Pair of Vintage Old School Fru

03:35 | 07-05-2024
HomeGebeMenu
Cempaka terus berlari tak tentu arah, malam yang gelap di tambah hujan sudah turun semakin deras membuat cempaka tidak bisa meliat jelas jalan hingga tanpa dia sadari sebenarnya dia berlari ke arah jurang dan benar saja dia akhirnya jatuh ke jurang, hanya suara jeritannya yang terdengar menggema di dalam jurang lalu sirna berubah kembali menjadi suara hujan dan halilintar yang terdengar. naas sekali nasib cempaka yang harus rela terjatuh ke dalam jurang dalam.

* * *

SATU regu prajurit berseragam hitam yang berasal dari kerajaan galuh terliat sedang bertempur melewan sekelompok manusia bertopeng di tepi hutan dekat perbatasan. di belakang prajurit dan orang orang bertopeng tampak berdiri pemimpin dari kedua pasukan. dari pasukan prajurit kerajaan galuh di pimpim oleh tumenggung wirocolo dan melati, sedang dari orang orang bertopeng di pimpin oleh seorang pria kekar berkulit hitam kelam dan seorang pemuda bertampang angkuh dengan sorot mata licik.
"hahahaha! Hei,wiroculo. para prajurit mu payah sekali tidak mampu melawan anak buah ku. apa cuma segini kemampuan para prajurit istana? heheh, benar benar payah." seru pemuda bertampang angkuh mengejek tumenggung wirocolo.
"kurang ajar!" geram tumenggung wirocolo jadi panas di ejek oleh pemuda bertampang angkuh. "sebenarnya siapa kalian? Berani sekali menghadang kami para prajurit istana, hah?" tanyanya.
"hahaha! Kenapa? Kau ingin tahu siapa kami? Hehe, kalo kau tahu siapa kami, aku takut kalian akan mati berdiri. Hahaha!" kata pemuda bertampang angkuh.
"alayuda. Tidak usah banyak bicara, sebaiknya kita langsung habisi saja mereka. Tangan ku sudah gatal ingin bertarung." kata orang berkulit hitam teman pemuda bertampang angkuh.
"Sabarlah sebentar ki langes, aku ingin mempermainkan mereka sebentar." kata pemuda bertampang angkuh yang di panggil dengan nama alayuda oleh orang berkulit hitam.
"huh. Kau memang suka sekali bersilat lidah, alayuda." dengus orang berkulit hitam bernama ki langes.
"hehehe. Aku memiliki otak yang cerdas,selama aku masih bisa melumpuhkan lawan dengan otak ku, untuk apa aku membuang tenaga sia sia. hmm." kata alayuda tersenyum sinis.
"Sudahlah, terserah kau saja. Berdebat melawan mu hanya membuat kepala ku pusing. Otak mu memang sangat cerdas di banding aku." seru ki langes tidak mau berdebat.
"Terima kasih atas pujian dari ki langes, itulah memang kemahiran ku, karna aku memang memiliki otak cerdas. Hehe." kata alayuda tersenyum bangga mendapat pujian dari ki langes.
Tumenggung wirocolo menatap tajam pada dua orang yang memimpin orang orang bertopeng. "hmm. Aku memiliki firasat tidak baik terhadap dua orang itu. Pemuda bertampang angkuh itu sepertinya sangat berbahaya meski keliatannya dia seperti orang lemah. Orang berkulit hitam itu kentara sekali memiliki kekuatan tubuh yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Sebenarnya apa maksut mereka menyerang kami?" gumamnya.
"paman wirocolo. Para prajurit sepertinya tidak sanggup melawan orang orang bertopeng itu, kita harus bantu mereka sebelum mereka di habisi." kata melati.
"hmm. Ya kau benar nimas." kata tumenggung wirocolo mengangguk. "prajurit, semua mundur!" perintanya menyuruh para prajurit mundur.
Serentak semua prajurit yang sedang bertarung segera mundur ke belakang.
Tumenggung wirocolo maju ke depan beberapa langkah. "kalian! Apa maksut kalian tiba tiba menyerang kami? Setahu ku, aku belum pernah meliat kalian di wilayah ini. Cepat katakan!" teriaknya.
"huhuh. Kami tidak punya kewajiban untuk memberi tahu apa alasan kami menyerang kalian bukan." kata alayuda sinis.
"hmm. Meliat jurus jurus kalian, kalian pasti dari rimba persilatan. Setahu ku kami tidak punya silang sengketa dengan orang orang persilatan, tapi kenapa kalian menyerang kami? Cepat katakan! Kalian berdiri sendiri atau jangan jangan kalian adalah orang orang bayaran, katakan siapa yang menyuruh kalian!" teriak tumenggung wirocolo.
"Sudah aku katakan bukan, kami tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan mu." kata alayuda.
"kurang ajar! Baik, jika kalian tidak mau bilang, jangan salahkan aku memaksakan kalian!" teriak tumenggung wirocula gusar. "hyeaat!" teriaknya lantang menerjang.
"hyeaat!" teriak ki langes maju menyambut serangan tumenggung wirocolo.
Terjadi pertarungan sengit di antara dua jago silat kelas satu tersebut, sementara ki langes dan tumenggung wirocolo bertarung, alayuda menyuruh anak buahnya untuk menyerang para prajurit istana galuh maka di tempat itu terjadi pertempuran besar yang cukup ramai.
"hehehe. Tidak sepantasnya seorang tuan putri raja secantik diri mu berada di luar istana. Di luar sangat berbahaya, bagaimana jika orang berniat mencelakai tuan putri, tentu ayahanda tuan putri akan kuatir." kata alayuda mendekati melati.
"Ya kau benar dan orang jahatnya itu adalah kamu." kata melati ketus.
"hei. Tuan putri janganlah bicara seperti itu. Aku bukan orang jahat, justru aku hendak menolong tuan putri." kata alayuda.
"menolongku?" tanya melati keheranan.
"benar." jawab alayuda.
"menolong bagaimana maksut mu? Menolong dari apa?" tanya melati tidak mengerti.
"tuan putri tidak tahu?" tanya alayuda mengerutkan kening. "haih. Benar kata orang, singa di kejauhan di waspadai namun serigala di dekat di anggap teman." ucapnya geleng geleng kepala.
"kau ini bicara apa sih? Singa, serigala, apa maksut mu? Aku tidak mengerti." tanya melati semakin bingung dengan apa yang alayuda bicarakan.
"tuan putri tidak tahu apa yang aku katakan? Haih, sayang sekali padahal itu adalah kata kata bijak yang tersohor. sungguh amat sangat di sayangkan." kata alayuda menghela nafas.
"sudahlah, kau jangan bertele tele. Sebenarnya apa yang kau bicarakan?" kata melati agak kesal.
Alayuda terdiam sejenak meliat melati, dia berjalan perlahan memutari melati. "hmm. Baiklah, aku akan katakan yang sebenarnya tapi mohon tuan putri tidak jadi kaget." ucapnya.
"cepat katakan!" seru melati tidak sabaran.
"hmm. Maksut kami menghadang tuan putri karna kami hendak menolong tuan putri dari tipu muslihat yang telah di lakukan oleh tumenggung wirocolo. Perlu tuan putri ketahui kalo tumenggung wirocolo adalah kaki tangan raden baruna,dia sengaja mengajak tuan putri keluar dari istana karna hendak menawan tuan putri untuk di serahkan pada raden baruna." kata alayuda.
"APA?!" seru melati terkejut. "tidak mungkin. Kau jangan berbohong pada ku. Paman wirocolo adalah abdi setia kerajaan, jadi tidak mungkin paman wirocolo berkhianat pada kerajaan." serunya tidak percaya.
Alayuda tertawa dingin. "tuan putri boleh tidak percaya tapi apa yang aku katakan adalah benar." ucapnya.
"aku tidak percaya." seru melati cepat.
"baik. Sekarang aku tanya pada tuan putri, untuk apa tumenggung wirocolo membawa tuan putri sampe ke tempat ini kalo tujuannya bukan untuk menawan tuan putri?" tanya alayuda.
"Paman wirocolo tidak mengajak ku tapi aku sendirilah yang ingin ikut. Kami sedang mencari adik ku cempaka karna cempaka kabur dari istana." jawab melati berterus terang.
Alayuda agak terkejut juga mendengar cempaka kabur dari istana,jelas itu berita yang sangat berharga untuknya namun kekagetannya tidak dia perliatkan pada melati karna sandiwaranya bisa terbongkar. "hahaha. Sungguh lucu sekali." ucapnya tertawa.
"heh, apa yang lucu?" tanya melati heran meliat alayuda malah tertawa.
"jelas lucu sekali. Mencari putri cempaka bisa sampe ke tempat ini, bukankah itu sangat aneh sekali. Putri cempaka tidak kabur dari istana tapi kenapa bisa di katakan kabur? Jelas tuan putri kena di perdayai oleh tumenggung wirocolo." kata alayuda tersenyum lebar.
"Ekh, benarkah?! Tapi paman wirocolo sendiri yang meliat cempaka tidak ada di kamarnya dan dalam istana." kata melati terkejut.
Alayuda meliat ke arah lain dengan senyum penuh arti. "hahaha. Bukankah tadi sudah aku bilang, tuan putri telah di perdayai oleh si wirocolo. Putri cempaka masih ada di istana tapi wirocolo malah bilang kalo putri cempaka kabur, bukankah itu sangat aneh? Jelas dia sengaja berpura pura bilang putri cempaka kabur agar tuan putri bingung sehingga tuan putri masuk ke dalam siasat jahatnya yaitu tuan putri pasti akan memaksa untuk ikut mencari putri cempaka." ucapnya terus mempengaruhi melati.
Melati terdiam memikirkan apa yang alayuda katakan. "apa yang di katakan orang itu masuk akal juga. Hmm, bodohnya aku percaya begitu saja dengan laporan paman wirocolo tanpa memeriksa dahulu dimana cempaka berada. Berarti paman wirocolo selama ini hanya berpura pura setia padahal dia menyimpan niat jahat terhadap istana, ternyata dia kaki tangan raden baruna, pemberontak yang hendak menggulingkan kedudukan ayahanda sebagai raja kerajaan galuh." batinnya dalam hati.
"hehehe. Sepertinya putri melati sudah berhasil aku pengaruhi, dia sudah termakan hasutanku. Sebentar lagi putri raja kerajaan galuh pasti akan jatuh dalam pelukan ku. Huhuhu." kata alayuda di dalam hati.
"Apa yang kau bilang masuk akal juga, tapi aku masih ragu, beri tahu aku siapa diri mu sebenarnya dan bagaimana kau bisa tahu kalo paman wirocolo adalah kaki tangan raden baruna?" tanya melati ingin tahu.
"hal itu tidak bisa aku beri tahukan disini. Tempat ini sangat berbahaya, bisa saja wirocolo sudah memasang jebakan di tempat ini atau bisa saja orang orang raden baruna sedang mengawasi tempat dan bergerak setelah mendapat isyarat dari wirocolo. Sebaiknya tuan putri ikut aku pergi dari sini sebelum semua terlambat." kata alayuda.
"kau tidak bisa memberi tahukan atau kau memang tidak mau memberi tahu aku?" tanya melati masih sangsi.
"tuan putri, percayalah. Saya akan beri tahu pada tuan putri tapi tidak disini karna disini terlalu berbahaya. Kita pergi dari sini, nanti akan aku beri tahu setelah sampe di tempat aman." kata alayuda.
"hmm. Baiklah." kata melati setuju dengan ajakan alayuda.
"Tuan putri, silakan!" kata alayuda memberi jalan pada melati untuk jalan duluan.
Melati berjalan di ikuti alayuda, dia benar benar sudah terpengaruh oleh kata kata alayuda tanpa tahu kalo alayuda sudah memperdayainya.

* * *

"APA?!" teriak darma wangsa kaget. "Jadi barang barang dalam buntalan ini adalah milik istana galuh? Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.
"Setelah meliatnya tadi di rumah makan, dari ciri dan tandanya aku yakin barang barang itu milik kerajaan galuh." kata antoch yakin.
"Dari mana kakak tahu kalo barang barang itu milik istana galuh? Memang kakak pernah meliat barang barang itu sebelumnya? Hm." tanya tantri ingin tahu.
"Benar. Dari mana kau bisa tahu? Memang kau pernah ke istana galuh?" tanya darma wangsa menambahi.
"kakak. paman guru. Kemarin kami mengantar orang terluka ke istana, malahan kami bermalam disana. Benarkan kak?" kata mei ling.
"Ekh, yang benar? Kalian bermalam di istana galuh?" tanya tantri terkejut.
"iya. Tapi orang orang disana jahat jahat, kemarin kakak hampir di tangkap oleh para prajurit dan tadi pagi ketika aling latihan tiba tiba saja ada seorang wanita menyerang kakak lalu muncul paman aneh yang juga ikut menyerang kakak." kata mei ling polos.
"kak panji di serang? Yang benar? Terus bagaimana?" tanya tantri ingin tahu.
"terus kakak membawa aling kabur dari istana dan kemudian ketemu kalian di jalan." kata mei ling.
"kak panji kabur? Masa sih kak panji kabur? Kak panji kan pendekar hebat, masa kabur?" tanya tantri tidak percaya.
Antoch tersenyum mendengar bicara, dia maklum karna mei ling terlalu kecil untuk bisa memahami apa yang terjadi.
"kak panji. Benar kak panji kabur? Apa orang orang istana galuh sangat hebat sampe sampe kakak harus kabur?" tanya tantri pada antoch.
"bukan kabur tapi aku memang sengaja tidak mau meladeni mereka. Mereka penasaran dengan ilmu silat ku dan sengaja hendak menguji ku, dari pada membuat aku repot ya lebih baik aku pergi saja. Begitu." kata antoch menjelaskan.
"owh, begitu. Aku tidak percaya kalo kakak kabur, kakakkan pendekar nomer satu dunia persilatan masa kabur. Hehehe." kata tantri tertawa.
"hei. Kau memuji dewa tengik terus, kalo dia pendekar nomer satu terus guru mu ini pendekar nomer berapa? Dasar murid bodoh." omel darma wangsa mendengar tantri memuji antoch.
"hihihihi. Maaf guru. Ya sudah, guru yang pendekar nomer satu deh, kak panji nomer dua." kata tantri tertawa.
"Nah, itu baru benar." kata darma wangsa tertawa senang.
"huump. Maunya di puji terus, dasar orang tua tidak mau kalah, orang menang di turnamen pedang saja tidak masih minta di bilang pendekar nomer satu. padahalkan yang menang kak panji, dasar orang tua egois." gerutu tantri pelan.
"heh. kau bilang apa barusan? Jangan di kira kau menggerutu guru tidak dengar. Ayo bilang, guru orang tua apa? Hmm." omel darma wangsa menjewer telinga tantri.
"Aduh duh. Ampun guru, ampun, ampun. Murid salah, murid tahu salah." jerit tantri kesakitan karna di jewer gurunya.
"bagus kalo kau tahu salah, walaupun guru egois tapi jelek jelek begini aku ini tetap guru mu. Mengerti?" kata darma wangsa ngomel ngomel.
"iya mengerti." sahut tantri mengangguk.
"bagus." kata darma wangsa.
"hump. Tidak perlu di katakanpun semua orang tahu kalo guru ini memang jelek." gerutu tantri ngedumel.
"Ekh. Kau mulai lagi,heh!" hardik darma wangsa melotot.
"Tidak." seru tantri cepat.
"tadi guru dengar, kau bilang guru ini jelek. iyakan?" kata darma wangsa.
"bukan tantri yang bilang, tapi guru sendiri yang bilang." jawab tantri cepat.
"Apa? Guru yang bilang sendiri? Kapan guru bilang begitu?" tanya darma wangsa.
"tadikan guru bilang, jelek jelek begini juga guru mu, begitu." jawab tantri.
"Ekh, maksut ku bukan begitu. Tadi guru bilang begitu hanya.. hanya.." darma wangsa jadi bingung sendiri mau bilang apa karna memang dia yang salah bicara.
"hanya apa?" tanya tantri.
"Akh, sudahlah tidak usah di bahas lagi." kata darma wangsa akhirnya kalah bicara.
"huuu, orang guru yang salah sendiri tantri yang di marahin." gerutu tantri.
"hehehe. Ya sudah guru minta maaf. Puas?" kata darma wangsa terkekeh.
"he-em. Hehe." tantri tertawa nyengir.
"kau ini, dasar." omel darma wangsa. Dia lalu menoleh ke arah antoch. "Ei. Dewa tengik. Gimana ceritanya kau bisa sampe ke istana galuh?" tanyanya ingin tahu.
Antoch menatap darma wangsa dan tantri bergantian. "kalian ini guru dan murid seperti kucing dan anjing, bertengkar terus." ucapnya.
"hehehehe." darma wangsa tertawa terkekeh.
"kakak. Yang kucing siapa dan yang anjing siapa?" tanya tantri cepat.
"kau kucingnya." jawab antoch.
"tapi aku kucing yang maniskan? Hihihihi." kata tantri tertawa.
"iya, kau kucing yang manis dan juga cantik." kata antoch tersenyum.
"Horeee. Asiiik!" seru tantri girang.
"kalo dia kucing terus aku ini anjingnya dong." kata darma wangsa menunjuk diri sendiri.
"bukan aku yang bilang." kata antoch tertawa.
"hahahaha." tantri tertawa geli.
"Sialan kau!" maki darma wangsa ngomel ngomel sendiri di kerjain antoch. "kau jangan tertawa, bukannya bantuin guru malah menertawai guru. Dasar kau murid tidak sayang guru." omelnya pada tantri.
"biarin, weekz." ledek tantri menjulurkan lidah.
"Dasar!" gerutu darma wangsa ngomel ngomel sendiri. "Ei. Dewa tengik. Ayo cerita, gimana ceritanya kau bisa sampe ke istana galuh?" tanyanya pada antoch.
"kau pasti tidak merasa bosan ya karna bisa bercanda tawa dengan tantri. kau beruntung sekali datuk gila." kata antoch tidak menjawab pertanyaan darma wangsa tapi malah bicara lain.
"Ya begitulah. Dalam perjalanan terasa seru dan rame, padahal cuma berdua saja tapi rasanya seperti di pasar, rame sekali. Dia itu tidak pernah bisa diam meski cuma sebentar. Aku sampe kewalahan meladeni dia." kata darma wangsa seperti orang menyerah.
"tapi tantri tidak pernah mengeluhkan?" tanya antoch.
"tidak. dia tidak pernah mengeluh, justru dia gadis kecil terkuat yang pernah aku temui. dia anaknya rajin dan penuh semangat, pokoknya aku sangat senang menjadikan dia murid ku." jawab darma wangsa.
"baguslah kalo begitu. Awalnya aku kira dia akan sangat berat berpisah dari orang tuanya sehingga membuat dia jadi murung, bukankah itu akan membuat kau jadi bingung sendiri?" kata antoch merasa lega.
"Owh, tidak. Dia malah ceria dalam perjalanan ini, kalo tidak ada dia bisa bisa aku akan sendirian seperti orang hilang." kata darma wangsa terkekeh.
"tumben guru memujiku, biasanya juga memarahi ku terus." kata tantri.
"guru memarahi mu karna bandel, tidak mau menurut perintah guru." kata darma wangsa.
"tuhkan, tadi memuji tapi sekarang sudah marah marah lagi." gerutu tantri manyun.
"hei. Siapa yang marah? Kau ini. Hmm." kata darma wangsa.
"tantri. Guru mu memarahimu pasti ada sebabnya, lagi pula guru mu memarahi mu itu tandanya dia perhatian dan menyayangi mu. Kau tidak boleh benci apa lagi sampe dendam, itu tidak boleh." kata antoch menasehati tantri.
"Aku tidak benci kok sama guru apa lagi sampe dendam. Guru kan orang yang paling aku hormati. Benarkan guru?" kata tantri merajuk.
"Satu lagi, kau tidak boleh membantah perintah guru mu atau berdebat bila di marahi, cukup bilang saja baik guru. Apa kau mengerti?" kata antoch.
"baik,kak." sahut tantri mengangguk.
"Anak pintar." kata antoch mengusap kepala tantri.
"Nah, dengar tuh apa kata kakak mu. Kau tidak boleh bandel apa lagi membantah guru." kata darma wangsa.
"iya, kan tadi tantri sudah bilang baik." seru tantri kesal.
"Eitz. Hayoo, tidak boleh membantah." hardik darma wangsa menggoyangkan jarinya di depan muka tanda tidak boleh.
"baik, guru." kata tantri halus.
"hehehehe. Anak pintar." kata darma wangsa tertawa.
"Guru!" panggil tantri cepat.
"Apa? Kau mau membantah lagi, hmm?" hardik darma wangsa melotot.
"tidak.siapa juga yang mau membantah." kata tantri menggerutu.
"Lalu kau mau bilang apa?" tanya darma wangsa.
"Engg. Anu..itu.. Kok guru tidak memarahi kak panji?" tanya tantri.
"Memarahi kak panji? Memang dia salah apa kok guru harus memarahi dia?" tanya darma wangsa mengerutkan kening.
"Loh? Dari tadi kan kak panji tidak mau menjawab pertanyaan guru, malah kak panji berusaha mengalihkan obrolan agar guru lupa dengan apa yang guru tanyakan. Masa guru tidak menyadarinya?" kata tantri heran.
"Ekh?! Kau benar! Kenapa aku bisa diperdayai oleh si dewa tengik? Dasar dewa tengik sialan." seru darma wangsa menepuk jidatnya sendiri karna tidak sadar telah di alihkan obrolannya oleh antoch. "Ei. Dewa tengik, dewa busuk, dewa sialan. Kau jangan coba coba mengalihkan pembicaraan, ayo cepat cerita kenapa kau bisa sampe di istana galuh? Cepat cerita!" serunya setengah marah marah.
Antoch tertawa meringis meliat darma wangsa, dia tidak segera menjawab dan malah meliat ke arah tantri. "kau memang anak pintar tantri. selain daya ingat mu yang tajam tapi kau juga tidak mudah di kelabuhi. Guru mu yang sudah punya pengalaman puluhan tahun masih saja bisa di kelabuhi dengan mudah, Guru mu memang bodoh. Hehehehe." ucapnya mengusap kepala tantri.
"hehehe. Kak panji bisa saja memuji ku." kata tantri tertawa girang mendapat pujian dari antoch.
"kau memang layak untuk di puji karna kau memang pintar." kata antoch tersenyum.
"Ei. Tantri memang anak yang pintar, itu makanya aku mengangkat dia menjadi murid ku. kelak dia pasti akan menjadi pendekar wanita yang kemampuannya melebihi aku. Kau iri tidak? Hehehe." kata darma wangsa bangga memiliki murid pintar seperti tantri.
"Guru. kau kena di kelabuhi kak panji lagi, guru gimana sih? Akh, guru benar benar payah." seru tantri memberi tahu darma wangsa.
"Ekh?!" darma wangsa tersadar kena di kelabuhi antoch lagi. "Dasar dewa tengik busuk sialan. Sudahlah, aku tidak mau bicara lagi." teriaknya kesal lalu beranjak berdiri.
"ekh, guru mau kemana?" tanya tantri meliat gurunya beranjak berdiri.
"Aku mau tidur, ngantuk." sahut darma wangsa acuh tak acuh lalu berjalan hendak keluar.
Antoch tiba tiba mendengar sesuatu dari arah balik jendela, telinganya yang tajam dapat mendengar suara sehalus apapun. dia tiba melompat mendekati jendela membuat semua orang jadi heran.
"hei, dewa tengik. Kau sedang apa?" tanya darma wangsa heran.
Antoch menempelkan jarinya ke bibir memberi isyarat agar semua orang diam dan tidak berisik. Dia menggerakkan tangan kanannya memberi bahasa isyarat kalo di balik jendela ada seseorang sedang menguping. Dia memberi kode pada darma wangsa dan darma wangsa mengerti akan kode dari antoch.
"hmm. Pendengaran dewa tengik sangat tajam, dia bisa mengetahui kalo ada seseorang di balik jendela, padahal aku salah satu dari lima tokoh yang di akui di dunia persilatan tapi aku tidak menyadari kehadiran orang yang bersembunyi di balik jendela itu. Dewa tengik memang hebat." gumam darma wangsa memuji antoch dalam hati.
Antoch tiba tiba menepuk ringan dinding kamar tepat dimana ada seseorang yang bersembu
nyi untuk menguping pembicaraan di dalam kamar. tepukan ringan antoch ke arah dinding bukan tepukan biasa tapi tepukan itu mengandung tenaga dalam yang sanggup membuat seseorang terpental tanpa merusak dinding kamar.

"Ugkh!!"
Bugk! Bugk!

Terdengar suara orang mengeluh seperti habis terkena suatu pukulan dan tidak lama terdengar suara dua benda jatuh ke tanah.
"hupz!"
"hupz!"
Antoch dan darma wangsa langsung melesat keluar begitu antoch membuka jendela kamar, mereka melesat keluar dengan mengibaskan tangan yang di aliri tenaga dalam untuk mengantisipasi serangan senjata rahasia musuh dan benar saja mereka merasakan desiran angin dari beberapa buah senjata yang lemparkan musuh, beruntung mereka slalu siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Tap.. Tap.. Tap.. Tap!

Empat senjata rahasia berupa paku hitam berhasil di pentalkan dan menancap di pohon terdekat. Setelah mereka berhasil mematahkan serangan senjata rahasia musuh,mereka sekilas meliat ada dua orang yang kabur ke dua arah.
"kejar!" seru darma wangsa langsung melesat mengejar orang yang lari ke arah timur.
"hupz!" Antoch tidak mau ketinggalan, dia segera melesat cepat mengejar orang yang lari ke arah barat.
Dengan ilmu ringan badan yang di miliki antoch mudah saja buat dia untuk menyusul orang tersebut, dia sengaja hanya membuntuti buruannya karna ingin tahu kemana orang itu akan pergi, antoch menduga kalo dua orang kabur ke dua arah yang berlawanan hanya untuk membuat bingung pengejarnya saja dan pada akhirnya mereka akan bertemu di satu tempat, trik semacam itu sering antoch temui dan biasanya orang yang melakukan itu pada umumnya sudah di lakukan sesuai rencana dan pastinya ada orang yang menjadi otak dalam rencana itu.
Antoch tidak langsung menangkap orang yang dia kejar tapi malah membuntutinya hanya ingin tahu apa yang di cari oleh orang itu dengan menguping pembicaraannya tadi. benar saja apa yang antoch pikirkan dan kebetulan darma wangsa juga berpikir seperti antoch yaitu hanya membuntuti orang yang mereka kejar untuk mengetahui apa maksut orang orang itu menguping pembicaraan mereka.
Di tempat yang agak lapang tampak dua orang dari arah yang berlawanan berlari dan lalu berhenti ketika stdah bertemu.
"bagaimana? Apa mereka mengejar mu?" tanya seorang pria berkumis tebal.
"Entahlah. Aku tidak tahu apakah mereka mengejarku atau tidak, lalu bagaimana dengan mu, apa mereka mengejarmu?" kata orang berkepala botak.
"Aku juga tidak tahu, mudah mudahan saja mereka mengejar salah satu di antara kita, kalo tidak bisa gagal rencana kita." kata pria berkumis tebal.
"Ya kau benar. Bisa gagal rencana kita kalo pancingan kita tidak berhasil. Lalu bagaimana? Kita kembali ke markas atau kita tunggu saja?" kata orang berkepala botak.
"kita tunggu saja, kalo kita kembali ke markas kita tidak tahu harus jawab apa jika di tanya sama pemimpin, salah salah kita kena marah karna meninggalkan teman teman kita." kata pria berkumis.
"kau benar. Ya sudah kita tunggu saja disini." kata pria botak.
Mereka lalu duduk di bawah pohon agak besar.
"Mudah mudahan saja teman teman kita berhasil mendapatkan barang barang itu, kalo kita berhasil kita pasti akan mendapat hadiah yang besar dari pemimpin." kata pria botak.
"Ya. Barang barang itu sangat berharga buat pemimpin, tentu imbalan yang kita dapat pasti sangat besar jika berhasil tapi ada yang tidak ku mengerti." kata pria berkumis.
"apa yang tidak kau mengerti?" tanya pria botak.
"kenapa kita tidak langsung saja merampas barang barang itu dari tangan mereka tapi malah memake cara seperti ini? Menyusahkan saja." kata pria berkumis.
"sama, aku juga berpikir seperti kamu tapi mau gimana lagi, ini perintah pemimpin. kita tidak mungkin melanggar perintah pemimpin." kata pria botak.
"huh. Kalo bukan ini perintah dari pemimpin, aku tidak sudi melakukan rencana ini. Aku lebih senang menghajar orang orang itu dan mengambil barang barang yang pemimpin minta. Aku yakin, dengan mudah aku bisa menghajar mereka semudah membalikkan telapak tangan." kata pria berkumis.
"hehehe. Kau benar! Siapa yang sanggup melawan ilmu silat kita? Dua setan hitam. hahaha." kata pria botak tertawa.
"hahahaha. Meski nama dua setan hitam bukan nama yang tersohor tetapi kita bukan pendekar rendahan, bisa di bilang dua setan hitam termasuk pendekar kelas satu." kata pria berkumis juga tertawa.
"Apa benar begitu?" tanya suara tiba tiba di atas mereka.
Sontak dua orang itu terkejut dan langsung melompat berdiri menjauh dari pohon.
"Kau?!" seru pria botak tersentak mengetahui siapa yang tadi bicara.
"hehehehe." orang yang di atas dahan pohon tertawa, dia tidak lain adalah darma wangsa alias datuk barat. "Ya ini aku. Kenapa? Kalian terkejut?" tanyanya.
Pria berkumis tebal melirik temannya dan tertawa penuh arti yaitu kalo pancingannya ternyata berhasil.
"terkejut? Hahaha. Tidak, kami tidak terkejut. Justru kami sedang menunggu mu." kata pria berkumis dengan nada suara di tekan.
"Ya. Mana mungkin kami terkejut, kami sudah tahu kalo kau ada di atas pohon dari tadi." kata pria botak berbohong.
"benarkah?" tanya darma wangsa tersenyum dingin.
"tentu saja. Kami dua setan hitam memiliki pendengaran melebihi pendekar manapun, kedatangan mu sudah kami ketahui dari tadi." kata pria berkumis sombong.
"owh,begitu. Kalo pendengaran kalian memang hebat melebihi pendekar manapun, kenapa kalian tidak sadar kalo ada orang di belakang kalian?" kata darma wangsa bertanya heran.
Dua orang yang mengaku sebagai dua setan hitam terkejut dengan apa yang di katakan darma wangsa, mereka semakin kaget ketika meliat ke belakang kalo tepat di belakang mereka telah berdiri seorang pemuda berjubah biru. Sontak mereka langsung melompat menjauh dari pemuda berjubah biru tersebut yang tidak lain adalah antoch.
"Apa tujuan kalian menguping pembicaraan kami? Apa yang kalian cari dari kami?" kata antoch bertanya dengan sorot mata tajam seolah menusuk jantung dan dengan nada suara dingin angker sekali membuat dua setan hitam sampe tergetar.
"Cepat bilang sebelum aku hajar kalian sampe menjadi setan beneran, cepat!" bentak darma wangsa tegas sekali.
"huh. Mau menghajar kami? Hahaha. Jangan mimpi kalian! Apa kalian tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, hah! Dengar baik baik, kami adalah dua setan hitam yang sangat di takuti di wilayah ini, jadi aku peringatkan kalian, jangan macam macam sama kami kalo tidak kalian akan menyesal telah berani menantang kami." teriak pria berkumis keras.
Darma wangsa tertawa terbahak bahak mendengar ancaman dan julukan dua orang di depannya itu. "hahahaha. Dua setan hitam? Julukan itu tidak cocok buat kalian, muka kalian tidak hitam, kulit kalianpun juga tidak hitam, lalu apanya yang hitam? Akh, aku tahu. Jangan jangan anu kalian yang berwarna hitam seperti terong gosong. Hahaha." serunya.
"kurang ajar. Tutup mulut mu! Ku robek mulut mu nanti!" bentak pria botak gusar.
"Mau merobek mulut ku? Coba saja kalo bisa." kata darma wangsa menantang.
"bangsat! Hyeaat!" teriak pria botak langsung menerjang ke arah darma wangsa.
"hyeaaat!" si pria berkumis tidak mau ketinggalan, dia melesat menerjang antoch.
Terjadilah dua pertarungan di tempat itu, darma wangsa meladeni serangan si pria botak dengan gaya lucu dan terkesan mempermainkan, kadang dia menendang dan menepuk pantat si pria botak, menjitak kepala si botak dan kadang dia iseng menyentil perabotan pribadi si pria botak hingga membuat si pria botak teriak teriak kaya monyet kesakitan.
Berbeda dengan darma wangsa yang mempermainkan lawannya, antoch yang penasaran dengan tujuan si pria berkumis menguping pembicaraannya tadi langsung melumpuhkan si pria berkumis dengan cara mencengkram titik jalan darah di pundak orang itu, cengkraman antoch bertujuan membuat si pria berkumis merasakan kesakitan yang cukup hebat agar dia bisa mengorek keterangan apa tujuan si pria berkumis menguping pembicaraannya tadi.
"Cepat katakan apa tujuan mu menguping pembicaraan ku tadi? Kalo tidak akan ku patahkan tulang bahu mu, cepat!" bentak antoch mengancam.
"huhuh. Jangan harap kau bisa mendapat keterangan apa apa dari ku." dengus si pria berkumis tetap tidak mau bilang.
Antoch segera mengencangkan cengkramannya dan kali di barengi tenaga dalam dari ilmu 9 bulan yang berhawa dingin. Hal itu langsung membuat si pria berkumis jadi semakin kesakitan dan merasakan ada semacam ribuan jarum es menusuk tulang tulangnya. Orang berkumis itu coba bertahan namun hanya sebentar saja, selanjutnya dia menjerit kesakitan yang luar biasa dan membuat dia menyerah kalah.
"baik. baik. Akan aku katakan!" kata pria berkumis menyerah.
"cepat katakan!" bentak antoch tegas.
"baik. Kami menguping kalian karna kami mendapat perintah dari pemimpin kami untuk mengambil benda benda berharga yang kalian temukan di hutan tadi pagi. Benda itu milik pemimpin kami, kami di suruh mengambil benda milik pemimpin kami itu dari tangan kalian apapun caranya. Begitu." jawab si pria berkumis.
"Siapa pemimpin kalian dan benda apa yang pemimpin kalian cari itu?" tanya antoch.
"kami tidak tahu benda apa itu yang jelas benda itu sangat berharga bagi pemimpin kami." jawab si pria berkumis sambil menahan rasa sakit.
"kalian pasti tahu, cepat katakan!" desak antoch.
"sungguh. Kami benar benar tidak tahu, mungkin teman teman kami yang lain yang tahu." kata pria berkumis meringis kesakitan.
"teman teman kalian yang lain? Apa maksut mu? Jadi kalian bukan berdua saja?" tanya antoch.
"Ya. kami berlima, tugas kami berdua hanya memancing kalian keluar, sedangkan tiga teman kami yang lain bertugas mengambil barang itu di dalam kamar kalian." jawab pria berkumis.
"Apa?!" seru antoch kaget. "jadi tiga teman kalian sekarang ada di kamar kami?" tanyanya.
Pria berkumis tebal tertawa mendengus. "Ya. Mungkin juga dua gadis kecil yang bersama kalian sekarang sudah tewas di tangan teman teman kami." ucapnya datar.
"Tantri? Aling?" seru antoch kaget sekali langsung merasa sangat kuatir dengan keselamatan tantri dan mei ling.
Karna kaget membuat cengkraman antoch jadi terlepas sehingga membuat si pria berkumis terbebas dari rasa sakit yang menyiksanya, hal itu segera dia manfaatkan untuk menyerang antoch yang sedang kebingungan karna mencemaskan tantri dan mei ling.
"Hyeaat!"
Teriak si pria berkumis memukul antoch dengan mengerahka
n seluruh tenaga dalamnya agar antoch mati seketika namun usahanya sia sia, antoch yang tahu kalo si pria berkumis hendak membunuhnya maka dia secepat kilat sudah mengibaskan tangannya menghantam dada si pria berkumis.
"Aaaargkh!"
Jerit si pria berkumis tubuhnya terpental jauh lalu roboh di tanah dan tidak bergerak.
"Datuk gila! Ayo kita cepat kembali, tantri dan mei ling dalam bahaya. Ayo!" teriak antoch pada darma wangsa yang tengah asik mempermainkan si pria botak, dia melesat pergi duluan.
"Dewa tengik, tunggu!" teriak darma wangsa. dia menendang si pria botak hingga tersungkur lalu dia melesat cepat menyusul antoch.

* * *

TIGA orang pria berbaju hitam menerobos masuk ke dalam kamar dimana tantri dan mei ling berada, meliat ada tiga orang tidak di kenal menerobos masuk ke dalam kamar membuat tantri dan mei ling kaget.
"Hei, siapa kalian? Kenapa menerobos masuk ke kamar kami?" teriak tantri heran meliat tiga orang yang menerobos masuk ke kamarnya.
Tiga orang itu tidak menghiraukan dua gadis kecil di depan mereka.
"cepat, cari!" perintah salah seorang yang berdiri di tengah.
Dua orang segera menggeledah kamar itu untuk mencari sesuatu tanpa menghiraukan teriakan teriakan marah tantri.
"heh. Apa yang kalian lakukan? Cepat keluar! Cepat keluar! Kalo tidak akan ku hajar kalian!" bentak tantri keras.
"hahaha. Memang kau bisa apa anak kecil? Hupz!" kata orang yang memberi perintah tadi tidak menganggap sebelah mata ancaman tantri. Dengan sekali gerakan cepat dan tiba tiba, dia sudah berhasil menangkap tubuh mei ling yang tadi di dekat tantri.
"barang itu tidak ada di dalam kamar ini." seru salah seorang yang menggeledah tempat itu.
"Apa kalian sudah mencarinya dengan teliti?" tanya si pemberi perintah tadi.
"Ya. Semua tempat sudah kami periksa tapi kami tidak menemukan barang yang kita cari." jawab salah seorang pencari.
"kurang ajar!" teriak si pemberi perintah gusar. "hei, bocah. Cepat beri tahu dimana barang barang dalam buntalan itu?" bentaknya pada tantri.
"barang apa yang kalian maksut? Aku tidak tahu apa apa." sahut tantri.
"Jangan bohong. Cepat katakan dimana buntalan yang kalian temukan di hutan tadi pagi? Kalo tidak mau bilang, akan ku bunuh adik mu ini. Cepat katakan, cepat!" bentak si pemberi perintah.
"Aku tidak tahu, tadi kakak ku yang menyimpannya!" jawab tantri jujur karna memang tadi antoch yang menyimpan.
"Dimana buntalan itu di simpan, hah?" bentak si pemberi perintah tadi.
"Aku tidak tahu." sahut tantri.
"bangsat! Kau tetap tidak mau bilang? Baik, ku bunuh adik mu ini." teriak si pemberi perintah gusar.
"Aku benar benar tidak tahu, aku tidak bohong." teriak tantri jadi panik karna cemas dengan keselamatan mei ling.
"Sepertinya anak itu tidak bohong, mereka memang tidak menyimpan buntalan itu di sini. Mungkin di simpan di salah satu kamar dua orang teman dua gadis kecil itu." kata orang di sebelah kiri si pemberi perintah.
"kalian cepat cari di dua kamar orang itu, cepat!" perintah orang yang memberi perintah.
"Baik!!" sahut dua orang si pencari itu cepat. Mereka bergegas keluar dan masuk ke kamar antoch dan darma wangsa.
Tantri hanya diam saja, dia diam karna tengah menunggu kesempatan baik menolong mei ling lalu kabur dan secara tidak terduga pria baju hitam melepas mei ling, pria itu membungkuk meliat ke arah kolong tempat tidur guna mencari benda yang di carinya karna dia menduga mungkin saja benda yang di carinya di sembunyikan di bawah kolong tempat tidur.
Mendapat kesempatan emas tak terduga itu tidak di sia siakan tantri, dia bergerak cepat menendang bokong pria itu hingga pria itu tersungkur jatuh sampe masuk kolong tempat tidur.
"Ayo kabur!" kata tantri langsung menarik mei ling untuk kabur dari tempat itu.
Tantri dan mei ling berlari sekuat tenaga kabur dari rumah penginapan, mereka tidak peduli arah yang di tuju yang penting lari secepatnya agar tidak di tangkap oleh orang orang baju hitam tersebut. Mereka terus berlari sampe masuk ke dalam hutan, setelah cukup lama berlari akhirnya mereka merasa tidak kuat lagi untuk berlari, tenaga mereka sudah habis dan nafas mereka sudah ngos ngosan tidak beraturan karna saking capeknya.
"kakak, kita berhenti dulu. Aku capek!" seru mei ling tersendat sendak suaranya karna sudah kelelahan.
"tidak. kita harus terus lari, mereka pasti mengejar kita. Ayo!" sahut tantri juga dengan nafas ngos ngosan.
"tapi aku sudah capek." rengek mei ling memang terliat sudah tidak kuat.
Tantri meliat mei ling dan dia jadi kasihan karna mei ling benar benar sudah kepayahan, malah sudah ambruk ke tanah karna saking lelahnya.
"aling?" jerit tantri kaget meliat mei ling ambruk. dia buru buru menolong mei ling. "kau tidak apa apa? Ayo bangun biar kakak bantu berdiri." ucapnya membantu mei ling berdiri.
"Aku sudah tidak kuat. Aku capek sekali." ucap mei ling tersenggal senggal.
Tantri tidak tega jika terus memaksa mei ling untuk meneruskan larinya, tapi jika tidak segera kabur maka dia takut tiga pria tadi akan menangkap mereka tentu mereka tidak tertangkap oleh orang orang jahat itu. Tantri jadi panik dan bingung sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
"jika terus di tempat ini tiga orang jahat itu pasti akan berhasil menyusul kami tapi jika lari, kami sudah tidak punya tenaga lagi. Aduuuh, bagaimana ini?" kata tantri kebingungan.
"kakak. kakak pergi saja, biarkan aku di sini. kalo orang orang itu menangkap ku, aku tidak akan apa apa. kakak pergi saja mencari kak panji dan paman guru agar mereka bisa menolong ku nanti. cepat kakak pergi saja, cari kak panji dan paman guru." kata mei ling terengah engah.
"apa kau bilang? Tidak! Mana mungkin kakak tega meninggalkan mu disini apa lagi sampe di tangkap orang orang jahat itu. Kaka tidak mungkin tega meninggalkan mu sendiri." kata tantri tegas sekali.
"Tapi kak, kalo kakak tidak pergi nanti kita akan tertangkap oleh mereka. Kakak pergi saja, cepat!" kata mei ling.
"Tidak! Kakak tidak akan pernah meninggalkan mu sendiri. kalo tertangkap biarlah tertangkap berdua. Apapun yang terjadi kakak tetap akan berusaha melindungi mu." kata tantri.
"Tapi..." kata mei ling tertahan.
"Sudahlah, kau jangan bicara lagi. Apapun yang terjadi kakak tidak akan pernah meninggalkan mu sendiri. Lebih baik kita berusaha pergi dari tempat ini, mungkin di sekitar sini ada tempat aman untuk kita bersembunyi sementara waktu sampe mereka menxerah untuk mencari kita. Ayo bangun, kau pasti bisa. Kuatkan semangat mu, ayo!" kata tantri lalu memapah mei ling.
Mereka berjalan perlahan tertatih tatih sekuat tenaga mereka yang tersisa meninggalkan tempat itu. Mereka terus berjalan menerobos hutan ke arah selatan yaitu menjauhi dari desa tempat mereka menginap, tidak lama mereka sampe di jalan buntu dan tidak bisa melanjutkan perjalanan karna di depan mereka telah menghadang sebuah sungai cukup besar dengan arus air lumayan deras.
"kakak. Bagaimana ini? Kita tidak mungkin menyeberangi sungai ini karna arusnya deras." kata mei ling panik.
"Tenanglah. Ada sungai pasti ada jembatan, mungkin tidak jauh dari sini ada jembatan. Ayo kita cari!" kata tantri.
"Ya." mei ling mengangguk.
"kalian mau kemana anak anak nakal? Hahahaha!" seru suara orang tiba tiba di belakang tantri dan mei ling di barengi suara tertawa terbahak bahak.
Sontak tantri dan mei ling kaget sekali, mereka semakin kaget setelah tahu orang yang bicara tadi. Tiga orang pria baju hitam pengejar mereka telah berdiri menghadap jalan mereka.
"hahahaha. Kalian tidak akan bisa kemana mana lagi." kata orang yang menjadi pemimpin tiga orang itu tertawa. Orang itu memiliki tanda codet panjang di mukanya.
Tantri langsung berdiri di depan mei ling bertujuan melindungi mei ling. "Mau apa kalian?" teriaknya.
"kami mau apa? Hehehe, tentu saja kami ingin tahu dimana kalian sembunyikan buntalan itu. Cepat katakan atau kami akan melempar kalian ke sungai." kata si muka codet mengancam.
"Sudah aku bilang kami tidak tahu, apa kalian tuli?" teriak tantri tegas.
"Bohong!" bentak si muka codet keras. "kalian masih bocah ingusan berani sekali berbohong pada kami. Cepat katakan atau benar benar aku lempar kalian ke sunga. Cepat!" bentaknya.
"huhuh. Aku tidak takut dengan ancaman mu, sekali aku bilang tidak tahu ya tidak tahu. Dasar orang orang tidak tahu malu, beraninya hanya mengancam anak kecil. Kalo kalian berani, coba saja lawan guru ku atau kakak ku. Kalian pasti tidak akan sanggup melawan mereka." teriak tantri memanas manasi tiga orang itu.
"hahahaha. hei, anak kecil. Jangankan guru mu atau kakak mu, setan nerakapun aku tidak takut. memang apa kehebatan guru dan kakak mu? Paling juga hanya pendekar kelas teri, mana bisa di bandingkan dengan kami. Kami ini adalah tiga walet hitam, nama kami di takuti di seluruh wilayah ini, mendengar nama kami saja semua orang pasti akan lari terbirit birit. Hahaha." kata si muka codet tertawa jumawa.
"Cis. Dasar orang tidak tahu malu, ilmu cumanya bisa melawan anak kecil berani merendahkan guru dan kakak ku. Hei, dengar baik baik kalian. Jika kalian tahu siapa guru dan kakak ku, apa kalian masih ada muka berani memandang rendah mereka. huhuh, aku rasa kalian pasti akan ciut nyalinya." dengus tantri di hidung kesal gurunya dan antoch di pandang rendah tiga orang itu.
"Coba beri tahu kami memang apa gelar guru dan kakak mu itu. Apa gelarnya begitu menakutkan sampe sampe kami jadi ciut nyali." tanya si muka codet tersenyum sinis.
"baik, aku beri tahu. Nama guru ku adalah darma wangsa bergelar datuk barat dan nama kakak ku adalah panji bergelar dewa tengah. Nah, apa kalian tidak pernah mendengar nama dan gelar mereka?" kata tantri tersenyum mengejek.
"APA?!!" seru tiga orang baju hitam itu tercekat.
Bagaimana mereka tidak kaget mendengar nama datuk barat dan dewa tengah, nama datuk barat dan dewa tengah saat ini sangat terkenal di dunia persilatan sebagai dua orang dari lima tokoh besar dunia persilatan, tentu para tokoh persilatan sangat segan dengan mereka.
"kenapa kalian diam? Kalian terkejut? Mana sifat jumawa kalian yang katanya lebih tinggi dari guru dan kakak ku? Cis, baru mendengar namanya saja kalian sudah ciut nyalinya apa lagi kalo ketemu, bisa bisa kalian kencing di celana. Hik hik hik!" kata tantri mengejek.
"hehehehe." tiga walet hitam tertawa terkekeh.
"kenapa kalian ketawa?" tanya tantri merasa heran
meliat tiga walet hitam malah tertawa.
"Heh, anak ingusan. Bualan mu boleh juga, tapi sayangnya kami tidak percaya. Nah, kau mau membual apa lagi? Aku mau dengar bualan mu yang lain. Ayo cepat!" kata si muka codet tertawa karna tidak percaya dengan apa yang tantri katakan.
"Ya. Bualan mu cukup membuat kami terhiaur. Ayo lagi yang akan kau bualkan lagi? Ayo kami mau dengar. Hehehe." seru teman si muka codet.
"Aku tidak membual. Aku bicara jujur!" teriak tantri jengkel di katakan membual.
"hahahaha!" tiga walet hitam kembali tertawa terbahak bahak karna merasa lucu.
"Ei. Sepertinya kita terlalu banyak membuang buang waktu di sini. Sepertinya dua anak kecil itu benar benar tidak tahu dimana buntalan yang kita cari. Kita singkirkan mereka atau kita tinggalkan saja mereka?" tanya teman si muka codet.
"hmm. Sepertinya mereka memang tidak tahu apa apa,ya sudah kita singkirkan saja dua anak itu dari pada menjadi bibit penyakit." kata si muka codet.
"kami mengerti!" sahut dua teman si muka codet.
Dua orang teman si muka codet segera mendekati tantri dan mei ling.
"Mau apa kalian? Berhenti!" bentak tantri melindungi mei ling.
"hehehe. Bocah, ucapkan selamat tinggal pada esok hari." ucap teman codet langsung menendang tantri cepat sekali.
Sekelebat bayangan putih tiba tiba datang menghempaskan dua orang teman si muka codet sampe terpental jauh, bayangan putih bergerak laksana angin tiba tiba hilang bersama tantri dan mei ling. Kejadiannya begitu sangat cepat tanpa di ketahui oleh tiga walet hitam.
"Ekh?!" si muka codet kaget meliat dua temannya tiba tiba terpental seperti di hempaskan oleh suatu kekuatan dahsyat. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa terpental?" tanyanya merasa heran pada dua temannya.
"kami tidak tahu. Tiba tiba saja kami seperti di dorong oleh suatu kekuatan dahsyat hingga kami terpental." jawab salah satu teman si muka codet seraya beranjak berdiri.
"Ya. Kekuatan sangat dahsyat sekali. Apa kau tidak meliat siapa yang membuat kami terpental?" tanya teman si muka codet yang lain.
"tidak. Aku tidak meliat siapa siapa selain dua bo.. Ekh, kemana dua bocah itu?" teriak si muka codet kaget menyadari tantri dan mei ling sudah tidak ada lagi di tempatnya.
Si muka codet celingukan kesana kemari mencari cari dimana tantri dan mei ling tapi tempat itu terliat sunyi tidak terliat bayangan tantri dan mei ling sedikitpun.
"kurang ajar. Dua bocah busuk itu berhasil kabur. Ayo kita kejar mereka, mereka pasti belum jauh dari tempat ini!" seru si muka codet marah marah sendiri dan mengajak dua temannya untuk mengejar tantri dan mei ling lagi.
"Tunggu!" cegah teman si muka codet. "aku rasa dua bocah itu tidak kabur tapi ada orang lain yang telah membawa kabur mereka." ucapnya.
"Di bawa kabur gimana maksut mu? Oleh siapa? Dari tadi aku tidak meliat ada orang lain yang datang membawa kabur dua bocah itu. Kau jangan ngelantur." kata si muka codet cepat.
"Aku sependapat dengan mu walet belang. Pasti ada tokoh kosen telah membawa kabur dua bocah itu, yang menghempaskan kita pasti orang itu. Lebih baik kita tinggalkan tempat ini sebelum kita celaka di tempat ini." seru teman si muka codet yang lain.
"Ya kau benar. Aku setuju!" sahut orang yang panggil si walet belang.
"kalian ini kenapa jadi pengecut seperti ini? Tokoh kosen apa? Dari tadi aku tidak meliat siapa siapa, jangan jangan mata kalian sudah rabun, orang jelas jelas tidak ada yang datang masih saja ngeyel." teriak si muka codet memarahi dua temannya.
"Walet codet. Sudahlah, dua bocah itu sudah tidak ada lagi di sini, kita tidak usah mencari mereka lagi, toh mereka tetap tidak mau bicara dimana buntalan yang kita cari berada. Lebih baik kita kembali ke markas, pemimpin pasti sedang menunggu kita. Ayo kita pergi!" kata si walet belang cepat.
Walau masih penasaran dan kesal oleh kegagalannya mencari buntalan yang mereka cari tapi dia sadar jika tidak ada gunanya lagi mencari tantri dan mei ling karna dua gadis kecil itu toh tidak tahu apa apa. "hmm. Yach, baiklah. Ayo !" ucapnya.
Tiga walet hitam itu melesat pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali ke markas.

* * *

ANTOCH dan darma wangsa terkejut sekali mendapati kamar tantri dan mei ling sudah berantakan begitu mereka sampe di kamar tantri, firasat mereka langsung tidak enak karna tidak meliat tantri dan mei ling berada di kamarnya. Mereka juga mendapati kamar mereka juga berantakan seperti habis di acak acak orang lain.
"kurang ajar! Siapa yang telah berani mengacau kamar kita? Mereka tidak tahu siapa kita rupanya." kata darma wangsa mengepalkan tangan tanda gusar.
"kemana tantri dan aling? Apa mereka menculik tantri dan aling?" gumam antoch.
"Ya. Aku rasa orang orang itu pasti menculik tantri dan aling. Benar benar kurang ajar, mereka berani sekali mencari gara gara sama kita. Awas saja, jika mereka berani melukai dua gadis kecil itu sedikit saja, aku tidak akan memaafkan mereka, akan ku cincang tubuh mereka, aku tidak akan segan segan membunuh mereka semua." kata darma wangsa menahan luapan amarahnya yang keluar.
"hmm. Datuk barat, kau tenanglah dulu, jangan terbawa emosi begitu. kita berpikir positif saja siapa tahu tantri dan mei ling berhasil kabur atau mereka tengah bersembunyi. Ayo kita cari mereka, mudah mudahan saja mereka baik baik saja." kata antoch berusaha tenang meski dia juga cemas dengan keselamatan tantri dan mei ling.
"Huh. Tidak ku sangka gara gara menemukan buntalan sialan itu membuat keselamatan tantri teracam, bahkan mei lingpun jadi ikutan teracam juga. Panji, ayo kita cari jejak mereka! Aku rasa mereka belum jauh." kata darma wangsa gegetun.
"Sebentar." sahut antoch.
Dia melompat ke atas wuwungan kamar mengambil sesuatu di atas wuwungan kamar tersebut yang ternyata adalah buntalan yang di cari oleh tiga walet hitam. Rupanya antoch meletakkan buntalan itu di atas wuwungan kamar, pantas saja tiga walet hitam tidak bisa menemukan buntalan itu karna mereka tidak sadar jika buntalan yang mereka cari di sembunyikan di atas wuwungan kamar.
"Mereka pasti mencari buntalan ini. Hmm,kau yang bawa atau aku yang bawa?" tanya antoch menyodorkan buntalan itu ke darma wangsa.
"kau saja yang bawa, aku tidak butuh buntalan sialan itu." jawab darma wangsa.
"baiklah!" kata antoch lalu mengikat buntalan itu di punggungnya. "Ayo !" ajaknya.
Mereka bergegas keluar dari kamar dan kebetulan berpapasan dengan si pemilik penginapan.
"Aduh celaka tuan, Celaka. Tadi ada tiga orang jahat mengacau di kamar tuan tuan." kata pemilik penginapan gemetaran.
"Paman, siapa orang yang mengacau di kamar kami? Apa paman tahu siapa mereka?" tanya antoch cepat.
"Mereka tiga walet hitam yang terkenal jahat di wilayah ini, sepak terjang mereka sangat di takuti oleh penduduk desa di wilayah ini." jawab si pemilik penginapan.
"Tiga walet hitam? Apa paman tahu dimana markas mereka?" tanya antoch.
"Tahu." jawab si pemilik penginapan mengangguk.
"dimana?" tanya antoch cepat.
Si pemilik penginapan menatap antoch darma wangsa bergantian seolah ragu ragu hendak memberi tahu.
"Ada apa, paman?" tanya antoch cepat karna si pemilik penginapan tidak segera memberi tahu.
"Apa kalian mau kesana? Sebaiknya jangan tuan. Disana sangat berbahaya, lebih baik tuan tuan jangan pergi kesana. Kalian bisa celaka!" kata si pemilik penginapan.
"kurang ajar! Cepat beri tahu saja dimana markas mereka, jangan banyak omong. Atau mau aku lempar kau ke luar sana,hah? Mau?" bentak darma wangsa jengkel karna si pemilik penginapan tidak segera memberi tahu dimana markas tiga walet hitam.
"Jangan. Jangan. Jangan tuan." kata si pemilik penginapan ketakutan.
"kalo begitu cepat katakan!" teriak darma wangsa saking kesalnya.
"Di bukit payung." jawab si pemilik penginapan gemetar.
"Bukit payung? Dimana itu bukit payung?" tanya darma wangsa cepat.
"Di dekat perbatasan selatan wilayah kerajaan galuh ini, tapi.." si pemilik penginapan menggantung ucapannya.
"Tapi apa? Cepat katakan saja jangan bertele tele!" teriak darma wangsa tidak sabaran.
"Paman. Tolong katakan saja apa yang paman tahu. Apa tadi paman juga meliat dua gadis kecil yang bersama kami di bawa mereka?" tanya antoch lebih bisa menahan diri.
"Baik, tuan. Setahu saya tiga walet hitam sudah jarang tinggal di markasnya karna mereka sekarang mereka telah menjadi kaki tangan raden baruna." jawab si pemilik penginapan.
"Raden baruna? Siapa itu raden baruna?" tanya antoch.
"Dia adalah keponakan raja galuh saat ini yang membangkang dan ingin menggulingkan raja galuh, dia berambisi ingin.."
"Kami tidak butuh penjelasan mu tentang si baruna atau siapa kek, katakan saja apa tiga walet hitam membawa kabur dua gadis cilik yang bersama kami, hah?" potong darma wangsa cepat.
"Tid..tid..tidak tuan." jawab si pemilik penginapan tergagap.
"tidak? Lalu kemana dua gadis cilik yang bersama kami itu?" tanya darma wangsa cepat.
"Mereka berhasil kabur tapi tiga walet hitam langsung mengejar dua gadis cilik itu." jawab si pemilik penginapan.
Antoch dan darma wangsa saling pandang agak merasa lega sedikit mengetahui tantri dan mei ling berhasil kabur tetapi mereka juga langsung merasa cemas karna tiga walet hitam mengejar mereka.Tantri dan mei ling baru saja belajar silat tentu mereka belum bisa kabur dengan cepat, pasti mereka akan dengan mudah di kejar oleh tiga walet hitam yang sudah berengalaman dalam dunia persilatan.
"ke arah mana mereka kabur?" tanya antoch cepat.
"Saya tidak tahu tapi sekilas saya meliat mereka lari ke arah sana." jawab si pemilik penginapan menunjuk ke arah hutan di selatan desa.
Darma wangsa langsung melesat ke arah yang di tunjuk si pemilik penginapan, dia tidak mau menyia nyiakan waktu sedikitpun karna keselamatan tantri dan mei ling sangat penting.
"Paman, terima kasih." kata antoch langsung melesat cepat menyusul darma wangsa.
Kecepatan melesat antoch dan darma wangsa yang bagai kilat membuat si pemilik penginapan jadi terbengong bengon karna dia merasa seperti meliat bayangan hantu saja.

DARMA WANGSA berlari dengan kecepatan penuh dengan ilmu ringan tubuh tertinggi yang dia miliki, gerakannya sangat cepat sekali bagai mengendarai angin saja, tidak lama antoch sudah dapat menyusul darma wangsa dan bahkan mendahului kecepatan lari darma wangsa, jelas hal itu membuat darma wangsa jadi terkejut. Dia sudah mengerahkan ilmu ringan t
ubuh yang paling tinggi tapi masih bisa di susul antoch dan malah sudah mendahulinya padahal dia melesat duluan tadi tapi masih bisa di balap oleh antoch. Perbedaan ilmu ringan tubuh yang sangat jelas itu membuat darma wangsa mengakui kalo antoch memang pantas di sebut sebagai dewa tengah yaitu pemimpin tertinggi dari lima tokoh hebat dunia persilatan.
"ilmu panji memang sungguh mengagumkan, aku sudah mengerahkan ilmu ringan tubuh ku yang paling tinggi tapi masih bisa di susul panji, semakin lama aku semakin penasaran dengan tingkat ketinggian ilmunya, dia sungguh tidak terduga dan sulit di jajaki ilmu silatnya. Pantaslah jika dia mendapat gelar dewa tengah, pemimpin tertinggi di antara lima tokoh hebat dunia persilatan. Hebat!" puji darma wangsa di dalam hatinya.
Mereka berhenti di pinggir hutan selatan desa sawangan, mereka mengamati sekitar tempat itu guna mencari jejak yang mungkin di tinggalkan mei ling maupun tantri.
"Dewa tengik. Sebaiknya kita berpencar saja mencari jejak tantri dan mei ling di dalam hutan ini. Kalo salah satu di antara kita menemukan mereka segera memberi tanda, bagaimana?" kata darma wangsa memberi usulan.
"Aku setuju. Aku akan mencari di dalam hutan dan kau telusuri pinggiran hutan ini." kata antoch cepat.
"Emp. Ayo!" sahut darma wangsa langsung melesat menelusuri pinggiran hutan.
Antoch segera menelusuri ke dalam hutan guna mencari jejak tantri dan mei ling, walaupn samar dan suasana malam yang cukup gelap tidak mengurangi ketajaman penglihatan antoch. dia meliat tanda jejak kaki di tanah mungkin sekitar ada lima orang dan dari lima tanda jejak kaki itu dua di antaranya adalah jejak kaki anak kecil, dia yakin itu pasti jejak kaki tantri dan mei ling. antoch terus mengikuti jejak jejak kaki tersebut sampe jauh masuk ke dalam hutan hingga tiba di pinggir sungai cukup lebar dengan arus air yang cukup deras.
"hmm. Jejak jejak itu hilang di tempat ini, di tempat ini juga seperti habis terjadi pertarungan cukup hebat. Siapa yang bertarung? Tidak mungkin yang bertarung adalah tantri, karna tidak mungkin tantri bisa membuat lubang cukup besar dengan ilmu silatnya, hanya orang yang memiliki tenaga dalam tinggi yang bisa melakukannya." gumam antoch menganalisa beberapa tanda yang terjadi di tempat tersebut.
Di tempat itu memang ada sebuah lobang tanah akibat dari sebuah pukulan sakti, analisa antoch memang sedikit banyak tepat tapi di tempat itu tidak terjadi sebuah pertarungan namun ada seorang tokoh sakti yang melontarkan pukulan sakti guna membuat dua walet hitam terpental saat hendak mencelakai tantri dan mei ling dan lalu membawa kabur tantri dan mei ling dari tempat itu.
"Apa yang terjadi di tempat ini sebenarnya? Apakah ada seseorang yang menyelamatkan tantri dan mei ling? Atau... Akh, tidak. Aku tidak boleh menduga hal yang buruk terhadap tantri dan mei ling. Mereka tidak mungkin jatuh ke sungai, tidak mungkin. Aku yakin mereka pasti tidak mungkin jatuh ke sungai." kata antoch menepis dugaannya kalo tantri dan mei ling terjatuh ke dalam sungai.
Antoch bersiul panjang tiga kali dengan pengerahan tenaga dalam tinggi agar suara siulanya di dengar oleh darma wangsa. Tidak menunggu terlalu lama darma wangsa tiba di tempat antoch berada.
"bagaimana? Apa kau sudah menemukan mereka?" tanya darma wangsa buru buru.
"belum tapi coba liat jejak jejak kaki di tempat ini." jawab antoch lalu menunjukkan bekas jejak jejak kaki di tempat itu.
Darma wangsa meliat ke arah yang di tunjuk antoch, dia memperhatikan bekas jejak kaki yang tidak beraturan di tanah tempat itu. "Meliat dari bentuknya sepertinya belum lama di tempat ini di datangi oleh lima orang dan dua di antara jejak kaki anak kecil, yang satu mungkin sudah berusia tiga belas tahun dan yang satu lagi mungkin berusia tujuh tahunan. Hmm, mungkinkah ini jejak kaki tantri dan mei ling?" ucapnya.
"Ya. Aku yakin ini bekas jejak kaki mereka." kata antoch.
"kalo benar ini bekas jejak kaki mereka lalu dimana mereka? Kenapa jejak kaki mereka cuma sampe di tempat ini?" tanya darma wangsa.
"itulah yang aku herankan. Jejak kaki mereka cuma sampe di tempat ini, kemana mereka menghilang? Kau liat sendiri, di depan cuma ada sungai berarus deras, tidak mungkin mereka nekat menyeberangi sungai, mereka tidak akan sanggup melawan arus sungai yang deras." kata antoch.
"Ya, kau benar." kata darma wangsa sependapat. "kemungkinannya hanya ada dua pilihan, Yaitu mereka di tangkap oleh tiga walet hitam atau mereka nekat menyeberangi sungai. Aku berharapnya mereka tertangkap oleh tiga walet hitam dari pada mereka nekat menyeberangi sungai karna mereka tidak akan mungkin selamat bila sampe hanyut terbawa arus sungai yang deras." ucapnya.
"Yang aku takutkan mereka nekat menyebrangi sungai, meliat dari sifat mereka yang keras tentu mereka tidak sudi menyerah dan tertangkap maka mereka nekat terjun ke sungai berharap bisa menyebrangi sungai." kata antoch.
"Akh, kau benar juga. Tantri anaknya memang tidak mudah menyerah dan tegar, dia pasti tidak mau menyerah begitu saja." seru darma wangsa.
"Coba perhatikan bekas tanah yang berlobang itu." tunjuk antoch ke arah tanah yang seperti tebongkar. "tanah itu seperti terkena pukulan sakti yang hebat, aku menduga tadi di tempat ini telah terjadi pertarungan. Apa kau bisa meraba seberapa hebat pukulan sakti itu?" tanyanya.
"hmm. Kau benar, di sini terjadi pertarungan belum lama, bekas tanah yang terbongkar pastilah akibat pukulan sakti yang dahsyat dan ku rasa pemilik pukulan itu pastilah orang hebat berilmu tinggi karna tidak mudah membuat tanah terbongkar menggunakan sebuah pukulan, Yang jadi tanda tanya adalah siapa pemilik pukulan sakti itu? Jika yang melakukan si tiga walet hitam, aku sangsi karna tidak masuk akal jika mereka mengeluarkan pukulan sakti hanya melawan tantri dan mei ling, pastilah secara tidak terduga ada seorang tokoh kosen datang menolong tantri dan mei ling. Nah, siapa yang kalah kita tidak tahu. Bisa si tokoh kosen itu menang lalu membawa pergi tantri dan mei ling, bisa juga si tokoh kosen itu kalah lalu kabur membawa tantri dan mei ling atau salah satu di antara mereka. Bisa juga kemungkinan buruknya mereka kalah lalu di lempar ke sungai atau mereka di tangkap si tiga walet hitam. Banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi." kata darma wangsa menduga duga.
"hmm." gumam antoch terdiam memikirkan banyak hal, dia tidak bisa memastikan apakah dugaan darma wangsa benar atau semua salah dan yang pasti gimana keadaan tantri dan mei ling belum bisa di ketahui selamat atau tidak.
Semakin lama di pikirkan membuat antoch jadi semakin geram dan gusar, antoch mengepalkan tangannya kencang sekali tanda kalo dia sudah mulai keluar amarahnya.
"Dewa tengik. Apa rencana kita sekarang?" tanya darma wangsa.
"Aku tidak tahu." jawab antoch dengan nada suara di tekan tanda dia menahan gusar. "Apapun yang terjadi kita harus terus mencari tantri dan mei ling. Jika terjadi apa apa pada mereka maka aku bersumpah akan membuat orang orang yang telah melukai mereka tersiksa seumur hidupnya, mati tidak hidupun juga tidak." ucapnya dengan suara bergetar menahan gusar.
"Dewa tengik. Saat ini kita harus tenang dan berpikir jernih, aku juga merasakan hal yang sama dengan yaitu ingin membuat si penculik tantri dan mei ling menyesal seumur hidupnya. Sudahlah kau harus tenang, kita pikirkan apa rencana kita sekarang ini." kata darma wangsa menenangkan antoch.
"hwaaaaa!!" teriak antoch tiba tiba dengan tangan terangkat tinggi tinggi.
Antoch berteriak sekuat tenaga mengeluarkan seluruh perasaan gusarnya, akibatnya seluruh tenaga dalam di dalam tubuh antoch bergolak hebat lalu terpancar keluar dan membuat tanah di sekitar tempat itu jadi bergetar hebat bagai terjadi sebuah gempa. Angin yang tadi bertiup pelan kina menjadi bertiup kencang seperti prahara, air sungai seperti terhempas sebuah kekuatan dahsyat.
"Hyeaa! Hyeaa! Hyeaa! Hyeaa!" teriak antoch lantang sambil melepaskan empat pukulan sakti bertenaga dalam sangat tinggi ke empat pejuru arah yang di barengi keluarnya aura empat warna yaitu putih, merah, biru dan emas.

BLARRR!
DUARRR!
BUUMMM!
BLAAMM!

Empat suara ledakan menggelegar dahsyat terdengar berturut turut mengguncang tempat tersebut. Empat tempat yang terkena amukan pukulan sakti antoch adalah sebuah batu besar di pinggir sungai, batu besar itu hancur berkeping keping menjadi potongan kecil kecil seperti kerikil, lal tiga pohon berdiri sejajar juga tumbang dengan batang pohon hancur lebur, kemudian gundukan tanah juga keroak besar cukup dalam dan terakhir adalah sungai, saat terkena pukulan sakti antoch arus sungai yang cukup deras terbelah sampe dasar hingga air itu muncat tinggi lalu jatuh seperti air hujan. kekuatan pukulan sakti sampe membuat seperti itu sungguh tidak masuk akal karna kekuatannya sungguh luar biasa dahsyat, hampir mustahil manusia bisa melakukan itu.
Saat kejadian itu terjadi, darma wangsa sampe tersurut dan terjatuh karna saking kagetnya. dia tidak sanggup menahan efek tekanan yang sangat dahsyat keluar dari tubuh antoch, apa lagi begitu meliat apa yang terjadi pada empat tempat yang terkena pukulan sakti antoch membuat dia terkesima lalu bergidik ngeri. kekuatan yang di liat tadi sungguh di luar batas normal akal manusia, sungguh sangat sul
it untuk di percaya. Darma wangsa sampe tidak bisa bergerak dan berkata apa apa karna tergoncang atas kejadian yang dia liat tadi.
Antoch jatuh dengan satu lutut dan nafas terengah engah setelah puas meluapkan kegusaran dalam hatinya. Antoch meliat ke kedua tangannya dengan perasaan tidak percaya, dia bukan tidak percaya bisa mengeluarkan kekuatan seperti tadi tapi dia tidak percaya kalo kekuatannya ternyata telah jauh berkurang karna dia merasa bisa mengeluarkan kekuatan berpuluh kali lipat dari kekuatan yang tadi dia keluarkan. Awalnya dia tidak sadar dan tidak ingat kalo ilmu terkuatnya telah di kunci oleh sang resi gurunya, yaitu tiga ilmu dewa miliknya. Padahal sewaktu di lereng gunung muria, sang resi gurunya telah mengunci tiga ilmu dewa yang antoch miliki. kekuatan yang dia miliki sekarang hanyalah kekuatan dari ilmu delapan usur yaitu api, air, angin, kayu, petir, bumi, bulan dan matahari, namun inti kekuatan dari ilmu delapan unsur itu berasal dari tiga ilmu dewa, oleh karna itu kekuatan dari ilmu delapan unsur itu sudah berkurang setengahnya
"kekuatan ku? Kenapa kekuatan ku jadi selemah ini? Sejak resi guru mengunci kekuatan tiga ilmu dewa ku, kekuatan ku jadi berkurang banyak hampir dari setengah ilmu ku. Setiap kali aku mengeluarkan salah satu tenaga dalam dari ilmu delapan unsur kekuatan ku terus menurun, sepertinya ada pesan tersembunyi dari resi guru kalo aku tidak boleh tergantung dengan ilmu delapan unsur. Hmm." gumam antoch merasakan kekuatannya terus menurun.
Antoch beranjak berdiri lalu menoleh ke arah darma wangsa, dia mengerutkan kening heran karna darma wangsa seperti keheranan meliatnya. "kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan ku?" tanyanya.
"Tidak. Tidak ada." sahut darma wangsa menggelengkan kepala cepat menutupi hatinya yang terguncang atas kejadian tadi.
"kita tidak bisa berlama lama di tempat ini, keselamatan tantri dan mei ling sedang terancam. Kita harus cepat mencari dan menolong mereka." kata antoch.
"Apa rencanamu? Kita langsung ke bukit walet atau kita coba mencari mereka di sekitar sini sekali lagi?" tanya darma wangsa.
"kita bagi tugas saja. Salah satu dari kita pergi ke bukit walet mencari si tiga walet hitam dan yang satu mencari di sekitar sini atau menyusuri sungai karna aku takut mereka benar benar nekat terjun ke sungai. Bagaimana? Apa kau setuju?" kata antoch memberi usulan.
"Biar aku saja yang ke bukit walet, tangan ku sudah gatal ingin menghajar manusi manusia busuk itu." sahut darma wangsa setuju dan memilih pergi ke bukit walet.
"kalo begitu biar aku yang mencari mereka di sekitar sini dan menyusuri sungai." kata antoch cepat.
"baiklah. Aku berangkat sekarang. Apapun yang terjadi kita bertemu lagi di desa cermai tujuh hari ke depan." kata darma wangsa langsung melesat cepat ke arah selatan menuju bukit walet yang berada di dekat perbatasan kerajaan galuh.
Antoch juga segera bergerak menelusuri hutan itu sekali lagi berharap ada tanda yang di tinggalkan tantri maupun mei ling. Setelah tiga kali menelusuri hutan itu dan tidak menemukan tanda tanda seda sedikitpun, dia segera beralih menelusuri sungai. Cuaca malam yang gelap tidak menyurutkan niat antoch untuk terus menelusuri sungai yang berarus cukup deras. Semalaman antoch menyusuri sungai hingga tanpa terasa dia sudah begitu jauh meninggalkan hutan dekat desa sawangan. Menjelang fajar dia sampe di sebuah lembah subur dimana di lembah itu terdapat hamparan bunga warna warni yang begitu indah, antoch tidak bergairah untuk menikmati suasana lembah yang sangat indah itu karna pikirannya sudah terlalu lelah mencemaskan keselamatan tantri dan mei ling.
Antoch sudah merasa lelah dan mengantuk karna semalaman tidak tidur menelusuri sungai mencari tantri dan mei ling. Dia memutuskan untuk beristirahat sebentar guna melepas rasa lelah dan kantuknya, dia meliat ada batu cukup besar di dekat sungai dimana sungai itu bertemu dengan sungai lain. Dia bergegas ke batu besar itu lalu melompat di atasnya dan duduk untuk bersemedi.
Keheningan di tempat itu sangat membantu antoch dalam bersemedi,apa lagi tempat itu udara di pagi harinya sangat sejuk hingga tidak terasa telah membuat antoch jadi ketiduran. Di dalam tidurnya antoch bermimpi aneh dimana dia meliat seseorang bercadar biru berlari menuruni bukit di bawah hujan deras, orang itu berteriak teriak begitu memilukan dan orang itu tiba tiba terpeleset jatuh ke dalam jurang sangat dalam yang untungnya di bawah jurang itu mengalir sebuah sungai cukup besar dan dalam sehingga orang bercadar biru itu tidak mati dengan tubuh hancur karna jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi. Orang bercadar biru itu hanyut terbawa arus sungai yang cukup deras dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Antoch terbangun dari tidurnya karna terkejut oleh kejadian di dalam mimpinya.
"Apa itu tadi? Kenapa aku bermimpi aneh seperti itu? Mimpi itu seperti nyata, benar benar aneh sekali." kata antoch terliat keheranan."Akh, mungkin itu hanya mimpi biasa saja. Aku mungkin terlalu capek dan mengantuk sampe sampe bersemedipun bisa ketiduran. Sudahlah, lebih baik aku bersemedi lagi." ucap antoch.
Antoch kembali bersemedi tapi kali ini dia bisa kosentrasi dan tidak tertidur seperti tadi, namun dalam semedinya tiba tiba bayangan yang dia mimpikan kembali muncul, kejadian orang bercadar biru jatuh ke dalam jurang terliat sangat jelas muncul di dalam semedinya tersebut. Antoch kembali terjaga dari semedinya akibat bayangan yang muncul tadi.
"hmm. Bayangan di dalam mimpi tadi muncul lagi, kali ini bayangan itu muncul di dalam semedi ku, sepertinya itu bukan bayangan biasa, ada satu pertanda suatu kejadian yang di tunjukkan oleh alam kepada ku. Hmm, ada apa sebenarnya? Apa yang sedang alam tunjukkan kepada ku? Apa yang terjadi?" gumam antoch coba memecahkan kejadian yang dia dapat tadi melauli mimpi dan semedi.
Antoch terus merenungkan tentang bayangan kejadian yang dia dapat dari mimpinya, hingga dia merasa mentok tidak bisa memecahkan teka teki bayangan mimpi tadi, dia menyerah dan tidak mau memusingkan diri menafsirkan arti kejadian di dalam mimpinya.
"Akh. Semakin aku coba menafsirkan apa arti mimpi tadi, semakin pusing kepalaku. Biarlah waktu yang memberitahu apa arti dari mimpiku tadi." ucap antoch tidak mau memikirkan lagi apa arti mimpinya tadi.
Antoch kembali mencoba untuk berkosentrasi dalam bersemedi dan lagi lagi bayangan dalam mimpi itu kembali muncul, bahkan kali ini lebih jelas dan lebih lama, dimana orang bercadar biru yang hanyut terbawa arus sungai kini tersangkut di antara dua batu agak besar di tengah sungai, sungai itu ternyata aliran airnya sampe dimana antoch saat ini berada.
"Hah?!" antoch tersentak kaget tersadar dari semedinya. "ini bukan mimpi biasa, sepertinya alam telah menunjukkan secara jelas arti mimpi itu. Sungai itu? Ya sungai itu yang tadi aku liat di dalam semedi ku, tidak jauh dari sini orang bercadar biru di dalam mimpi itu tersangkut di batu sungai. Sepertinya ini pertanda dari alam agar aku menolong orang itu. Hmm, tidak ada salahnya aku coba telusuri sungai itu siapa tahu apa yang di tunjukkan oleh mimpi itu memang benar adanya." ucapnya.
Antoch segera beranjak berdiri dari batu tempat dia duduk, dia segera melesat ke seberang sungai dengan cara melompat lompat di antara batu batu yang ada di tengah sungai. Dia segera menelusuri pinggiran sungai yang bertemu dengan sungai yang semalam dia susuri. Jika sungai yang semalam dia susuri berasal dari hutan di dekat desa sawangan, kali ini dia menyusuri sungai lain yang sepertinya aliran airnya berasal dari arah yang berbeda. Dia mencari dua batu agak besar di tengah sungai seperti apa yang ada di dalam mimpinya. Setelah agak lama dia menyusuri sungai, akhirnya dia menemukan juga dua batu yang sama persis dengan batu yang ada di dalam mimpinya.
"hmm. Dua batu di tengah sungai itu sama persis dengan dua batu yang ada di mimpiku. Benarkah di antara dua batu itu terdapat orang bercadar biru seperti dalam mimpi ku? Akh. Tidak ada salahnya aku coba periksa dua batu itu, siapa tahu di situ benar ada orang bercadar biru tersebut." kata antoch meliat ke arah dua batu di tengah sungai.
Antoch melompat ke arah dua batu agak besar yang ada di tengah sungai. Dia memeriksa celah di antara dua batu tersebut dan benar saja, meski agak tersembunyi namun dia meliat ada sesosok tubuh tersangkut di celah batu tersebut. Antoch buru buru berusaha menarik tubuh itu ke atas batu, meski agak susah akhirnya dia berhasil juga mengangkat sosok tubuh tersebut ke atas batu sungai. Dia memeriksa keadaan sesosok tubuh tersebut guna mengetahui apakah masih hidup atau sudah mati.
"Orang ini masih hidup, aku merasaka denyut nadi di tangannya meski sangat lemah. Orang ini harus buru buru di tolong, kalo tidak dia bisa mati beneran." kata antoch setelah memeriksa denyut nadi sesosok tubuh tadi.
Antoch mengangkat tubuh itu lalu di bawanya ke tempat yang lebih nyaman agar bisa leluasa menolong, yaitu dia meletakkan orang itu di bawah pohon rindang. Dia sekarang lebih leluasa memeriksa keadaan orang itu lebih teliti, ternyata orang itu adalah seorang wanita karna terliat dari bentuk tubuh dan dadanya yang terdapat dua gundukan khas seorang wanita. Antoch terkejut saat membuka cadar wanita tersebut, wajah wanita itu sangat mengerikan dimana terdapat luka membusuk dan bernanah hampir di seluruh daerah wajah. Luka itu bukan akibat penyakit atau sayatan senjata tajam tapi luka itu seperti terkena cairan beracun yang sanggup merusak daging.
"hm. Siapa orang yang telah tega bertindak sedemikian keji merusak wajah gadis ini? Benar benar sangat keji orang itu. Jika si pelaku tidak di basmi maka akan banyak orang yang celaka oleh orang itu. Aku memang ahli dalam ilmu pengobatan dan bisa saja menyembuhkan luka di wajah gadis ini, cairan beracun yang membuat wajah gadis ini rusak sangat ganas, bila di biarkan terlalu lama maka luka akibat cairan beracun itu bisa menyebar ke seluruh tubuhnya dan akhirnya gadis ini mati dalam keadaan yang mengerikan. Cairan beracun itu bersifat panas dan hanya madu lebah es yang bisa menawarkan efek racun tersebut karna madu lebah es bersifat dingin, hanya dinginlah yang bisa melawan panas." kata antoch setelah meliat luka di wajah gadis tersebut. "Sudahlah, saat ini y
ang terpenting menolong keadaan gadis ini dulu, aku harus mengeluarkan air di perutnya, apa lagi tubuhnya sudah dingin akibat terlalu lama terendam di dalam air sungai. Aku harus cepat menolongnya." ucapnya.
Antoch segera mengerahkan hawa murni tenaga dalam ilmu 9 mataharinya lalu mengalirkan ke dalam tubuh gadis malang tersebut, ini bertujuan agar tubuh gadis itu tidak dingin dan juga mendesak air yang masuk ke dalam tubuh gadis itu keluar. Tidak lama gadis itu memuntahkan cairan yang sangat banyak, semula kulit gadis itu sangat pucat akibat terendam di air dan kini sudah kembali normal karna aliran darah gadis itu sudah mengalir secara normal tanda kalo gadis itu berhasil antoch selamatkan.
"Sukurlah. Semua cairan dan darah beku di tubuhnya berhasil aku desak keluar, mudah mudahan tidak lama lagi dia akan siuman. Sebaiknya aku cari rumput obat di sekitar sini untuk memulihkan kondisi tubuh gadis itu yang lemah, sekalian juga aku mau mencari makanan untuk aku makan, aku sudah lapar karna dari semalam aku belum makan." kata antoch segera beranjak pergi untuk mencari rumput obat dan makanan.

* * *

MELATI terbaring tidak berdaya di atas tempat tidur, dia tidak bisa bergerak karna telah di totok jalan darahnya. hanya kepalanya saja yang bisa dia gerakkan ke kanan dan kiri, dia merutuk di dalam hati karna menyesal telah terpedaya oleh tipu daya hasutan alayuda sewaktu di dalam hutan bersama tumenggung wirocolo. Entah gimana nasib tumenggung wirocolo sekarang dia tidak tahu. hanya menyesali diri sendiri sajalah yang hanya bisa lakukan, mengingat betapa lemah hatinya bisa sampe termakan tipu daya manusia licik seperti alayuda. Dalam penyesalannya itu dia slalu teringat akan satu hal yaitu dia keluar dari istana ikut tumenggung wirocolo selain mencari cempaka tapi dia ingin bertemu seorang pemuda yang telah menarik hatinya, pemuda itu tidak lain adalah panji. Sejak pertama kali meliat pemuda itu dia sudah merasa ada getaran di hatinya, apa lagi saat sudah ngobrol dengan pemuda itu dia semakin kuat getaran di hatinya. Ya dia telah jatuh hati pada pemuda berjubah biru bernama panji.
"Panji. Dimana kau sekarang? Hati ini slalu teringat akan diri mu, apakah kau juga mengingat diri ku? Panji, tolonglah aku. Tolonglah aku dari sini, tolonglah aku dari cengkraman manusia licik itu. Panji, Panji!" gumam melati di dalam hati.
Cklek! Suara pintu di buka dari luar, dari balik pintu muncul seorang pemuda berjubah putih yang tidak lain adalah alayuda. Alayuda berjalan perlahan mendekat ke tempat tidur dimana melati terbaring tidak bisa bergerak.
"hemhm." alayuda tersenyum menatap melati dari bawah ke atas. "Sungguh cantik jelita bagai bidadari khayangan diri mu duhai putri melati, kecantikan mu sungguh tidak bisa di lukiskan dengan kata kata indah manapun, sempurna itulah satu kata yang pantas untuk melukiskan kecantikan mu." ucapnya mengagumi kecantikan melati.
Alayuda mengusap pipi melati dengan penuh kelembutan tanpa bisa di cegah melati karna melati tidak bisa bergerak akibat di totok jalan darahnya oleh alayuda.Melati hanya bisa melotot dengan tatapan penuh kemarahan karna alayuda telah lancang berani menyentuhnya, dia hanya bisa memaki maki dalam hati saja karna suaranya juga telah di totok alayuda.
"Putri, kau tenang saja, legakanlah hati mu karna tidak mungkin akan berbuat macam macam apa lagi sampe menghinakan mu karna terlalu sempurna untuk di hinakan." kata alayuda mengerti arti tatapan penuh kemarahan di mata melati.
Alayuda kembali mengelus pipi melati yang mulus merona dengan sentuhan halus, dia juga mengelus bibir melati yang merah merekah bagai bunga melati di pagi hari. perlahan lahan dia mendekatkan wajahnya ke wajah melati bermaksut mengecup bibir melati yang membuat dia merasa tidak tahan untuk tidak mencium bibir indah itu.
Tok Tok Tok! Suara pintu di ketuk tiga kali dari luar oleh seseorang, suara ketukan itu membuat alayuda jadi batal mencium bibir melati dan hal itu jadi membuat alayuda merutuk kesal karna telah di ganggu.
"kurang ajar! Siapa yang datang mengetuk pintu? Mengganggu kesenangan ku saja." gerutu alayuda kesal karna merasa di ganggu. "Siapa?" teriaknya agak keras.
"ini aku ki langes. Cepat buka pintu, ada sesuatu yang penting ingin aku sampekan padamu." sahut suara dari luar.
"ki langes, hmm. Orang tua pantat kuali itu mau apa datang ke kamar ku? Mengganggu saja." gumam alayuda menggerutu jengkel. "Ya sebentar!" teriaknya segera menghampiri pintu lalu membukanya. "ada apa?" tanyanya.
Orang berkulit hitam seperti pantat kuali berdiri di depan pintu kamar alayuda, dia tidak segera menjawab pertanyaan alayuda tetapi meliat ke arah ranjang tidur sebentar. "hehehe. Rupanya kau sedang bermesraan dengan gadis putri raja galuh, maaf aku tidak tahu. Hehehe." ucapnya tertawa terkekeh.
"ssstt. Jangan bicara keras keras, jika ada orang lain tahu aku menyembunyikan gadis itu di kamar ku bisa kena amarah raden baruna." hardik alayuda.
"hehehe. Maaf maaf. Kau tenang saja, tidak ada orang lain yang akan tahu kalo kau menyembunyikan gadis itu di kamar mu. Rahasia di tangan ki langes tidak akan pernah bocor, jadi kau bisa tenang." kata ki langes tertawa lebar.
"terima kasih ki langes. Kau memang orang yang bisa di percaya." kata alayuda tersenyum.
"hehehe. Tentu saja, aku ki langes slalu tepat janji." kata ki langes menepuk dada. "Aku tidak menduga kali ini kau dapat menaklukkan gadis itu, sebelumnya kau hampir berhasil menaklukkan cempaka, adik gadis itu. Kalo saja gadis bernama cempaka itu tidak bertindak bodoh maka saat ini yang ada di atas ranjang mu pasti bukan gadis yang di atas ranjang sekarang tetapi gadis bernama cempaka. Yach, tapi apa mau di kata, dia sangat keras kepala dan akhirnya dia secara tidak sengaja terkena cairan pengoyak daging di wajahnya hingga wajahnya yang mulus dan cantik jelita jadi rusak. Kini dia menjelma menjadi gadis berwajah menyeramkan, lebih menyeramkan dari pada setan neraka. Hahaha." ucapnya lalu tertawa terbahak bahak.
"huhuh. Memangnya kau pernah ke neraka?" tanya alayuda mendengus.
"belum. Hehehe." jawab ki langes terkekeh.
"Huh. Kau ini dari tadi nerocos terus seperti nenek nenek bawel. Kau bilang ada hal yang ingin kau bicarakan padaku, hal apa itu?" tanya alayuda kembali pada maksut ki langes menemuinya.
"hmm. Begini, ini soal si dua setan hitam dan si tiga walet hitam. Mereka gagal mengambil buntalan yang di bawa oleh orang berjubah hijau bersama gadis cilik muridnya itu." kata ki langes memberitahu maksut kedatangannya.
"Gagal? Kenapa bisa gagal?" tanya alayuda cepat.
"Sebaiknya kau bicara saja sama mereka sendiri, mereka ada di depan." kata ki langes.
"hmm. baiklah." kata alayuda segera berjalan ke depan di ikuti ki langes.
Alayuda dan ki langes berada di depan rumah agak besar yang kemungkinan besar adalah markas mereka. di hadapan mereka berdiri tiga walet hitam dan dua setan hitam dimana salah seorang dari setan hitam dalam keadaan pingsan.
"hmm. Aku dengar dari ki lengas kalian gagal menjalankan tugas, ceritakan pada ku kenapa kalian bisa gagal?" kata alayuda bertanya.
"Maafkan kami tuan muda, kami memang gagal menjalankan tugas dari tuan muda, sebenarnya kami sudah menjalankan siasat dari tuan muda tapi ketika kami geledah kamar penginapan mereka, kami tidak menemukan buntalan ataupun barang barang yang mereka bawa. kami menduga buntalan itu telah mereka sembunyikan di tempat yang tidak kami ketahui. kami juga sudah memaksa dua gadis kecil yang bersama mereka tetapi gadis kecil tidak mau bicara, mereka berhasil kabur dari kami tetapi kami berhasil mengejar mereka namun entah ada orang kosen dari mana tiba tiba menyerang kami dan membawa kabur dua gadis kecil itu. Maka itu kami kembali kemari untuk melapor pada tuan muda." kata si setan codet menjelaskan yang terjadi.
"Orang kosen? Apa kalian tahu siapa orang kosen itu?" tanya alayuda.
"Maaf tuan muda, kami tidak tahu siapa orang kosen itu. Gerakannya sangat cepat sekali sampe sampe kami tidak bisa meliat jelas gerakannya itu membawa kabur dua gadis kecil itu." jawab si setan codet.
"Gerakan orang itu yang cepat atau ilmu silat kalian yang rendah? Huh. Kalian memang benar benar tidak berguna." dengus alayuda di hidung. "Melakukan tugas sepele seperti itu saja tidak bisa. Mana nama besar tiga walet hitam yang kalian bangga banggakan, toh melaksanakan tugas kecil saja gagal. Memalukan." ucapnya dingin.
Tiga walet hitam hatinya jadi panas di hina oleh alayuda, mereka sangat gusar mendapat penghinaan seperti itu, ingin rasanya mereka merobek mulut alayuda yang pedas itu. kalo tidak mengingat alayuda adalah tangan kanan raden baruna maka sudah sejak tadi mereka akan menghajar alayuda. Mereka hanya diam bersabar menahan gusar di hatinya.
"Setan hitam! Apa yang terjadi sama teman mu itu? Apa kalian juga gagal, hah?" tanya alayuda dengan nada tinggi.
"Maaf tuan muda. Kami melaksanakan tugas sudah sebaik baiknya, tugas kami memancing dua orang pendekar itu keluar dari kamar agar tiga walet hitam bisa menheledah kamar dengan leluasa. kami berhasil memancing dua orang itu keluar kamar dan mengejar kami sampe di hutan, tidak di sangka ilmu silat mereka jauh di atas kami dan kami di hajar habis habisan oleh mereka hingga temanku ini jadi korban ilmu silat mereka." kata setan hitam berkepala botak.
Alayuda mendengus di hidung, dia mendekati teman setan hitam kepala botak yang pingsan dalam papahan si setan hitam kepala botak. Dia coba memeriksa keadaan si setan hitam yang pingsan itu, dia sampe tersentak kaget setelah memeriksa keadaan si setan hitam yang pingsan tersebut.
"ini?!" seru alayuda tercekat saking kagetnya. "setan botak. Cepat ceritakan padaku siapa yang melukai temen mu ini?" tanya dengan buru buru.
"Alayuda. Ada apa? Kenapa kau seperti terkejut begitu? Memang ada apa dengan si setan kumis?" tanya ki langes heran meliat alayuda yang seperti orang terkejut.
"ki langes. Coba kau periksa sendiri luka si setan kumis, kau pasti akan terkejut sama seperti aku." kata alayuda cepat.
Ki langes merasa ada yang aneh dengan alayuda setelah memeriksa si setan hitam berkumis. dia jadi penasaran dengan luka si setan hitam berkumis sampe membuat alayuda terkejut. ki langes coba memeriksa keadaan si setan hitam berkumis dan seketika itu juga dia tersen
tak kaget bukan main.
"ini?!" ucap ki langes menatap alayuda dengan pandangan tidak percaya.
"Ehm." gumam alayuda mengangguk pelan.
"ini mustahil. Sulit di percaya. Jangan jangan..." kata ki langes setengah bergumam tidak melanjutkan ucapannya.
"terlalu dini menduga orang itu yang melukai si setan kumis. Coba kau periksa di tubuhnya, apakah ada 9 tanda totokan di tubuhnya." kata alayuda cepat.
Ki langes mengangguk cepat, dia segera merebahkan si setan berkumis lalu membuka baju hitam setan berkumis namun tidak ada tanda yang aneh terdapat di tubuh setan berkumis.
"tidak ada tanda 9 bekas totokan di tubuhnya, sepertinya bukan orang itu yang melakukannya. bagaimana menurut mu?" kata ki langes bertanya.
Alayuda terdiam memandangi setan berkumis yang terbaring di lantai. "tidak ada tanda bekas 9 totokan pada tubuh si setan berkumis, berarti bukan orang itu yang melukai si setan hitam berkumis, tapi siapa lagi orang yang bisa membuat luka seperti itu? Saat ini pendekar yang mampu membuat seluruh urat saraf di tubuh rusak tanpa melukai kulit tubuh hanya orang itu yaitu si dewa tengah dengan ilmu 9 jalur nerakanya." batinya.
"Alayuda!" tegur ki langes membuyarkan lamunan alayuda.
"hmm. Entahlah ki langes. Kita belum bisa memastikan apakah orang itu yang telah melukai si setan berkumis atau tidak karna di tubuh si setan hitam berkumis tidak terdapat tanda bekas 9 totokan jadi masih sulit menduga duga siapa pelakunya." kata alayuda.
"hal itu juga yang menjadi pemikiran ku. Memang jika orang itu yang melukai si setan hitam berkumis tentu di tubuhnya pasti akan ada tanda bekas 9 totokan, pada kenyataannya tidak ada tanda bekas 9 totokan itu berarti kita tidak bisa menuduh begitu saja jika orang itu yang melakukannya." kata ki langes.
"Ya. Jika benar orang itu yang melakukannya maka kita dalam bahaya besar. Kita telah mengusik naga tidur dan tidak mungkin untuk menghindar. Bukan tidak mungkin seluruh pendekar persilatan akan menghancurkan kita dan kalo itu terjadi maka semua rencana raden baruna bisa gagal total." kata alayuda serius sekali.
"tidak. itu tidak boleh terjadi, aku yakin bukan orang itu yang melakukannya, lagi pula apa alasan orang itu melukai setan hitam berkumis? Jadi bukan orang itu yang melakukannya." sahut ki langes tegas.
"Tuan muda. Ki langes. Maaf, dari tadi kalian terus bilang orang itu, siapakah orang itu yang kalian maksut?" tanya setan kepala botak penasaran alayuda dan ki langes terus terusan menyebut orang itu setelah memeriksa keadaan setan berkumis.
Alayuda dan ki langes saling pandang sejenak lalu menatap si setan botak.
"Setan botak. Apa kau tidak tahu kalo teman mu si setan berkumis telah kehilangan seluruh ilmu silatnya?" tanya alayuda.
"APA?!" setan botak tersentak kaget mendengar itu.
"Seluruh urat sarafnya telah rusak parah dan tidak mungkin bisa di sembuhkan lagi." kata alayuda memberi tahu keadaan luka si setan berkumis.
"Ya. Teman mu si setan kumis seluruh ilmu silatnya telah musnah, dia sekarang tidak lebih dari seorang biasa yang tidak memiliki apa apa, itu sama saja dia seperti harimau yang kehilangan taring dan cakarnya." imbuh ki langes.
Setan kepala botak sangat terpukul mendapati kenyataan bahwa temannya yaitu setan berkumis telah musnah ilmu silatnya, dia tidak menduga kalo temannya itu akan mengalami hal sedemikian naas. pendekar yang telah kehilangan ilmu silatnya itu sama saja seperti pendekar cacat atau lumpuh.
"setan botak. Teman mu si setan berkumis kira kira bertarung melawan siapa? Orang tua yang mengambil buntalan di hutan atau pemuda yang bersamanya di rumah makan?" tanya alayuda.
"Dia bertarung melawan pemuda teman orang tua yang mengambil buntalan itu. Ada apa tuan muda bertanya soal itu? Apakah ini ada hubungannya dengan orang itu yang tadi kalian bicarakan?" jawab setan botak langsung bertanya.
"kami hanya ingin memastikan saja apa yang menjadi dugaan kami. Jika benar orang itu yang kami maksut maka kita semua dalam masalah besar tapi jika bukan orang itu maka kita harus mencari tahu siapa sebenarnya orang melukai teman mu, siapa nama dan gelarnya, jangan sampe kita berurusan dengan orang yang tidak kita inginkan. ini menyangkut rencana besar raden baruna, jika rencana besar itu sampe gagal hanya gara gara urusan ini maka kita semua akan hancur." kata alayuda.
"Apa maksut tuan muda dan siapa orang itu yang tuan muda maksutkan?" tanya setan botak makin penasaran.
"Dugaan awal kami orang itu adalah si dewa tengah karna hanya si dewa tengah saja yang sanggup merusak saraf di tubuh manusia tanpa melukai kulit sedikitpun, seperti luka yang si setan kumis alami, seluruh urat sarafnya putus tetapi tidak ada tanda luka di kulitnya. Siapa lagi orang yang bisa membuat luka seperti itu jika bukan si dewa tengah? Hanya dia yang mampu melakukannya, orang lain tidak bisa melakukannya." kata alayuda menjelaskan.
"Benar. Seperti yang kita ketahui dan kita dengar di dunia persilatan, Dewa tengah memiliki ilmu 9 jalur neraka dan kita ketahui ilmu 9 jalur neraka sangat dahsyat, ilmu itu sanggup mengoyak urat saraf manusia tanpa merusak kulit." kata ki langes.
"Dewa tengah. Hmm, kami memang pernah mendengar nama besarnya di dunia persilatan. ilmu 9 jalur nerakanya memang hebat luar biasa, tapi setahu kami ilmu 9 jalur neraka itu meninggalkan tanda biru bekas totokan berjumlah 9 titik di tubuh, sedangkan di tubuh setan kumis tidak ada tanda biru bekas totokan, apa mungkin orang yang bertarung dengan kami itu adalah si dewa tengah? Kok rasanya tidak mungkin kalo dia si dewa tengah." kata setan kepala botak.
"itulah yang kami pikirkan, luka si setan kumis tidak meninggalkan tanda bekas 9 totokan itu berarti bisa di katakan bukan si dewa tengah yang melakukannya namun bisa juga memang dia pelakunya, tapi jujur saja aku pribadi berharap itu bukan si dewa tengah karna jika memang benar dia si dewa tengah maka kita dalam masalah besar. Seperti yang kita ketahui dan kita dengar di dunia persilatan, dewa tengah adalah pemimpin tertinggi di antara lima tokoh besar dunia persilatan dan dia juga menjadi ketua dunia persilatan saat ini,apa jadinya jika kita sampe berurusan dengan dia? Seluruh pendekar persilatan akan memusuhi kita dan kita akan hancur. Kalian tidak maukan hancur hanya gara gara masalah ini?" kata alayuda.
"Tidak. Tidak mungkin. Aku yakin dia bukan si dewa tengah. Aku yakin sekali." seru setan kepala botak menggelengkan kepala cepat.
"Alayuda. Bagaimana jika orang itu adalah si dewa tengah? Apa yang harus kita lakukan?" tanya ki langes.
"kita jangan berandai andai yang belum tentu kebenarannya, kita harus selidiki dulu siapa sebenarnya orang itu, baru kita akan tahu kebenarannya, namun jika kemungkinan buruknya adalah benar orang itu si dewa tengah maka aku sarankan pada kalian jangan mengusik dia kalo kalian tidak mau celaka, terutama kau setan botak, aku sarankan tidak usah membalas dendam pada orang itu jika orang itu benar dewa tengah tapi jika kau keras kepala maka jangan sampe dendam pribadi mu menyeret nyeret urusan besar kita, ingat itu baik baik." kata alayuda dengan wajah serius.
"Alayuda. Kau tidak bisa begitu saja berpangku tangan, bagaimanapun juga teman ku jadi seperti ini juga karna melaksanakan tugas dari mu, kau juga harus ikut bertanggung jawab dalam masalah ini." seru setan kepala botak tidak terima.
"huhuh. Aku tidak peduli, tugas ku adalah mengurusi usaha besar dari raden baruna. Urusan kalian, kalian sendirilah yang harus mengatasinya." kata alayuda dingin.
"Kau?!" teriak setan kepala botak tertahan dengan rahang menggembung menahan gusar.
"Cepat kalian pergi dan tunggu perintah dari ku selanjutnya!" kata alayuda tegas menyuruh pergi semua orang.
Dengan menahan perasaan gusar setan kepala botak pergi juga sambil memapah setan kumis keluar, tiga walet hitam juga pergi meninggalkan tempat itu.
"Alayuda!" tegur ki langes.
"ki langes. Jangan sampe masalah ini di ketahui oleh raden baruna ataupun yang lain, kita bisa mendapat masalah besar dari raden baruna. Seperti yang kau tahu, tugas mencari benda pusaka yang hilang itu bukan tugas kita, raden baruna menyerahkan tugas itu pada yang lain, kalo sampe raden baruna tahu kita mengambil alir tugas itu tanpa sepengetahuannya maka dia bisa marah besar, apa lagi sampe ada kejadian tidak terduga seperti ini maka kemarahan raden baruna bisa lebih besar." kata alayuda serius sekali.
"Aku mengerti." sahu ki langes mengangguk cepat.
"Ya sudah. Ayo kita pergi ke tempat raden baruna, mungkin semua orang sudah kesana!" kata alayuda.
"Ayo!" sahut ki langes.
Alayuda dan ki langes segera beranjak meninggalkan tempat itu untuk menuju ke tempat pertemuan.

* * *

GADIS berbaju biru yang terbaring di bawah pohon terliat perlahan lahan bergerak, pertama tama jari jari tangannya lalu tidak lama kepalanya terliat bergerak lalu perlahan lahan dia membuka mata, dia menyipitkan matanya karna merasa silau oleh cahaya matahari pagi jelang siang hari ini.
"Eenghm. Dimana aku ini? Apa aku sudah mati? Engghm." rintih gadis baju biru itu perlahan lalu meliat ke sekitarnya.
"Sukurlah kau sudah siuman, nona." ucap suara dari arah tidak jauh dari gadis baju biru yang terbaring.
Gadis itu terkejut mendengar suara tidak jauh dari tempatnya terbaring, dia menolehkan kepalanya ke arah asal datangnya suara tersebut. Dia meliat seorang berjubah biru duduk membelakangi dirinya, entah apa yang sedang di lakukan orang berjubah biru tersebut.
"Siapa kau dan dimana aku?" tanya gadis itu agak parau.
"Nama ku panji, aku tidak tahu apa nama tempat ini yang pasti ini masih di dekat sungai tempat dimana tadi aku menemukan mu pingsan tersangkut di celah batu." kata orang berjubah biru yang tidak lain adalah panji alias antoch.
"Panji?" gumam gadis itu lirih.
"Aku tidak mau tahu apa masalah mu dan beban berat apa yang kau pendam di hati mu hingga kau nekat terjun ke jurang lalu hanyut terbawa arus sungai dalam keadaan pingsan. Untung saja aku tidak sengaja menemukan mu tersangkut di antara batu batu di tengah sungai, jika aku tidak sengaja menemukan mu mungkin saat ini kau masih tersangkut di celah batu atau bisa saja kau benar benar mati kedinginan di tengah sungai dan tubuhmu menjadi santapan binatang air." kata panji.
"terima kasih kau telah menolongku." kata gadis itu lemah.
"Ehm.
sama sama." kata panji kalem.
Gadis berbaju biru itu beranjak hendak duduk tapi tubuhnya yang masih lemah tidak sanggup membuat dirinya untuk bisa bergerak banyak. Dia terus berusaha beranjak duduk tapi tetap saja tidak bisa karna tenaganya seperti hilang dan tubuhnya terasa begitu lemah.
"Tubuhmu masih lemah, kau sebaiknya tidak perlu banyak bergerak. Kondisimu tidak memungkin untuk bisa bergerak banyak, tetaplah berbaring." kata panji tetap tidak meliat ke arah gadis baju biru tersebut.
Gadis itu meliat ke arah pemuda berjubah biru yang duduk membelakanginya. "kau begitu baik mau menolongku, padahal aku sendiri tidak berharap ada seseorang yang menolongku." ucapnya parau.
"Aku tidak tahu ada masalah besar apa yang kau hadapi sampe membuat kau gelap hati hingga nekat menerjunkan dirimu ke dalam jurang, Apa kau sudah bosan hidup?" kata panji.
"Ya. Aku memang sudah bosan hidup di dunia ini lebih lama lagi, toh tidak ada gunanya aku terus hidup dalam keadaan begini. Semua orang menatapku jijik dan hina, mereka memandangku seolah aku manusia yang harus di kasihani. Dari pada hidup di bawah pandangan kasihan orang lain lebih baik aku tidak usah hidup sekalian, dengan begitu selese semua masalah yang ku hadapi." kata gadis itu parau namun menunjukkan sikap keras hatinya.
"heheheh." panji tertawa kecil mendengar itu.
"Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu?" tanya gadis itu dengan nada tidak senang.
"tidak ada." jawab panji singkat saja.
"Apa kau bermaksut hendak mencemoohku juga? Ternyata kau sama saja seperti mereka, mencemoohku tanpa peduli gimana perasaanku yang terus terusan di cemooh. Rasanya benar benar membuatku malu dan memendan kegusaran yang dalam." kata gadis itu dengan nada suara meninggi.
Antoch beranjak dari duduknya sambil memegang sesuatu di tangannya yaitu gelas dari bambu yang di dalamnya berisi cairan obat masih mengepulkan uap pertanda cairan itu masih panas atau hangat. Dia berjalan mendekati gadis itu dan berjongkok di samping gadis itu dengan senyuman di bibirnya.
"kasihan. benar benar sangat kasihan kau ini." kata antoch setengah bergumam seraya menggeleng gelengkan kepala.
"Jangan mengasihani aku! Aku tidak butuh di kasihani!" bentak gadis itu dengan tatapan matanya yang melotot tajam karna gusar ke arah panji meski suaranya tetap parau.
Antoch kembali tertawa kecil lalu tersenyum membalas tatapan mata gadis itu.
"huh!" dengus gadis itu memalingkan muka ke arah lain.
Gadis itu memalingkan muka ke arah lain bukan karna marah pada panji tetapi dia tidak kuat berlama lama menatap mata panji yang begitu tajam seolah sanggup menggetarkan hati, apa lagi senyuman pemuda itu begitu menawan dan pemuda itu juga sangat tampan, dia tidak sanggup berlama lama menatap pemuda itu karna hatinya begitu terguncang.
"Kau baru saja siuman dari pingsan yang entah berapa lama kau pingsan di dalam sungai, jangan kau buang tenagamu yang lemah itu ke hal yang tidak berguna seperti kesal, gusar dan marah marah." kata panji kalem.
"Kau yang membuat aku marah marah,kenapa menyalahkan aku?" teriak gadis itu jengkel sekali.
"Lagi pula aku heran, kok kamu betah banget pingsan di dalam sungai, memangnya tidak ada tempat lain apa yang lebih nyaman gitu untuk kau pingsan?" tanya panji berpura pura heran dengan kening berkerut.
"KAU..?!" Teriak gadis tertahan menatap panji dengan gregetan sekali. "Namanya juga orang pingsan mana tahu dia pingsan dimana, orang mau pingsan mana bisa di tahan dulu untuk cari tempat yang nyaman baru pingsan, itu namanya bukan mau pingsan tapi orang mau tidur, Dasar orang aneh. Lagi pula kalo bisa aku juga ogah pingsan di sungai, mending pingsan di ranjang empuk saja bisa lebih nyaman pingsannya." gerutunya marah marah sendiri.
"Lalu kenapa kau tidak pingsan saja di ranjang empuk? Kan kau bilang lebih nyaman." tanya panji menahan tertawa.
"hi-ih. Sudah ku bilang orang pingsan mana bisa cari tempat nyaman untuk pingsan. Kau ini bodoh atau pura pura bodoh,hah!" teriak gadis itu gegetun.
"Loooh, tadi kau bilang bisa." protes panji.
"Kapan aku bilang bisa,hah?" tanya gadis itu menahan kesal.
"Tadi." jawab panji pura pura serius.
"Tadi kapan?" tanya gadis itu.
"Ya pokoknya tadi." jawab panji sekenanya.
"ikh. Tau ah!" sahut gadis itu masa bodo saking jengkelnya.
"Owh. Ya udah kalo gitu." kata panji ringan seraya mengangkat bahu.
Gadis itu benar benar gregetan dengan sikap panji yang acuh tak acuh seolah tidak merasa bersalah membuat dirinya kesal dan gregetan setengah mati. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan wajah cemberut menahan kesal.
"Oh ya, ini aku buatkan kamu ramuan obat untuk memulihkan tenagamu. Minumlah!" kata panji menyodorkan gelas bambu berisi ramuan obat.
"Tidak mau!" tolak gadis itu karna masih merasa kesal pada panji.
"Ei. Ramuan obat ini bagus untukmu karna bisa memulihkan tenagamu yang hilang." kata panji membujuk gadis itu.
"Aku bilang tidak mau!" teriak gadis itu bersikeras menolak.
"hmm. Aku sudah susah payah membuatkan ramuan obat ini untukmu tapi kau sama sekali tidak mau menghargai niat baik ku ini. Tidak tahu apa membuat ramuan obat ini sangat susah, malah di tolak." ucap panji menggerutu.
"Cih. Siapa juga yang meminta mu membuatkan ramuan obat untuk ku, aku juga tidak meminta mu untuk menolong ku." kata gadis itu ketus.
"Owh, begitu. Jadi usahaku telah menolongmu itu kau anggap tidak ada harganya? Percuma tadi aku bersusah payah menolong mu, menyesal aku telah menolongmu. Lebih baik aku pergi saja dari sini, buang buang waktu saja jika aku terus disini bersama mu." kata panji berlagak marah marah.
"Pergi saja sana! Aku juga tidak mau meliat mu disini. Pergi yang jauh dan jangan pernah kembali lagi." dengus gadis itu ketus.
"Baik. Aku memang mau pergi dari sini. Sebelum aku pergi, akan aku beri tahu pada mu sesuatu di tempat ini. Tempat ini sangat sepi dan jauh dari kampung penduduk, tidak akan ada orang yang lewat tempat ini. Aku liat sekitar tempat ini sangat menyeramkan, mungkin tempat ini banyak hantunya. Hiiii..." kata panji seraya bahunya bergidik ketakutan.
"huhuh. Aku tidak takut dengan hantu, percuma kau menakut nakuti aku seperti itu. Aku bukan anak kecil yang bisa kau buat takut dengan cerita kekanak kanakan seperti itu." dengus gadis itu dingin.
"Baik. Kau mungkin tidak takut hantu tapi aku yakin kau pasti takut ular, tempat ini dekat dengan sungai dan biasanya di sungai banyak berkeliaran ular ular berbisa, kalopun kau tetap tidak takut ular tapi kau tidak akan bisa berbuat apa apa jika ada ular datang kemari, aga lagi kau sedang lemah tidak punya tenaga maka akan mudah saja ular ular itu menyerang mu. kau akan mati keracunan dan tubuh mu jadi santapan binatang binatang berbisa yang lain." kata panji terus berusaha menakut nakuti gadis itu.
"huh. Aku tidak takut, aku memang ingin mati, baguslah kalo memang ada ular berbisa kemari jadi aku bisa cepat mati." kata gadis itu tawar.
"Akh, benar juga. Ya sudah, kalo begitu tidak ada lagi yang akan aku sampekan. Aku pergi!" kata panji menyerah.
Panji segera melangkah pergi meninggalkan tempat itu tapi dia tidak pergi begitu saja dari tempat itu, bagaimanapun juga dia tidak mungkin tega meninggalkan gadis malang itu sendirian di tempat sesepi itu, apa lagi dia tahu dan yakin kalo gadis itu hanya berpura pura marah saja, sekalipun gadis itu bilang ingin mati tapi dia yakin gadis itu akan merasa takut mati, biasanya jika seseorang sudah putus asa dan ingin bunuh diri tetapi gagal maka dia akan menjadi sadar dan takut untuk mati. Panji melesat cepat bagai kilat bersembunyi di atas pohon yang tidak jauh dari gadis itu berada, dari pohon itu dia bisa mengawasi dan mendengar suara gadis itu bicara.
Sepeninggal panji membuat tempat itu jadi sepi, awalnya gadis itu merasa biasa saja tapi lama kelamaan dia jadi takut sendiri. Apa lagi dia sekarang sedang sangat lemah tidak punya tenaga, hanya kepalanya saja yang saat ini bisa dia gerakkan sedang anggota tubuh yang lain terasa sangat berat untuk di gerakkan. Dia menoleh kesana kemari berharap panji kembali, karna dia yakin panji pasti tidak akan tega meninggalkan seorang gadis yang sedang lemah sendirian di tempat sepi seperti ini, tapi setelah di tunggu cukup lama ternyata tidak ada tanda tanda kalo panji akan kembali, hal ini membuat dia jadi menyesal sendiri kenapa tadi begitu keras kepala dan ketus pada panji, padahal dia tahu kalo panji tulus ingin menolongnya tapi dia malah bersikap sinis. Pemuda sebaik dia tidak pantas mendapat perkataan sekasar tadi. Di dalam kesendiriannya itu dia jadi teringat semua keluarganya dan orang orang yang dia sayangi.
"Ayahanda. ibunda. Maafkan cempaka telah pergi dari istana tanpa pamit. Cempaka tahu kalian pasti saat ini sangat mencemaskan cempaka, cempaka sangat menyayangi kalian tapi cempaka juga tidak mau membuat kalian malu, malu karna memiliki putri yang buruk rupa seperti ini, cempaka terpaksa pergi dari istana agar ayahanda dan ibunda tidak lagi merasa malu karna sudah tidak lagi seorang putri istana buruk rupa di kerajaan galuh. Maafkan puuri mu yang tidak berbakti pada kalian, ayahanda, ibunda." ratap gadis itu sedih meneteskan air mata.
"hm. Gadis itu rupanya salah seorang keluarga istana galuh, namanya cempaka. Mungkinkah dia masih ada hubungan darah dengan raden sanjaya, melati dan kenanga? Jika benar itu berarti dia adalah seorang putri kerajaan galuh, tapi aneh sekali kenapa seorang putri istana bisa pingsan di sungai, apa yang sebenarnya terjadi dengannya itu?" gumam panji mengamati dari atas pohon.
Panji terus mengamati dan mendengarkan ratapan sedih gadis baju biru bernama cempaka tersebut dari atas pohon tidak jauh dari tempat gadis itu terbaring lemah tidak berdaya.

* * *

ON : 1 | Hari ini : 3 | Total : 89522 Hits