06:15 | 07-05-2024
HomeGebeMenu
※ ANTOCH dan mei ling duduk di bawah pohon rindang di atas bukit kecil yang cukup hijau, panorama alam di depan mereka cukup indah untuk menyejukkan mata dan menenangkan hati. sementara matahari pagi menjelang agak tertutup oleh awan putih di langit yang membuat cuaca terasa teduh tidak terik. mereka sudah sangat jauh meninggalkan gunung slamet yang beberapa hari yang lalu mereka datangi yaitu tepatnya di perguruan awan merah. Antoch memandang panorama alam seraya merenung, dia merasa tidak pada mei ling jika terus terusan melakukan perjalanan keluar masuk hutan dan kadang kadang sampe bermalam di hutan. pengembaraan dia yang harus memaksa menempuh jalan terjal berliku dan bahaya yang tidak kecil tentu sangat memberatkan bagi seorang gadis cilik seperti mei ling.
"hmm. Aku sungguh tidak sampe hati memaksa mei ling harus menempuh perjalanan yang demikian keras buat anak sekecil dirinya. Aku harus mencari jalan yang lebih mudah dan aman agar mei ling tidak merasa lelah dan tertekan oleh perjalanan ku ini, tapi aku juga tidak punya bekal uang untuk perjalanan ini. Untuk makan mungkin aku masih bisa mencari makan dengan jalan berburu tapi apa aku juga harus membuat mei ling terus terusan menginap di hutan? Kasihan dia jika harus bermalam di hutan terus terusan, namun dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya bermalam di penginapan dan makan? Masa aku harus mencuri, akh itu tidak baik. Masa aku jadi pencuri, apa bedanya aku sama pencuri jika harus mencuri? Haduuuh, susah juga ya jika begini. Hmmh." batin antoch dalam hati.
"kakak!" panggil mei ling. "ada apa kok kakak seperti orang melamun?" tanyanya polos.
Antoch tersenyum menatap mei ling lalu mengusap kepala mei ling lembut. "kakak tidak melamun." ucapnya lembut.
"kakak bohong. Dari tadi aling panggil panggil tapi kakak diam saja tidak dengar, kakak pasti melamun. iyakan?" kata mei ling cepat.
"hahaha." antoch tertawa ringan sejenak. "aling capek tidak ikut kakak berkelana?" tanyanya mengalihkan obrolan.
"tidak." jawab mei ling menggelengkan kepala.
"aling tidak capek?" tanya antoch tersenyum.
"he-em." mei ling mengangguk cepat.
"anak baik." ucap antoch mengusap kepala mei ling. "oh iya, aling suka belajar silat tidak?" tanyanya.
"suka. Ayah sering mengajak aling belajar silat tapi aling tidak bisa menghafal jurus silat yang ayah ajarkan dan aling slalu di marahi sama ayah." kata mei ling.
"oh ya?" tanya antoch.
"he-em." jawab mei ling.
"emp. Kalo aling kakak ajarin ilmu silat mau tidak?" tanya antoch.
"kakak mau mengajari aling ilmu silat? Tapi kakakkan bukan guru aling." kata mei ling.
"belajar ilmu silat tidak musti menjadi guru dan murid, aling mau tidak kakak ajarin ilmu silat?" ucap antoch tersenyum.
"Mau!" sahut mei ling cepat. "kakak mau mengajari aling ilmu apa? Jurus pedang tarian naga langit atau jurus 9 jalur neraka yang kakak gunakan waktu mengalahkan para paman kemarin?" tanyanya.
"hahahaha." antoch tertawa mendengar itu, dia terliat senang mengetahui ternyata daya ingat mei ling cukup kuat, jika di cermati betul betul maka bisa saja mei ling suatu saat bisa menjadi pendekar wanita pilih tanding. "jurus 9 jalur neraka tidak cocok buat mu, kalo jurus pedang tarian naga langit bisa saja kau pelajari jika kau sudah mempelajari dasar dasar ilmu silat dengan baik dan benar. Kakak akan mengajari mu dasar dasar ilmu silat dahulu, nanti jika kau sudah menguasai semu ilmu dasar itu maka baru kakak ajari jurus silat yang utama, salah satunya jurus pedang tarian naga langit." ucapnya.
"baik." sahut mei ling.
"sekarang kakak akan peragakan dasar gerakan jurus, kau perhatikan baik baik dan hafalkan gerakan itu." kata antoch.
Antoch berdiri dari duduknya, dia lalu melakukan gerakan gerakan aneh yaitu seperti orang melangkah biasa saja, ke kanan ke kiri, maju mundur, berputar, menyamping, berlari cepat, berlari lambat, jalan cepat, jalan lamban dan setengah berlari. Gerakan aneh itu dia ulang ulang sampe tiga kali.
"bagaimana? Berapa banyak gerakan yang kau ingat?" tanya antoch setelah berhenti.
Mei ling garuk garuk kepala karna bingung dan heran meliat apa yang di lakukan antoch tadi.
"kenapa? Apa kau bingung dan tidak ingat?" tanya antoch.
"kakak melakukan gerakan apa sih tadi, kok aneh begitu? Aling jadi bingung." kata mei ling.
"hehehe." antoch tertawa kecil meliat mei ling yang bingung. "itu dasar gerakan silat yang berdasarkan pada formasi panca buta. Aling tidak perlu memahami gerakan dasar tadi tapi aling coba hafalkan saja gerakan kakak tadi. Ya?" ucapnya.
"sebagian besar aling sudah menghafal gerakan kakak tadi tapi tidak semuanya." kata mei ling.
"oya? Coba aling peragakan gerakan kakak tadi." kata antoch ingin tahu seberapa banyak gerakan yang mei ling hafal.
Mei ling segera menirukan gerakan yang di ajarkan antoch tadi dan hasilnya cukup mengejutkan antoch karna hampir semua gerakan dapat di tirukan oleh mei ling meski ada beberapa bagian gerakan yang kurang namun hal itu sangat di luar dugaan antoch.
"hmm. Anak ini memiliki bakat yang luar biasa yang tidak di miliki oleh orang lain, bahkan orang dewasapun tidak akan mudah mengingat gerakan yang ku lakukan tadi. Anak ini sungguh luar biasa nalurinya, jika di didik dengan benar, dia pasti menjadi pendekar yang hebat. Hmm." batin antoch begitu mengetahui betapa besarnya bakat alam mei ling.
"bagus. Kakak senang sekali kau mampu menghafal hampir semua gerakan tadi, nah kakak akan peragakan gerakan tadi lagi dan aling harus meliatnya betul betul." kata antoch.
Antoch kembali memperagakan gerakan gerakan seperti tadi sampe tiga kali.
"bagaimana? Sudah ingat semua?" tanya antoch.
"emp." sahut mei ling mengangguk cepat.
Mei ling langsung menirukan gerakan gerakan yang di tunjukkan antoch dan kali ini dia dapat memperagakan semua gerakan tersebut meski belum lancar benar.
"bagus! Teruslah berlatih sampe kau benar benar hafal dan menguasainya." seru antoch.
Sebenarnya gerakan apa sih yang di ajarkan antoch?! Gerakan aneh yang terliat tidak beraturan itu hakekatnya adalah gerakan langkah kaki yang sangat unik dan memiliki perubahan arah yang tidak terduga karna gerakan itu berdasarkan dari ilmu perubahan arah panca buta yang tidak bisa di pahami dalam waktu singkat. tingkat kecerdasan seseoranglah yang menentukan seberapa tinggi dia mampu memahami intisari dari ilmu pancabuta.
Mei ling terus berlatih gerakan yang di pelajarinya dari antoch, sementara hari sudah beranjak siang dan antoch memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali.
"aling, ayo jalan lagi!" seru antoch mengajak mei ling melanjutkan perjalanan.
"baik!" sahut mei ling.
Mereka kembali berjalan menyusuri jalan setapak di daerah perbukitan menuju barat. Menjelang sore hari mereka tiba di jalan besar berbatu di pinggir hutan kecil, antoch yang memiliki pendengaran tajam sayup sayup mendengar suara seseorang menangis tidak jauh dari tempatnya berada, dia mengerutkan kening tanda heran karna di tempat sesepi ini ada suara orang menangis. Antoch coba menyelidiki dari mana arah suara tangisan itu datangnya. tidak lama dia meliat seorang gadis kecil duduk di tanah di samping seseorang yang tergeletak entah pingsan atau sudah mati, rupanya suara tangisan itu datang daring tidak bisa di pahami dalam waktu singkat. tingkat kecerdasan seseoranglah yang menentukan seberapa tinggi dia mampu memahami intisari dari ilmu pancabuta.
Mei ling terus berlatih gerakan yang di pelajarinya dari antoch, sementara hari sudah beranjak siang dan antoch memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali.
"aling, ayo jalan lagi!" seru antoch mengajak mei ling melanjutkan perjalanan.
"baik!" sahut mei ling.
Mereka kembali berjalan menyusuri jalan setapak di daerah perbukitan menuju barat. Menjelang sore hari mereka tiba di jalan besar berbatu di pinggir hutan kecil, antoch yang memiliki pendengaran tajam sayup sayup mendengar suara seseorang menangis tidak jauh dari tempatnya berada, dia mengerutkan kening tanda heran karna di tempat sesepi ini ada suara orang menangis. Antoch coba menyelidiki dari mana arah suara tangisan itu datangnya. tidak lama dia meliat seorang gadis kecil duduk di tanah di samping seseorang yang tergeletak entah pingsan atau sudah mati, rupanya suara tangisan itu datang dari gadis kecil tersebut. tidak jauh dari gadis kecil itu juga ada seseorang yang tergeletak di tanah dengan keadaan tubuh penuh luka cukup parah dan di ujung jalan ada sebuah kereta kuda dimana seorang kusir kereta juga tergeletak tidak bergerak.
"Apa yang terjadi di tempat ini? Sepertinya beberapa saat yang lalu di tempat terjadi musibah yang cukup hebat." batin antoch mengamati tempat itu.
Antoch menghampiri gadis cilik yang menangis di samping seorang wanita yang mungkin adalah ibunya.
"Adik kecil, kenapa kau menangis? Apa yang terjadi sama kalian?" tanya antoch kalem.
Mengetahui ada orang lain di tempat itu membuat gadis cilik itu kaget, dia langsung meringkuk ketakutan sekali. "pergi, pergi, pergi. Jangan sakiti kami, pergi kalian!" teriaknya histeris.
"Adik kecil, tenang..tenang, kau jangan takut, aku tidak akan menyakiti mu. Aku adalah orang baik, kau jangan takut." kata antoch menenangkan gadis cilik tersebut.
"pergi!" teriak gadis cilik itu begitu hisuerisnya. "ibuuu.. bangun. ibuuuu bangun." ratapnya memeluk ibunya yang tergeletak di tanah.
Antoch menghela nafas panjang menatap si gadis cilik yang menangis sedih memeuluk sang ibunya. hal ini mengingatkan dia pada mei ling beberapa hari yang lalu yang juga begitu berduka memeluk ibunya. Antoch coba memeriksa nadi di tangan ibu si gadis cilik dan memeriksa nafas di hidung ibu gadis cilik tersebut. dia mendapati denyut nadi dan nafas si ibu masih ada dan agak lemah yang menandakan wanita itu cuma pingsan. buru buru antoch menotok jalan darah di beberapa titik bagian tubuh wanita itu lalu mengalirkan hawa murni ke dalam tubuh wanita itu yang bertujuan membuat wanita itu siuman. Benar saja, tidak lama wanita itu siuman dari pingsannya.
"ibu?!" seru si gadis cilik terliat senang meliat ibunya siuman. dia langsung memeluk ibunya erat erat dan menangis.
"Rara!" ucap si wanita ibu dari si gadis cilik tertahan. dia juga menangis memeluk putrinya.
Antoch membiarkan ibu dan anak itu menumpahkan tangis mereka sejenak dan baru dia bertanya.
"Nyai, maaf. Apa nyai tidak apa apa?" tanya antoch.
"siapa tuan? Apa tuan teman orang orang jahat yang menyerang kami?" tanya wanita itu agak merasa ketakutan.
"nyai tenang saja, saya bukan orang jahat dan saya bukan teman dari orang orang yang menyerang nyai. Saya kebetulan lewat sini dan tidak sengaja meliat kalian di tempat ini. Oh ya, sebenarnya apa yang terjadi pada kalian?" kata antoch.
Wanita itu tidak segera menjawab pertanyaan antoch, dia meliat ke sekelilingnya dan langsung menjerit begitu meliat seorang pria yang tergeletak dengan tubuh penuh luka. "kakang?! Kakaaang!" jeritnya lalu buru buru berlari dan menubruk pria yang tergeletak itu yang tidak lain adalah suaminya.
Antoch meliat sejenak ibu dan anak itu menangis sedih memeluk pria yang tergeletak dengan tubuh penuh luka. dia perlahan lahan mendekati mereka dan memperhatikan keadaan si pria yang cukup mengenaskan, dia coba memeriksa keadaan pria itu dan mendapati keadaan pria itu cukup kritis dengan denyut nadi sangat lemah, selain luka luar akibat sayatan senjata tajam tetapi di dadanya juga terliat sebuah tanda biru kehitaman seperti bekas pukulan telapak tangan beracun.
"hmm, daya tahan tubuh orang ini cukup kuat juga, di liat dari lukanya serta bekas pukulan di dadanya harusnya orang ini sudah tewas namun dia masih hidup meski kritis. Racun jahat dari pukulan itu sudah hampir menyebar di seluruh organ vitalnya, kemungkinan dapat di tolong sangat tipis, hmm." batin antoch menganalisa keadaan pria tersebut. "keadaan orang ini sangat kritis dan harapan untuk bisa di tolong sangat kecil." ucapnya pada wanita yang memeluk orang sekarat itu.
"tuan, tolong suami saya. saya mohon tuan, jika tuan orang baik tolonglah suami saya, saya mohon." ratap wanita itu memohon pertolongan antoch.
"nyai tenang saja, saya akan berusaha menolong suami nyai semampu saya, mudah mudahan sang hyang widi masih melindungi suami nyai." kata antoch.
Antoch segera menotok titik jalan darah terpenting di tubuh suami wanita tersebut agar racun jahat tidak menyebar terlalu jauh ke organ paling vital. bila mana racun jahat sudah masuk ke isi perut maka nyawa suami wanita itu tidak mungkin bisa di tolong lagi. setelah itu dia mendudukkan orang itu lalu dia segera mengalirkan hawa murni ke dalam tubuh orang itu guna mendesak keluar racun dari tubuh orang itu, tidak lama orang itu muntah darah hitam berkubu kubu tanda racun jahat sudah berhasil di tekan keluar oleh antoch. dia memesukan pil penawar racun ke mulut orang itu untuk menawarkan sisa sisa racun di dalam tubuh orang itu.
"hmm. Suami nyai sudah melewati masa kritisnya, selama tiga empat hari dia belum akan siuman, sebaiknya kita bawa suami nyai ke tabib di desa terdekat agar suami nyai bisa mendapat perawatan lebih baik." kata antoch.
"apakah suami ku bisa sembuh, tuan?" tanya wanita itu dengan wajah cemas sekali.
"suami nyai sudah tidak apa apa, dia hanya perlu mendapat perawatan dari seorang tabib dan dalam waktu setengah bulan dia pasti akan sembuh seperti sedia kala, jadi nyai tidak perlu kuatir." kata antoch.
"sukurlah." ucap wanita itu merasa lega. "hari sudah hampir senja, kita harus segera membawa suami nyai ke tabib di desa terdekat." kata antoch.
"baik." kata wanita itu.
Antoch segera mengangkat suami wanita itu dan membawanya ke kereta kuda, mereka segera meninggalkan tempat itu dengan menaiki kereta kuda tersebut. Menjelang malam mereka tiba di perbatasan sebuah desa besar atau mungkin sebuah kota karna tempat itu sangat padat rumah penduduknya serta keadaan daerah itu juga sangat ramai meski di malam hari.
"tempat ini seperti kadipaten kota atau mungkin juga tempat ini adalah kotaraja sebuah kerajaan kecil, kira kira apa nama daerah ini?" batin antoch dalam hati yang duduk di tempat kusir kereta.
"tuan. jalan lurus saja terus, nanti di pertigaan jalan belok ke arah kanan dan berhenti di rumah besar yang di jaga oleh para penjaga." seru suara wanita dari dalam kereta.
"baik, nyai." sahut antoch.
Antoch mengedutkan tali kuda agar kereta berjalan, di pertigaan jalan dia belok kanan sesuai perintak wanita di dalam kereta, tidak lama terliat sebuah bangunan megah yang di kelilingi benteng agak tinggi. di depan gerbang benteng ada empat orang penjaga berseragam prajurit warna hitam.
"berhenti!" seru wanita dalam kereta.
Antoch segera menarik tali kuda agar kereta berhenti, mereka berhenti tempat di depan gerbang yang di jaga para prajurit penjaga.
"penjaga!" teriak wanita dalam kereta memanggil prajurit penjaga.
Empat orang penjaga itu buru buru mendekati kereta kuda.
"buka pintunya!" teriak wanita dalam kereta memberi perintah.
"baik, gusti." sahut empat penjaga itu serentak.
Mereka segera membukakan pintu gerbang buat kereta kuda yang di naiki wanita yang di panggil gusti oleh empat penjaga tersebut.
Antoch menjalankan kereta kuda memasuki gerbang dan berhenti di depan bangunan besar mirip sebuah bangunan istana kadipaten atau kerajaan. seorang prajurit jaga buru buru membukakan pintu kereta.
"prajurit! cepat antar gusti rakananta ke kamarnya, panggilkan juga tabib istana ke tempat gusti rakananta!" seru wanita dalam kereta memberi perintah pada para prajurit jaga.
"baik !" sahut prajurit jaga itu memberi hormat.
Mereka segera masuk ke dalam bangunan istana membawa pria yang terluka, antoch dan mei ling tidak ikut masuk ke dalam, mereka menunggu di luar istana di samping kereta kuda.
"kakak! Aku lapar." kata mei ling merasa lapar.
"kakak juga lapar, tahan sebentar ya?" kata antoch mengusap kepala mei ling lembut.
"tapi kak, aling benar benar sudah sangat lapar. Ayo kita pergi cari makan dulu." kata mei ling merengek.
"iya, sebentar ya? Aling tahan dulu sebentar, nanti setelah ini selese kita cari makan." kata antoch mengusap kepala mei ling lembut.
Cukup lama mereka berdua berdiri di tempat itu hingga tidak lama datang seorang pria paruh baya berpakaian bagus menghampiri mereka. pria itu menatap antoch dari atas sampe bawah seolah seperti tengah menyelidiki sesuatu.
"benar kau yang menolong gusti rakananta?" tanya pria itu penuh selidik.
Meski pertanyaan pria paruh baya itu terkesan memandang rendah dirinya namun antoch tidak menjadi tersinggung,dia menjura memberi hormat pada orang tua tersebut. "saya hanya kebetulan lewat saja." ucapnya.
"hmm. Siapa nama mu dan dari mana kau berasal?" tanya orang itu.
"saya panji dan ini adik saya aling. kami dari tempat jauh di daerah tengah." jawab antoch kalem.
"Apa tujuan mu ke kerajaan galuh ini?" tanya orang tua itu seperti mengintrogasi.
"kerajaan galuh?" kata antoch seperti orang bertanya seraya mengerutkan kening. "jadi daerah ini adalah kerajaan galuh, mungkin ini adalah kerajaan kecil di daerah barat." batinnya.
"anak muda. Kenapa kau diam? Aku bertanya pada mu kenapa kau tidak menjawab?" kata orang tua itu setengah membentak.
"Apa maksut paman bertanya seperti itu? Apa paman mencurigai saya?" tanya antoch sedikit kesal atas sikap orang tua itu yang seperti mencurigainya.
"kurang ajar!" dengus orang tua itu geram menatap tajam antoch. "jawab saja pertanyaan ku bocah. Apa kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, hah? Aku tumenggung wirocolo, pejabat tinggi kerajaan galuh ini. Jangan bersikap tidak hormat di hadapan ku!" bentaknya.
Antoch hanya tersenyum simpul saja mendapat bentakan dari orang tua bernama wirocolo, tumenggung kerajaan galuh tersebut. "aling, tugas kita sudah selese. Ayo kita pergi!" ucapnya mengajak mei ling pergi.
Mereka segera beranjak pergi dari tempat itu tanpa menghiraukan tumenggung wirocolo yang menatap gusar.
"kurang ajar! Prajurit, tangkap orang itu!" teriak tumenggung wirocola gusar memerintahkan para prajurit untuk menangkap antoch.
Mendengar perintah dari sang tumenggung maka enam orang prajurit langsung bergerak cepat mengurung antoch dengan pedang terhunus.
Antoch melirik ke arah sang tumenggung wirocolo dengan senyum sinis. "Aku datang kemari hanya mengantar orang yang terluka, tidak ku sangka niat baik ku bakal mendapat sambutan tidak menyenangkan seperti ini." ucapnya dingin.
"Prajurit! Serang!" perintah tumenggung wirocolo.
Enam prajurit langsung menyerang antoch dengan serentak namun baru saja hendak bergerak tahu tahu mereka berhenti diam tidak bergerak, mereka seperti patung karna mereka tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Rupanya antoch telah menotok enam prajurit itu dengan jurus sentilan jari dewa langit tanpa di ketahui siapapun.
"kenapa kalian diam saja? Cepat tangkap dia!" teriak tumenggung wirocolo keras meliat anak buahnya cuma diam berdiri saja tidak bergerak.
Tumenggung wirocolo tidak tahu kalo enam prajurit bawahannya telah terkena totokan jurus sentilan jari dewa langit antoch sehingga mereka tidak bisa bergerak melaksanakan perintah sang tumenggung.
"kurang ajar! Berani sekali kalian tidak menuruti perintah ku, cepat tangkap orang itu!" teriak tumenggung wirocolo gusar sekali perintahnya di abaikan oleh anak buahnya.
Tetap saja enam prajurit itu tidak bergerak, mereka tidak bergerak bukan karna tidak mau melaksanakan perintah pemimpin mereka tetapi mereka tidak bisa bergerak karna telah terkena totokan sentilan jari dewa langit milik antoch.
"hemh. Dasar prajurit tidak berguna." dengus tumenggung wirocolo naik pitam. dia langsung mendorong salah seorang prajurit bermaksut agar prajurit itu minggir namun bukannya menyingkir tetapi prajurit itu terjungkal dalam posisi tidak berubah yaitu kaku.
"ng?!" tumenggung wirocolo tersentak kaget meliat prajurit yang dia dorong malah terjungkal dalam posisi kaku. dia buru buru meliat keadaan prajurit itu dan mendapati prajurit itu ternyata telah tertotok. "prajurit ini tertotok, siapa yang menotoknya dan sejak kapan dia tertotok? Apakah pemuda itu yang melakuka6ya? Akh, tidak mungkin. Sejak tadi aku meliat dia tidak melakukan gerakan apa apa sedikitpun, mustahil dia bisa menotok semua prajurit tanpa aku ketahui. pastilah ini perbuatan orang sakti yang berilmu sangat hebat. Apakah pemuda itu memiliki teman kosen yang bersembunyi di sekitar sini? Jika benar, aku harus berhati hati." batinnya dalam hati.
Tumenggung wirocolo berdiri memandang kesekitar tempat itu berharap menemukan jejak orang yang mungkin bersembunyi di sekitar tempat itu. "Orang kosen dari mana yang telah datang ke tempat ini, mohon tunjukkan diri mu!" teriaknya lantang.
Antoch jadi heran sendiri meliat tumenggung wirocolo yang teriak teriak sendiri, dia hanya diam saja dan pura pura celingukan kesana kemari agar meyakinkan tumenggung wirocolo bahwa ada orang kosen di sekitar tempat itu yang telah menotok para prajurit.
"hahahaha! Wirocolo, kau teriak teriak sendiri seperti orang tengah mencari sesuatu. Apa yang kau cari?" seru seseorang yang tiba tiba muncul dari balik pohon besar tidak jauh dari tempat itu.
Seorang pria tua berjubah putih tampak melayang di udara, bersalto tiga kali lalu mendarat tepat di depan tumenggung wirocolo.
"hahahaha." tawa orang tua yang baru muncul tersebut.
Meliat kemunculan orang tua tersebut langsung membuat tumenggung wirocolo terliat senang sekaligus hormat, dia menjura di hadapan orang tua berjubah putih tersebut.
"Akh, kiranya maha guru ki ageng putih yang datang. Senang sekali rasanya meliat ki ageng putih sudah kembali ke istana. Saya ucapkan selamat datang pada ki ageng putih." kata tumenggung wirocolo begitu menghormati orang tua itu.

"hahahaha. Terima kasih." kata orang tua berjubah putih bernama ki ageng putih tertawa ringan. "sudah hampir lima bulan aku meninggalkan istana, apa kabar mu tumenggung wirocolo? Apa semua baik baik saja?" ucapnya.
"berkat doa dari ki ageng putih saya dan istana galuh dalam keadaan baik baik saja. Bagaimana kabar ki ageng putih sendiri? Tentu tujuan ki ageng putih sudah pasti berhasil, saya ucapkan selamat." kata tumenggung wirocolo memberi selamat.
"haihz." ki ageng putih menghela nafas panjang lalu geleng geleng kepala perlahan.
Meliat ki ageng putih menghela nafas dan geleng geleng kepala membuat tumenggung wirocolo mengerutkan kening tanda keheranan. Pasti ada sesuatu yang tengah ki ageng putih pikirkan saat ini.
"Ada apa ki? Kenapa ki ageng putih menghela nafas?" tanya tumenggung wirocolo ingin tahu.
"hmm. Dunia persilatan begitu sukar di jajaki, di atas langit masih ada langit." ucap ki ageng putih seperti orang bersyair.
Tumenggung wirocolo terkejut mendengar ucapan ki ageng putih, dia mengerti apa maksut ucapan ki ageng putih yang berarti bahwa ki ageng putih telah gagal atau tidak berhasil.
"tidak mungkin. saya tahu seberapa tinggi ilmu ki ageng putih, jarang sekali ada pendekar yang sanggup menandingi ilmu ki ageng putih, apa lagi ilmu tangan seribu ki ageng putih yang dahsyat luar biasa. Orang hebat dari mana yang sanggup mengalahkan ki ageng putih?" tanya tumenggung wirocolo tidak percaya.
"seperti yang tadi aku bilang, di atas langit masih ada langit. Akh, tapi sudahlah tidak perlu di bahas lagi." kata ki ageng putih tidak mau membahas lagi. "Apa yang terjadi disini? Kenapa para prajurit itu bisa terkena totokan?" tanyanya setelah meliat enam prajurit yang berdiri kaku seperti patung.
"Ekh?! Bukankah ki ageng putih yang menotok mereka?" tanya tumenggung wirocolo keheranan meliat ki ageng putih.
"Apa? Aku?" kata ki ageng putih bingung.
"sudahlah, ki ageng putih tidak usah berpura pura. Siapa lagi orang yang mampu menotok dari jarak jauh selain ki ageng putih,ki ageng putih janganlah bergurau begitu." kata tumenggung wirocola tersenyum lebar mengira ki ageng putih tengah bermain main.
"Apa maksut mu?" tanya ki ageng putih tidak mengerti. "Akh, sudahlah tidak usah di bahas. hmm." ucapnya cepat.
Ki ageng putih meliat ke arah antoch dan seketika itu dia langsung terkejut sekali karna tahu siapa pemuda jubah biru yang ada di depannya itu.
"KAU?!" seru ki ageng putih tercekat karna terkejut sekali tidak menduga bertemu dengan orang yang dia kenali. "hahahaha. Sungguh pertemuan yang tidak di sangka sangka, hari ini aku bisa bertemu dengan tokoh besar dunia persilatan jaman ini. Hahahaha." ucapnya tertawa girang sekali.
Antoch tidak mengerti kenapa orang tua jubah putih di depannya seperti kaget meliatnya dan begitu girang sekali padahal dia merasa baru pertama kali ini meliat orang tua itu. dia hanya membungkuk memberi hormat sebagai tanda salam pada orang yang lebih tua.
"hahaha. Saya ucapkan selamat datang di kerajaan galuh pada mu wahai tuan panji. Sungguh suatu kehormatan besar buat kerajaan galuh ini di datangi orang besar seperti tuan panji. Terima kasih tuan panji sudi mampir di kerajaan ini." kata ki ageng putih begitu menghormati antoch.
Antoch buru buru menjura hormat membalas penghormatan yang begitu tinggi dari ki ageng putih. "terima kasih atas sanjungan tetua yang agung, saya tidak pantas menerima sanjungan dari tetua yang agung. Saya hanya orang kecil yang tidak pantas mendapat penghormatan begitu tinggi dari tetua." ucapnya merendah.
"kau pantas menerimanya, justru aku yang merasa malu mendapat penghormatan dari mu. Sungguh kehormatan bagi kami mendapat kunjungan dari salah satu tokoh besar jaman ini." kata ki ageng putih.
"Tetua jangan terlampau memuji, harap jangan di lebih lebihkan." kata antoch merasa tidak enak hati.
"hahaha. Sungguh sikap yang patut di puji. Nama ku ki ageng putih, panggil saja aku ki ageng putih. Saya adalah maha guru di kerajaan galuh ini, secara tidak tahu malu saya memberanikan diri memperkenalkan diri ku, padahal di hadapan mu saya tidak pantas mengatakan kalo saya adalah maha guru. Harap tuan panji tidak menertawai ku." kata ki ageng putih.
"Maaf, tetua. Harap tetua tidak memandang saya terlampau tinggi, cukuplah buat saya tetap menjadi orang kecil saja." kata antoch kalem.
"hahahaha." ki ageng tertawa senang. "aku tahu apa maksut mu, jujur aku sangat salut pada mu, salut sekali." ucapnya mengerti apa maksut ucapan antoch tersebut.
Antoch sedikit membungkuk hormat, meski dia masih bingung dengan orang tua jubah putih di depannya itu yang begitu sangat mengetahui siapa dirinya, padahal dia merasa baru pertama kali ini dia bertemu orang tua tersebut.
"ki ageng putih. Apa ki ageng mengenal pemuda itu?" tanya tumenggung wirocolo merasa penasaran karna dari tadi ki ageng putih begitu menyanjung dan menghormati pemuda berjubah biru tersebut.
"Ya. Tentu saja aku sangat kenal siapa dia, dia adalah..." kata ki ageng putih tidak meneruskan ucapannya karna di potong oleh antoch.
"saya adalah sahabat muda tetua ki ageng putih. Benarkan tetua?" potong antoch cepat menatap ki ageng putih dengan pandangan seolah memberi isarat agar ki ageng putih tidak membuka jati dirinya.
"Akh, iya. Benar, dia adalah sahabat muda ku. Kami berjumpa ketika sama sama di puncak lawu dalam turnamen pedang kemarin." sahut ki ageng putih terpaksa berdusta.
Sebenarnya ki ageng putih memang benar hadir di dalam turnamen pedang puncak lawu dan dia kalah di tangan dewi naga ungu pada awal babak dan terluka agak parah namun dia tidak keburu pergi dari puncak lawu, dia meliat terus sampe akhir dimana antoch yang keluar sebagai juara turnamen pedang tersebut, itu makanya dia tahu siapa jati diri antoch sebenarnya. Sedangkan antoch sendiri tidak tahu siapa ki ageng putih karna dia selama di puncak lawu hanya tidur saja tidak memperhatikan para peserta yang lain yang sedang bertarung, jadi wajar saja kalo antoch tidak tahu siapa ki ageng putih dan merasa tidak pernah bertemu.
"owh, begitu rupanya." kata tumenggung wirocolo.
"Guru!" teriak seseorang dari arah pintu masuk istana.
Tampak tiga orang setengah berlari menghampiri ki ageng putih berada. seorang pemuda tampan berpakaian layaknya seorang pangeran dan dua orang gadis yang berpakaian selayaknya seorang putri bangsawan.
"hormat hamba nanda pangeran dan nimas putri berdua." sapa ki ageng putih membungkuk hormat pada tiga orang itu.
"Baguslah, guru sudah pulang. Kami rindu sekali sama guru." kata gadis jelita berbaju warna merah, gadis itu bernama melati.
"iya. Guru lama sekali perginya membuat kami kuatir saja." kata gadis berbaju warna kuning, dia bernama kenanga.
"Guru. Bagaimana kabar guru selama ini? Apa guru sehat wal afiat?" tanya pemuda tampan berbaju warna coklat berhias mahkota di kepalanya. Dia bernama raden sanjaya yaitu putra mahkota kerajaan galuh.
"berkat doa kalian semua guru baik baik saja. Oh ya, kemana nimas cempaka? Kenapa dia tidak bersama kalian?" kata ki ageng putih kalem.
"Seperti biasa, nimas cempaka slalu mengurung dirinya di kamar. Sejak musibah yang di alaminya waktu itu, dia jarang keluar dari kamarnya dan sulit sekali di temui." jawab raden sanjaya sedikit agak muram.
"owh, begitu. Memang kasihan musibah yang di alami nimas cempaka. Padahal dia gadis yang periang tapi sejak musibah itu dia jadi pemurung. hmm." kata ki ageng putih ikut muram.
"Guru, kebetulan guru sudah pulang. Mungkin guru bisa menolong paman rakananta." kata melati cepat.
"Akh, iya benar. Pas sekali guru pulang, guru ayo ke tempat paman rakananta. Guru mungkin bisa menolong paman rakananta, ayo cepat kita kesana!" kata raden sanjaya.
"Tunggu sebentar." kata ki ageng menahan sebentar. "memang apa yang terjadi pada gusti rakananta?Apakah beliau sakit?" tanyanya penasaran.
"nanti akan saya ceritakan, yang penting sekarang guru harus ke tempat paman rakananta untuk meliat keadaannya." kata raden sanjaya.
"begitu? Hmm. Baiklah." kata ki ageng putih mengerti. Dia lalu menoleh ke arah antoch. "tuan panji, karna kau sudah terlanjur datang ke sini, lebih baik tuan panji singgahlah di tempat kami ini, apa lagi hari sudah malam tentu tuan tidak mau kemalaman di luar." ucapnya.
Antoch sedikit membungkuk. "terima kasih atas budi baik tetua, saya tidak mau merepotkan tetua. apa lagi tugas saya sudah selese di tempat ini jadi sekarang saja saya mohon pamit." ucapnya.
"tugas? tugas apa itu?" tanya ki ageng putih ingin tahu.
"ki ageng putih, maaf. Tuan ini yang mengantarkan gusti rakananta yang terluka parah kemari, terus terang tadinya saya mencurigai dia sebagai mata mata musuh berpura pura menolong gusti rakananta, tapi ternyata dia adalah sahabat ki ageng putih jadi saya telah salah sangka pada dia. Tuan panji, mohon maaf atas perlakuan saya yang tidak menyenangkan tadi." kata tumenggung wirocolo.
ki ageng putih melirik tumenggung wirocolo sejenak lalu menatap antoch. "hmm. Tuan panji, budi tuan panji sangat besar terhadap kerajaan galuh. Tidak enak rasanya jika kami tidak membalas budi besar tuan, kami harap tuan panji sudi singgah di tempat kami sebentar. Harap tuan panji tidak menolaknya." ucapnya.
Antoch diam sejenak memikirkan tawaran ki ageng putih, dia melirik mei ling, tampak mei ling sudah terliat lelah dan apa lagi dia sudah menahan lapar, jika antoch menolak tawaran itu maka kasihan mei ling jika harus kembali bermalam di luar. Tentu mei ling pasti akan merasa senang bisa tidur di tempat yang nyaman tanpa takut akan merasa kedinginan lagi. "hmm. Jika tetua memaksa sayapun tidak sampe hati menolak. Terima kasih." ucapnya.
"bagus! Tuan panji, silakan." kata ki ageng putih girang.
Mereka bersama sama masuk ke dalam istana kerajaan galuh.

* * *

※ ANTOCH duduk di kursi taman meliat mei ling yang sedang asik berlatih gerakan gerakan yang dia ajarkan kemarin. dia tersenyum senang meliat mei ling yang tampak bersemangat dan girang karna merasakan bisa tidur nyaman di kamar yang nyaman dalam istana, mungkin baru kali ini mei ling merasakan tidur di kamar senyaman ini.
"Selamat pagi!" sapa seseorang dari arah belakang antoch.
Antoch menoleh ke belakang, dia buru buru berdiri memberi hormat. "Selamat pagi tuan putri." sapanya balik.
"kalian sedang apa?" tanya seorang gadis jelita yang tidak lain
melati. tampak pagi ini melati begitu terliat cantik sekali dengan balutan baju warna merah menyala, semerbak harum mewangi bunga melati keluar dari tubuhnya yang tinggi semampai membuat semua orang yang meliatnya akan jadi terpesona.
"kami hanya sedang menikmati kesejukan udara di pagi hari di taman ini. Apa tuan putri juga ingin menikmati kesejukan udara pagi ini?" kata antoch.
Melati tersenyum mereka memperliatkan barisan giginya yang putih bagus. "tempat ini memang sejuk udaranya tapi jika kalian ingin merasakan kesejukan udara yang jauh lebih baik, kalian bisa datang di taman kaputren. disana tamannya lebih indah dan udaranya jauh lebih segar dan sejuk." ucapnya.
"kami ini hanya orang biasa, mana berani kami lancang mendatangi taman keputren, taman khusus bagi keluarga istana. Tentu kami tahu batasan derajat kami yang rendah." kata antoch merendah.
"hik.hik.hik." melati tertawa renyah mendengar ucapan antoch yang buatnya sedikit lucu.
"kenapa tuan putri tertawa? Apakah ucapan ku ada yang salah sampe tuan putri tertawa?" tanya antoch heran meliat melati tertawa.
"akh, tidak. tidak ada. Aku hanya ingin tertawa saja, selama ini aku jarang sekali menemukan seorang pemuda yang begitu merendahkan diri, umumnya semua pemuda akan bersikap tidak mau merendahkan diri, mereka akan memamerkan apa yang mereka miliki, entah itu jabatan, harta dan kemampuan khusus mereka. Apa lagi bila di hadapan seorang gadis, mereka akan semakin bersikap bahwa merekalah yang terbaik agar gadis itu tertarik. kamu berbeda dengan pemuda pemuda yang selama ini pernah ku temui, kau begitu sopan dan tidak malu merendahkan diri, apa lagi kau adalah orang baik, pertolongan mu pada paman rakananta telah membuat semua orang jadi berterima kasih pada mu. Jujur saja, kau pemuda yang sangat langka di dunia ini." kata melati kalem dengan suaranya yang merdu.
"tolong menolong sesama umat manusia saya rasa adalah hal wajar di muka bumi ini, tidak ada yang perlu di besar besarkan dan di lebih lebihkan." kata antoch.
Melati manggut manggut merasa senang mendengar ucapan antoch yang begitu bijaksana. "aku dengar kau bertemu guru ku di puncak lawu dalam turnamen pedang, apakah benar begitu?" tanyanya.
Antoch mengangguk pelan.
"kalo begitu kau juga seorang pendekar hebat? Buktinya kau mengikuti turnamen pedang itu." tanya melati.
"Apa kemampuan saya secara tidak mengenal malu berani ikut dalam turnamen pedang tersebut, bila saya memaksakan diri mengikuti turnamen pedang tersebut, itu sama saja saya secara tidak tahu malu telah berani memperliatkan kebodohan sendiri." kata antoch tersenyum.
"jadi kau tidak ikut turnamen pedang itu?" tanya melati memastikan.
Antoch hanya tersenyum saja tidak menjawab iya atau tidak, dia malah memandang ke arah dimana mei ling lagi asik melakukan gerakan gerakan yang dipelajari dari antoch.
"kenapa kau diam?" tanya melati karna antoch tidak menjawab pertanyaannya.
Antoch hanya melirik gadis cantik berbaju merah tersebut tanpa membuka suara menjawab pertanyaan gadis tersebut.
Melati menatap antoch dengan pandangan merasa kalo pemuda berjubah biru di hadapannya itu seperti menyembunyikan sesuatu, entah apa yang tengah pemuda itu sembunyikan.
"kakak!" panggil mei ling begitu selese melakukan gerakan terakhir dalam latihannya. "gerakan ku tadi sudah sempurna belum?" tanyanya polos.
Antoch mengusap kepala mei ling lembut. "kau kan baru belajar gerakan itu kemarin, masih terlalu dini untuk di bilang sempurna. teruslah berlatih sampe kau mampu melakukan semua gerakan itu di luar kepala." ucapnya.
"kapan aku bisa melakukan gerakan itu sampe sempurna?" tanya mei ling.
"hahaha. Berlatih terus dengan penuh semangat, tanpa rasa lelah maka suatu saat kau pasti akan bisa melakukannya dengan sempurna." kata antoch tersenyum lebar.
Mei ling mengangguk dengan cepat. "Ya, aling pasti akan terus berlatih penuh semangat." serunya.
"anak pintar. Ayo latihan lagi." kata antoch kalem.
"baik!" sahut mei ling cepat.
Dia segera berlatih lagi melakukan gerakan gerakan yang di ajarkan antoch. sementara antoch hanya berdiri diam memperhatikan latihan mei ling.
"Ekh, apa yang di lakukan anak itu? Kenapa dia bergerak seperti itu? Kok gerakannya aneh sekali. Heran." tanya melati merasa heran meliat gerakan gerakan aneh yang di lakukan mei ling.
Antoch tidak menjawab pertanyaan melati yang keheranan meliat gerakan gerakan mei ling, dia hanya tersenyum saja terus memperhatikan latihan mei ling.
"Gerakannya sangat aneh tapi tidak membuat kepala pusing atau bingung, namun jika di perhatikan terus membuat sebagian gerakan awal jadi tidak di ingat, seolah olah gerakan gerakan itu seperti rangkaian formasi yang bila di ingat malah akan lupa, benar benar aneh." kata melati menganalisa semua gerakan yang di lakukan mei ling.
Antoch melirik ke arah melati, dia sedikit terkejut karna gadis berbaju merah itu sedikit bisa menebak inti dari gerakan gerakan yang di lakukan mei ling yaitu bahwa gerakan gerakan itu adalah rangkaian dari formasi dan yang lebih membuatnya agak terkejut yaitu melati tanpa sadar tahu intisari dari rangkaian gerakan yang di lakukan mei ling. Apa itu? Yaitu gerakan gerakan itu tidak untuk di ingat tetapi untuk di lupakan. Kenapa? Karna gerakan gerakan itu bergerak sesuai naluri alami manusia, semakin seseorang bisa menyatu dengan intisari dari semua gerakan itu maka orang itu tidak butuh menghafal atau mengingat setiap detail dari gerakan gerakan itu, karna jika seseorang masih mengingat ingat setiap detail gerakan gerakan tersebut maka akan menghambat gerak dari orang tersebut. Penjelasan logikanya seperti ini, bila seseorang sudah mampu melakukan hafalan secara alami maka dia tidak perlu mengingat ingat dulu gerakan apa yang selanjutnya akan dia lakukan namun dia akan bergerak dengan sendirinya karna nalurinya sudah tahu apa yang akan dia lakukan, tetapi jika seseorang terus terusan berusaha mengingat ingat atau menghafal di dalam kepala maka dia cenderung akan mengingat dulu baru bergerak, itu sama saja butuh waktu dari mengingat sampe ke bergerak, nah itu sama artinya menghambat gerakan tersebut. Contoh sederhananya seperti ini, bila kita di kejar anjing, pasti secara reflek kita akan lari. Nah dalam kasus itu apa kita akan mengingat ingat dulu gimana sih caranya lari atau gerakan lari itu seperti apa sih, kan tidak. Kenapa kita bisa langsung lari? Karna gerakan itu adalah reflek dari naluri alami kita yang tidak butuh di ingat lagi gimana caranya lari, kalo kita ingat ingat dulu gimana caranya lari ya habislah kita kena di gigit anjing.
Nah, prinsip dasar seperti itulah yang antoch terapkan dalam gerakan gerakan yang dia ajarkan ke mei ling, karna pada hakekatnya gerakan gerakan itu adalah gerakan reflek alami manusia yang dia rangkai berdasar pada ilmu panca buta. itu makanya kenapa gerakan gerakan itu terliat aneh, namun bila mana seseorang sudah mampu menghafal secara alami dan menyatu dalam tubuh maka gerakan itu tidak akan terliat aneh tetapi akan terliat unik dan indah.
Melati meliat gerakan mei ling terasa sangat aneh karna selain mei ling baru saja belajar tetapi apa yang di peragakan mei ling baru gerakan kaki saja, gerakan itu belum di padu dengan gerakan tangan dalam sebuah jurus silat. bila sudah di padu dalam jurus silat maka hasilnya akan sangat luar biasa indah dan hebat sekali.
"Meliat gerakan aneh itu kenapa aku jadi penasaran ya dan aku jadi ingin ikutan menirukan gerakannya." kata melati.
Melati tanpa sadar bergerak mengikuti apa yang mei ling lakukan, meski sering salah dan kacau tetapi dia malah semakin ingin melakukannya dan lambat laun dia semakin bisa menirukan gerakan mei ling, malah dia seolah olah bergerak tanpa dia sadari dan seolah olah nalurinya yang menyuruhnya untuk bergerak.
"hmm. Gadis itu memiliki naluri alam yang di luar dugaan, bakat alamnya jarang ada yang memiliki. bila dia serius mendalami ilmu silat maka kelak dia bisa jadi pendekar yang hebat. bila berguru pada orang yang tepat maka bakat alamnya bisa dia asah semaksimal mungkin. Sungguh di sayangkan jika bakat alamnya di sia siakan begitu saja." batin antoch merasa kagum akan naluri alam yang di miliki melati.
"hahahaha. nimas melati, kau sedang apa? Melakukan gerakan aneh seperti itu. di katakan lagi menari kok tidak seperti orang lagi menari, apa kau sedang bermain main?" seru suara dari arah kanan antoch yaitu tepatnya di arah lorong dekat istana.
Tampak di situ berdiri raden sanjaya bersama kenanga dan ki ageng putih. mereka berjalan ke tempat antoch berada.
"Raden, putri, tetua." sapa antoch membungkuk hormat pada mereka.
"tuan panji. Bagaimana kabar tuan panji pagi ini? Apa tidur tuan semalam nyenyak?" sapa ki ageng putih.
"tentu saja, selama ini kami tidak pernah tidur di tempat senyaman tempat ini. terima kasih telah mengijinkan kami tidur di istana ini." kata antoch kalem.
"tuan panji tidak perlu merasa sungkan, justru kami merasa senang tuan panji bersedia mampir di tempat kami, ini suatu kehormatan besar buat kami dengan adanya tuan panji di tempat kami ini." kata ki ageng putih menyanjung antoch.
"mohon tetua tidak terlalu menyanjung saya, tidak pantas rasanya saya mendapat sanjungan seperti itu. Harap tetua tidak terlalu berlebihan." kata antoch merasa risih di sanjung begitu tinggi oleh ki ageng putih.
"hahaha. Tidak, tidak. Tuan panji memang pantas mendapat sanjungan itu." kata ki ageng putih cepat.
"sekali lagi harap tetua jangan berlebihan, risih rasanya mendengar sanjungan setinggi itu. Mohon bersikap biasa saja." kata antoch tidak suka.
"hmm. Baiklah." kata ki ageng putih mengangguk.
"kakak! Aku sudah capek, latihannya di lanjutkan nanti saja ya?" seru mei ling polos tidak menghiraukan orang orang di tempat itu.
Antoch tersenyum lembut mengusap kepala mei ling. "Ya sudah, kalo capek aling istirahat saja dulu, nanti di lanjutkan lagi latihannya." ucapnya.
"Ekh, tadi itu kalian sedang latihan ya? Memang latihan apa itu, kok gerakannya aneh sekali dan tidak beraturan begitu?" tanya kenanga merasa heran.
"nimas kenanga, tidak baik bicara seperti itu. Setiap gerakan silat itu tidak selalu beraturan, kau bicara seperti itu sama saja menghina ilmu silat tuan panji. Ayo minta maaf pada tuan panji." hardik ki ageng putih menasehati kenanga.
"Saya memang salah apa guru kok
harus minta maaf?" tanya kenanga merasa tidak bicara yang menghina antoch.
"hmm. Kau memang masih hijau nimas, tidak tahu tingginya langit dan dalamnya samudra." kata ki ageng putih menghela nafas panjang. "tuan panji, mohon tuan panji tidak jadi gusar atas ucapan nimas kenanga." ucapnya pada antoch.
"tidak apa apa." kata antoch tersenyum.
"Guru. Guru dari semalam begitu memuji tuan panji, aku jadi penasaran seberapa hebatnya sih ilmu silatnya. Tuan panji, mohon petunjuknya!" seru kenanga merasa penasaran karna gurunya begitu memuji antoch.
"kenanga, jangan!" cegah ki ageng putih cepat tapi kenanga sudah keburu menyerang antoch.
"hyeaat!" teriak kenanga lantang menyerang antoch.
"hupz!" antoch berkelit ringan dari serangan kenanga.
Kenanga mengeluarkan jurus jurus terhebat yang dia pelajari dari gurunya yaitu ki ageng putih yang di dunia persilatan di kenal dengan pendekar tangan bayangan. Semenjak kecil kenanga di didik oleh ki ageng putih bersama tiga saudaranya yang lain yaitu raden sanjaya, melati dan cempaka. ilmu silatnya tidak bisa di bilang rendah karna hampir semua ilmu silat gurunya telah berhasil dia kuasai meski belum begitu sempurna.
Antoch meladeni serangan kenanga tanpa menggunakan tangan sama sekali, dia bergerak ringan menggunakan gerakan gerakan kaki yang dia ajarkan pada mei ling. terbukti, gerakan gerakan yang di katakan aneh itu begitu di mainkan antoch jadi terliat unik, indah dan begitu hidup.
"Ekh, gerakan itu? Bukankah itu gerakan yang tadi aku tirukan dari mei ling? Owh, jadi tadi itu mei ling sedang berlatih jurus silat, aku kira dia sedang bermain main." seru melati terkejut meliat gerakan gerakan yang di mainkan antoch.
"Guru. Liat serangan kenanga begitu mantap dan hebat, sampe sampe tuan panji hanya bisa menghindar tanpa bisa balas menyerang. Kenanga memang hebat." seru raden sanjaya merasa senang meliat kehebatan kenanga.
"kau salah raden, bukan nimas kenanga yang hebat tetapi tuan panji sengaja tidak mau membalas serangan, bila tuan panji sedikit saja mau serius maka sudah siang siang nimas kenanga kalah. raden liat dengan baik, dari sekian banyak serangan kenanga, apakah kenanga pernah bisa menyentuh tuan panji? Padahal tuan panji tidak pernah jauh dari jangkauan nimas kenanga, dan raden liat juga setiap gerakan kenangan seolah sudah dapat di tebak kemana arahnya oleh tuan panji. Nimas kenanga bukan tandingan tuan panji, jangankan dia bahkan guru sendiri bukan tandingan tuan panji." kata ki ageng putih memberi petunjuk pada raden sanjaya.
"APA?!" seru raden sanjaya kaget mendengar ucapan gurunya itu. "Guru bukan tandingan tuan panji? Benarkah?" tanyanya tidak percaya.
"hahahaha! Orang tolol dari mana berani mengacau di tempat ini? Belum pernah merasakan gebukan tongkat butut ku ini ya. Hahahaha!" terdengar suara yang menggema di empat penjuru tempat itu.
Tiba tiba muncul sebuah benda panjang melesat dengan kecepatan sangat tinggi menerjang ke arah antoch yang sedang meladeni kenanga.
Mendapat serangan tiba tiba seperti itu tidak lantas membuat antoch menjadi gugup, dengan geraka ringan dan lentur sekali dia menahan benda panjang yang ternyata sebuah tongkat menggunakan kaki kanan lalu dengan menotol ujung tongkat membuat tongkat itu terbang melesat ke arah tadi datang yaitu ke arah pemiliknya.
"Gerakan yang bagus. Hupz!" seru suara orang yang melempar tongkat.
Sekelebat bayangan hijau menyambar tongkat yang datang ke arahnya, sekali tangkap saja dia langsung menerjang ke arah antoch. Orang berbaju hijau memegang tongkat menyerang antoch dengan cepat dan luar biasa hebat, serangan jurus jurus tongkatnya cepat luar biasa seolah seperti bayangan saja namun semua serangan itu tidak serta merta dapat membuat antoch terdesak ataupun keteteran, malah antoch tidak merubah gerakan jurusnya. dia tetap memake gerakan gerakan yang dia ajarkan pada mei ling.
Meliat serangannya tidak mampu mendesak lawannya dan bahkan menyentuhpun juga tidak membuat orang berbaju hijau jadi semakin heran dan penasaran sekali. dia menambah kecepatan serangannya namun hasilnya tetap sama saja, tidak mampu mendesak lawannya sedikitpun, jelas hal itu membuat orang itu semakin penasaran dan tidak percaya kalo serangannya seolah tidak berarti sama sekali terhadap pemuda berjubah biru tersebut. Orang berbaju hijau itu melompat ke belakang menjauhi antoch, dia menatap antoch dengan pandangan tidak percaya kalo semua serangannya tidak mampu menyentuh pemuda berjubah biru tersebut.
"Anak muda. Siapa kau sebenarnya, gerakan jurus mu tidak pernah aku lihat sebelumnya, apa nama jurus yang kau gunakan tadi?" seru orang berbaju hijau penasaran dengan gerakan gerakan antoch.
"Jurus ku hanya jurus biasa saja, tidak sebanding dengan jurus tetua yang cepat luar biasa." kata antoch kalem seraya tersenyum.
"huh, apa kau sedang menghinaku, bocah! Sudah jelas sekali semua serangan ku tidak mampu menyentuh mu, kau bilang jurus cepat luar biasa. Ambil senjata mu kita lanjutkan lagi pertarungan kita!" teriak orang berbaju hijau keras.
"tunggul, cukup! Tuan panji bukan musuh, dia adalah tamu di sini. Kau jangan berbuat sesuka hati mu disini, sudah hentikan sikap konyol mu itu." seru ki ageng putih mencegah orang berbaju hijau melanjutkan pertarungan.
"Ekh, apa maksut mu ki ageng putih? Dia bukan musuh? Jelas jelas tadi nimas kenanga bertarung dengannya, apa itu cuma main main saja,hah?" tanya orang baju hijau tidak mengerti.
"Ya. Tadi hanya sekedar main main saja. Kau jangan salah sangka seperti itu." jawab ki ageng putih.
"Apa benar begitu nimas?" tanya orang baju hijau pada kenanga.
"benar paman guru. tadi aku hanya ingin menguji ilmu silat tuan panji saja, karna guru begitu terus terusan memuji dia. Jadi ya membuat aku penasaran dan ingin membuktikannya sendiri." kata kenanga menjelaskan.
"nimas. Guru memuji bukan tanpa alasan, karna memang tuan panji pantas untuk mendapat pujian." kata ki ageng putih.
"owh,begitu. Hmm, kalo begitu biar aku saja yang mewakili nimas menguji ilmu silat pemuda itu yang mendapat pujian tinggi dari ki ageng putih." seru orang berbaju hijau. dia lalu menatap antoch. "anak muda. Ambil senjata mu mari kita bermain main sebentar. Cepat!" serunya.
"Tunggul. Kau jangan mulai lagi bersikap kekanak kanakan seperti itu, terhadap orang lain mungkin aku masih bisa memakluminya tapi kalo terhadap tuan panji aku tidak akan membiarkan mu bersikap seperti itu. Aku ingatkan kamu, lebih baik kau jangan menganggap tuan panji sama seperti orang orang yang sering kau ajak bermain main jika kau tidak mau kena batunya." hardik ki ageng putih cepat.
"hehehehe. ki ageng putih, kau taukan gimana sifat ku? Semakin kau larang maka semakin besar rasa penasaran ku. Kau tenang saja, aku tidak akan membuat pemuda itu celaka, yach paling paling ku buat sedikit memar pantatnya. Hehehehe." seru orang berbaju hijau bernama tunggul tertawa terkekeh.
"huh. Dasar keras kepala, tidak tahu tingginya gunung di depan. Jangan salahkan aku jika kau sendiri yang akan malu." dengus ki ageng putih di hidung.
"hik.hik.hik. Memang pemuda itu bisa apa pada ku, paling paling dia cuma bisa melompat lompat kesana kemari kaya topeng monyet. Buktinya tadi dia cuma melompat kesana kemari tidak bisa membalas serangan ku. Hik.hik.hik." kata ki tunggul menganggap remeh antoch.
"kau jangan jumawa dulu, bila kau tahu siapa tuan panji sebenarnya aku yakin kau akan merasa malu sendiri telah berkata seperti itu." kata ki ageng putih.
"hik.hik.hik. Memang dia siapa? Kau begitu memujinya terus, apa ilmu silatnya setingkat dengan raja pedang dari selatan atau si pengemis sakti dari utara sampe sampe kau begitu menghormati dia. hik.hik.hik." kata ki tunggul menertawakan ki ageng putih.
"Justru ilmu silatnya jauh di atas raja pedang dari selatan dan si pengemis sakti dari utara ataupun si orang aneh dari timur." kata ki ageng putih memberi tahu.
"APA?!" seru ki tunggul tersentak kaget. "kau jangan bergurau ki ageng?" serunya tidak percaya.
"aku tidak bergurau. kau mau percaya atau tidak itu terserah kau, aku berkata jujur." sahut ki ageng putih serius.
ki tunggul menatap tajam ki ageng putih memastikan jika ki ageng putih tidak berdusta, tapi raut wajah ki ageng putih terliat serius tidak berdusta dengan ucapannya. dia masih tidak percaya kalo pemuda berjubah biru di hadapannya ilmu silatnya di atas tiga tokoh terhebat jaman ini, benar benar tidak bisa di percaya begitu saja jika tidak membuktikan sendiri.
"ki ageng putih, katakan pada ku siapa pemuda itu sebenarnya? Jawab dengan jujur!" seru ki tunggul ingin tahu.
"hmmh." ki ageng putih menghela nafas sejenak, dia meliat ke arah antoch. "tuan panji, aku minta maaf. Aku terpaksa harus memberi tahu siapa tuan panji sebenarnya." ucapnya meminta maaf pada antoch.
"tidak apa apa. Tetua boleh memberi tahukan siapa saya sebenarnya, tapi sebelumnya saya sekalian mau minta diri karna ada urusan penting yang harus saya kerjakan. Maaf jika selama saya disini telah membuat suasana tidak nyaman, sekali lagi saya minta maaf. Permisi!" kata antoch kalem lalu mengajak mei ling beranjak pergi.
"Tunggu sebentar, tuan panji hendak kemana jika saya boleh tahu?" tanya ki ageng putih.
"saya hendak ke lembah bangkai, ada sedikit urusan disana." jawab antoch.
"lembah bangkai? Mau apa kau kesana? Tempat itu sangat berbahaya, disana berdiam wanita iblis yang sangat sakti. Lebih baik kau jangan kesana, berbahaya." kata ki ageng putih kaget.
Antoch tersenyum simpul. "saya tahu. Mau tidak mau saya harus kesana, karna saya sudah berjanji akan ke tempat itu, saya tidak mungkin mengingkari janji saya." ucapnya tenang.
"Owh, begitu. Kalo begitu saya tidak bisa melarang tuan panji. Saya harap tuan panji tidak terjadi apa apa disana." kata ki agen putih.
"terima kasih atas perhatian tetua, percayalah tidak akan terjadi apa apa sama saya." kata antoch tenang.
"Akh, iya. Maaf saya lupa." kata ki ageng putih merasa malu sendiri.
Antoch tersenyum simpul lalu secara tidak terduga telah melesat bagai kilat meninggalkan tempat itu sambil menyambar mei ling. kecepatan antoch yang tidak terduga itu membuat semua orang terpana karna tidak menyangka jika pemuda berjubah biru itu memiliki ilmu ringan badan yang luar biasa.
"Hai, anak muda.Mau kemana kau? Urusan kita belum selese, jangan pergi kau!"
teriak ki tunggul merasa jengkel karna antoch melesat pergi begitu saja.
ki ageng putih menepuk pundak ki tunggul pelan. "sudahlah ki tunggul, kau jangan cari perkara baru lagi. Biarpun ilmu mu dua kali lebih hebat dari yang sekarang tetap saja kau tidak akan mampu mengalahkan dia. Lebih baik lupakan saja niat mu untuk bermain main dengan dia." ucapnya.
"ki ageng putih, kenapa dari tadi kau begitu segan dan memujinya terus? Memangnya apa dia begitu hebat, sampe sampe ki ageng yang aku kenal sangat mengagulkan ilmu silatnya begitu segan terhadap pemuda seperti dia. Kenapa?" tanya ki tunggul menatap ki ageng putih penuh rasa heran.
"haihz. Kau tidak tahu betapa hebatnya ilmu pemuda itu makanya kau bicara seperti itu." kata ki ageng putih menghela nafas panjang.
"makanya beri tahu aku, siapa pemuda itu sebenarnya?" desak ki tunggul.
"benar, guru. Tolong beri tahu kami siapa panji sebenarnya." seru kenanga cepat.
Ki ageng putih terdiam sejenak menarik nafas lalu menghembuskanya cepat. "baiklah, aku beri tahu kalian." ucapnya. "Aku rasa sebelum aku pulang kesini, kalian pasti sudah mendengar kabar tentang dunia persilatan baru baru ini terutama tentang turnamen pedang puncak lawu kemarin."
"Ya. Aku memang sudah mendengar kabar tentang dunia persilatan yang sedang ramai di bicarakan semua orang. Lantas apa hubungannya sama pemuda tadi?" kata ki tunggul.
"coba kau ceritakan, kabar apa yang kau tahu di dunia persilatan?" tanya ki ageng putih.
"Aku menyirap kabar kalo dunia persilatan telah lahir lima tokoh hebat jaman ini yang lahir dari turnamen pedang di puncak lawu, yaitu pengemis utara, sesat timur, raja pedang selatan, datuk barat dan dewa pusat. pengemis utara, sesat timur dan raja pedang selatan semua orang sudah tahu akan hebatnya ilmu silat mereka, sedangkan datuk barat dan dewa pusat adalah orang baru di dunia persilatan. Awalnya aku mengira datuk barat adalah si iblis beracun tetapi ternyata bukan. si iblis beracun ternyata tewas setelah dari turnamen pedang." kata ki tunggul.
"lalu apa lagi yang kau tahu?" tanya ki ageng putih.
"Yang aku dengar semua orang lebih sering membicarakan tentang si dewa pusat karna dialah yang berhasil berdiri di puncak tertinggi dalam turnamen pedang, konon ilmu ilmunya sangat luar biasa dahsyat sampe sampe pengemis utara, sesat timur, raja pedang selatan dan datuk barat di buat tidak berkutik. Apa lagi yang jadi pusat pembicaran kalangan persilatan adalah tentang ilmu 9 jalur neraka dan ilmu pukulan tangan dewa merajam bumi, konon ilmu 9 jalur neraka bisa membuat lumpuh seseorang yang mengakibatkan seluruh urat saraf putus dan hilangnya ilmu silat. sedangkan ilmu pukulan tangan dewa merajam bumi konon dapat membuat urat batang pohon besar remuk tanpa membuat kulit pohon rusak. Jika di bayangkan tentu saja kedua ilmu itu tidak terkira betapa luar biasa hebat." kata ki tunggul.
"Ya benar,namun yang lebih hebatnya lagi kedua ilmu itu bisa di lakukan tanpa menyentuh lawan sama sekali, tahu tahu lawan sudah roboh dengan luka parah dan mustahil untuk bisa di sembuhkan lagi." kata ki ageng putih.
"Ekh, benarkah itu guru?" tanya raden sanjaya terkejut.
"Ya." ki ageng putih mengangguk.
"Benarkah ada ilmu sedemikian hebat, guru? Kok rasanya sukar di percaya ada ilmu sehebat itu." kata kenanga tidak percaya.
"aku juga kurang percaya nimas tapi kalangan persilatan membicarakannya sudah pasti hal itu bukan cerita bohong. ilmu itu memang benar benar ada." kata ki tunggul.
"aku tetap sulit mempercayainya paman guru. jika benar ada ilmu sehebat itu maka pemilik ilmu itu kemampuannya bisa di katakan setingkat dewa, jelas itu sulit untuk bisa di percaya." kata kenanga tetap tidak percaya.
"nimas kenanga boleh tidak percaya tetapi nyatanya memang ilmu itu memang ada dan guru menyaksikan sendiri kehebatan dua ilmu itu. Makanya orang orang persilatan menggelarinya dewa pusat, kedudukan tertinggi di antara lima tokoh hebat jaman ini." kata ki ageng tersenyum lebar.
"Maaf guru. Sedari tadi kita membicarakan soal orang hebat dunia persilatan, ilmu 9 jalur neraka, ilmu pukulan tangan dewa merajam bumi dan dewa pusat, terus apa hubungannya dengan panji? Kenapa malah bicara tentang yang tidak ada sangkut pautnya dengan panji?" kata melati ikut bicara karna merasa pembicaraan sudah keluar dari apa yang di tanyakan oleh ki tunggul yaitu siapa panji sebenarnya.
"Ekh, benar apa yang di katakan melati. Apa hubungannya dewa pusat sama panji? Kenapa guru malah bicara tentang dewa pusat, bukan tentang siapa panji sebenarnya?" seru kenanga.
"hahaha." ki ageng putih tertawa lebar mendengar itu. "aku mengira kalian memahami apa yang aku bicarakan, tetapi tidak. Hmmm, tentu saja antara dewa pusat dan tuan panji ada hubungannya, malah sangat erat sekali. Aku beri tahu kalian, dewa pusat itu adalah tuan panji, panji adalah dewa pusat. Apa kalian sudah mengerti?" ucapnya.
"APA?!!" seru semua orang kaget mendengar itu.
"hehehe. Aku tahu kalian pasti kaget, itulah kenyataan yang sebenarnya, tapi sudahlah tidak usah di bahas lagi tentang tuan panji. Raden, nimas, mari ke ruang latihan, ini sudah saatnya untuk berlatih. Ayo!" kata ki ageng putih lalu beranjak dari tempat itu.

* * *

ANTOCH dan mei ling berjalan perlahan di jalanan setapak tidak jauh dari hutan kecil, mereka telah jauh meninggalkan kotaraja kerajaan galuh. Menjelang sore mereka tiba di perbatasan sebuah desa yang cukup ramai penduduknya. Ketika hampir memasuki gerbang perbatasan desa tersebut, tiba tiba ada sekelebat bayangan hijau menyerang antoch dengan kecepatan yang sangat tinggi namun serangan cepat itu tidak lantas membuat antoch jadi kaget dan gugup, dengan ringan dia berhasil mengelak dari serangan itu.
"hahahaha! Dewa tengik, reflek mu memang luar biasa. tidak percuma kau menjadi ketua dunia persilatan. Hahahaha!" seru suara orang berjubah hijau yang tadi menyerang antoch secara tiba tiba.
"Datuk gila?!" seru antoch terkejut mengenali orang yang menyerangnya tadi. "Huh,. Aku kira siapa tiba tiba menyerang ku." ucapnya.
"hehehehe. Memang kau kira siapa? Bidadari? Gadis cantik? Atau putri raja? Hehehe." kata orang berjubah hijau yang memang darma wangsa alias datuk barat adanya tertawa meledek antoch.
"Sialan!" rutuk antoch karna di ledek darma wangsa. "kenapa kau sudah sampe disini? Bukankah kau harusnya masih di desa wates? Memang masalah di sana sudah selese? Oh iya, kemana tantri? Apa kau tidak jadi mengajak dia ke pulau ular? Haaa, jangan jangan kau kabur ya dari desa wates? Hayo ngaku!" ucapnya memberondong pertanyaan.
"Busyet dah! Banyak amat pertanyaan mu, baru juga bertemu sudah begitu banyak pertanyaan yang kau tanyakan. Dasar kau dewa tengik!" seru darma wangsa ngomel ngomel karna di berondong pertanyaan oleh antoch.
"hahahaha!" antoch tertawa terbahak bahak karna berhasil membalas ledekan darma wangsa.
"Sialan kau! Kali ini kau berhasil membalas tapi liat saja lain kali, tidak bakalan kau bisa membalas ku. Hehehe." rutuk darma wangsa lalu tertawa.
"Sudahlah. Ceritakan pada ku, apa yang terjadi?" kata antoch cepat.
"Kak panji?!" teriak seorang gadis remaja tertahan karna terkejut meliat antoch. "khyaaa.. Kak panji!" teriaknya kegirangan langsung berlari ke arah antoch.
"hmm." antoch tersenyum mengusap kepala gadis remaja yang tidak lain adalah tantri. "kau jadi juga ternyata ikut guru mu ke pulau ular. bagaimana keadaan kakak mu dirga?" ucapnya.
"kak dirga baik baik saja, berkat obat dari kakak sekarang kak dirga sudah sembuh. Oh iya, kakak apa kabar? Kok bisa kebetulan ketemu lagi disini." kata tantri.
"aku baik baik saja. Oh iya, ini kenalkan pada kalian, ini mei ling dan mei ling kenalkan ini kak tantri, ayo sapa kak tantri." kata antoch memperkenalkan mei ling.
"hallo kak tantri." sapa mei ling pada tantri.
"hallo mei ling. ikh, kamu imut imut dan cantik banget. kakak jadi gemes deh." sapa tantri mencubit pipi mei ling pelan.
"terima kasih. kakak juga cantik." kata mei ling tertawa senang.
"aduuuh, makasih." sahut tantri tersenyum senang di bilang cantik oleh mei ling.
"Nah, aling. itu paman darma wangsa. Ayo beri salam pada paman darma wangsa." kata antoch menyuruh mei ling memberi salam pada darma wangsa.
"mei ling memberi salam pada paman darma wangsa." sapa mei ling memberi salam pada darma wangsa.
"hmm. Anak baik." ucap darma wangsa mengangguk.
"paman darma wangsa ini adalah sahabat baik kakak, aling harus memanggil paman darma wangsa dengan panggilan paman guru. Ayo beri hormat pada paman guru." kata antoch.
"aling memberi hormat pada paman guru." kata mei ling membungkuk memberi hormat pada darma wangsa.
"hahaha. Ya ya paman terima hormat mu anak manis." kata darma wangsa tertawa senang meliat sikap mei ling.
"Ekh, ramah tamahnya di sudahi saja dulu, senja sebentar lagi tiba, sebaiknya kita cari penginapan dari pada nanti kemalaman di jalan. Ayo!" kata tantri mengajak mereka pergi.
Mereka segera beranjak pergi berjalan memasuki gerbang perbatasan desa, desa yang mereka masuki bernama desa sawangan yang masih masuk wilayah kerajaan galuh. mereka mencari rumah makan yang sekaligus menyediakan tempat penginapan. mereka mendapat tempat itu yang terletak di tengah desa sawangan, desa tersebut cukup ramai karna sering di lewati orang dari berbagai daerah baIk dari daerah sekitar maupun dari daerah luar kerajaan galuh sendiri, jadi wajar saja jika desa sawangan cukup ramai.
"oh ya, gimana ceritanya kau bisa sampe di wilayah kerajaan galuh ini? Bukankah kau bilang setelah dari perguruan awan merah akan ke lembah bangkai, setahu ku lembah bangkai itu terletak di wilayah kerajaan karang setra. karang setra terletak di pesisir selatan sedang kerajaan galuh ini berada di utara, ya meski tidak begitu jauh sih tapi adalah hal yang aneh kalo kau malah sampe nyasar ke sini. Memang apa yang terjadi?" tanya darma wangsa merasa heran bisa bertemu antoch di kerajaan galuh, jalur yang tidak seharusnya di lewati antoch jika mau ke lembah bangkai.
Mereka duduk di pojok ruangan rumah makan yang tempatnya bisa meliat ke seluruh ruangan rumah makan yang mereka pilih untuk tempat makan.
"ceritanya panjang kenapa aku bisa sampe tempat ini dan aku malas untuk bercerita. kalian saja yang cerita, aku ingin tahu buntalan apa yang dari tadi di bawa tantri. Jika itu bekal, masa bekal seba
nyak itu. Ayo beri tahu aku, apa yang kalian bawa itu?" kata antoch penasaran dengan buntalan yang di bawa tantri.
"hehehe. mata mu tajam juga, kau memang benar, itu bukan bekal yang kami bawa dari desa wates. tadi pagi saat kami melewati hutan di luar perbatasan kerajaan galuh ini, aku tidak sengaja menemukan buntalan ini. setelah ku periksa ternyata isinya perhiasan dan beberapa kantong uang keping emas. Aku tidak tahu barang itu milik siapa, dari pada aku biarkan barang itu di hutan lebih baik aku bawa saja. Lumayanlah, itung itung dapat rejeki tidak terduga. hehehehe." kata darma wangsa terkekeh.
"hm?!" antoch mengerutkan kening mendengar keterangan darma wangsa. "memang kalian tidak takut jika yang pemilik barang itu mencarinya?" tanyanya.
"memang siapa pemilik barang barang itu? Paling juga aku menduga barang barang itu hasil rampokan yang sengaja di sembunyikan di hutan. Biar saja para perampok itu kecele dan kebingungan karna hasil rampokan mereka telah hilang. hehe." kata darma wangsa ringan saja acuh tak acuh.
Antoch terdiam sejenak, dia teringat peristiwa kemarin dimana dia menemukan keluarga istana kerajaan galuh yaitu rakananta beserta istri dan anak yang terluka di pinggir hutan. mungkinkah mereka di rampok? Dan barang barang berharga mereka di bawa kabur perampok yang kemudian di sembunyikan di dalam hutan dan kebetulan juga barang barang itu di temukan oleh darma wangsa. bisa jadi itu memang benar barang milik rakananta.
"hei, dewa tengik. Kenapa kau diam seperti itu? Apakah ada yang aneh?" tanya darma wangsa membuyarkan lamunan antoch.
"tantri, coba buka buntalan itu, aku ingin meliat isinya." kata antoch cepat menyuruh tantri untuk membuka buntalan yang di bawanya.
"emp." tantri mengangguk lalu membuka buntalan yang dia bawa untuk di tunjukkan kepada antoch.
Antoch memeriksa semua isi buntalan yang di bawa tantri, siapa tahu ada barang sangat penting yang memang milik istana kerajaan galuh. dugaan antoch tidak meleset, dalam buntalan itu dia menemukan setidaknya ada tiga benda yang sangat penting yaitu cincin putih terbuat dari campuran logam mulia yang sangat langka berukir kepala singa dimana terdapat tulisan akasara jawa kuno berbunyi sang raja, benda kedua adalah cap kerajaan berbentuk segitiga juga berukir gambar kepala singa dan benda yang terakhir adalah sebuah lencana juga berbentuk segitiga bergambar kepala singa serta terdapat tulisan berbunyi titah dari langit.
ketiga benda itu memang milik kerajaan galuh yang di tandai dengan adanya gambar kepala singa, kebetulan juga antoch tahu akan hal itu karna dia sudah pernah meliat simbol itu sewaktu di istana kerajaan galuh.
"Tepat sesuai dugaan ku, ini adalah benda sangat penting bagi istana kerajaan galuh dan semua benda ini harusnya di simpan khusus di ruang rahasia yang hanya di ketahui oleh raja kerajaan galuh. Tapi kenapa benda sepenting ini bisa berada di hutan? Apa yang sebenarnya terjadi? ini sungguh aneh sekali." batin antoch dalam hati.
Antoch buru buru menutup barang barang itu sebelum ada orang lain yang meliatnya, karna jika ada oraNg lain yang meliat dan mengenali barang barang itu maka akan timbul masalah besar yang membuat mereka terlibat suatu perkara pelik. masalah dimana mereka akan di tuduh pencuri barang berharga kerajaan dan akhirnya berurusan dengan kerajaan, jelas itu perkara yang sangat merepotkan mereka.
"Dewa tengik! Ada apa? Seperti kau sedang memikirkan sesuatu, apa ada yang aneh dengan buntalan yang ku temukan itu?" tanya darma wangsa heran meliat perubahan raut muka antoch setelah meliat isi buntalan yang dia temukan di hutan.
"tidak ada apa apa." jawab antoch tidak memberi tahu hal yang sebenarnya.
"hei, kau jangan bohong. Aku tahu, kau pasti sedang menyembunyikan sesuatu. katakan, apa yang kau ketahui dengan buntalan itu? Hmm." kata darma wangsa tidak percaya.
"tidak ada apa apa. Sudahlah, kita makan saja aku sudah kelaparan." kata antoch tetap tidak mau bilang. dia segera menyantap hidangan yang telah dia pesan dari pelayan rumah makan.
Darma wangsa memandang antoch dengan pandangan tidak puas oleh jawaban antoch yang terkesan menyembunyikan sesuatu, pasti hubungannya dengan isi buntalan yang dia temukan di hutan tadi pagi, tapi entah apa itu dia tidak tahu.
"Guru! Guru tidak makan?" tanya tantri heran meliat gurunya hanya diam saja.
"Ah, iya. Ayo makan." kata darma wangsa segera melahap makanannya.
Mereka melahap makanan yang telah mereka pesan tanpa menyadari ada dua pasang mata memperhatikan mereka dari luar rumah makan. tidak lama dua pasang mata itu pergi ke arah timur.

* * *

MALAM pekat tanpa bintang berselimut awan mendung membuat bukit kunir bagai sebuah gundukan hitam yang menyeramkan, hujan rintik rintik membasahi bumi di selingi kilat yang sesekali menerangi malam dan suara guntur juga sering terdengar seolah hendak menggetarkan tanah di bukit kunir.
Bukit kunir yang terletak di barat daya kerajaan galuh yaitu tepatnya berada di perbatasan antara tiga kerajaan. tiga kerajaan itu adalah kerajaan galuh, kerajaan karang setra dan kerajaan gili warna. bukit kunir amat sangat jarang di datangi oleh manusia karna selain daerahnya yang di penuhi batu tajam dan jurang cukup dalam, tetapi bukit itu di kenal cukup angker membuat siapapun enggan untuk mendatangi bukit tersebut. Namun medan yang tidak bersahabat serta keangkeran bukit kunir yang di takuti ternyata tidak menyurutkan langkah seseorang berjubah biru tua untuk mendaki bukit tersebut. Orang itu setengah berlari menyusuri jalan setapak yang dipenuhi kerikil tajam agar cepat sampe di puncak bukit. Kegelepan malam dengan rintik hujan serta angin cukup kencang tidak menghalangi langkah orang tersebut meski baju yang dia kenakan sudah basah kuyup oleh rintik hujan.
Orang itu tidak begitu terliat jelas sosoknya karna gelapnya malam tapi ketika kilat muncul maka walau sekilas sosok orang itu terliat jelas. Orang itu memiliki bentuk tubuh ramping yang menandakan kalo dia adalah seorang wanita, rambutnya yang panjang di kuncir ekor kuda terliat melambai lambai di terpa angin, wajahnya tidak terliat karna dia mengenakan kain cadar yang juga berwarna biru tua.
Meliat gerakannya yang cukup lincah dalam menaiki jalanan bukit yang cukup terjal dan apa lagi dalam keadaan gelap gulita yang sesekali di terangi kilat menunjukkan wanita itu bukan orang biasa, setidaknya dia memiliki ilmu ringan badan yang bisa di katakan cukup tinggi. Meski sesekali dia hampir jatuh terpeleset ketika menginjak batu berlumut namun tidak membuat dia jatuh begitu saja. Dia terus berjalan menaiki bukit kunir tanpa berhenti, dalam jangka waktu yang tidak terlampau lama akhirnya dia sampe juga di atas bukit dimana keadaan atas bukit berbeda dari lerengnya yaitu keadaan di tempat itu cukup datar dan rapi, empat pohon besar berdiri di empat penjuru bukit yang di tengah tengahnya terdapat sebuah gubuk lumayan besar yang halamannya cukup terawat rapi.
Wanita bercadar biru itu berhenti sejenak menatap ke arah gubuk, tampak cahaya dari dalam gubuk yang keluar dari lubang lubang dinding yang terbuat dari anyaman bambu menamdakan gubuk itu berpenghuni.
"hm. Sepertinya eyang rakanini belum tidur." ucap wanita bercadar biru setengah bergumam.
Wanita itu segera berjalan mendekati gubuk melewati pintu pagar dari bambu. begitu tiba di depan pintu gubuk dia tidak segera mengetuk pintu tetapi malah diam berdiri saja, sepertinya dia ragu ragu untuk mengetuk pintu. ada semacam peperangan di dala hatinya antara ingin mengetuk pintu atau tidak, namun belum juga dia selese perang batinnya tiba tiba ada suara dari dalam gubuk yang menegur membuyarkan lamunannya.
"Siapa di luar? Malam malam begini datang berkunjung di tempat ku!" seru suara dari dalam gubuk. suara itu adalah suara seorang wanita yang terdengar sudah berumur yaitu suara seperti seorang nenek nenek.
"i..i..ini saya eyang, cempaka." sahut wanita bercadar biru.
"Cempaka?!" tanya suara dari dalam gubuk agak terkejut.
"benar eyang. ini cempaka." kata wanita bercadar.
"Masuklah!" seru suara dari dalam gubuk menyuruh masuk.
Wanita bercadar biru yang mengaku bernama cempaka segera membuka pintu gubuk lalu melangkah masuk ke dalam. di dalam gubuk yang hanya di terangi lampu minyak kecil tidak cukup menerangi seluruh sudut ruangan. di atas dipan yang terbuat dari balai balai bambu terliat seorang wanita tua berambut putih riap riapan sedang duduk bersila, sepertinya dia habis bersemedi.
"Cempaka, duduklah!" kata wanita tua bernama eyang rakanini menyuruh cempaka duduk.
Cempaka segera duduk di dekat eyang rakanini dengan sikap penuh hormat.
"Ada apa kau datang malam malam begini ke tempat ku? Apa kau datang sendiri?" tanya eyang rakanini.
"iya eyang." jawab cempaka.
"hmm. malam malam begini kau datang sendirian apa lagi malam ini sedang turun hujan, apakah ada urusan yang sangat penting sampe sampe malam hujan begin kau datang ke tempat ini?" tanya eyang rakanini merasa heran dengan kedatangan cempaka malam ini.
"tidak ada eyang. cempaka cuma ingin berkunjung saja." kata cempaka.
Eyang rakanini menatap cempaka tajam tidak percaya dengan alasan cempaka yang katanya hanya datang berkunjung.
"cempaka tidak bohong eyang." kata cempaka mengerti arti pandangan eyang rakanini tersebut.
Eyang rakanini memang tidak percaya dengan jawaban cempaka karna hal yang tidak masuk akal cempaka datang berkunjung malam malam begini apa lagi cuaca malam yang sedang turun hujan, tentu ada alasan khusus yang membuat cempaka sampe datang jauh jauh ke tempatnya tersebut.
"Apa kau kabur dari istana?" tanya eyang rakanini tajam.
Cempaka tidak berani menjawab, dia menunduk lesu dengan sorot mata yang bermuram durja, butiran air mata menetes keluar dari matanya tanda dia sedang menangis. ada kedukaan mendalam yang saat ini dia rasakan jauh di dalam hatinya.
"hmm. Kabur dari istana bukan jalan yang terbaik cempaka. Eyang paham dan mengerti sekali kesedihan yang kau rasakan, semenjak musibah buruk yang menimpa mu beberapa saat yang lalu telah membuat diri mu berubah, dari gadis periang yang slalu tertawa riang kini menjadi gadis yang bermuram durja, seolah kau merasa hidup ini sudah tidak ada gunanya lagi. Kau tidak boleh terus terusan tenggelam dalam kesedihan mu itu, ada banyak hal yang bisa kau lakukan di dalam hidup mu. kau harus kuat dan tabah cempaka, jangan menyerah hanya karna musibah yang menimpa mu. kau gadis yang kuat, ayo bangkitlah cucu ku. Semangat!" kata eyang rakanini memberi nasehat dan dorongan moral pada cempaka.
"Eyang!" ratap cempaka langsung memeluk eyang rakanini menumpahkan semua tangisnya yang tidak bisa ia bendung lagi.
"hmm. Cempaka." ucap eyang rakanini mengusap usap bahu cempaka lembut penuh rasa sayang yang sangat.
Tidak bisa dia pungkiri jika jauh dalam hatinya sebenarnya sangat kasihan atas musibah yang menimpa cempaka namun apa mau di kata semua terjadi begitu saja tanpa bisa dia berbuat apa apa untuk menolong. setelah cempaka reda tangisnya, eyang rakanini baru bicara.
"Sudahlah, kau jangan menangis lagi. kau harus tabah dan kuat dalam menjalani hidup." ucap eyang rakanini mengusap air mata cempaka.
"tapi eyang, gimana cempaka bisa kuat menjalani hidup cempaka yang sudah tidak sempurna lagi? Meliat wajah cempaka yang sekarang pasti semua orang akan merasa jijik. Cempaka tidak kuat meliat pandangan semua orang yang meliat cempaka seperti memedi. Cempaka tidak sanggup eyang, cempaka tidak sanggup." ratap cempaka pilu.
"cempaka. dengarkan apa kata eyang, itu semua hanya perasaan mu saja. kau jangan hiraukan pandangan semua orang, kau tidak boleh lemah, kau harus kuat." kata eyang rakanini.
"tapi eyang. cempaka tidak bisa eyang. cempaka..." ratap cempaka menggelengkan kepala.
"Cempaka!" bentak eyang rakanini kesal meliat cempaka yang terus menerus mengeluh. "kau jangan mengeluh saja, semua kejadian yang kau alami adalah takdir dari sang maha kuasa, percuma saja kalo kau hanya bisa mengeluh, menangis dan meratapi diri sendiri terus. kau ini seperti gadis yang tidak berguna saja!" bentaknya memarahi cempaka dengan keras.
"cempaka memang sudah tidak berguna eyang, percuma cempaka hidup dalam keadaan wajah cacat mengerikan seperti ini. cempaka tidak sanggup jika hidup dengan wajah seperti ini, cempaka tidak sanggup!" teriak cempaka histeris.
"KAU?!" geram eyang rakanini menatap cempaka dengan tatapan gusar. "Dasar gadis lemah. Mati saja sana dari pada hanya bisanya meratap saja!" teriaknya keras tidak terkontrol karna saking gusarnya.
Cempaka langsung berdiri menatap eyang rakanini. "benar! Dari pada hidup seperti ini, lebih baik memang mati saja!" ucapnya dengan nada suara yang aneh dan menggetarkan.

"hwuaaaakh!"

Cempaka berteriak keras sekuat tenaga seraya berlari keluar dari gubuk, dia sepertinya sudah menjadi orang yang hilang ingatan. suaranya melengking tinggi bercampur dengan suara deras hujan dan halilintar. cempaka terus berlari menuruni bukit kunir hingga hilang di kegelapan malam.
"Cempaka! Cenpaka!" teriak eyang rakanini memanggil manggil cempaka. dia turun dari dipan lalu keluar mengejar cempaka namun cempaka sudah tidak terliat menghilang di gelapnya malam. "Cempakaaaa!" teriaknya dengan keras berharap cempaka mendengarnya dan berhenti tapi tetap saja cempaka tidak kembali.
"Celaka, gadis itu sedang kalut pikirannya. aku takut dia benar benar bunuh diri. Akh, kenapa jadi
ON : 1 | Hari ini : 2 | Total : 87412 Hits

XtGem Forum catalog