyai pernah merasakan tenaga dalam ilmu 9 bulan? Siapa yang menguasai ilmu 9 bulan itu, nyai?" tanya panji agak kaget mendengar itu.
"Yaitu setan cakar berbisa sika mawarni, musuh bebuyutan ku." jawab nyai klenting.
"Owh. Nyai sika mawarni tidak memiliki tenaga dalam ilmu 9 bulan yang saya tahu. Tenaga dalam dia yang saya tahu dari inti es yang beracun, kalo jurus cakar tulang putih 9 bulan memang dari ilmu 9 bulan tapi kalo tenaga dalamnya bukan dari ilmu 9 bulan. itu yang saya tahu." kata panji santai.
"tenaga dalam sika mawarni bukan tenaga dalam ilmu 9 bulan? Mustahil. Aku merasakan sendiri gimana tenaga dalam yang dia miliki sangat dingin sekali, itu adalah tenaga dalam ilmu 9 bulan. Kau jangan ngaco belo bocah, bagaimana kau tahu tenaga dalam sika mawarni bukan tenaga dalam ilmu 9 bulan? Ayo jawab!" seru nyai klenting.
"Sewaktu di kaki gunung lawu sebelum turnamen pedang, saya bertemu nyai sika mawarni. Dia marah sama saya karna saya telah menolong menyembuhkan dua orang gadis anak murid partai naga langit dari pukulan beracunnya. Demi menolong dua gadis anak murid partai naga langit itu akhirnya saya mengajak nyai sika mawarni bertaruh, yaitu jika saya berhasil menahan tiga pukulan saktinya maka dia harus melepaskan dua gadis itu dan tidak boleh mengganggunya lagi." kata panji.
"Lalu apa yang terjadi? Kau berhasil menahan ketiga pukulan saktinya itu?" tanya nyai klenting ingin tahu.
"Ya." jawab panji mengangguk pelan. "Dari ketiga pukulan yang ku terima itulah aku tahu kalo tenaga dalam nyai sika mawarni bukan tenaga dalam dari ilmu 9 bulan." ucapnya.
"Kau berhasil menahan ketiga pukulan sakti sika mawarni? Apa kau terluka?" tanya nyai klenting terkejut tidak percaya.
"Tidak." jawab panji.
"Kau tidak terluka? Mustahil. Sika mawarni memiliki pukulan sakti yang sangat hebat, pukulannya itu sanggup menghancurkan batu besar, sangat murtahil kau mampu menahan pukulan itu tanpa terluka. Sulit untuk aku percaya." seru nyai klenting keheranan.
"Percaya atau tidak itu terserah nyai, yang pasti aku bicara jujur apa adanya." kata panji.
"huhuh. Aku tetap tidak percaya anak muda, aku harus membuktikannya sendiri. Bagaimana kalo kita juga bertaruh?" kata nyai klenting menatap panji tajam.
"bertaruh apa maksut nyai?" tanya panji.
"Sama seperti kau bertaruh dengan sika mawarni. Maukah kau menahan tiga pukulan sakti dari ku?" kata nyai klenting.
"hahaha. Untuk apa aku bertaruh hal sebodoh itu? Aku tidak mau mati konyol dalam taruhan yang tidak ada artinya itu." kata panji tertawa lebar.
"itu artinya apa yang tadi kau ucapkan hanyalah suatu kebohongan belaka. Huhuhuhu, ternyata kau hanya seorang pembohong besar bocah. Jadi seperti ini nyali seseorang yang oleh dunia persilatan di gelari dewa tengah? Orang yang di angkat jadi ketua dunia persilatan? Huhuhu, memalukan sekali." kata nyai klenting tertawa dingin memancing amarah panji.
"Saya mau tanya, apa untungnya buat ku menerima tantangan mu itu. Hm? Kehormatan apa jika menang?" tanya panji tentap tenang.
"ini kehormatan sebagai pendekar dunia persilatan, menolak tantangan itu artinya sama saja kau merendahkan diri mu sendiri dan itu artinya kau tidak lebih dari manusia yang hina dina." sahut nyai klenting semakin genca r memprovokasi panji.
"hahahaha." panji tertawa mendengar itu. "Tajam juga kata katamu nyai. Saya jadi penasaran, apa sebenarnya tujuan mu terus mendesakku menerima taruhan mu itu? Apa yang kau ingin kan dari ku jika kau menang taruhan itu?" tanyanya.
"huhuhuhu. Tentu saja aku punya tujuan khusus menantangmu bertaruh. Setiap pendekar persilatan pasti menginginka menjadi yang terkuat dan terhebat di dunia persilatan, jika aku menang maka kau harus meletakkan jabatan ketua dunia persilatan itu dan di serahkan kepada ku. Bagaimana? Apa kau berani?" kata nyai klenting.
"Owh, jadi itu tujuan mu. Hmm, menarik juga." kata panji manggut manggut. "Begini saja, nyai. Bagaimana jika aku menantang mu bertaruh? Jika kau berhasil mengalahkan mayang dalam adu ilmu silat maka jabatan dunia persilatan akan aku serahkan padamu dan aku akan menjadi pelayan mu seumur hidup ku. Bagaimana? Apa kau berani menerima tantanganku?" serunya.
"APA?!" seru mayang kaget mendengar itu. "Aku? Aku melawan nyai klenting? Kau..Kau serius panji?kau jangan becanda." serunya.
"kenapa? Apa kau takut melawan wanita tua itu?" tanya panji.
"Bukan begitu. Tapi.. Tapi.." sahut mayang kebingungan.
"Tenang saja. Kau tidak akan apa apa. ini bagus untuk mengembangkan ilmu silat mu, jarang jarang ada kesempatan berlatih ilmu silat sebaik ini. Kau harus memanfaatkannya dengan sebaik baiknya." kata panji.
"Tapi.." kata mayang masih bersangsi.
"Kau tidak usah pikirkan apa taruhan itu, yang terpenting kau lawan saja wanita tua itu dengan kemampuan mu. ingatlah semua petunjuk yang aku berikan padamu, kau mengerti?" kata panji.
"Kalo aku kalah bagaimana?" tanya mayang masih ragu ragu.
"Kalah menang adalah hal yang lumrah. Berusahalah dulu, masalah menang kalah tidak perlu kau pusingkan. Paham?" kata panji.
"Emp. Baiklah. Aku akan berusaha semampuku!" sahut mayang memantapkan hati.
"Bagus." kata panji tersenyum lebar.
"hahahaha. Anak muda, kau meremeh aku rupanya. Baik, aku terima tantangan mu! Kau akan menyesal seumur hidupmu telah memandang remeh padaku." seru nyai kenting tandas sekali karna merasa di remehkan.
Panji hanya tersenyum lebar saja meliat nyai klenting. "Mayang. Majulah!" ucapnya menatap mayang.
"Baik." sahut mayang mengangguk cepat. Dia segera beranjak berdiri dan berjalan di tempat yang lapang.
"hik.hik.hik." nyai klenting tertawa sebentar lalu melenting tinggi di udara dan mendarat ringan di tanah. "Anak manis, ayo majulah serang aku. Akan aku buat kau tidak berkutik dalam tiga jurus. Majulah!" serunya memandang remeh mayang.
Mayang memejamkan mata sejenak guna menentramkan hatinya yang deg degkan, dia memikirkan semua apa yang panji pernah katakan yaitu petunjuk mengenai jurus naga sakti sempurna. Setelah berhasil menenangkan hatinya dia lalu menatap tajam nyai klenting seraya membuka jurus pembuka rangkaian jurus naga sakti.
"Aku mulai, nyai. Hyeaat!" seru mayang lantang.
"hik.hik.hik. Hupz!" seru nyai klenting tertawa terkikik.
Mayang bergerak cepat dalam jurus pembuka rangkaian jurus naga sakti, berbeda pada jurus jurus sebelumnya dari jurus yang dia pelajari dari ki jaludra gurunya itu, terliat mayang sekarang jauh lebih tenang dari biasanya dan gerakan jurusnya begitu ringan dan mengalir. kelincahan, kecepatan dan pengaturan tenaganya juga jauh lebih sempurna serta penggabungan jurus jurusnya lebih mantap. Entah ilham dari mana yang mayang dapat tiba tiba dia mampu menyelami intisari paling dalam tentang rangkaian jurus naga sakti itu, sepertinya mayang telah berhasil menyelami seluruh inti terdasar dari rangkaian jurus naga sakti tersebut.
"Jurus naga sakti?!" seru nyai klenting kaget sekali meliat jurus yang dimainkan mayang. "Gadis kecil. Dari mana kau belajar jurus naga sakti? Apa kau murid pendekar naga sakti?" serunya bertanya.
"Benar. Aku adalah murid pendekar naga sakti." sahut mayang lantang.
"Apa? Jadi kau murid si tua bangka ki jaludra?" seru nyai klenting terkejut.
"Benar. Kenapa?" sahut mayang cepat.
"Tidak mungkin. Aku sangat kenal seperti apa jurus naga sakti ki jaludra, jurus yang kau mainkan memang seperti jurus naga sakti tapi jurus yang kau mainkan jauh lebih hebat dan sempurna. Belasan tahun ki jaludra berusaha menyempurnakan jurus naga sakti itu tapi tidak berhasil, apa dia sekarang sudah berhasil menyempurnakan jurus naga saktinya itu?" seru nyai klenting.
"Belum. Guruku belum berhasil menyempurnakan jurus naga saktinya." sahut mayang jujur.
"Belum? Lalu dari mana kau bisa menyempurnakan jurus itu?" tanya nyai klenting heran.
"Panji. Dia yang menyempurnakan jurus naga sakti ku." jawab mayang jujur.
"Panji?!" seru nyai klenting melirik panji.
"Ya. Dia yang menyempurnakan jurus naga sakti ku. Kenapa?" kata mayang.
"hmm. Mustahil. Dari mana anak muda itu bisa menyempurnakan jurus naga sakti? Aku tahu jurus naga sakti adalah termasuk dari ilmu 8 unsur. Apakah benar yang dia bilang tadi kalo dia menguasai ilmu 8 unsur? Tidak mungkin." gumam nyai klenting lirih.
"Bagaimana nyai? Bisa kita lanjutkan lagi pertarungan kita?" tanya mayang.
"hik.hik.hik. Kau percaya diri sekali gadis kecil, aku akui jurus naga sakti mu memang lebih sempurna dari gurumu tapi jangan harap kau bisa mengalahkan aku dengan jurus murahan itu, aku tahu apa kelemahan jurus naga sakti itu, gurumu saja sampe sekarang tidak mampu mengalahkan aku jadi kau jangan jumawa. Hik.hik." kata nyai klenting tertawa terkikik.
"Kalo begitu ayo kita lanjutkan lagi pertarungan kita." seru mayang tegas.
"Majulah!" seru nyai klenting.
Mayang kembali menyerang nyai klenting dan kali gerakan jurusnya kembali berubah ubah dengan kecepatan yang tidak beraturan, kadang cepat kadang lamban tetapi tetap membentuk suatu rangkaian jurus yang berbahaya.
Nyai klenting benar benar di buat kaget dan kerepotan dalam menghindari serangan mayang yang sangat membingungkan dirinya, gerakan jurus mayang benar benar tidak bisa di perkirakan kemana arahnya, bila di hadang ke atas tapi tiba tiba serangan mayang mengarah ke bawah dan saling susul menyusul. Nyai klenting masih beruntung karna memiliki pengalaman bertarung yang sudah puluhan kali bahkan ratusan kali di banding mayang yang masih hijau, jika mayang sudaah memiliki pengalaman lebih maka sudah sejak siang siang nyai klenting pasti sudah roboh tidak berkutik.
"Kurang ajar. Aku sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari serangan gadis ingusan ini, jurus jurusnya benar benar luar biasa dan berbeda dengan jurus naga sakti milik ki jaludra. Hmm, terpaksa aku harus mengeluarkan jurus simpanan ku, aku tidak mau dipermalukan oleh gadis ingusan itu." batin nyai klenting dalam hati.
Nyai klenting seketika mengubah jurusnya dan mulai mengeluarkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Panji tersenyum meliat nyai klenting sudah mulai serius mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. "wanita tua itu sudah mulai serius, bagus. Ayo mayang kau harus bisa mengatasi serangan nyai klenting yang sudah mulai serius, ini kesempatan bagus buat mu untuk menambah pengalaman mu." pikirnya.
Mendapati lawannya mulai serius membuat mayang menambah tenaga dalamnya yang ini terliat dari aura yang keluar dari tubuh mayang dimana aura itu berwarna biru cukup terang, aura paling inti dari unsur api dari tenaga dalam ilmu naga sakti.
"Ekh. itu? Aura itu? Tidak mungkin. Tidak mungkin. Aura itu..." seru panji kaget sampe terlonjak dari duduknya meliat warna aura yang keluar dari tubuh mayang.
Aura apa yang sebenarnya keluar dari tubuh mayang, sampe sampe panji terlonjak kaget?!
"Tidak mungkin. Aku harus memastikan dulu sampe dimana aura yang keluar dari tubuh mayang, jika sampe aura itu berwarna biru terang maka tidak salah lagi itu adalah aura milik naga dalam legenda yaitu Naga putih bermata biru, Seekor naga legenda yang memiliki kekuatan sangat mengerikan dan menakutkan bernama naga langit ketujuh. Jika sampe mayang benar benar memiliki kekuatan naga langit ketujuh maka tidak akan ada seorangpun yang mampu menahannya, bahkan aku sendiripun tidak akan sanggup menahannya dengan kekuatan yang aku miliki sekarang karna hanya ketiga ilmu dewalah yang sanggup meredam kekuatan naga langit ketujuh. Aku harus pastikan apakah itu benar aura naga langit ketujuh atau bukan." gumam panji terus memperhatikan aura yang keluar dari tubuh mayang.
Tampak aura yang keluar dari tubuh mayang semakin terang seiring meningkatnya serangan kedua orang yang bertarung, panji semakin deg degkan memperhatikan perubahan aura yang keluar dari tubuh mayang yang memang semakin terang namun perubahan aura mayang tidak menjadi biru terang tetapi berubah warna menjadi kuning keemasan. Seketika panji jadi langsung bernafas lega meliat perubahan warna aura yang keluar dari tubuh mayang.
"Fiuhz. Mengagetkan saja, hampir saja aku mati. Untung ternyata itu bukan aura dari naga langit ketujuh, itu hanya aura dari naga puspa. Selamat, selamat, aku masih selamat. Hufh." ucap panji bernafas lega dan kembali duduk tenang.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa panji terliat begitu ketakutan saat mayang mengeluarkan aura berwarna biru agak terang? Apa yang sebenarnya panji takutkan?
Dahulu saat panji pertama kali tersesat ke masa 400 tahun yang lalu, dia tidak sengaja telah menelan pil mutiara naga yang di jaga oleh seekor naga raksasa berwarna putih bermata biru, karna kejadian itu membuat naga itu murka dan akan membunuh panji, beruntung panji memiliki tiga ilmu dewa dan mampu menaklukkan naga tersebut. Nah, bila naga itu muncul lagi melalui tubuh mayang maka panji tidak mungkin sanggup melawan naga itu karna tiga ilmu dewanya sudah di kunci oleh sang resi gurunya. Wajar saja jika panji sampe gemetar ketakutan jika naga legenda itu benar benar muncul maka bisa dipastika dia pasti akan mati oleh naga itu.
Pertarungan mayang dan nyai klenting semakin seru dan sengit, entah sudah berapa puluh jurus mereka keluarkan, haripun juga sudah beranjak semakin siang dan itu artinya mereka sudah bertarung lebih dari empat jam, belum ada yang terliat saling mendesak satu sama lain namun di liat dari deru nafas yang keluar dari nyai klenting maka bisa di tebak jika nyai klenting sudah mulai kelelahan.
"Hupz. Hyeaaatt!" teriak mayang melenting tinggi dan langsung menukik ke bawah dalam gerakan jurus naga sakti meluruk bumi.
Nyai klenting sudah tidak mampu menghindari la gi serangan jurus mayang dan tak pelak lagi nyai klenting harus merelakan dadanya terkena pukulan tangan mayang.
"Aaaakh!" jerit nyai klenting terpental roboh ke tanah terkena pukulan jurus mayang.
Nyai klenting terkapar di tanah tidak berkutik sama sekali, sepertinya dia tidak sadarkan diri akibat terkena pukulan jurus mayang.
Mayang meliat nyai klenting dengan sikap yang kurang percaya jika dia telah berhasil mengalahkan nyai klenting, dia tidak menduga jika ilmu silatnya jauh lebih hebat. Dia segera menoleh ke arah panji dan dia jadi keheranan karna ternyata panji sedang duduk bersandar pada pohon dalam keadaan tertidur pulas.
"Dia malah tidur, aku bertarung mati matian melawan nyai klenting demi dia ekh dia malah asik asik tidur. Dasar orang tidak punya perasaan!" gerutu mayang.
Mayang buru buru mendekati panji dan langsung membangunkan panji.
"Panji. Panji. Bangun!" seru mayang membangunkan panji.
Panji membuka matanya karna di bangunkan mayang, dia menggeliat sejenak sambil menguap lebar.
"hoaehmm. Ada apa?" tanya panji menguap lalu mengucek ucek mata.
"Kau ini gimana sih? Aku bertarung mati matian demi kamu, kau malah enak enakkan tidur." seru mayang.
"Owh. Sudah selese ya?" kata panji ringan sekali seolah seperti tidak terjadi apa apa.
"Ya." sahut mayang.
"Owh." kata panji.
"Dasar kau ini. Aku bertarung sengit kau malah tidur. Apa kau tidak kuatir kalo aku kalah? Kalo aku kalah kau benar benar bisa jadi pelayan wanita tua itu." seru mayang.
Panji hanya tertawa saja.
"Malah tertawa." omel mayang jadi jengkel sendiri.
"Hehehe. Habisnya kau ini kelamaan bertarungnya, melawan wanita tua itu saja kau membutuhkan waktu lama, aku jadi ngantuk meliatnya." kata panji.
"ikh. Kau kira gampang apa mengalahkan wanita tua itu, susah tau." seru mayang sengit.
"Gampang. Kau saja yang bodoh, kalo aku yang melawan dia, aku cuma butuh satu jurus saja untuk mengalahkan dia." kata panji.
"kalo begitu kenapa bukan kau saja yang tadi maja melawan dia, kenapa menyuruh aku? Huh. Orang sudah di bantuin juga malah menyalahkan aku, pake bilang aku bodoh lagi. Dasar orang tidak tau terima kasih. Huh." seru mayang jadi marah marah.
"iya iya, maaf. Ya sudah aku ucapkan terima kasih padamu. Berkat kau aku tidak jadi pelayan wanita tua. Hm!" kata panji tersenyum lembut.
"Tau ah!" omel mayang dengan muka di tekuk.
Panji hanya tertawa kecil saja meliat mayang yang ngambek menekuk muka, dia beranjak berdiri lalu berjalan mendekati nyai klenting yang terkapar pingsan di tanah.
"hmm. Dia kalah karna kelelahan, jika dia sedikit saja dia masih memiliki tenaga mungkin dia tidak akan sampe pingsan seperti ini. Untung saja daya tahan tubuhnya cukup kuat, kalo tidak kuat, mungkin saat ini dia bukan pingsan tapi binasa. Mayang masih belum bisa mengatur tenaga dalamnya dengan baik, dia masih butuh banyak latihan dalam mengontrol tenaga dalamnya." pikir panji. "Untuk sementara biarlah nyai klenting terbaring disini, paling nanti juga dia siuman sendiri." gumamnya.
"Panji. Apa nyai klenting tidak apa apa? Tadi aku terlalu keras memukulnya, takutnya dia terluka dalam parah." tanya mayang.
"Dia tidak apa apa. Dia hanya kelelahan saja." kata panji.
"Dia tidak apa apa? Aku memukulnya hampir dengan seluruh tenaga dalam ku tapi dia tidak apa apa. Yang benar?" tanya mayang heran.
"hehehe. Kau ini berlagak seperti orang hebat saja. Mengontrol tenaga dalam saja masih belum bisa sudah sok sokan jadi orang hebat." kata panji tertawa sambil geleng geleng kepala meliat mayang. "Sudahlah. Kau semedilah dulu memulihkan tenaga dalam mu, aku mau pergi sebentar." ucapnya.
"Kau mau kemana?" tanya mayang.
"Aku mau mencari makan dulu buat kita, kau pasti laparkan sejak pagi tadi belum makan." kata panji.
"Owh. Baiklah." kata mayang mengangguk.
Panji segera berjalan pergi, sementara mayang duduk bersila bersemedi guna mengembalikan tenaga dalamnya yang lemah setelah bertarung melawan nyai klenting.
* * *
ROMBONGAN Prajurit kerajaan galuh berjalan beriringan di jalanan pinggir hutan, di depan rombongan terliat dua perwira muda duduk dengan gagah di atas pelana kuda, dua perwira muda itu mengapit dua orang petinggi istana yaitu ki ageng putih dan kenanga putri raja galuh. Di belakang mereka ada sekitar dua belas prajurit yang berjalan mengikuti bersenjata pedang. Entah kemana tujuan mereka namun sepertinya sangat penting sekali karna ini terliat dari prajurit yang di bawa adalah prajurit terbaik istana.
"Guru. Apa guru yakin hendak ke perguruan jari sakti? Siapa tahu berita yang tadi kita dengar hanya kabar angin saja." kata gadis berbaju kuning bernama kenanga.
"Tidak nimas. Guru yakin berita itu bukan kabar angin belaka, kita harus kesana untuk membuktikan kebenarannya." kata ki ageng putih.
"Tapi bagaimana kalo itu hanya kabar angin belaka?" tanya kenanga.
"Guru tetap yakin itu bukan kabar angin belaka." jawab ki ageng putih.
"Tapi guru?" kata kenanga masih belum percaya.
"Sudahlah nimas., Tidak usah berdebat lagi, percayalah pada guru." kata ki ageng putih cepat.
Kenanga tidak bisa apa apa lagi karena sang guru sudah memutuskan maka dia hanya bisa diam dan mengikutinya saja.
Tiba tiba mereka mendengar suara pertarungan tidak jauh dari tempat mereka yang arahnya dari arah timur yaitu terletak di balik hutan.
"Guru. Guru dengar tidak?" tanya kenangan tiba tiba.
"Ya. Guru juga dengar." jawab ki ageng putih mengangguk.
"itu seperti suara orang bertarung, siapa yang tengah bertarung di tempat sesepi ini? Guru, bagaimana kalo kita liat siapa yang bertarung?" kata kenanga.
"Emp. Mari nimas." kata ki ageng putih
Mereka segera berjalan menuju ke arah suara pertarungan, setelah sampe ke tempat asal suara pertarungan tersebut mereka meliat ada tiga kelompok pertarungan yang terjadi.
"Guru. Siapa mereka?" tanya kenanga.
Ki ageng putih terdiam terus memperhatikan orang orang yang bertarung itu. "hm. Kalo aku tidak salah mereka adalah para pendekar dari pesisir selatan, julukan mereka adalah tiga utusan dasar neraka. Mereka bukan orang sembarangan, ilmu silat mereka luar biasa tinggi. Apa tujuan mereka jauh jauh dari pesisir selatan ketempat ini? Apa yang mereka cari?" gumamnya dalam hati. "kalo laki laki tua dan gadis muda itu jika di liat dari jurus jurunya itu seperti jurus naga sakti. Mungkinkah orang itu adalah pendekar naga sakti ki jaludra? Sudah lama dia tidak muncul di dunia persilatan, kali ini dia muncul pasti ada suatu urusan yang sangat penting sampe membuatnya keluar dari tempatnya. Kalo laki laki tua yang satu lagi aku tidak tahu siapa dia. Yang pasti ada masalah apa di antara mereka sampe bertarung mati matian seperti itu? Aneh." batinnya lagi di dalam hati.
"Guru!" tegur kenanga karna meliat gurunya hanya diam saja.
"Diamlah nimas, jangan ribut. Mereka orang orang hebat dunia persilatan, kalo tidak hati hati bisa bisa kita kena imbasnya juga. Kita liat dulu pertarungan mereka sambil mencari tahu ada masalah apa di antara mereka." hardik ki ageng putih.
Mereka terus meliat tiga kelompok pertarungan yang terjadi, dua pertarungan yang lain masih terliat cukup seimbang namun pertarungan antara seorang pria baju hitam berikat kepala warna merah melawan seorang gadis baju ungu terliat tidak begitu seimbang, berkali kaki gadis baju ungu yang tidak lain adalah anggini terkena serangan lawannya dan akibatnya membuat kosentrasi gurunya yaitu ki jaludra jadi terpecah karna mencemaskan anggini. ki jaludrapun tidak luput kena di hajar serangan lawannya. Sontak saja kedua guru dan murid itu roboh terjatuh oleh serangan lawan lawannya.
"Hyeaaat!"
Tiba tiba ada dua bayangan melesat menghadang serangan dua orang utusan dasar neraka yang hendak menyerang ki jaludra dan anggini.
"Panji? Mayang?" seru ki jaludra dan anggini serentak mengenali dua orang yang menolong mereka.
"Guru. Anggini. Kalian tidak apa apa?" seru mayang bertanya.
Ki jaludra dan anggini segera beranjak berdiri.
"kami tidak apa apa." jawab ki jaludra.
"Sukurlah jika kalian tidak apa apa." kata mayang lega.
"Siapa kalian? Berani sekali mengganggu urusan kami. Hah?" bentak seorang pria berikat kepala warna biru salah satu dari tiga utusan dasar neraka.
"Harusnya kami yang bertanya, siapa kalian? Kenapa menyerang teman teman ku?" sahut panji menatap tajam tiga orang utusan dasar neraka.
"hahahaha. Rupanya kau tidak kenal siapa kami? Dengar. Kami adalah tiga utusan dasar neraka." teriak pria berikat kepala warna merah.
"Tiga utusan dasar neraka? Owh, jadi kalian utusan dari dasar neraka. Pantas muka kalian jelek jelek semua, persis seperti setan penghuni neraka. Haha." kata panji tertawa meledek.
"Bangsat! Berani sekali kau menghina kami. Rupanya kau tidak tahu kehebatan ilmu kami, ku bunuh kau!" teriak pria berikat kepala merah gusar.
"Sabar kisanak. Jangan marah marah begitu, kalo kalian marah muka kalian makin jelek, tidak sedap dipandang." kata panji tertawa kecil. "Apa kalian cecunguknya pendeta kalawija?" tanyanya.
"Kalian benar kau mau apa?" tanya pria ikat kepala merah.
"Owh, jadi kalian benar cecunguknya pendeta kalawija. Hmm, aku tidak mau apa apa tapi tolong sampekan pada pendeta kalawija jika dia tidak menghentikan rencananya maka aku akan menghancurkan dia." kata panji tegas.
"hahaha. Memang siapa kau berani sekali mengancam kami. Apa kemampuan mu. Hah?" sahut pria ikat kepala merah tertawa memandang remeh panji.
"Aku dewa tengah. Apakah gelar ku cukup membuat kalian menuruti perintah ku?" kata panji tersenyum.
"APA?!" seru tiga utusan dasar neraka bersurut tiga langkah karna terkejut. "Kau.. Kau dewa tengah?" tanya mereka.
"Benar." kata panji mengangguk pelan.
Tiga utusan dasar neraka saling pandang seperti orang berunding.
"Bagaimana ini? Jika benar dia si dewa tengah maka kita mungkin akan bisa mengalahkan dia. Kita mundur atau tetap nekat maju?" tanya pria ikat kepala biru.
"Kita mundur saja, kita laporkan hal ini pada pendeta kalawija. Bagaimana?" kata pria ikat kepala kuning.
"Aku setuju. Aku tidak mau mati konyol di tempat ini." sahut pria ikat kepala biru setuju.
"Dasar kalian bodoh semua!" bentak pria ikat kepala merah yang sepertinya orang tertua di antara tiga utusan dasar neraka. "Kenapa kalian jadi pengecut seperti ini hanya gara gara pemuda itu mengaku sebagai dewa tengah. Hah? Kita ini adalah tiga utusan dasar neraka, m asa jadi gentar hanya karna nama dewa tengah." ucapnya.
"Tapi kita tidak mungkin bisa mengalahkan dewa tengah, apa kau lupa apa pesan guru? Bila kita bertemu orang yang bergelar dewa tengah, kita di larang untuk melawannya karna kita tidak akan mungkin bisa mengalahkannya. Apa kau lupa?" kata pria ikat kepala kuning.
"Benar. Guru saja kalah sama dewa tengah apa lagi kita. Kita jangan cari celaka melawan dewa tengah." sahut pria ikat kepala warna biru.
"Akh. Peduli setan sama pesan guru. Aku tetap tidak percaya jika dia dewa tengah. Kalo kalian takut, biar aku yang akan melawan dia sendiri." seru pria ikat kepala merah tetap ngotot.
"Jangan. Kami tidak mau kau celaka, apa kau mau kau kehilangan ilmu silat mu oleh ilmu 9 jalur nerakanya?" cegah pria ikat kepala biru menasehati.
"huhuh. Aku malah ingin tahu seberapa hebatnya ilmu 9 jalur neraka itu, apakah sehebat ilmu kutukan dasar neraka kita." kata pria ikat kepala merah mendengus dingin.
"Terserah kau sajala, jika terjadi apa apa sama kau maka jangan salahkan kami yang telah menasehati kau." kata pria ikat kepala biru acuh tak acuh.
Pria ikat kepala merah maju selangkah ke hadapan panji. "jadi kau yang bergelar dewa tengah? Kata orang ilmu 9 jalur neraka mu sangat di takuti, aku jadi penasaran apa hebatnya ilmu kacangan itu." ucapnya dingin.
Panji menatap tajam sekali pada pria ikat kepala merah. "Kau menantang ku?" tanyanya angker sekali.
"Ya. Aku menantang mu!" seru pria ikat kepala merah.
"huhuhuh. Jadi kau ingin merasakan ilmu 9 jalur neraka ku? Sayang sekali aku tidak tertarik melawan mu, hanya mengotor ngotori tangan ku." kata panji tidak mau melawan pria ikat kepala merah. "Mayang! Kau lawan cecunguk jelek itu. Jangan bunuh dia tapi cukuplah membuatnya terluka." serunya pada mayang.
"Baik. Aku mengerti!" sahut mayang mengangguk.
"APA?!" seru ki jaludra terkejut sekali mendengar panji menyuruh mayang melawan utusan dasar neraka. Dia tahu tingkat kehebatan ilmu silat utusan dasar neraka yang sangat tinggi, bagaimana mungkin mayang bisa melawan utusan dasar neraka, sedangkan anggini saja yang jauh lebih tinggi ilmu silatnya di banding mayang bisa kalah apa lagi mayang. Jelas mayang tidak akan mungkin sanggup melawan utusan dasar neraka tersebut. Nalurinya sebagai seorang guru yang menyayangi muridnya langsung tergerak. "Tuan panji. Mayang tidak mungkin bisa melawan orang itu, biarlah aku saja yang melawan dia!" ucapnya pada panji.
Panji hanya diam saja tidak menghiraukan ki jaludra.
"Guru. Guru tenang saja, guru tidak perlu kuatir. Mayang pasti sanggup mengalahkan orang jelek itu. Percayalah!" kata mayang pada gurunya.
"Tapi ilmu silat mu masih rendah, anggini saja tidak mampu melawan mereka apa lagi kau. Guru tidak mau kau celaka." kata ki jaludra.
"Percayalah sama mayang." kata mayang meyakinkan gurunya yaitu ki jaludra.
"Tapi?" ki jaludra tetap bersangsi.
"Dewa tengah! Kau terlalu memandang remeh diri ku. Kau suruh aku melawan gadis ingusan itu? Huhuh. Kau benar benar meremehkan aku." teriak pria ikat kepala merah gusar.
"Jika kau bisa melukai gadis itu maka aku akan mengabulkan keinginan mu." kata panji tenang.
"Baik. Aku akan melawan gadis itu, akan aku buat dia tidur selamanya dan kau pasti akan menyesal telah menyuruh gadis itu melawan ku." sahut pria ikat kepala merah.
"Buktikan saja ucapan mu!" kata panji datar.
Pria berikat kepala warna merah yang bernama asli gondo berjuluk utusan dasar neraka menatap tajam mayang seolah ingin segera menghabisi gadis baju kuning emas itu. "Gadis ingusan. Bersiaplah!" teriaknya lantang.
"Majulah!" sahut mayang tidak kalah tajam tatapannya bagai seekor naga yang hendak menerkam mangsanya.
"Hyeaat!"
"Hyeaat!"
Gondo dan mayang berteriak lantang langsung membuka jurus silat masing masing, mereka mengerahkan jurus dengan kecepatan yang hampir sama. Gondo dengan jurus iblis menyapu setan neraka dan mayang dengan jurus naga saktinya yang di sempurnakan oleh panji. Mereka masih tampak seimbang di jurus jurus awal mereka hingga memasuki jurus kesepuluh masih terliat sama kuat.
Ki jaludra yang sangat mencemaskan mayang melawan utusan dasar akhirat bersiaga penuh untuk menjaga dari kejadian yang tidak di inginkan namun dia jadi terkejut begitu meliat gerakan jurus mayang yang di luar dugaannya.
"Guru. Liat kak mayang, kenapa jurus silat kak mayang jadi hebat sekali. Liatlah guru!" seru anggini terkejut sekali meliat gerakan jurus mayang yang sangat hebat.
"Ya. Guru juga meliatnya." kata ki jaludra.
"Kenapa ilmu silat kak mayang jadi sehebat itu? Apa guru tahu kenapa?" tanya anggini keheranan.
"Entahlah. Guru juga tidak tahu kenapa." kata ki jaludra.
Ki jaludra melirik ke arah panji yang meliat pertarungan mayang melawan utusan dasar neraka dengan sikap tenang membuat ki jaludra menyadari penyebab ilmu silat mayang jadi begitu hebat. "hmm. Ternyata begitu, pasti tuan panji yang telah mengajari mayang dalam menyempurnakan jurusnya. Tidak aku sangka hanya dalam beberapa hari saja dia mengajari mayang sampe mayang sehebat itu, aku yang mengajari mayang dari kecil tidak bisa meningkatkan ilmu silat mayang sampe sejauh itu. Dengan cara apa dia mengajari mayang? Aku jadi malu sendiri karna tidak bisa mengajari mayang sampe sehebat itu. Hufh." batinnya dalam hati.
"Guru. Liat!" seru anggini menunjuk ke arah mayang dimana mayang bergerak ringan di udara bagai seekor naga.
"?!" ki jaludar juga terkejut meliatnya mayang bisa berbuat seperti itu. "Bagaimana bisa mayang melakukan gerakan di udara seperti itu? Gerakan melayang di udara hanya bisa di lakukan oleh orang yang memiliki ilmu ringan tubuh yang sudah mencapai taraf tertinggi. Kenapa mayang bisa melakukan itu?" tanyanya dalam hati tidak percaya dengan apa yang dia liat.
Mayang meliuk liuk di udara lalu dengan gerakan cepat dia memukul dari jarak jauh ke arah gondo, seketika dari tangan mayang melesat aura warna merah yang langsung menghantam ke arah gondo.
BLAMMM..!!
Suara ledakan keras di tempat gondo berdiri, debu cukup tebal membumbung tinggi menutupi tempat dimana gondo berada, setelah debu sudah mereda maka tampak tanah yang terkena pukulan jarak jauh mayang berlubang agak besar dan di tengah lubang itu tampak gondo terkapar tidak bergerak.
Semua orang terpana meliat kejadian yang menakjubkan itu, kecuali panji tidak tahu ilmu apa yang di gunakan oleh mayang. Semua orang terpana tapi panji malah menepuk jidatnya geleng geleng kepala meliat apa yang di lakukan mayang.
"Hufh. Anak itu masih belum bisa mengukur tingkat kemampuan lawan, dia terlalu banyak mengerahkan tenaganya. Rupanya memang tidak mudah mengajarinya dalam mengatur tenaga dalam. Hadeh!" gumam panji geleng geleng kepala sendiri.
"Kalian berdua!" teriak panji pada dua orang teman gondo. "Cepat bawa teman kalian pergi. Kembalilah ke tempat asal kalian dan jangan pernah muncul di hadapan ku lagi, cepat!" ucapnya tegas.
"Ba.. Ba.. Baik!" sahut dua teman gondo tergagap, mereka segera mengangkat tubuh gondo dan langsung melesat pergi.
Anggini langsung berlari mendekati mayang. "kak mayang. Waow, kau hebat sekali. Aku tidak menyangka kak mayang bisa sehebat ini. Waw!" serunya kagum meliat mayang.
"hehe." mayang hanya tertawa nyengir saja dipuji anggini.
"Ekh. Bagaimana caranya kak mayang bisa melakukan jurus pukulan tadi? Boleh ajari aku tidak?" seru anggini.
"Emp. Gimana ya?" gumam mayang berlagak angkuh.
"Boleh ya, boleh?" pinta anggini mendesak.
"Emp. Gimana ya? Hmm. Tidak boleh!" sahut mayang becanda.
"Hah?! Huh. Dasar pelit!" omel anggini menggerutu.
"Biarin. Bweek!" sahut mayang meleletkan lidah mengejek anggini.
"Bweek juga!" balas anggini meleletkan lidah.
Ki jaludra mendekati mayang lalu menepuk bahu mayang pelan. "Bagus. Guru bangga pada kamu." ucapnya tersenyum.
"Guru?" ucap mayang menatap gurunya lalu menunduk. "Maafin mayang." ucapnya pelan.
"Tidak apa apa. Guru mengerti. Guru tidak marah, justru guru senang. Kau memang gadis yang beruntung." kata ki jaludra mengusap kepala mayang penuh kasih sayang.
"Terima kasih, guru." kata mayang lega dan senang.
Panji mendekati ki jaludra lalu menyoja. "Maafkan saya ki telah lancang pada ki jaludra. Saya harap ki jaludra tidak menjadi tersinggung atas kelancangan saya itu." ucapnya.
"hahaha.tidak apa apa tuan panji, justru saya yang harus minta maaf karna mayang telah membuat repot tuan panji. Saya pribadi juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga karna tuan panji sudi mengajarkan ilmu silat pada mayang. Terima kasih." kata ki jaludra.
"Sama sama, ki." kata panji agak membungkuk hormat.
"Panji. Bagaimana? Apakah tadi aku sudah benar?" seru mayang bertanya pada panji.
Panji tersenyum lembut menatap mayang namun tiba tiba dia menyentil kening mayang. "Apanya yang benar? Sudah di bilang cukup melukai saja malah kau buat orang itu sekarat hampir binasa. Belajar lebih keras lagi agar kau bisa mengatur tenaga dalam mu." ucapnya memarahi.
Mayang mengusap usap keningnya yang sakit habis di sentil panji. "Maaf. Aku kira tadi itu sudah cukup tapi ternyata masih terlalu kuat ya." ucapnya.
"Berlatihlah lebih keras lagi agar ilmu mu lebih sempurna." kata panji.
"Baik." sahut mayang mengangguk cepat.
Panji berbalik badan meliat ke arah semak dan rumput ilalang yang tinggi. "Keluarlah kalian! Mari kita berkumpul disini." teriaknya lantang.
Dari balik semak dan rumput ilalang tinggi keluarlah belasan orang yang tidak lain adalah rombongan ki ageng putih yang dari tadi meliat pertarungan yang terjadi.
"Owh. Rupanya orang orang terhormat dari istana galuh. Salam hormat ku pada kalian!" seru panji membungkuk memberi salam hormat.
"Tuan panji terlalu memandang tinggi kami, harusnya kami yang memberi salam hormat pada tuan panji. Salam hormat kami pada tuan panji dan pada segenap orang orang gagah di tempat ini." kata ki ageng putih segera membungkuk memberi salam hormat yang langsung di ikuti oleh yang lain.
Ki jaludra dan yang lain balas membungkuk memberi salam hormat.
"Ki jaludra. Selamat berjumpa kembali, sudah lama kita tidak berjumpa. Apa kabar ki?" kata ki ageng putih ramah.
"Kabar baik ki ageng. Ada urusan apakah sampe ki ageng putih dan yang lain tersesat di tempat ini?" kata ki jaludra.
"hahahaha. Tidak ada urusan yang berarti ki. Kami hanya kebetulan saja melewati tempat ini, ah iya mumpung bertemu pa ra sahabat di tempat ini. Boleh kami meminta suatu penjelasan, kami mendengar kabar tentang pertemuan para pendekar di perguruan jari sakti, apakah kabar itu benar atau hanya kami yang salah mendengar saja, mohon penjelasan dari para sahabat sekalian." kata ki ageng putih.
"hahahaha. Ki ageng putih tidak salah mendengar, memang kabar itu benar adanya." kata ki jaludra tertawa.
"Akh ternyata begitu." kata ki ageng putih manggut manggut.
"kami yang berinisiatif mengadakan acara itu karna ini menyangkut ketenangan dunia persilatan dan keutuhan kerajaan galuh, tuan panji sendiri juga menyetujui adanya acara itu dan dia juga yang akan memimpin para pendekar persilatan." kata ki jaludra.
"Benarkah itu? Baguslah. Dengan adanya bantuan dari para pendekar persilatan maka kerajaan galuh jadi lebih kuat. Terima kasih saya ucapkan sebelumnya atas kesedian kalian membantu kami." kata ki ageng putih segera menjura hormat.
"Sama sama, ki ageng. Kalo ki ageng putih dan yang lain berniat hendak ke perguruan jari sakti, mari kita pergi bersama sama karna kami juga tengah dalam perjalanan menuju kesana." kata ki jaludra.
"Baiklah. Kami ikut saja." kata ki ageng putih.
"Mari kita sama sama pergi." ajak ki jaludra.
"Tunggu!" cegah panji.
Semua orang meliat ke arah panji karna di cegah panji.
"Panji. Ada apa?" tanya anggini yang memang tidak bisa bersabar.
Panji tidak menyahuti pertanyaan anggini, dia malah memandang ke sekitar tempat itu. Dia lalu meliat ke arah ki ageng putih. "ki ageng, bolehkah saya minta bantuan dari para prajurit ki ageng?" tanyanya.
Ki ageng putih mengerutkan kening tidak mengerti apa yang panji inginkan. "Silakan!" ucapnya.
"Terima kasih, ki." kata panji lalu berdiri di hadapan para prajurit istana galuh. "Tolong kalian berpencar ke sekitar tempat ini dalam radius seratus meter dan dua ratus meter, jika ada orang lewat atau menuju ke arah tempat ini tolong segera beri tahu kami." serunya.
"Cepat laksanakan apa yang tuan panji perintahkan!" seru ki ageng putih.
"Baik!!!" sahut semua prajurit serentak.
Para prajurit segera berpencar sesuai permintaan panji.
"Buat kalian dua perwira, tolong jangan ikut berjaga. Kalian tetap disini!" seru panji mencegah dua perwira juga hendak ikut pergi.
"Baik!!" sahut dua perwira itu mengangguk.
"Mayang, anggini dan kau kenanga. Tolong kalian berjaga di tiga arah mengawasi para prajurit yang sedang jaga, aku takut mereka kena serangan gelap." kata panji.
"hah. Apa? Aku juga ikut jaga?" tanya kenanga.
"iya. Cepat sana!" kata panji.
"Yaaa, baiklah. Kalo bukan kau yang menyuruh aku pasti tidak mau." kata kenanga ogah ogahan beranjak ke arah barat.
"Kalian cepat juga jaga, sana!" kata ki jaludra pada mayang dan anggini.
"Baik, guru." sahut mayang dan anggini segera berpencar ke arah timur dan utara.
"Tuan panji. Sebenarnya ada apa? Kenapa kau sampe menyuruh para prajurit istana untuk berjaga di segala penjuru, apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya ki jaludra penasaran sekali.
"Tidak ada apa apa, saya hanya ingin berjaga jaga saja dan memastikan tempat ini aman dari gangguan orang lain. Ada sesuatu hal yang hendak saya rundingkan sama kalian." kata panji.
"Hal apa itu?" tanya ki jaludra.
"Tapi maaf sebelumnya, saya ingin tahu siapa nama tuan ini?" tanya panji pada laki laki paruh baya di samping ki jaludra.
"Akh. Mari saya perkenalkan pada tuan panji. Dia adalah ki sarkali berjuluk pendekar trisula maut, dia adalah sahabat baik saya." kata ki jaludra memperkenalkan temannya. "ki sarkali. inilah pendekar yang saat ini jadi buah bibir di dunia persilatan, dialah orang yang bergelar dewa tengah bernama panji." ucapnya pada temannya.
"Ki sarkali. Terimalah salam hormat dari saya yang rendah ini." kata panji menyoja hormat pada ki sarkali.
"Tuan panji. Terima salam hormat juga dari saya. Senang sekali bisa mengenal tuan panji, pendekar besar jaman ini." kata ki sarkali balas menyoja.
"Saya juga senang bisa kenal ki sarkali." kata panji tersenyum ramah.
"Tuan panji. Langsung saja, apa yang hendak tuan panji rundingkan dengan kami?" tanya ki jaludra.
Panji menarik nafas sejenak baru bicara. "Begini, sepertinya masalah yang kita hadapi tidak sesederhana seperti apa yang kita kira. Terus terang saja, saya tidak bisa menunggu sampe hari pertemuan para pendekar besok untung berunding masalah ini. Kebetulan sekali kita bisa bertemu di tempat ini dan saya harus mengambil sikap untuk mendahului perundingan para pedekar besok." ucapnya.
"Memangnya ada apa tuan panji? Apakah ada sesuatu yang terjadi dan sangat penting?" tanya ki jaludra.
"Ya. Setelah saya selidiki ke markas para pemberontak itu ternyata tujuan mereka bukan hanya menggulingkan kekuasaan kerajaan galuh tapi juga kerajaan kerajaan di wilayah barat ini." kata panji.
"APA?!" seru semua orang terkejut sekali.
"Besar sekali ambisi mereka hendak menaklukkan seluruh kerajaan di wilayah barat ini. Apa mereka sudah gila? Berani sekali mereka hendak menguasai wilayah barat ini." seru ki jaludra.
"Tuan panji,maaf. Apakah tuan panji tahu seberapa besar kekuatan mereka? Apakah kekuatan mereka sangat besar sampe sampe berani berambisi sebesar itu?" tanya ki ageng putih.
"Kekuatan mereka cukup besar dan kuat, jangankan untuk menghancurkan kerajaan galuh, dua kerajaan besar sekalipun bisa mereka hancurkan." jawab panji.
"APA?!" seru semua orang kaget sekali.
"Kalo kekuatan mereka cukup besar dan mampu menghancurkan dua kerajaan besar sekaligus tapi kenapa mereka belum bergerak untuk menyerang kerajaan galuh? Apa mereka punya rencana lain?" tanya ki ageng putih.
"Ya. Untuk saat ini tujuan mereka adalah mengumpulkan kekuatan yang sangat besar yaitu dengan tiga cara yaitu menyewa pendekar hebat agar mau membantu mereka, menangkap para pendekar untuk di cuci otaknya agar bisa di jadikan pasukan maut bagi mereka dan cara ketiga adalah mengadu domba para pendekar golongan putih agar saling bertarung sendiri. Dengan begitu tidak akan ada lagi satu kekuatan yang akan sanggup menahan mereka." kata panji.
"Kurang ajar. Kalo begitu dunia persilatan benar benar dalam bahaya, kita harus bertindak sebelum terlambat." seru ki jaludra berapi api.
"Tuan panji. Apakah tuan panji benar benar yakin kekuatan mereka sangat kuat?" tanya ki ageng putih masih belum percaya.
"ki ageng putih, apakah kau meragukan keterangan tuan panji? Dengan reputasinya sebagai tokoh yang memimpin lima kedudukan di dunia persilatan, apa mungkin tuan panji berkata bohong pada kita?" tanya ki jaludra pada ki ageng putih.
"Akh. Bukan begitu maksut ku ki jaludra, saya hanya ingin memastikan saja jika benar kekuatan mereka sangat besar maka kitapun tidak boleh diam saja dan hanya mengandalkan kekuatan yang kita miliki saat ini. Kita harus menyusun kekuatan yang lebih besar lagi untuk menghadapi mereka." kata ki ageng putih.
"Kau benar juga ki ageng. Kita memang harus menambah kekuatan agar bisa menandingi mereka, tuan panji bagaimana menurut mu?" tanya ki jaludra pada panji.
"Musuh yang akan kita hadapi bukan hanya memiliki kekuatan cukup besar namun juga sangat licik, saat ini yang saya takutkan adalah kita sebagai orang sesama golongon akan terhasut siasat adu domba mereka. Mereka pake siasat licik maka kitapun harus melawan memake siasat juga. Jika hanya mengandalkan kekuatan saja maka kita pasti akan hancur sendiri." kata panji serius.
"Lalu apa rencana tuan panji?" tanya ki jaludra.
"Maaf, apakah saya boleh berbicara?" kata ki sarkali.
"Silakan saja ki." kata ki jaludra.
"Jika saya boleh berpendapat, kalo memang musuh yang akan kita hadapi memiliki kekuatan cukup besar, kenapa tidak kita hancurkan kekuatan mereka sedikit demi sedikit? Lama kelamaan kekuatan mereka akan berkurang dengan sendirinya." kata ki sarkali.
"Maaf ki sarkali, saya kurang begitu sependapat. Seperti apa yang tadi tuan panji katakan, musuh memiliki kekuatan cukup besar, bagaimana caranya kita menghancurkan mereka sedikit demi sedikit jika musuh sudah melancarkan siasat adu domba di antara para pendekar? Kita saja tidak tahu mana kawan dan mana lawan. Kita saat ini dalam posisi serba salah ki." kata ki jaludra.
"Kalo cara itu tidak bisa kita lakukan lalu kita harus menggunakan cara apa?" tanya ki sarkali.
"itu yang saat ini sedang kita rundingkan ki. Kita harus bersama sama memeras otak kita untuk mencari jalan keluar terbaik." kata ki jaludra.
"Tuan tuan pendekar yang terhormat, di hadapan tuan tuan sebenarnya saya tidak berhak mengutarakan pendapat tetapi jika di ijinkan bolehkah saya mengutarakan pendapat saya?" kata salah satu perwira tinggi istana galuh.
"Perwira brajakara. Perkenalkan dirimu dahulu dan temanmu itu pada tuan tuan ini, baru kau boleh bicara." kata ki ageng putih.
"Baik mahaguru." kata perwira itu. "Nama saya brajakara dan ini teman saya rasmani. Salam kenal dari kami buat tuan tuan pendekar terhormat." ucapnya.
"Salam kenal juga perwira. Silakan bicara!" kata panji.
"Maaf sebelumnya jika saya lancang ikut bicara. begini, Jika mereka sedang menyusun kekuatan besar kenapa kita tidak serang mereka duluan sebelum kekuatan semakin besar, dengan begitu kita sama saja memadamkan api kecil di jerami sebelum api itu menjadi besar dan membakar jerami. Mohon petunjuk dari tuan tuan sekalian!" kata perwira brajakara mengutarakan pendapat.
"Perwira. Pendapat mu tidak jauh beda dengan apa yang tadi aku utarakan. Kita tidak tahu mana kawan dan mana lawan, lalu apa yang akan kita serang? Ya sukur kita menyerang lawan, nah kalo yang kita serang adalah kawan, gimana coba?" kata ki sarkali yang menyahuti.
"Akh, benar. Maafkan atas kebodohan saya ini. Maaf!" seru perwira brajakara buru buru minta maaf.
Panji hanya tertawa kecil menepuk keningnya lalu geleng geleng kepala mendengar pendapat perwira brajakara.
Meliat panji yang seperti itu membuat ki ageng putih jadi merasa malu sendiri dan jengah atas pendapat perwira brajakara yang sangat bodoh itu, jelas hal itu bisa meruntuhkan wibawa kerajaan galuh.
"Ki ageng putih. Tidak usah dipikirkan, kami mengerti kok." kata ki jaludra mengerti apa yang dipikirkan ki ageng putih.
"Terima kasih, ki." kata ki ageng putih.
"Disini setiap orang boleh mengutarakan pendapat, apapun pendatnya itu. Silakan saja!" kata ki jaludra.
"Saya pribadi menghargai dan menghormati pendapat perwira brajakara, pendapatnyapun juga cukup masuk akal, memadamkan api kecil di atas jerami jauh lebih bijaksana di banding memadamkan api yang terlanjur besar membakar jerami. Suatu ungkapan yang sangat tepat dan bijaksana. Perwira brajakara, pendapat yang bagus. Terima kasih atas pendapatnya." kata panji bijak.
"Sama sama tuan panji." kata perwira brajakara mengangguk.
"hmm. Selain ilmu silatnya yang sangat tinggi ternyata tuan panji cukup bijaksana juga menanggapi pendapat orang lain meskipun pendapat itu pendapat bodoh. Aku jadi semakin salut dan kagum padanya." batin ki ageng putih memuji panji.
"Para tetua sekalian, berhubung keadaan kita saat ini sangat mendesak, saya terpaksa mengambil sebuah keputusan secara sepihak yang seharusnya keputusan itu di ambil dalam pertemuan para pendekar besok. Bukan maksut saya hendak lancang atau tidak menganggap para pendekar tetapi ini sangat mendesak sekali. Maafkan saya sebelumnya." kata panji.
"Apakah tuan panji punya rencana?" tanya ki jaludra.
"hmm." gumam panji mengangguk cepat.
"Rencana apa itu?" tanya ki jaludra cepat.
"Begini, kita berbagi tugas. Ki jaludra, kau dan murid mu pergilah ke tempat ki lodaya dan peringatkan dia jika dalam pertemuan pendekar besok harus berhati hati karna aku mendengar pihak musuh akan menyusupkan orang orangnya untuk mengacaukan pertemuan itu, beri tahu juga pada ki lodaya hidangan yang akan di sajikan pada para pendekar agar di jaga ekstra ketat karna musuh berencana menabur bubuk pelemah urat dalam hidangan itu agar para pendekar persilatan tidak berdaya dan dengan mudah akan di ringkus oleh pihak musuh. Kau paham ki?" kata panji.
"APA?!" seru semua orang terkejut mendengar itu.
"Licik sekali mereka. Kurang ajar!" seru ki jaludra jadi geram mendengarnya. "Baik. Aku mengerti." sahutnya.
"Bila rencana kita gagal dalam mencegah usaha mereka meracuni para pendekar, saya harap ki jaludra menyuruh beberapa sahabat yang kau percayai tidak menyentuh hidangan itu agar kalian tidak ikut terkena bubuk pelemah urat dan dapat menangkap penyusup itu." kata panji.
"Aku mengerti." sahut ki jaludra.
"Bila terjadi perdebatan atau kekacauan dalam pertemuan para pendekar, saya harap kalian bisa menenangkannya dan tetap waspada dengan serangan gelap musuh." kata panji.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan." kata ki jaludra.
"Satu lagi ki, Saya melarang orang orang dari pihak kerajaan menghadiri pertemuan itu. Jika ada orang dari pihak kerajaan yang hadir maka saya harap suruh mereka untuk pulang apapun alasannya." kata panji.
"Kenapa tuan panji? Kenapa pihak kerajaan tidak boleh hadir dalam pertemuan itu?" tanya ki ageng putih yang menyahuti dengan heran.
"Benar tuan panji. Kenapa?" tanya ki jaludra juga heran.
"Lakukan saja ki apa yang tadi saya minta." kata panji tidak mau memberi tahu alasannya.
"Emp. Ya baiklah jika begitu. Saya yakin tuan panji pasti ada alasan khusus yang tidak bisa di beri tahukan pada kami." kata ki jaludra.
"Terima kasih, ki." kata panji tersenyum. "ki ageng putih, apakah saya boleh meminta perwira brajakara dan perwira rasmani beserta dua belas prajurit istana ikut dengan saya karna saya hendak meminta bantuan mereka. Bolehkah ki?" ucapnya.
Ki ageng putih terdiam memikirkan permintaan panji, dia tidak bisa memutuskan begitu saja untuk mengijinkan para prajurit ikut panji karna dia harus punya alasan yang tepat untuk di laporkan pada raja galuh.
"Kalo ki ageng putih keberatan juga tidak apa apa, biarlah nanti saya minta bantuan para sahabat yang lain." kata panji mengerti apa yang ki ageng putih pikirkan.
"Maafkan saya, bukan maksut saya untuk menolak permintaan tuan panji, tapi..." kata ki ageng putih tidak meneruskan ucapannya.
"Tidak apa apa, ki. Saya mengerti akan kesulitan ki ageng putih yang hendak memberi alasan pada raja galuh. Tidak apa apa ki, saya yang harusnya minta maaf karna meminta sesuatu yang tidak pantas." kata panji tersenyum. "ki jaludra, kau berangkatlah sekarang juga. Oh iya, katakan pada para sahabat disana kalo saya tidak akan hadir di pertemuan itu karna ada sesuatu hal yang sangat penting yang harus saya lakukan. Sampekan permintaan maaf saya pada semuanya karna ketidak hadiran saya. Saya sudah menyuruh datuk barat yang akan memimpin para pendekar dalam pertemuan itu." ucapnya pada ki jaludra.
"Memang apa yang akan tuan panji lakukan kalo boleh saya tahu?" tanya ki jaludra merasa penasaran.
"Saya akan menyelidiki siapa saja yang akan di susupkan oleh pihak lawan dalam pertemuan para pendekar itu agar pertemuan itu tidak sepenuhnya bisa di kacaukan mereka." kata panji.
"Owh. Saya mengerti. Ya sudah kami berangkat dulu. Permisi!" sahut ki jaludra mengangguk mengerti. "Anggini. Mayang. Ayo kita pergi." serunya memanggil dua muridnya.
"Kemana, guru?" tanya anggini menghampiri gurunya.
"Ke tempat ki lodaya. Ayo!" kata ki jaludra.
"Saya juga guru?" tanya mayang ragu ragu.
"Kenapa? Kau tidak mau ikut? Kau pasti berat ya berpisah dengan pangeran pujaan mu. Hik.hik.hik." goda anggini pada mayang.
"Kalian jangan becanda terus, ayo cepat!" seru ki jaludra segera melesat pergi.
"Kak mayang, ayo!" ajak anggini segera mengikuti gurunya.
Mayang tampak ragu ragu hendak pergi, dia melirik panji sejenak namun dia melesat pergi juga menyusul gurunya dan anggini yang telah dulu pergi.
"Gadis itu sepertinya menyukai mu, dia begitu berat untuk berpisah dengan mu." bisik ki sarkali pada panji.
Panji melirik ki sarkali lalu tertawa kecil. "beginilah resikonya jadi orang tampan. Hehe." ucapnya becanda.
"Weh. Percaya diri sekali kau." seru ki sarkali meliat panji.
"Sudahlah, ki. Ayo kita juga pergi ki." kata panji.
"Kemana? Menyusul gadis itu?" tanya ki sarkali.
"Bukaaan." sahut panji.
"Owh, kirain kau mau menyusul gadis itu. Hahahaha." kata ki sarkali tertawa lebar.
Panji tidak menggubris candaan ki sarkali. Dia meliat ke arah ki ageng putih. "ki ageng putih. Lakukanlah apa yang ingin ki ageng putih lakukan, masalah kerajaan itu tanggung jawab kalian sebagai penguasa galuh. Kami kaum persilatan tidak akan ikut campur masalah keamanan kerajaan. Permisi ki!" ucapnya dengan nada suara sedikit agak di tekan dan lalu melesat pergi ke arah selatan.
Ki ageng putih merasakan ada nada suara tidak senang dari apa yang panji tadi ucapkan.
"Ki ageng putih. Kentara sekali nada suara tuan panji begitu kecewa padamu, tuan panji meminta bantuan padamu tapi kau malah menolaknya, padahal jelas jelas ini juga demi kepentingan kerajaan galuh tapi kau malah mengecewakan tuan panji. Jika saya boleh mengumpamakan secara keras, kau seperti mengatakan kalo kerajaan galuh tidak butuh bantuan kaum persilatan untuk melawan para pemberontak. Hehehehe. Dan kau tahu? Tuan panji mengabulkan harapan mu itu. Hehehehe, selamat tinggal ki ageng!" kata ki sarkali segera melesat pergi menyusul panji.
Ki ageng putih terdiam seribu bahasa merenungkan kata kata panji dan ki sarkali tadi, dia jadi merasa bersalah dan tidak enak hati pada panji yang sudah berbaik hati mau membantuk kerajaan galuh. "Ah, Bodohnya aku. Kenapa aku tadi tidak berpikir panjang dulu mempertimbangkan permintaan tuan panji. Kenapa aku jadi bodoh begini?" gumamnya menyalahkan diri akan kebodohannya.
"Mahaguru." tegur perwira brajakara. "Apa yang kita lakukan sekarang?" tanyanya.
Ki ageng putih melirik perwira brajakara sejenak lalu menghela nafas panjang. "Kita pulang ke istana!" ucapnya sambil melangkah pergi.
"Perwira. Ada apa dengan guru? Kenapa guru seperti orang tidak punya semangat? Memangnya apa yang tadi kalian rundingkan?" tanya kenanga merasa heran meliat gurunya yang seperti menyimpan suatu masalah.
Perwira brajakar dan rasmani saling pandang, mereka tahu apa yang tengah ki ageng putih pikirkan tapi mereka tidak berani memberi tahukan kepada kenanga karna ini masalah ki ageng putih.
"Kenapa kalian diam? Katakan padaku, ada apa?" tanya kenanga cepat.
"Maaf tuan putri. Tuan putri bertanya saja langsung pada mahaguru, kami tidak berani memberitahukannya pada tuan putri." kata perwira brajakara.
"Benar tuan putri." kata perwira rasmani.
"Memang kenapa kalian tidak berani memberitahukannya kepadaku?" tanya kenanga heran.
"Sebaiknya kita pulang saja ke istana, silakan tuan putri." kata perwira brajakara.
Kenanga masih belum puas dengan jawaban dua pe wira itu tapi dia juga tidak mungkin memaksa dua perwira itu untuk mengatakan sebenarnya apa yang terjadi. Akhirnya dengan hati masgul kenanga berjalan juga menyusul ki ageng putih di ikuti dua perwira istana dan para prajurit.
Panji berjalan perlahan di pinggiran hutan kecil tidak jauh dari tempat dimana dia tadi bertemu ki jaludra dan yang lain, tidak lama ki sarkali datang menyusul panji.
"huh. Orang tua tidak tahu di untung itu benar benar keterlaluan sekali. Heran, orang seperti itu bisa menjadi mahaguru kerajaan galuh. Raja galuh mungkin buta kali ya bisa mengangkat orang seperti itu menjadi maha guru kerajaan. Hmm." kata ki sarkali seperti orang yang lagi kesal sendiri.
"hehehehe." panji tertawa kecil mendengar perkataan ki sarkali yang jengkel sendiri.
"Tuan panji..."
"Panji. Panggil panji saja, jangan pake tuan,risih dengarnya,ki." potong panji cepat.
"hehehehe. Baiklah." kata ki sarkali tertawa. "Ya sudah, apa rencana mu sekarang? Si tua bangka mahaguru goblok itu menolak permintaan mu, lalu apa yang akan kita lakukan?" tanyanya.
"Ki ageng putih menolak permintaanku pasti juga punya alasan khusus kali ki, biarkan sajalah tidak apa apa. Kita fokus saja pada urusan dunia persilatan, urusan kerajaan biarlah pihak kerajaan sendiri yang menyelesekannya." kata panji.
"Benar. Kita fokus saja pada urusan dunia persilatan, tua bangka mahaguru goblok itu memang benar benar goblok, padahal acara pertemuan para pendekar juga secara tidak langsung membantu pihak kerajaan tapi setelah meliat betapa tololnya tua bangka itu lebih baik kita fokus saja pada masalah dunia persilatan. Apa rencana mu?" kata ki sarkali setengah geram akibat permintaan panji yang di tolak ki ageng putih.
"Sudahlah ki. Kita yang harusnya sadar diri, kita ini hanya orang luar saja yang tidak berhak ikut campur masalah dalam kerajaan. Tenanglah!" kata panji.
"Benar. Runtuh tidaknya kerajaan galuh memang bukan urusan kita sebagai kaum persilatan, apa lagi kau yang jelas jelas bukan penduduk wilayah kerajaan galuh ini, jadi kita bisa fokus sepenuhnya pada masalah dunia persilatan. Benar tidak?" kata ki sarkali.
"Benar sekali, tapi sebenarnya aku hanya merasa kasihan saja pada penduduk kerajaan ini, aku tidak bisa membayangkan jika sampe mereka dipimpin oleh penguasa lalim, pasti nasib mereka akan sengsara oleh kelaliman penguasa." kata panji.
"Aku juga sama berpikir seperti kau tapi mau gimana lagi, kita ini hanya orang luar. Sudahlah, tidak usah di pikirkan. Nasib rakyat biarlah itu menjadi tanggung jawab kerajaan." kata ki sarkali.
"he-em." kata panji mengangguk cepat. "Maaf, ki. Apa ki sarkali punya kenalan atau seorang teman dekat yang mendirikan perguruan?" tanyanya.
"hmm." gumam ki sarkali berpikir sejenak. "Ada. Tapi buat apa?" tanyanya.
"Begini. Kita tidak bisa bergerak sendirian untuk menyelidiki siapa saja yang berdiri di belakang pendeta kalawija, kita butuh banyak orang untuk menyelidiki agar informasi yang kita dapat juga lebih banyak." kata panji.
"Owh, begitu. Aku mengerti. Ayo ikut aku, kita ke sungai jatilarang. Disana berdiri perguruan mawar putih, pendiri perguruan itu adalah teman dekat ku, kebetulan juga aku sudah lama tidak berkunjung kesana, sekalian aku mau bernostalgia mengenang masa lalu. Hehehe." kata ki sarkali.
"Meliat kau begitu berapi api menyebut nama perguruan mawar putih, sepertinya ada seseorang yang begitu dekat saat kau masih muda dulu. Apa orang itu mantan kekasih mu ki?" kata panji tertawa lebar.
"hahahaha." ki sarkali tertawa saja.
Mereka segera melesat cepat menuju ke arah barat dimana sungai jatilarang berada.
* * *
SUNGAI JATILARANG yang terletak di sebelah barat wilayah kerajaan galuh adalah sebuah sungai cukup besar dengan arus cukup deras, di dekat sungai jatilarang terdapat sebuah lembah kecil yang di tumbuhi berbagai macam bunga, di lembah kecil itulah berdiri perguruan mawar putih.Cukup aneh dan lucu juga dengan nama perguruan yang berdiri di lembah kecil itu, namanya perguruan mawar putih tapi tidak ada satu bungapun yang berjenis mawar, benar benar tidak sesuai dengan keadaan di lembah kecil tersebut.
Perguruan mawar putih adalah sebuah perguruan yang lumayan besar juga, ini dapat di liat dari jumlah murid dan bangunan yang berdiri di tempat itu. Rata rata murid perguruan itu adalah wanita dan murid laki lakinya cuma sedikit saja.
Panji dan ki sarkali berhenti di depan gerbang masuk perguruan mawar putih dimana gerbang itu berbentuk sebuah gapura yang di atasnya bergambar simbol bunga mawar putih dengan tulisan berbunyi perguruan mawar putih.
"Nah, inilah perguruan mawar putih. Disinilah temanku mendirikan perguruan mawar putih, bagaimana? Tempatnya cukup menyenangkan bukan?" kata ki sarkali.
"Bagus juga tempat ini, cocok untuk mendirikan sebuah perguruan. Selain sejuk tempat ini juga masih asri. Hmm." kata panji mengamati keseluruh tempat itu sambil manggut manggut.
"Temanku itu memang menyukai tempat seperti ini, tenang dan masih asri." kata ki sarkali tersenyum lebar. "Ya sudah, ayo kita masuk!" ajaknya.
"Sebentar,ki." cegah panji, dia mengamati di sekitar tempat tersebut. "Kenapa sepi sekali tempat ini, ki? Tidak ada seorang muridpun yang menjaga gerbang ini,aku merasa ada yang aneh di tempat ini." ucapnya.
"Benar juga. Tidak tampak seorang muridpun yang menjaga gerbang masuk ini, biasanya di gerbang ini pasti di jaga dua tiga orang murid tapi kenapa sekarang tidak ada? Aneh." kata ki sarkali baru menyadari ada keanehan di tempat itu.
"Firasatku mengatakan telah terjadi sesuatu di tempat ini, ki. Bagaimana kalo kita periksa ke dalam?" kata panji.
"Ya. Ayo!" sahut ki sarkali mengangguk cepat.
Mereka segera bergegas masuk ke dalam gerbang, terliat di dalam tidak ada satu orangpun yang tampak. Tempat itu sangat sepi seperti tidak berpenghuni, seolah tempat itu di tinggalkan oleh penghuninya.
"Sepi sekali, kemana mereka? Apa yang telah terjadi di tempat ini? Aneh sekali." kata ki sarkali keheranan.
"Aku merasakan ada detak jantung cukup banyak tidak jauh dari tempat ini, ayo ki!" kata panji merasakan sesuatu.
Mereka berjalan ke arah belakang perguruan dimana terdapat sebuah rumah kecil yang letaknya terpisah dari bangunan yang lainnya.
"Tidak ada siapa siapa disini. Kau mungkin salah dengar kali." kata ki sarkali.
"Tidak, ki. Aku merasa saat ini ada beberapa pasang mata sedang memperhatikan kita, dua di kanan dan dua di kiri." kata panji cepat.
"Tapi aku tidak merasakan apa apa, panji. Kalo kau merasakan sesuatu, itu berarti ada satu tempat rahasia di tempat ini." kata ki sarkali. "Hai. Para murid perguruan mawar putih, keluarlah. Kami datang tidak membawa niat jahat pada kalian, kami datang dengan niat baik. Ayo kalian cepat keluarlah!" teriaknya lantang sampe menggema di tempat itu.
Tidak ada tanda tanda ada yang keluar, tempat itu tetap terliat sepi sepi saja.
"Ki. Kita coba ke rumah kecil itu. Ayo!" kata panji mengajak ke rumah kecil di depan mereka.
Mereka berjalan mendekati rumah kecil di depan mereka namun belum juga mereka sampe di rumah kecil itu tiba tiba ada empat orang berbaju putih muncul yang langsung mengurung mereka. Empat orang itu adalah dua wanita dan dua pria yang masing masing memegang pedang di tangan.
"Siapa kalian? Mau apa kalian kemari?" tanya wanita dewasa yang berdiri di sebelah barat.
Belum juga ki sarkali dan panji menjawab, sudah ada tiga orang lagi yang muncul yaitu tiga orang wanita muda yang juga langsung berdiri di tiga arah.
"Kalian tenanglah, kami bukan musuh. Kami datang dengan niat baik!" seru ki sarkali.
"Kak mira. Mereka pasti teman orang orang jahat itu, ayo kita serang mereka!" seru wanita muda yang berdiri di tenggara.
"Sebentar. Biar aku bertanya sama mereka dulu!" sahut wanita yang dipanggil kak mira. "Kalian. Siapa kalian ini dan ada tujuan apa datang kesini?" tanyanya tegas.
"Nama ku ki sarkali dan ini teman ku panji. Maksut kedatangan kami kemari adalah ingin berkunjung saja, kami ingin bertemu guru kalian yaitu nyai sulasih. Apakah beliau ada?" kata ki sarkali.
"Untuk apa kalian hendak bertemu guru kami?" tanya mira.
"Tadikan sudah ku bilang, kami hanya ingin berkunjung saja." kata ki sarkali.
"Sayang sekali guru sedang ingin menerima tamu,harap kalian datang lain waktu saja. Silakan kalian pergi!" kata mira.
"ki. Sepertinya belum lama ini telah terjadi sesuatu di tempat ini, terliat sekali dari sikap mereka yang penuh kewaspadaan." bisik panji pada ki sarkali.
"Ya. Aku juga berpikir seperti itu. Sepertinya telah terjadi peristiwa besar yang terjadi di tempat ini belum lama ini. Apa kau bisa menduga peristiwa apa itu, panji?" kata ki sarkali.
"Entahlah, ki. Sulit untuk di duga karna jika diperhatikan, tempat ini masih terliat rapi, tidak seperti habis terjadi pertempuran besar namun firasatku mengatakan ada seseorang yang terluka cukup berat dan kemungkinan besar adalah guru mereka." kata panji.
"APA?!" seru ki sarkali tertahan karna kaget. "Bagaimana bisa kau menduga seperti itu?" tanyanya cepat.
"Mudah saja ki. Kau liat saja, sejak kita masuk tadi semua murid tidak berada di tempatnya, kau juga liatlah sikap ketujuh orang itu yang bersiaga penuh yang berarti belum lama ini telah terjadi peristiwa di tempat ini dan terakhir apa kau tidak bisa menduga apa maksut ucapan wanita itu, guru mereka sedang tidak ingin menerima tamu, kalo tidak terluka apa lagi coba. Hm?" kata panji.
"Kau benar. Kalo begitu aku harus menemui nyai sulasih, aku kuatir dia memang benar benar terluka berat." sahut ki sarkali terliat kuatir sekali.
"Ekh. Ki, kau kuatir sekali ya kekasih di masa muda mu beneran terluka?" kata panji menahan tawa.
"Hei. Kita ini sedang di kepung, kau masih bisa bisanya bergurau." sahut ki sarkali memarahi.
"Heh. Bisik bisik apa kalian? Kenapa kalian masih belum pergi juga? Cepat pergi sebelum kami bertindak kasar pada kalian!" bentak mira tegas.
"Maaf. Apakah guru kalian sedang terluka berat sampe sampe dia tidak mau menemui kami?" tanya panji bersikap ramah.
"Ekh?! Bagaimana kalian bisa tahu?" tanya mira terkejut.
Panji hanya tersenyum saja.
"Kak mira. Kau ini bicara apa? Kenapa kau malah terjebak oleh pertanyaan orang itu? Kau ini ceroboh sekali." teriak wanita yang berdiri di tenggara memarahi mira.
Mira tersentak kaget menyadari kesalahannya yang ceroboh malah me ngatakan sesuatu yang harusnya tidak boleh dia katakan pada orang asing.
"Kalian berdua, cepat pergi!" teriak mira menutupi kesalahannya tadi.
"Tidak bisa. Aku harus bertemu sama guru kalian, cepat kau temui guru kalian dan katakan aku ki sarkali datang ingin bertemu. Cepat!" seru ki sarkali.
"Bentuk formasi barisan bunga mawar!" teriak mira lantang secara tiba tiba.
Seketika ketujuh orang itu berdiri dalam posisi membentuk suatu formasi siap bertempur.
"Seraaang!" teriak mira memberi aba aba untuk menyerang.
Ketujuh orang itu bergerak saling susul menyusul secara rapi menyerang panji dan ki sarkali, serangan ketujuh orang itu cukup unik dan bergelombang tiada celah sedikitpun untuk musuh istirahat, musuh akan dipaksa terus bergerak menghindari serangan mereka.
Panji sering sekali menghadapi serangan serangan yang berbentuk formasi, panji tahu meskipun ada banyak formasi di dunia ini namun kebanyakan formasi itu slalu bersumber pada satu ilmu yaitu ilmu panca buta atau ilmu perubahan arah dan sejenisnya. Sebagai orang yang sangat paham akan ilmu panca buta, panji paham akan segala perubahan formasi yang terbentuk namun kali ini panji terkena batunya juga.
Formasi yang dipake oleh tujuh orang murid perguruan mawar putih terliat aneh dan unik sekali, setiap kali dia menduga jika serangan akan datang dari samping ternyata yang datang dari belakang, jika dia kira serangan dari kanan tapi yang datang malah dari depan, sungguh membuat panji jadi heran dan kebingungan sendiri. Beruntungnya panji memiliki gerakan dan kecepatan serta kelincahan di atas rata rata sehingga dia bisa menghindari serangan yang tidak terduga itu.
"Kurang ajar. Kenapa serangan formasi mereka sulit sekali aku baca, lengah sedikit saja bisa bisa aku mati konyol di tempat ini. Apa yang harus aku lakukan untuk mematahkan serangan formasi mereka? Aku harus tetap fokus pada gerakan kerjasama mereka." batin panji dalam hati seraya menghindari serangan lawan.
"hehehehe. Formasi kalian tidak berarti apa apa di hadapan ku, ayo serang aku dengan formasi terkuat kalian. Hehe." seru ki sarkali tertawa tawa seperti anak kecil mendapat mainan baru, seolah formasi lawan bagai mainan buatnya.
"APA?!" Panji terkejut meliat ki sarkali yang tertawa tawa kegirangan meladeni serangan formasi lawan. "Kenapa ki sarkali seperti tidak terpengaruh oleh serangan formasi lawan? Seolah olah formasi lawan bagai mainan untuknya." pikirnya merasa keheranan.
Akibat keterkejutan itu membuat panji hampir saja terkena sabetan pedang lawan, dengan susah payah dia mengelak dari sabetan pedang itu.
"HENTIKAN!" teriak suara tiba tiba menghentikan pertarungan.
Seketika ketujuh murid perguruan mawar putih menghentikan serangan dan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Kak lasmi. Kenapa kau menghentikan kami? Mereka adalah teman orang jahat itu, kita harus membunuh mereka." seru mira pada seorang wanita berumur yang berdiri di depan rumah kecil.
"Diam kau! Suruh mundur semua teman teman mu. Cepat!" bentak wanita yang di panggil dengan nama lasmi tegas sekali.
"Baik!" sahut mira menurut. "Semuanya, mundur!" teriaknya menyuruh teman temannya mundur.
Serentak semua teman teman mira mundur dan berdiri di belakang mira dengan sikap penuh hormat.
Wanita cantik berbaju putih yang sudah terliat berumur bernama lasmi melangkah maju mendekati ki sarkali lalu menjura memberi hormat. "Maafkan sikap adik adik seperguruanku yang tidak sopan pada paman guru, saya harap paman guru tidak menjadi gusar karena ketidak sopanan sikap mereka. Biarlah nanti saya yang menghukum mereka mewakili paman guru." ucapnya begitu hormat.
"hehehehe. Sudah belasan tahun aku tidak kesini tapi kau masih mengenali ku, apa kabar mu lasmi?" kata ki sarkali tertawa senang meliat lasmi.
"Mana mungkin saya lupa pada paman guru, biarpun sudah belasan tahun paman guru tidak berkunjung kemari tetapi paman guru tidak berubah tentu saja saya langsung mengenali paman guru." kata lasmi tersenyum.
"Weh. Tidak berubah gimana, pasti berubahlah. Berubah tambah tua dan peot. Hahaha." kata ki sarkali tertawa lebar.
"Akh.Tidak,paman guru masih terliat gagah kok." kata lasmi.
"Bisa saja kau menyenangkan hati orang tua seperti ku, kau juga tidak berubah, tetap cantik dan galak seperti dulu. Haha." kata ki sarkali.
"Paman guru bisa saja." kata lasmi tersenyum lebar.
Panji mendekati ki sarkali lalu berbisik. "Siapa wanita itu, ki? Apa dia kekasih di masa muda mu? Hmm. Cantik, Boleh juga selera mu itu ki." ucapnya.
"hust. Ngawur saja kau ini, dia itu murid tertua pendiri perguruan ini." sahut ki sarkali.
"Owh. Kirain." kata panji tertawa nyengir.
"Gimana? Dia cantik tidak?" tanya ki sarkali.
"Cantik. Memang kenapa kau tanya itu?" tanya panji.
"Kau suka tidak? Kalo kau suka, sikat saja dia, mumpung dia masih janda." kata ki sarkali.
"Waduh. Masa aku suka sama emak emak. Ogah!" sahut panji.
"hehehehe. Kali saja kau seleranya sama emak emak. Walaupun dia sudah janda tapi kau liat sendiri dia masih cantik, tidak kalah sama gadis muda. Gimana, mau tidak?" kata ki sarkali tertawa terkekeh.
"Nggak deh.Buatmu saja ki." sahut panji cepat.
"hehehehe." ki sarkali tertawa terkekeh meliat panji.
"Paman guru. Siapa pemuda itu? Apa dia murid mu?" tanya lasmi meliat panji dengan senyum manis mengembang.
"Weh. Bukan! Aku bisa di tertawakan seluruh dunia persilatan jika ada pendekar persilatan mendengar pertanyaan mu itu. Dia ini teman ku, namanya panji." sahut ki sarkali buru buru.
Panji segera menjura memberi salam hormat pada lasmi. "Terimalah hormat dari saya yang rendah ini, nisanak!" ucapnya sopan.
Lasmi mengangguk saja seraya tersenyum manis meliat panji dan tidak balas menjura hormat, dia berbuat begitu karna tidak tahu siapa panji sebenarnya, jika dia tahu maka dia pasti akan merasa malu karna tidak balas menjura hormat.
Ki sarkali menepuk keningnya sendiri meliat lasmi bersikap tidak sopan pada panji, dia malah jadi merasa tidak hati terhadap panji. "Lasmi. Bersikaplah sopan dan hormati tuan panji." hardiknya memarahi lasmi.
Lasmi mengerutkan kening tidak mengerti apa maksut ucapan ki sarkali.
"Tuan panji. Maafkan sikap lasmi yang tidak sopan pada tuan panji. Dia tidak tahu siapa tuan panji sebenarnya. Biarlah saya yang mewakili lasmi meminta maaf pada tuan panji." kata ki sarkali buru buru membugkuk di hadapan panji sebagai tanda permintaan maaf.
"Tidak apa apa, ki. Tidak perlu merasa sungkan, biasa sajalah ki." kata panji tersenyum.
"Terima kasih." kata ki sarkali agak membungkuk. "Hmm. Lasmi lasmi, kau ini membuat aku jadi merasa tidak hati pada tuan panji saja." ucapnya menghela nafas panjang menatap lasmi.
Lasmi makin bingung sendiri meliat ki sarkali seperti orang jengkel padanya. "Paman guru. Maafkan saya kalo ada yang salah pada sikap saya tapi jujur saya menjadi bingung sendiri, memang apa yang salah pada sikap saya? Mohon paman guru sudi memberi tahu saya." ucapnya.
"Kau mau tahu apa kesalahan mu?" tanya ki sarkali.
Lasmi mengangguk cepat.
ki sarkali berkata. "Kau tahu siapa tuan panji ini sebenarnya? Dia ini adalah.."
"Sudahlah ki tidak usah meributkan persoalan tata krama yang remeh, kita fokus saja langsung pada tujuan kita kesini." potong panji buru buru agar ki sarkali tidak memberi tahu siapa dirinya sebenarnya.
"Baiklah." sahut ki sarkali mengangguk mengerti maksut panji yang tidak mau orang tahu siapa dirinya kalo dia adalah dewa tengah, ketua dunia persilatan jaman ini. "Lasmi. Aku kemari hendak menemui gurumu. Apakah aku bisa bertemu dia?" tanyanya pada lasmi.
Lasmi seketika jadi terliat murung, dia jadi serba salah.
"Kenapa kau jadi berubah murung? Apakah terjadi sesuatu pada gurumu?" tanya ki sarkali heran.
"Emp. Maafkan saya paman guru, sebenarnya guru tidak ingin menemui siapapun saat ini, kami saja juga tidak di ijinkan menemui beliau tapi karna paman guru yang datang kemari, mudah mudahan saja guru bersedia menemui paman guru." kata lasmi.
"hmm. Firasatku jadi tidak enak, pasti telah terjadi sesuatu pada sulasih. Lasmi, cepat katakan apa yang terjadi pada gurumu!" seru ki sarkali buru buru.
"Mari kita masuk dulu paman guru, kita coba temui guru. Mudah mudahan guru kali ini mau menemui paman guru. Mari silakan masuk paman guru!" kata lasmi memberi jalan pada ki sarkali dan panji untuk masuk ke dalam rumah kecil.
Ki sarkali dan panji segera masuk ke dalam rumah kecil dengan di antar oleh lasmi, di dalam rumah ternyata hanya tempat kosong belaka, tidak ada perabotan apapun di tempat itu. Lasmi mengetuk lantai rumah yang terbuat dari papan tebal beberapa kali, tidak lama lantai itu terbuka di dorong dari bawah. Ternyata di dasar lantai ada pintu rahasia yang hanya di ketahui oleh murid perguruan mawar putih saja dan untuk membuka pintu rahasia itu juga tidak sembarangan, pintu itu hanya bisa di buka dengan kode khusus yang hanya di ketahui oleh murid murid terpercaya saja.
Mereka menuruni tangga yang menuju ke bawah, di bawah ternyata terdapat sebuah lorong yang cukup untuk di lewati dua orang secara sejajar. Lorong itu lumayan panjang juga, mungkin panjangnya sekitar lima puluh meteran, di ujung lorong terdapat sebuah ruangan yang cukup besar yang mampu menampung sekitar lima puluhan orang.Di ruangan itu terliat ada sekitar belasan orang berseragam warna putih yang sedang duduk di lantai dengan wajah terliat agak murung yang entah apa sebabnya.
Lasmi tidak menghiraukan orang orang itu, dia terus berjalan menuju ke sebuah lorong kecil yang di jaga oleh dua orang wanita berseragam putih.
"Bagaimana keadaan guru? Apa beliau masih tidak bersedia di temui?" tanya lasmi pada wanita yang berdiri di kanan pintu lorong.
"Guru masih bersemedi tapi tadi beliau mencari mu." jawab wanita itu.
"Guru mencariku? Baiklah. Aku akan menemui guru." kata lasmi mengangguk cepat. "Paman guru, tuan panji. Kalian tunggu dulu disini, saya akan menemui guru dan memberitahukan kedatangan kalian." ucapnya pada ki sarkali dan panji.
"Hmm." gumam ki sarkali mengangguk pelan.
Lasmi segera masuk ke dalam pintu lorong yang di jaga oleh dua orang wanita baju putih untuk menemui gurunya.