Panji Tengkorak BULAN terang berbentuk bulat sempurna terliat indah di langit malam, malam ini adalah malam empat belas hari dimana bulan menampakkan wujudnya yang utuh sempurna yaitu yang di sebut bulan purnama. malam ini memang malam bulan purnama, malam dimana bulan terang terangnya menyinari kegelapan bumi di malam hari, malam dimana juga muda mudi yang sedang di landa asmara memadu kasih di bawah sinar sang dewi malam. memang malam ini terliat sangat indah dengan cahaya bulan purnama di hiasi bintang bintang kelap kelip di angkasa, bagi siapa saja yang menatap langit malam maka akan merasa tenang, tentram dan damai, seolah tiada keindahan lain selain malam bulan purnama hari ini. namun keindahan malam tiba tiba di rusak oleh suara jeritan menyayat hati di sebuah desa bernama desa babakan. tidak hanya satu jeritan saja yang terdengar tapi banyak jeritan terdengar di seluruh pelosok desa babakan, di antara suara suara jeritan itu juga terdengar suara tawa puluhan orang seperti tengah berpesta pora di tengah jeritan pilu para penduduk desa. apa yang terjadi sebenarnya?!
Di tengah desa tampak puluhan orang berbaju hitam memegang senjata golok membantai para penduduk desa dengan sadis dan kejam serta keji sekali. para penduduk desa di bantai habis seolah tiada mengenal kata kasihan. puluhan penduduk desa tergeletak bersimbah darah meregang nyawa di bantai puluhan orang baju hitam. rumah rumah di bakar, harta benda di rampok dan gadis gadis desa di culik secara paksa. seketika desa babakan berubah menjadi lautan api dan hancur porak poranda di bumi hanguskan oleh puluhan orang baju hitam. setelah puas membantai dan merampok maka puluhan orang baju hitam itu berlalu pergi begitu saja meninggalkan desa babakan yang sudah porak poranda. kini desa babakan menjadi sunyi sepi tidak terdengar suara jerit tangis lagi, yang tersisa hanya puing puing bangunan yang hancur dan beberapa masih terbakar api. suasana jadi mencekam oleh suara lolongan anjing hutan yang mencium darah segar dari penduduk desa yang tewas di bantai. puluhan anjing hutan bermunculan dari arah hutan dan langsung berpesta memangsa puluhan mayat penduduk desa. benar benar pemandangan yang bikin bulu kuduk merinding karna saking menyeramkannya suasana di desa babakan itu.
DI SUDUT langit malam yang cerah tiba tiba muncul awan hitam pekat di iringi kilat dan suara guntur keras yang menggetarkan bumi. sejenak puluhan anjing hutan yang sedang berpesta pora menyantap bangkai jadi tersentak memandang langit namun hanya sesaat karna puluhan anjing hutan itu kembali menggerogoti mangsanya. awan hitam pekat di langit yang mengeluarkan kilat dan guntur tiba tiba seperti berlubang dan dari lubang itu muncul cahaya pelangi berputar mirip tong besar melesat cepat ke bawah menghantam bumi, tepatnya di sebelah selatan desa babakan dimana terdapat bukit kecil berbatu. tidak lama cahaya pelangi tersebut hilang bersama awan hitam pekat di langit, suasana langit malam kembali seperti sedia kala yaitu langit berbintang dan bulan purnama bersinar terang lagi.
DI Tempat sinar pelangi tadi menghantam bumi yaitu di atas bukit berbatu, tampak sebuah rongga cukup besar di tanah berbentuk cekungan. di tengah cekungan itu ada sosok manusia yaitu seorang pemuda berbaju putih tergeletak tidak bergerak, entah masih hidup atau sudah tidak bernafas alias mati. keadaan pemuda itu awut awutan tidak karuan, baju penuh robekan di sana sini dan tubuh kotor belepotan lumpur kering. tubuhnya juga penuh goresan luka yang masih mengeluarkan darah hingga darah itu juga mengotori baju dan tubuhnya. rambut pemuda itu awut awutan juga di lumuri darah dan lumpur kering. siapakah pemuda itu?! dia adalah Antoch yang telah berhasil menyatukan lima mustika sakti yaitu mustika lima warna. dengan lima mustika sakti itu telah membuka lorong waktu untuk kembali ke masa depan yaitu masa dari mana dia berasal dan tinggal, lalu kenapa dia malah muncul di jaman ini? bukan ke jaman dimana dia berasal? ternyata lima mustika sakti hanya mampu membawa antoch ke masa 200 tahun ke depan, ini sama halnya dengan saat dia membuka lorong waktu memake pedang delapan unsur saat dia pertama kali tersesat ke masa silam. lantas jaman apa ini sekarang? jaman antoch terpental dari dalam lorong waktu. jawabannya akan kita ikuti dalam kisah terakhir perjalanan antoch kembali ke masa depan.
* * *
PEMUDA yang tergeletak dalam cekungan perlahan lahan mulai siuman dari pingsan. pemuda yang tidak lain adalah antoch perlahan lahan beranjak bangkit setelah mengeluh pelan. susah payah dia berusaha duduk di atas tanah, setelah dia berhasil duduk, dia memandang ke sekeliling tempat dimana dia berada.
"dimana aku?" ucap antoch lirih bertanya pada diri sendiri. "ugkh. tubuh ku sakit sekali." ucapnya mengeluh karna merasakan sakit di seluruh tubuh. Antoch terdiam mengatur nafas dan jalan darah di tubuh agar kembali normal. setelah di rasa tubuhnya sudah lebih baik dan enakan, dia coba mengingat ingat apa yang terjadi pada dirinya.
"hmmm. Ya. Ya. aku ingat apa yang terjadi pada diri ku. lima batu mustika sakti, lorong waktu. aku tersedot masuk ke lubang waktu, hmmm. apakah aku sudah berhasil kembali ke masa depan? jika benar aku telah kembali ke masa depan, lalu dimana sekarang ini aku berada? aku harus memastikan dulu apakah aku sudah kembali ke masa depan atau belum. bisa saja aku tersesat di jaman yang lain karna aku ingat sewaktu di dalam lorong waktu tiba tiba ada suatu kekuatan maha dahsyat menghempaskan aku. aku harus mencari tahu dimana ini aku sekarang berada." ucap antoch pelan.
Perlahan lahan antoch beranjak bangkit berdiri sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuh. dia berjalan perlahan lahan keluar dari dalam cekungan. setelah berada di atas cekungan dia mengamati ke seluruh tempat dia berada. dia hanya meliat kegelapan yang di terangi sinar bulan purnama. dia meliat ke arah utara bukit, tampak ada asap tebal berasal dari suatu tempat yang cukup lumayan jauh dari tempat dia berada. ada juga cahaya api dari sebuah desa yang tidak jauh dari bukit dia berdiri.
"api? ada api berkobar jauh di kaki bukit sebelah sana. aku juga mendengar suara anjing liar seperti berebut mangsa. hmmm. apa yang terjadi di tempat itu? aku harus ke sana untuk meliat ada apa di tempat itu." ucap antoch.
seraya menahan rasa sakit di seluruh tubuh, antoch beranjak meninggalkan bukit batu tempat dia berada, tidak lama setelah antoch pergi meninggalkan bukit batu, dari cekungan tiba tiba muncul dua batu mustika bersinar terang warna merah dan biru. dua batu mustika itu melayang naik ke atas perlahan lahan hingga mencapai lima meter di atas tanah lalu berhenti sejenak kemudian tiba tiba melesat dengan cepat sekali ke langit dan menghilang di langit malam.
Antoch turun dari bukit batu dengan tertatih tatih, setelah cukup jauh dia berjalan tidak lama dia tiba di gerbang sebuah desa yang keadaan desa itu sudah porak poranda. rumah rumah hangus terbakar dan masih ada beberapa rumah yang berdiri namun sudah rusak berat. bau sangit dan anyir darah tercium membuat perut antoch jadi agak mual. pemandangan yang lebih mengerikan adalah puluhan anjing liar yang menggerogoti mayat mayat para penduduk desa. antoch sampe tidak bisa berkata apa apa meliat keadaan desa yang porak poranda serta mayat tergeletak dimana mana yang di rejam oleh puluhan anjing liar. benar benar suatu keadaan yang mengerikan sekali.
"apa yang terjadi dengan desa ini? biadab dan kejam sekali. siapa yang melakukan pembantaian ini?" tanya antoch heran meliat keadaan desa yang porak poranda.
"Grrrrrrgkh."
tiba tiba terdengar suara menggereng dari samping kanan antoch. tidak hanya satu suara tapi ada dua suara, tampak di sisi kanan antoch berjarang tiga meteran terliat dua ekor anjing besar berwarna hitam pekat menatap antoch dengan sorot mata tajam dan buas. gigi gigi tajam terliat dari mulut anjing liar itu yang penuh darah. dua anjing liar itu seperti tengah bersiap menerkam antoch karna mencium bau darah segar dari luka antoch. antoch tersurut tiga langkah meliat anjing liar yang sangat buas dan kelaparan hendak menerkam dirinya.
"Auuuuungh !"
Salah satu anjing liar melolong panjang bagai isyarat pada teman temannya ada mangsa baru. benar saja tidak lama kawanan anjing liar berdatangan mengurung antoch. mereka menatap antoch tajam dan liar dengan nafsu membunuh yang besar.
"Sial sekali nasib ku hari ini. baru keluar dari lorong waktu sudah harus berhadapan dengan maut. di keroyok oleh kawanan anjing liar kelaparan. apa yang harus lakukan? tubuh ku masih lemah dan sakit sekali. aku tidak akan sanggup menghindari serbuan anjing anjing liar itu. huh, sial betul !" gumam antoch sambil bersiaga memandang ke sekitarnya, dimana puluhan anjing liar telah mengurungnya. tidak ada jalan untuk lolos maka terpaksa dia harus bertarung mati matian melawan kawanan anjing liar tersebut.
"Guk. Guk. Guk." suara anjing liar bertubuh agak kurus beberapa kali lalu secepat kilat menerkam antoch.
"hupz !" antoch melompat ke kanan menghindar dari terkaman anjing liar, tangannya bergerak cepat menghantam kepala anjing liar begitu lewat di sampingnya.
"Bugkh !"
"Kaiiiing !"
suara pukulan tepat mengenai kepala si anjing liar yang langsung terpental mengeluarkan suara kaing kaing lalu terkapar di tanah dengan kepala pecah dan mati.
"Grrrrrgkh."
"Grrrrrgkh."
Meliat seekor anjing kawannya tewas membuat anjing anjing yang lain menjadi marah. mereka menggereng memperliatkan barisan gigi gigi tajam siap untuk menerkam.
"Auuuungkh."
Salah satu anjing melolong panjang di ikuti anjing anjing yang lain. serentak mereka langsung melesat maju menyerang antoch dengan ganas sekali membuat antoch menjadi kelabakan sendiri melawan dan menghindari terkaman anjing anjing liar tersebut. seekor anjing besar menyerang dari kanan dan seekor lagi dari kiri, antoch melompat ke atas sambil mengarahkan pukulan dalam jurus naga langit meluruk bumi.
"Praakk !!"
suara tulang pecah terkena pukulan antoch, tampak dua anjing yang menyerang antoch terkapar dengan kepala remuk. tewasnya dua anjing kawannya tidak membuat yang lain jadi gentar, mereka malah semakin tambah ganas dalam menyerang.
karna terus terusan di serang tanpa sela sedikitpun dan di tambah keadaan tubuh yang masih sakit dan lemah membuat antoch jadi keteter hingga suatu ketika dia terkena cakaran di punggung dan kaki, beruntung cakaran itu tidak dalam hanya menggores kulit saja. kawanan anjing liar itu semakin ganas mengetahui lawannya sudah keteter maka mereka semakin gencar menyerang antoch.
"sial. jika begini terus lama lama aku pasti akan celaka dan menjadi mangsa anjing anjing itu." kata antoch setelah melompat mundur menjauh dari kawanan anjing liar.
baru saja antoch mengambil nafas, anjing anjing liar sudah datang menyerbu kembali. antoch celingukan berharap ada benda yang bisa dia jadikan senjata, jika dia terus bertangan kosong maka lambat laun dia pasti akan kalah oleh kawanan anjing liar itu. tidak ada benda apapun yang bisa di jadikan senjata namun tidak jauh dari tempat antoch berdiri ada sebatang tongkat tergeletak di tanah, dengan sekali lompat dia menyambar tongkat itu. dia memutar mutar tongkat itu memainkan jurus tongkat pemukul anjing yang pernah dia pelajari dari orang orang partai pengemis saat dia dulu bertarung melawan mereka. kali ini dengan jurus yang sama yaitu jurus tongkat pemukul anjing antoch melawan kawanan anjing liar itu. meski gerakan jurus tidak begitu lincah karna kondisi tubuh masih menahan sakit, antoch masih mampu membuat kawanan anjing liar itu babak belur terkena tebasan tongkat antoch. anjing anjing itu jadi leleh nyalinya dan langsung lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu.
"huah. hah. hah." antoch ngos ngosan terduduk di tanah karna kelelahan. "huh. aku harus pergi dari tempat celaka ini sebelum kawanan anjing liar itu kembali lagi." ucapnya.
Dengan tubuh yang sudah lelah menahan sakit, dia beranjak berdiri lalu jalan meninggalkan tempat itu, namun belum seberapa jauh dia melangkah, dia kembali berhenti berjalan karna seperti dengar erangan suara orang dari arah kirinya.
"aku mendengar ada suara orang mengerang, suaranya dari arah sana. hmmm. apakah mungkin ada yang masih hidup dan selamat?" ucap antoch lirih menatap ke arah asal suara. dia terdiam sejenak untuk memastikan kalo pendengaranya tidak salah karna bisa saja itu hanya suara angin saja. "hmmm. benar itu suara orang mengerang. coba aku liat ke sana mungkin benar ada yang masih selamat." ucapnya.
Antoch berjalan ke asal suara, dia mencari cari dimana asal suara tepatnya berada. dia agak kesulitan dalam menemukan asal suara karna kadang suara itu hilang dan muncul, apa lagi angin mulai bertiup agak kencang yang bisa merubah arah suara. di tambah lagi banyak runtuhan rumah yang berserakan menambah susah dalam menemukan sumber suara erangan. setelah agak lama mencari namun belum meliat apapun di tempat itu membuat antoch jadi berpikir kalo itu hanya suara gaib saja yang coba mempermainkan dia saja, apa lagi desa itu yang mencekam menambah suasana menjadi tambah mencekam.
"akh. sialan. sudah ku cari kesana kemari tapi aku tidak menemukan suara itu. jangan jangan itu suara dedemit tempat ini yang hendak mengganggu ku. sudahlah, aku sebaiknya pergi dari tempat celaka ini. bisa bisa aku di cekik demit tempat ini. hiiii . ." ucap antoch sambil menggetarkan bahunya seperti orang takut.
Antoch buru buru berjalan meninggalkan tempat itu tapi baru tiga langkah berjalan tiba tiba ada benda jatuh dari atas pohon tidak jauh dari tempatnya.
"Bukk."
suara benda jatuh dari atas pohon tidak jauh dari tempat antoch.
"Ekh. apa itu?" seru antoch kaget meliat benda yang jatuh tersebut. "coba aku liat benda apa itu yang jatuh." ucapnya.
Antoch berjalan menghampiri sebuah benda yang jatuh di bawah pohon itu. dia mengamati dan memeriksa memastikan benda apa yang jatuh tadi.
"Ekh. anak kecil?!" seru antoch terkejut setelah meliat jelas benda yang jatuh tadi.
Tampak di tanah seorang anak kecil tergeletak tidak bergerak, seorang gadis kecil berbaju merah entah pingsan atau sudah mati. antoch mencoba memeriksa nadi si gadis kecil berharap kalo kalo gadis kecil itu masih hidup. begitu memeriksa nadi di leher gadis kecil itu dia terliat girang karna merasakan ada denyutan kecil meski agak lemah tanda gadis itu masih hidup. dia coba mendengarkan detak jantung si gadis kecil dan mendapati gadis kecil itu memang masih hidup namun meliat keadaan si gadis kecil yang terluka parah membuat antoch menjadi geram sendiri. tulang tangan dan kaki patah serta dua iga kanan juga patah dan dia meliat ada luka dalam pada gadis kecil itu membuat antoch jadi agak sangsi apa gadis itu sanggup bertahan hidup lebih lama.
"hmmm. keadaan gadis kecil ini sangat parah, aku sangsi dia bisa bertahan hidup lebih lama dengan luka seperti itu. bila saja keadaan ku tidak lemah dan sakit serta ada peralatan obat obatan mungkin aku masih bisa menolong gadis kecil ini." kata antoch lesu. dia mengamati gadis kecil yang tidak berdaya itu beberapa lama. "hmm. sudahlah, buat apa aku hanya berdiam diri saja tanpa berbuat apa apa. aku akan berusaha menolong anak ini semampu ku, masalah hidup matinya biarlah tergantung nasib baiknya di tangan sang hyang widi." ucapnya.
Antoch segera menotok jalan darah di beberapa titik tubuh gadis kecil itu, dia lalu menyambung tulang tulang yang patah dan setelah selese, dia menyalurkan tenaga dalam ke tubuh si gadis kecil agar si gadis kecil bisa kuat bertahan untuk beberapa lama.
"hupz." antoch mengangkat tubuh gadis kecil itu. "hmmm. aku akan membawa anak ini, mudah mudahan aku menemukan desa terdekat dan mencari tabib untuk mengobati anak ini." ucapnya.
Dengan langkah tertatih tatih antoch berjalan ke arah utara seraya membawa gadis kecil dalam gendongan tangannya. sementara hari semakin larut malam meninggalkan desa babakan dalam sunyi.
* * *
ORANG tua berjubah putih panjang dan berjenggot putih sedada pagi hari ini sedang duduk di serambi pondok sambil memilih milih daun daun dan tumbuhan obat di atas tampah yang terbuah dari anyaman bambu. daun dan tumbuhan obat yang bagus dia singkirkan ke atas tampah yang lain karna hanya daun dan tumbuhan yang terbaik yang dia gunakan sebagai ramuan obat.
"hmmm. hari ini nasib ku sedang baik. daun dan tanaman obat semua dalam keadaan bagus, dengan begini aku bisa meracik obat dengan hasil yang terbaik." ucap orang tua jubah putih manggut manggut. dia mengambil satu tanaman obat berwarna putih berbintik merah biru, tanaman obat berbentuk mirip jamur sebesar kepalan tangan. "hmmm. jamur apa ini? aku belum pernah meliat jamur seaneh ini. apa khasiat dan efek jamur ini juga aku tidak tahu. hmmm. lebih baik aku singkirkan dulu jamur ini dari tanaman obat yang lain, aku takut jamur ini beracun dan mencemari tanaman obat ku yang lain." ucapnya.
Orang tua jubah putih itu segera menyingkirkan jamur bintik merah biru ke tempat lain.
"kakek !" seru suara anak kecil dari pintu pondok.
Tampak di pintu pondok ada seorang gadis kecil berumur kurang lebih 9 tahun berdiri membawa tampah. gadis kecil itu memiliki wajah yang imut lucu dan mata yang bening indah, jika besar nanti gadis kecil itu pasti akan tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita.
"kirana." sapa orang tua jubah putih tersenyum lembut menatap gadis kecil yang baru muncul di pintu pondok.
"kakek. tampah ini mau di taruh dimana?" tanya gadis kecil bernama kirana.
"taruh saja di situ." kata orang tua jubah putih menunjuk ke meja.
kirana segera menaruh tampah yang dia bawa di atas meja.
"sekalian tolong ambilkan minum buat kakek ya." kata orang tua jubah putih.
"baik, kek." kata kirana mengangguk lalu masuk ke dalam pondok.
Orang tua jubah putih itu mulai sibuk memilih milih tanaman obat lagi, namun tiba tiba dia mengangkat kepalanya menoleh ke arah luar pondok dimana ada jalan setapak yang menuju ke pondoknya.
"hmmm. aku merasa ada seseorang akan datang ke tempat ini. tidak hanya satu orang tapi dua orang. siapa mereka?" gumam orang tua jubah putih pelan.
Benar saja dari arah jalan setapak terliat seseorang menggendong anak kecil, orang itu berjalan tertatih tatih menuju ke arah pondok. setelah dekat baru terliat jelas siapa orang itu. seorang pemuda berbaju putih kotor yang robek di sana sini. tubuh pemuda itu kotor penuh luka goresan yang tertutup darah kering serta lumpur kering. wajah pemuda itu juga kotor oleh lumpur kering, rambutnyapun awut awutan seperti tidak terurus. pemuda itu berhenti di depan pondok lalu sedikit membungkuk pada orang tua yang duduk di serambi pondok.
"Permisi. mohon maaf kisanak. bolehkah saya menumpang istirahat sejenak di pondok ini?" ucapnya sopan sekali.
"hmmm. silakan. tempat ku terbuka untuk siapa saja." kata orang tua jubah putih.
"terima kasih." kata pemuda itu. dia segera meletakkan gadis kecil di gendongannya ke atas dipan depan pondok dan dia terduduk di bawah sambil menghela nafas melepas rasa lelah. dia bersandar di pinggiran dipan memejamkan mata guna melepas rasa lelah dan letih setelah semalaman dia berjalan sambil menggendong gadis kecil.
Orang tua jubah putih yang duduk di atas tikar mengamati pemuda lusuh dengan heran karna meliat tubuh pemuda itu kotor dan penuh luka di sekujur tubuh. dia beranjak berdiri dan masuk ke dalam pondok dan tidak lama keluar lagi membawa gelas dari tanah liat berisi cairan ramuan obat. dia mendekati pemuda lusuh yang terduduk bersandar pada pinggiran dipan.
"anak muda. minumlah ramuan obat ini, kau pasti akan lebih segar." ucapnya.
pemuda lusuh itu membuka mata meliat orang tua jubah putih sejenak lalu menerima gelas dari tangan orang tua itu. "terima kasih." ucapnya. dia segera meminum cairan ramuan obat itu sampe habis, tidak lama dia merasakan jauh lebih segar dan nyaman pada tubuhnya.
"bagaimana?" tanya orang tua jubah putih.
"tubuh ku jauh lebih segar. terima kasih sudah mau menolong ku ki." kata pemuda itu.
"hmmm. sama sama." kata orang tua jubah putih kalem. "siapa nama dan dari mana asal mu kisanak?" tanyanya.
"nama ku antoch ki, aku berasal dari negeri yang sangat jauh. mohon maaf jika kehadiran ku di tempat ini telah mengganggu ketenangan aki." jawab pemuda lusuh itu mengenalkan diri. pemuda itu memang antoch, setelah keluar dari lorong waktu dan bertempur melawan puluhan anjing liar lalu menemukan gadis kecil yang terluka parah, dia berjalan semalaman tanpa henti guna mencari desa terdekat malah sampe di tempat orang tua jubah putih.
"tidak apa apa. tempat ku terbuka buat siapa saja termasuk kamu. nama ku ki jalasena." kata orang tua jubah putih bernama ki jalasena kalem. "hmmm. aku liat kau terluka cukup parah, mari aku coba periksa seberapa parah luka mu." ucapnya lagi.
"aku tidak apa apa ki. luka ku tidak begitu parah, Yang lebih jauh membutuhkan pertolongan anak ini. lukanya sangat parah, tolong aki sudi mengobatinya." kata antoch buru buru.
ki jalasena meliat gadis kecil di atas dipan sejenak. "hmmm. siapa anak itu?" tanyanya.
"aku tidak tahu ki. semalam aku menemukan dia di sebuah desa, desa itu hancur porak poranda seperti habis di rampok oleh kawanan perampok kejam. seluruh penduduk desa tewas di bantai, rumah rumah di bumi hanguskan. aku menemukan gadis kecil ini yang sepertinya masih hidup meski menderita luka parah." kata antoch memberi tahu apa yang terjadi.
"hmmm. salut. salut. aku salut sekali pada mu. meski kau terluka parah namun masih sempat dan bersusah payah menolong gadis kecil itu. hati mu sungguh sangat mulia." kata ki jalasena memuji.
"aku hanya berbuat apa yang seharusnya saya lakukan saja ki. sesama umat manusia memang harus saling tolong menolong, itu saja." kata antoch merendah.
ki jalasena tersenyum senang mendengar ucapan antoch yang merendah, tanda pemuda itu memang memiliki sifat terpuji dan berpribudi luhur.
"kau memiliki pribudi yang luhur nakmaz. apakah luka mu itu juga karna bertarung melawan perampok?" ucapnya bertanya.
"tidak ki." kata antoch menggeleng. "luka ku ini akibat sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan ki, namun luka di kaki dan punggung akibat cakaran anjing liar ketika aku tiba di desa." ucapnya.
"oh begitu. hmmm. jika di liat luka itu aku yakin tidak hanya satu anjing liar yang menyerang mu." kata ki jalasena.
"benar ki. ada sekitar puluhan anjing liar yang menyerang ku, mungkin mereka merasa terganggu oleh kedatangan ku yang tengah memakan mayat penduduk desa." kata antoch.
"hmmm. jika benar begitu, aku harus mengobati luka cakaran anjing liar itu dulu, karna cakaran anjing liar itu pasti mengandung bibit penyakit yang bisa merusak daging dan membusuk. sebentar aku ambil obat untuk mu." kata ki jalasena segera masuk ke pondok guna mengambil obat. tidak lama dia membawa ramuan obat berbentuk bubuk hitam, dia segera menabur bubuk obat itu di atas luka antoch setelah dia membersihkan luka luka itu dari lumpur kering yang menempel. "nah. dengan obat ini luka mu tidak akan berbahaya lagi. kau istirahat saja dulu untuk memulihkan tenaga mu karna aku liat kau terliat keletihan. masalah gadis kecil itu biar aku yang tangani, kau tenang saja." ucapnya.
"baik." kata antoch mengangguk cepat. dia segera beranjak ke sudut serambi pondok, bersandar di dinding pondok lalu memejamkan mata untuk istirahat. entah karna ngantuk atau kelelahan dia dalam waktu sebentar sudah terlelap tidur.
ki jalasena tersenyum menatap antoch yang sudah terlelap. "hmmm. sungguh pemuda yang unik dan kuat. dengan keadaan luka seperti itu dia masih terliat mampu bertahan padahal jika orang lain aku yakin pasti sudah tidak tahan dan pingsan dan bahkan bisa saja tewas. ck ck ck, mengagumkan." gumamnya lirih.
ki jalasena lalu meliat gadis kecil yang terbaring lemah di atas dipan, dia memeriksa keadaan si gadis kecil itu, dia langsung heran dan terkagum kagum begitu meliat dengan teliti.
"hmmm. totokan di tubuh gadis kecil ini tidak aku kenal, totokan itu begitu halus dan sangat dalam. tidak pernah aku meliat totokan seunik dan sehebat imi sebelumnya. sambungan tulang yang patah juga sangat rapi, aku sendiri belum tentu bisa menyambung tulang sesempurna sambungan tulang ini. luar biasa sekali kemampuan orang yang menolong gadis kecil ini. siapa sebenarnya pemuda itu? sungguh sangat misterius sekali." gumamnya lirih.
ki jalasena lalu segera membuat ramuan obat untuk mengobati luka si gadis kecil. meliat luka dan cara pengobatan yang belum pernah dia liat membuat naluri ketabibannya jadi tergugah untuk mengetahui keunikan pengobatan yang di lakukan antoch pada si gadis kecil.
* * *
LIMA Hari telah berlalu sejak antoch tiba di pondok tempat kediaman ki jalasena. luka luka antoch sudah sembuh sembuh semua, hanya tertinggal bekas luka yang mengering dan mungkin tiga hari lagi baru hilang seanteronya. antoch hari ini sedang duduk bersemedi di atas batu besar tidak jauh dari air terjun sebuah sungai yang terletak tidak terlalu jauh dari pondok ki jalasena. dia diam penuh kosentrasi menyatu dengan alam guna memulihkan seluruh tenaga dalam serta kesaktiannya. tiba tiba dia melesat tinggi ke atas dan menggerakkan tangan ke depan memainkan jurus pukulan jarak jauh mengarah ke air terjun, tiada sinar tiada angin tapi air terjun itu tiba tiba air terjun itu buyar seperti terkena suatu tenaga yang sangat hebat. untuk beberapa lama air terjun itu berhenti mengalir lalu kembali mengalir seperti semula. antoch mendarat lagi di atas batu besar dimana tadi dia duduk. wajahnya mengisyaratkan senyum puas meliat hasil pukulannya tadi.
"hmmm. pukulan yang sesuai aku harapkan. pukulan ini jauh lebih hebat dari pukulan sakti yang sering aku keluarkan. dengan begini lengkap sudah enam pukulan sakti aku ciptakan. tinggal menciptakan rangkaian jurus pelengkap enam pukulan sakti tersebut, agar ilmu silat ku jauh lebih halus dan terkontrol. hmmm." ucapnya penuh rasa senang.
Dia kembali duduk di atas batu hendak bersemedi lagi, tapi tidak jadi karna dia mendengar ada suara langkah kaki menuju ke arahnya. tidak lama dari balik semak belukar tinggi muncuk seorang gadis kecil yang cantik dan imut imut lucu. antoch tersenyum lembut mengenali gadis kecil yang baru datang itu.
"kakak !" seru gadis kecil itu memanggil antoch.
"kirana. ada apa kamu datang kemari?" tanya antoch lembut.
"kakak dipanggil kakek." jawab gadis kecil bernama kirana, cucu ki jalasena.
"kakek memanggil ku? ada apa?" tanya antoch.
"tidak tahu." jawab kirana geleng geleng kepala.
"owh ya sudah. ayo !" kata antoch segera berjalan bareng kirana menuju pondok ki jalasena.
DI Depan pondok sudah menunggu ki jalasena yang duduk di tikar. antoch segera membungkuk hormat pada orang tua jubah putih itu.
"ki jalasena memanggi ku?" tanya antoch.
"hmmm. benar nakmaz." jawab ki jalasena mengangguk pelan. "kirana. masuklah ke pondok dan temani kinanti." ucapnya menyuruh kirana masuk ke pondok.
"baik, kek." sahut kirana mengangguk cepat lalu segera masuk ke dalam pondok.
"hmmm. nakmaz. tadi aku sempat mampir ke pasar sewaktu mengobati penduduk desa pulutan yang sakit. aku membeli beberapa potong pakaian untuk mu, terimalah." kata ki jalasena menyerahkan bungkusan berisi pakaian kepada antoch.
antoch menerima bungkusan berisi pakaian itu. "terima kasih, ki. aki sampe repot repot membeli pakaian untuk saya." ucapnya berterima kasih.
"tidak perlu terlalu sungkan nakmaz. hanya hal kecil saja." kata ki jalasena kalem. dia lalu mengusap usap jenggot putihnya yang panjang sedada. "hmmm. sudah lima hari sejak kau datang bersama kinanti. luka mu sudah hampir pulih seluruhnya, mungkin dalam dua tiga hari akan pulih seperti sedia kala." ucapnya.
"benar ki. ini berkat pertolongan ki jalasena, sehingga aku bisa sembuh dengan cepat." kata antoch mengangguk pelan.
"tidak. aku tidak berbuat apa apa nakmaz. itu semua karna daya tahan mu yang memang luar biasa, jarang ada orang yang memiliki kekuatan tubuh sekuat kamu nakmaz." kata ki jalasena cepat. "oh iya. tadi di desa aku juga mendapat kabar tentang pembantaian di desa babakan. pelaku pembantaian itu kemungkinan besar di lakukan oleh kawanan perampok hutan tengkorak." ucapnya lagi.
"perampok hutan tengkorak?" tanya antoch mengerutkan kening.
"Ya. perampok hutan tengkorak terkenal kejam dan bengis, mungkin mereka yang telah membunuh orang tua, saudara dan penduduk desa tempat kinanti berasal." kata ki jalasena.
"hmmm." antoch bergumam lirih mendengar cerita ki jalasean.
"nakmaz. kemana arah tujuan mu sebenarnya?" tanya ki jalasena mengalihkan obrolan.
antoch menatap ki jalasena sejenak, dia lalu menghela nafas panjang. "hmmm. entahlah ki. aku tidak tahu hendak kemana, disini semua terasa asing bagi ku. aku tidak memiliki pedoman kemana aku harus pergi." ucapnya seperti orang pasrah.
"hmmm." gumam ki jalasena lirih menghela nafas panjang. "sejak pertama kali aku meliat mu, aku merasa kau seperti tengah memikul beban yang besar. entah beban apa aku tidak tahu, yang tahu hanya kamu sendiri. jika memang di perkenankan bolehkah aku tahu apa yang tengah nakmaz risaukan?" ucapnya bertanya.
Antoch terdiam tuk beberapa lama lalu dia menghela nafas panjang. "maaf ki. saat ini aku sedang tidak memikirkan masalah tentang diri ku, biarlah masa lalu ku menjadi masa lalu, mungkin aku akan mengubur masa lalu itu karna aku sudah pasrah berharap bisa kembali ke tempat asal ku lagi. hmmm." ucapnya lemah.
ki jalasena diam menatap antoch untuk beberapa lama, walaupun tidak mengerti masalah apa yang sedang menimpa antoch namun dia tidak mau memaksa dan mencampuri masalah pribadi antoch.
"saat ini yang aku inginkan hanya bisa hidup dengan tenang dan damai, itu saja." kata antoch lagi.
"hmmm. nakmaz. jika benar itu sudah menjadi tujuan mu, aku tidak mau memaksa dan mencampuri urusan mu. aku yakin kau memiliki alasan kuat melakukan itu. aku hanya akan berpesan pada mu, kita sebagai insan lemah hendaknya tidak lupa akan sang pemberi hidup yaitu Tuhan seru sekalian alam. berpasrah dirilah pada-NYA dan tetap slalu berdoa agar tetap dalam lindungan-NYA." kata ki jalasena.
"terima kasih ki atas nasehatnya. aku akan slalu ingat nasehat ki jalasena." kata antoch setengah membungkuk.
"jika memang kau tidak punya tempat tinggal dan arah tujuan, sebaiknya kau tinggallah disini. tempat ku slalu terbuka untuk mu nakmaz." kata ki jalasena.
Antoch meliat ki jalasena dengan pandangan girang. "terima kasih. terima kasih ki. aki sudi menampung kami di tempat aki, padahal kita tidak saling kenal tapi aki sudi menampung kami disini. sungguh budi besar aki tidak akan kami lupakan seumur hidup kami." ucapnya senang sekali.
"tidak usah terlalu sungkan nakmaz." kata ki jalasena tertawa kecil. "anggap saja pondok ini sebagai rumah mu sendiri." ucapnya lagi.
"terima kasih ki, tapi jika boleh aku ingin membangun pondok sendiri di tempat ini." kata antoch menolak halus.
"owh begitu. jika memang itu jadi pilihan mu, silakan nakmaz." kata ki jalasena.
"terima kasih ki." kata antoch mengangguk pelan.
"kakek. kakek." teriak suara kirana dari dalam pondok memanggil manggil kakeknya yaitu ki jalasena.
ki jalasena dan antoch saling pandang heran kenapa kirana teriak teriak, pasti ada sesuatu yang terjadi. mereka buru buru masuk ke dalam pondok meliat apa yang terjadi.
"kirana. ada apa?" tanya ki jalasena buru buru.
"kakek. mulut kak kinanti berdarah. liat !" seru kirana menunjuk ke mulut gadis kecil yang terbaring lemah. tampak gadis kecil yang terbaring lemah di atas dipan mengeluarkan darah hitam agak kebiruan dari mulut dan juga lubang hidung.
"Ekh?!" tampak ki jalasena kaget sekali meliat hal itu. dia buru buru memeriksa nadi di leher dan tangan gadis kecil bernama kinanti, dia makin terkejut mendapati denyut nadi kinanti semakin lemah dan hampir tidak terasa. "Gawat. denyut nadinya lemah sekali hampir tidak terasa." serunya panik.
"apa yang terjadi dengan kinanti ki? bukankah kemarin tidak apa apa?" tanya antoch heran.
"Entahlah nakmaz. aku bingung, kemarin kinanti sudah sadar dan tidak menunjukkan gejala apa apa tapi kenapa hari ini dia bisa seperti ini." kata ki jalasena tidak mengerti.
"coba periksa organ dalamnya ki, mungkin dia terluka yang tidak kita sadari sebelumnya." kata antoch cepat.
"he-em." sahut ki jalasena mengerti.
Dia segera memeriksa titik jalan darah yang berhubungan dengan organ dalam kinanti, setelah diperiksa dengan teliti dia tersentak kaget sekali karna menemukan aliran darah yang tidak teratur menuju jantung dan limpa kinanti.
"bagaimana ki?" tanya antoch ingin tahu.
"kau benar nakmaz. jantung dan limpa kinanti terluka, selain itu aku merasakan ada hawa racun yang berusaha menerobos ke pembuluh darah ke jantung." jawab ki jalasena.
"benarkah? lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya antoch terkejut.
"hmmm." gumam ki jalasena terdiam sejenak mengamati kinanti.
tiba tiba ki jalasena memutar tangannya mengeluarkan hawa murni dari tenaga dalam yang di miliki ke tubuh kinanti, agak lama dia mengalirkan hawa murni bertujuan mengobati kinanti. sekuat tenaga dia terus menolong sampe peluh keringat mengucur deras dari kening tapi hingga titik batas tenaganya dia segera menghentikan aliran hawa murninya ke tubuh kinanti. "huah. gagal !" serunya.
"ki?" ucap antoch menatap ki jalasena yang tampak lesu.
"hawa racun itu sangat kuat, sulit sekali menekan hawa racun itu. hmmm. takdir. takdir. sudah menjadi takdir gadis kecil malang itu tidak mungkin untuk di tolong." ucap ki jalasena geleng geleng kepala lemah.
"APA?!" seru antoch terkejut.
"nakmaz. maaf, luka organ dalam kinanti terlalu parah, hawa murni tidak bisa menekan hawa racun di pembuluh hawa yang menuju jantung." kata ki jalasena lemah.
"apa tidak ada cara lain untuk menolong anak itu, ki?" tanya antoch berharap ki jalasena memiliki cara pengobatan lain.
"tidak ada cara lain nakmaz. hanya keajaiban saja yang bisa menolong anak itu." kata ki jalasena geleng geleng kepala pelan.
Antoch menatap gadis kecil yang terbaring lemah di atas dipan dalam keadaan sekarat menunggu ajal karna terluka terlampau parah.
"kakek. kakek. tolong obati kak kinanti, kakek pasti bisa. kakekkan tabib hebat." kata kirana pada ki jalasena seolah dia juga merasa sedih meliat keadaan kinanti yang sakit.
ki jalasena mengusap kepala kirana lembut. "cucuku. kakek tidak bisa. luka kinanti sudah terlalu parah." ucapnya lembut.
"kenapa? kakekkan tabib hebat." tanya kirana polos.
ki jalasena tertawa getir mendengar ucapan kirana cucunya itu. dia seperti terpukul oleh ucapan polos kirana yang mengatakan dia tabib hebat tapi tidak mampu menolong kinanti, jelas ini membuat hatinya jadi berduka.
"kakek !" seru kirana seperti memohon agar kakeknya segera menolong kinanti.
"kirana. kakek tidak bisa. kakek bukan malaikat ataupun dewa yang mampu mengobati orang sekarang langsung sembuh. kakek cuma manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemampuan. maafkan kakek ya." ucap ki jalasena berusaha memberi pengertian kirana.
"ki !" seru antoch cepat. "maaf jika aku lancang. aku akan menolong kinanti apapun caranya meski nyawa ku sebagai gantinya." ucapnya penuh tekanan.
"nakmaz?" seru ki jalasena tertahan.
Antoch tiba tiba mendudukkan kinanti yang lalu dengan cepat dia duduk di belakang kinanti. dia mengambil nafas dalam dalam mengumpulkan tenaga dalam dari pusar terus di alirkan ke tangan, tiba tiba tangannya bergerak cepat sekali menotok ke titik jalan darah penting lalu tangan kanannya menempel di punggung kinanti, tangan kiri bergerak cepat sekali seperti orang menusuk nusuk. tidak lama tangan kiri gantian yang menempel di punggung kinanti dan tangan kanan bergerak cepat seperti orang menusuk nusuk. lalu dua tangan antoch di rentangkan ke samping terus bersatu sama lain yang lalu dia dorongkan dengan cepat sekali menempel ke punggung kinanti.
"hueekkh !" suara kinanti muntah darah hitam agak kebiruan banyak sekali tanda darah kotor dan racun sudah berhasil di keluarkan seluruhnya.
secepat kilat antoch menotok beberapa titik jalan darah di tubuh kinanti, dia lalu turun dari atas dipan dan membaringkan kinanti lagi.
ki jalasena yang meliat antoch menolong kinanti sampe terpana meliat gerakan tangan antoch yang sangat cepat itu, apa lagi dia juga merasakan suatu tenaga dalam luar biasa keluar dari tubuh Antoch, tenaga dalam itu berubah ubah kadang panas kadang dingin. dia tidak tahu tenaga dalam ilmu apa yang di keluarkan antoch karna baru kali ini dia merasakan ada tenaga dalam murni seperti itu dan sangat berbeda dari tenaga dalam yang pernah dia kenal atau temui selama menjadi tabib, karna sudah puluhan bahkan ratusan pernah dia jumpai dalam mengobati namun tidak ada yang seperti tenaga dalam milik antoch. dia juga heran karna ternyata antoch memiliki tenaga dalam sehebat itu, dia menyangka antoch hanya orang biasa atau pendekar biasa karna selama ini dia tidak merasakan ada tenaga dalam kuat di dalam tubuh antoch, tapi kenapa antoch mampu mengeluarkan tenaga dalam sebesar itu dan tidak dia kenali, jelas ini membuat dia jadi heran dan bingung serta penasaran. ki jalasena baru mendusin ketika antoch meminta sesuatu padanya.
"Ya nakmaz?" ucapnya tidak ngeh dengan permintaan antoch.
"saya minta beberapa obat penawar racun ki. apakah ada?" tanya antoch.
"owh. ada. ada. nakmaz. saya ambilkan dulu sebentar." kata ki jalasena segera beranjak mengambil obat penawar racun yang lalu di berikan pada antoch.
Antoch segera memasukkan tiga pil obat penawar racun ke mulut kinanti, dengan menotok pangkal leher kinanti maka tiga pil itu meluncur masuk ke perut kinanti. "kianati sudah lewat dari masa kritisnya. meski aku sudah mengeluarkan hawa racun dari tubuhnya tapi untuk berjaga jaga ada sisa racun di tubuhnya moga moga pil penawar racun itu bisa membuat racun itu punah." ucapnya.
ki jalasena coba memeriksa nadi di tangan kinanti memastikan apa kinanti sudah melewati masa kritisnya. dia merasakan nadi kinanti sudah normal seperti semula, jelas ini membuat ki jalasena jadi kagum sama antoch.
"Hmmm. pemuda yang benar benar penuh kejutan. dia mampu menolong anak ini dengan baik, padahal aku sendiri sudah pasrah tidak sanggup menolong anak ini tapi dia mampu menolong. hmmm. benar benar pemuda yang luar biasa." batin ki jalasena dalam hati.
"maaf ki. aku ke air terjun dulu untuk semedi memulihkan tenaga ku serta membersihkan diri." kata antoch segera keluar dari pondok menuju sungai dimana ada air terjunnya.
* * *
ANTOCH duduk di samping gadis kecil bernama kinanti yang dia temukan hampir mati di desa babakan sewaktu terjadi pembantaian keji oleh kawanan perampok. seluruh rumah hancur rata dengan tanah dan hampir semua penduduk tewas di bantai, beruntung Antoch lewat di desa itu dan menemukan kinanti sehingga kinanti masih sempat di selamatkan meski dalam keadaan tubuh luka parah. antoch menyuapi bubur obat ke mulut kinanti dengan penuh kesabaran, ki jalasena yang meliat antoch menyuapi kinanti dengan penuh kesabaran tersenyum lembut, dia kagum akan jiwa pemuda itu yang benar benar mulia. dia juga kagum akan kemampuan antoch yang ternyata memiliki pengetahuan ilmu pengobatan tidak rendah yang dia sendiri jarang tahu.
"Nakmaz. jika keadaan kinanti semakin lama semakin baik maka aku yakin tidak lama dia pasti akan sembuh seperti semula." kata ki jalasena kalem.
Antoch menoleh meliat ki jalasena sejenak lalu kembali meneruskan pekerjaannya menyuasi kinanti. "meliat keadaan dan daya tahan tubuhnya aku sangsi dia akan sembuh seperti sedia kala." ucapnya kalem.
"memang apa yang salah nakmaz? aku meliat tidak ada yang janggal pada keadaan kinanti, lalu apa yang membuat mu bersangsi kinanti bisa sembuh seperti sedia kala?" tanya ki jalasena tidak mengerti.
"kondisi luarnya memang tidak mencemaskan, tulang tulang yang patah akan sembuh meski butuh waktu cukup lama. Yang aku kuatirkan adalah mentalnya. dia pasti sangat terpukul dan shock atas musibah yang menimpanya dan keluarganya. trauma akan kejadian itu membuat dia jadi semakin susah untuk sembuh, takutnya dia akan tenggelam dalam duka yang bisa saja memperburuk sakitnya. hmmm." ucap antoch dengan nada agak berat.
"aku mengerti nakmaz." kata ki jalasena manggut manggut paham akan maksut antoch. "memang sakit di luar masih mudah di obati namun sakit di dalam akan sangat sulit di obati. hmmm. kasihan anak itu, masih kecil tapi meski mengalami kejadian menyakitkan seperti itu." ucapnya kalem.
"Ya." ucap antoch pelan.
"masalah mental dan kejiwaan kinanti tidak usah di buat berat nakmaz, kita harus bisa membangkitkan semangat dia agar tidak larut dalam duka. kita harus hati hati dan penuh kesabaran dalam memberi dia kekuatan mental. aku yakin kita pasti bisa." kata ki jalasena.
"Ya." sahut antoch mengangguk pelan. dia menatap kinanti yang sudah terlelap tidur setelah di suapi bubur obat tadi. "hmmm. andai saja kita punya jamur dewa langit, aku tidak akan kuatir dengan masalah keadaan fisik dan jiwanya." gumamnya.
"Jamur dewa langit? jamur apa itu nakmaz?" tanya ki jalasena mengerutkan kening.
"Jamur ajaib yang mampu mengobati segala jenis luka separah apapun. jamur itu sangat langka karna tumbuh hanya beberapa saja dalam waktu seratus tahun sekali. ciri ciri jamur itu berbeda dari jamur pada umumnya yaitu jamur dewa langit memiliki warna biru pekat dengan batang bergaris merah. biasanya jamur dewa langit tumbuh di antara beberapa jamur yang lain yaitu jamur dua bintik." kata antoch menjelaskan.
ki jalasena mengerutkan kening tanda tidak mengerti karna baru kali ini mendengar nama jamur dewa langit dan jamur dua bintik. tiba tiba dia ingat tentang jamur aneh yang dia temukan dulu yaitu jamur yang memiliki dua bintik warna merah dan biru, buru buru dia mengambil jamur itu dari dalam tabung bambu tempat dia menyimpan jamur itu.
"nakmaz. beberapa hari yang lalu aku menemukan jamur aneh, jamur itu punya dua bintik warna merah dan biru. kira kira jamur apa ini nakmaz?" ucapnya bertanya menunjukkan jamur yang di pegangnya.
Antoch meliat jamur yang di pegang ki jalasena dengan teliti. "ini... ini... di liat dari ciri cirinya adalah jamur dua bintik. dimana aki menemukan jamur ini?" serunya.
"kenapa nakmaz? apa ini benar benar jamur dua bintik?" tanya ki jalasena penasaran.
"benar ki. aku yakin ini jamur dua bintik." jawab antoch cepat.
"benarkah? hmmm. jadi jamur ini bernama jamur dua bintik." gumam ki jalasena pelan. "apakah jamur ini beracun nakmaz?" tanyanya.
"tergantung kita mengolahnya ki. jika kita olah jamur dua bintik menjadi serbuk atau cairan maka jamur itu akan menjadi racun yang sangat mematikan, kekuatannya berpuluh puluh kali lipat dari bisa ular kobra." kata antoch menjelaskan.
"APA?! kekuatannya berpuluh puluh kali lipat dari bisa ular kobra? kalo begitu jamur ini sangat berbahaya, sebaiknya kita hancurkan saja jamur dari pada mendatangkan petaka." seru ki jalasena terkejut sekali.
"jangan ki !" cegah antoch buru buru.
"kenapa nakmaz?" tanya ki jalasena heran antoch melarangnya menghancur jamur dua bintik di tangannya.
"Jamur itu memang sangat beracun namun jamur itu akan berubah menjadi racun jika terkena darah atau luka luar. tetapi jamur itu tidak akan berbahaya jika tidak terkena luka malah jamur itu bisa menjadi obat penguat tenaga jika di makan." kata antoch memberi tahu.
"kenapa bisa begitu nakmaz?" tanya ki jalasena heran.
"Nanti akan aku jelaskan ki, yang terpenting dimana aki menemukan jamur ini?" kata antoch bertanya serius.
"hmmm. di tebing jurang gunung muria, aku menemukan jamur ini sehari sebelum kau datang kesini." kata ki jalasena.
"kalo begitu sudah tujuh hari. gawat ! kita hanya punya waktu tiga hari saja untuk mendapatkan jamur dewa langit. celaka !" seru antoch tiba tiba panik sendiri.
"ada apa nakmaz? kenapa kau jadi panik begitu?" tanya ki jalasena heran.
"ki. berapa lama jika kita ke gunung muria dari sini?" tanya antoch buru buru.
meski heran dan tidak mengerti kenapa antoch jadi panik, ki jalasena menjawab juga. "jika berkuda tanpa henti kira kira seharian baru sampe di kaki gunung tapi jika berjalan bisa sampe sehari semalam." ucapnya.
"hmmm. sehari semalam, di tambah waktu pulang berarti dua hari dua malam. kalo begitu hanya tersisa sehari saja guna mencari jamur itu. celaka, kalo begitu aku harus buru buru untuk cepat sampe ke gunung muria." gumam antoch pelan.
"nakmaz?" tegur ki jalasena karna antoch seperti bicara sendiri.
"ki. aku akan ke gunung muria sekarang juga, aku harus buru buru kesana." kata antoch buru buru.
"Ekh. tapi..." ucap ki jalasena namun keburu antoch melangkah keluar pondok. "nakmaz tunggu. nakmaz !" serunya cepat memanggil antoch. dia cepat keluar menyusul antoch tapi di luar dia tidak meliat antoch lagi. "Ekh. kemana nakmaz tadi? cepat sekali hilangnya. padahal aku mau berpesan hati hati ke sana karna tempat itu berbahaya sekali penuh binatang buas dan beracun serta lumpur yang mengandung gas beracun. aku menemukan jamur itu tidak sengaja karna jamur itu hanyut di sungai di kaki gunung. akh. gawat, bisa bisa nakmaz celaka di tempat itu. hmmm. semoga tidak terjadi apa apa pada nakmaz." ucapnya.
"kakek !" seru kirana dari samping pondok menghampiri ki jalasena.
"kirana. dari mana kamu?" tanya ki jalasena mengusap kepala kirana lembut.
"Dari sungai kek. aku menangkap ikan kek. ini !" kata kirana menunjukkan beberapa ikan di tangannya.
"kirana. kakek sudah bilang jangan main terlalu jauh. kakek jadi khawatir, mengerti?" ucap ki jalasena kalem menasehati kirana. "ayo masuk !" ajaknya masuk ke pondok.
ANTOCH berlari dengan cepat sekali bagai di kejar setan, dia mengerahkan ilmu ringan tubuh tertingginya untuk cepat sampe ke gunung muria. kecepatan larinya sulit di ikuti oleh mata biasa, jika ada orang yang meliat maka orang itu pasti sedang meliat hantu karna hanya seperti bayangan belaka. hampir setengah harian dia berlari melintasi hutan dan jalanan berbatu hingga tiba di sebuah sungai yang cukup lebar, air sungai itu cukup deras yang tidak mungkin dia seberangi tanpa perahu.
"hmmm. sungai ini arusnya cukup deras, aku tidak mungkin menyebrangi sungai ini tanpa perahu, dimana aku bisa menemukan perahu?" gumam antoch pelan. "sebaiknya aku susuri sungai ini, siapa tahu ada tukang perahu di dekat sini." ucapnya.
Antoch segera berjalan untuk menyusuri sungai itu berharap menemukan tukang perahu yang mau menyebrangkan dirinya. sampe begitu jauh dia tidak juga menemukan ada tukang perahu membuat antoch jadi kesal sendiri.
"tidak ada tukang perahu di sekitar sini, apa yang harus aku lakukan?" ucap antoch bingung hendak berbuat apa.
saat bingung hendak berbuat apa untuk menyebrangi sungai tiba tiba dia mendengar ada suara ribut ribut seperti orang bertarung tidak jauh dari tempatnya berada.
"aku seperti mendengar orang bertarung dari arah sana. siapa orang yang bertarung itu? coba aku liat kesana." ucap antoch pelan.
Antoch segera berjalan ke arah suara pertarungan, tidak beberapa lama dia sampe di daerah lapang dan tanah lapang itu terliat ada tiga orang laki laki bertampang sangar tengah mengeroyok seorang wanita berbaju kuning gading. dia meliat pertarungan itu guna mengetahui siapa orang orang itu dan kenapa mereka bertarung. dia meliat si wanita baju kuning gading cukup mampu meladeni serangan tiga lawannya. gadis itu memainkan jurus jurus yang cukup lincah dan bertenaga, seorang lawanya terjatuh kena tendangan bertenaga dalam tinggi namun dua lawan yang lain berlaku picik yaitu tanpa di ketahui si gadis, dua orang lawannya melemparkan empat senjata rahasia berupa paku hitam beracun ke arah empat titik mati si gadis.
"nona. awas senjata rahasia!" seru antoch memberi peringatan pada si gadis.
Dua orang pelempar senjata rahasia terkejut ada orang memberi peringatan pada si gadis. si gadis yang mendengar peringatan antoch dengan cepat menghindari empat senjata rahasia yang mengarah ke empat titik mati tubuhnya yaitu kepala, leher, jantung dan lambung. namun karna senjata rahasia itu di lemparkan sangat cepat maka hanya tiga senjata rahasia saja yang mampu dia patahkan, satu senjata rahasia yang mengarah ke lambung tidak sempat dia hindari, maka dapat di pastikan senjata rahasia itu akan mengenai lambung gadis itu, sejengkal lagi senjata rahasia itu akan kena ke lambung tiba tiba ada satu kekuatan halus dari sampingnya menghantam senjata rahasia itu hingga terpental jauh. Meliat senjata rahasia berupa paku hitam terpental jauh membuat dua lawan si gadis jadi terkejut, mereka sama sama menoleh ke arah antoch karna tidak ada orang lain di tempat itu yang bisa membantu si gadis terhindar dari paku hitam itu. mereka jadi heran dan bersangsi kalo antoch yang telah menolong si gadis karna hanya orang berilmu tinggi yang mampu membuat dua paku hitam terpental jauh begitu rupa, mereka tidak percaya antoch melakukan itu karna antoch terliat seperti orang desa biasa yang tidak memiliki ilmu apa apa. baju dan tubuh kotor dan rambut awut awutan layaknya seorang pemuda desa biasa itulah yang mereka liat dari antoch.
"limaru. tidak mungkin pemuda kampung itu yang membuat senjata rahasia kita terpental. aku yakin pasti ada seorang tokoh berilmu tinggi yang menyelematkan gadis itu." ucap pria musuh si gadis pada temannya.
"Ya kau benar, jumar. pasti ada tokoh berilmu tinggi telah menolong gadis itu. sebaiknya kita tinggalkan tempat ini dari pada kita celaka di tangan tokoh itu." sahut pria yang lain cepat.
"he-em. ayo !" ucap pria pertama mengangguk cepat.
Mereka segera meninggalkan tempat itu sambil membawa teman mereka yang terluka terkena tendangan si gadis.
si gadis yang di selematkan antoch jadi heran meliat tiga orang yang menyerangnya pergi begitu saja, dia sendiri juga merasa kurang percaya jika pemuda desa yang tidak terliat seperti orang berilmu tinggi itu yang telah menolongnya membuat tiga senjata rahasia paku hitam jadi terpental jauh, entah ilmu apa yang di gunakan pemuda desa tersebut.
"nisanak !" sapa antoch mendekati si gadis. "apa kau tidak apa apa?" tanyanya.
gadis itu meliat antoch dari atas ke bawah sejenak baru menjawab. "tidak. aku tidak apa apa. terima kasih sudah menolong ku." ucapnya.
"sama sama. aku kebetulan lewat tempat ini. siapa mereka?" ucap antoch bertanya.
"Entahlah. aku tidak tahu. mereka tiba tiba muncul dan langsung menyerang ku. mungkin mereka sebangsa kawanan perampok yang mau merampok ku." kata si gadis angkat bahu.
"owh begitu. berhati hatilah nisanak dan tetap waspada, mungkin mereka bisa kembali membawa teman temannya guna menyerang nisanak kembali. apa lagi mungkin daerah ini kawasan kekuasaan mereka." kata antoch.
"terima kasih. aku pasti akan berhati hati." kata gadis itu mengangguk. "oh ya. siapa nama tuan yang mulia dan dari mana asal tuan?" tanyanya ingin tahu.
"akh. nisanak terlalu tinggi memanggil ku dengan kata tuan. aku hanya orang desa biasa yang rendah, nama ku..." ucap antoch namun terhenti karna tiba tiba muncul dua orang wanita berbaju warna ungu dan biru tua.
"Nandiri !" seru seorang wanita dewasa berbaju ungu memanggil si gadis yang bicara sama antoch.
si gadis bernama nandiri menoleh ke dua wanita yang baru datang, dia langsung terliat senang meliat dua wanita itu. "kak rumini. lastri." serunya menyapa dua wanita itu.
"sedang apa kau di tempat ini? kami mencari mu dari tadi." tanya wanita baju ungu bernama rumini sambil melirik ke antoch sebentar.
"maaf kak. tadi aku di serang oleh tiga orang pria tidak di kenal sewaktu hendak mengambil air, jadi maaf kalo aku belum kembali ke tempat kakak dan lestari berada." jawab nandiri kalem.
"kau di serang tiga orang tak di kenal? apa benar?" tanya rumini mengerutkan kening seperti tidak percaya ucapan nandiri.
"benar kak. kalo kakak tidak percaya tanya saja pada tuan ini. dia tadi yang telah menolong ku dari senjata gelap tiga orang itu. kalo tidak ada tuan ini aku pasti sudah celaka." kata nandiri sungguh sungguh.
rumini menatap antoch untuk beberapa lama, dia rasanya kurang percaya jika pemuda lusuh layaknya orang kampung di depannya telah menolong nandiri. memang apa kemampuan pemuda desa itu sampe berani menolong nandiri yang dia tahu memiliki ilmu silat tidak rendah. hmmm. nandiri pasti berdusta agar terhindar dari amarahnya. batin rumini dalam hati.
"sudahlah. ayo kita pergi. hari sebentar lagi senja, kita harus mencari desa terdekat agar tidak kemalaman di jalan. ayo !" seru rumini cepat seperti tidak menghiraukan antoch. lagaknya agak angkuh dan memandang rendah orang lain.
"baik." sahut nandiri mengangguk cepat. "maaf tuan kami pergi dulu. permisi !" ucapnya ramah pada antoch.
"silakan." ucap antoch mengangguk pelan. dia hanya tersenyum kecil meliat sikap wanita berbaju ungu yang agak angkuh.
setelah tiga orang wanita tadi pergi maka antoch segera berjalan ke arah tiga wanita tadi pergi karna tidak ada salahnya dia mencari desa terdekat guna mencari tahu jalan ke arah gunung muria.
* * *
SORE jelang senja hari di jalan menuju sebuah hutan terliat sebuah kereta barang di kawal empat orang pria berbaju coklat tua. empat orang itu memegang senjata golok di pinggang mereka, uniknya keempat orang itu memiliki cambang bawuk dan kumis yang berwarna beda beda. dua orang paling depan memiliki warna cambang bawuk berwarna merah menyala dan kuning emas, dua orang di belakang kereta memiliki warna cambang bawuk berwarna hijau dan biru. dalam dunia persilatan mereka yang di gelari empat jenggot maut dari utara. meski bukan tokoh golongan utama namun nama mereka cukup di segani di daerah utara. jarang ada perampok atau kalangan orang berani macam macam sama empat jenggot maut dari utara. itu makanya banyak para saudagar kaya yang sering menyewa mereka untuk mengawal barang bawaan yang di kirim ke suatu tempat. seperti hari ini ada seorang saudagar kaya dari kadipaten jatayu menyewa mereka untuk mengawal barang berharga ke desa muryo. setelah dua hari melakukan perjalanan mereka sore hari ini tiba di hutan cukup lebat bernama hutan kuwaru yang menjadi jalan tercepat ke desa muryo.
"kakang !" sapa pria cambang bawuk warna kuning pada teman di sebelahnya yaitu si cambang bawuk warna merah yang merupakan orang tertua sekaligus pemimpin empat janggot maut dari utara. "setelah kita melewati hutan kuwaru maka kita akan tiba di desa muryo. sebaiknya kita percepat jalan kita agar cepat sampe ke desa muryo." ucapnya.
"tidak usah terburu buru bawuk kuning. kita sante saja toh desa muryo sudah dekat." sahut si bawuk merah dengan suaranya yang besar sesuai perawakannya yang tinggi besar.
"tapi kakang... bukankah lebih cepat sampe akan lebih baik, aku ingin cepat cepat kembali rumah bertemu anak ku yang baru lahir." kata si bawuk kuning.
"hahahaha." suara ketawa si bawuk biru yang menertawai bawuk kuning mendengar ucapan si bawuk kuning. "bawuk kuning. kau mau cepat cepat meliat anak mu atau si jamilah anak pak karto yang montok itu. hahahaha !" ucapnya tertawa lebar.
"benar. benar kata mu bawuk biru. hahahaha." seru bawuk hijau ikut menertawai.
"tutup mulut mu bawuk biru. sekali lagi kau bicara begitu aku robek mulut mu." bentak si bawuk kuning kesal karna di tertawai dua temannya.
"hahahaha. dia marah. berarti benar ucapan mu bawuk biru. hahahaha." seru bawuk hijau makin keras ketawanya.
"diam kau bawuk hijau !" bentak bawuk kuning kesal.
"hehehehe." si bawuk merah tertawa mengekeh mendengar ucapan dua temannya yaitu bawuk biru dan bawuk hijau yang menggoda bawuk kuning sampe membuat marah bawuk kuning. "bawuk kuning. buat apa kau marah marah begitu sama mereka, kau kan tahu gimana sifat mereka yang suka becanda. tenanglah !" ucapnya kalem pada bawuk kuning. "benar bawuk kuning. kami cuma bergurau saja, jangan marah marah begitu." seru si bawuk hijau.
"huh. aku tahu kalian suka bergurau, tapi jangan keterlaluan. aku tidak sama seperti kalian yang suka sama pelacur murahan. huh." dengus bawuk kuning di hidung masih kesal.
"hahahaha. bawuk kuning, kami belum menikah jadi sah sah saja kalo kami suka ke tempat hiburan. kalo memang kamu tidak mau sama si jamilah ya sudah jangan marah, kalo begitu si jamilah buat kami saja. Ya nggak bawuk biru?" ucap bawuk hijau senyum senyum.
"apa kata mu? berani kalian menyentuh si jamilah, aku hajar kalian !" seru bawuk kuning keras.
"Tadi bilang nggak mau sam jamilah kenapa sekarang marah mendengar si jamilah buat kami. dasar orang aneh !" seru bawuk hijau setengah ngedumel.
"benar. dasar orang aneh. bilang nggak mau tapi di sikat juga. hik. hik." bisik bawuk biru pada bawuk hijau membuat si bawuk hijau jadi ikut tertawa geli.
"kalian bisik bisik apa di belakang ku?" seru bawuk kuning.
"hahahaha. tidak ada bawuk kuning." sahut bawuk hijau tapi masih terliat tertawa kecil.
"jangan bohong." seru bawuk kuning tegas.
"bawuk kuning. sudahlah !" seru bawuk merah menengahi perdebatan tiga temannya. "kita kosentrasi pada tugas kita, jangan berpikir macam macam dulu. mengerti?" serunya tegas berwibawa.
"baik !!!" sahut tiga orang itu serentak.
Mereka terus melaju yang kali ini agak di percepat jalan mereka, begitu tiba di pinggir hutan kuwaru mereka mulai meningkatkan kewaspadaan. meski hutan kuwaru di kenal hutan yang aman tapi mereka tidak mau lengah dan menurunkan kewaspadaan mereka. sikap inilah yang slalu membuat mereka mampu menghalau setiap halangan yang ada sehingga mereka dapat menyelekan tugas dengan baik.
Hutan kuwaru terliat cukup aman karna tidak ada tanda tanda di hutan itu berdiam kawanan perampok, memasuki tengah hutan tiba tiba muncul belasan orang baju hitam dari semak semak tinggi menghadang jalan empat jenggot maut.
"Kurang ajar. kawanan monyet kesasar dari mana berani sekali menghadang jalan kami ?!" bentak bawuk kuning keras meliat ada belasan orang baju hitam menghadang di depan.
"kalian. serahkan barang yang kalian bawa itu pada kami, cepat.!" teriak salah satu orang baju hitam.
"hahahaha." tawa empat jenggot maut mendengar ucapan orang penghadang mereka.
"heh. monyet buduk. siapa kalian? kalian pasti bukan penghuni hutan ini karna yang aku tahu hutan kuwaru ini tidak ada kawanan begal dan perampok." seru bawuk merah.
"kalian tidak perlu tahu siapa kami. serahkan barang yang kalian bawa atau kami akan mengambil secara paksa beserta kepala kalian. cepat !" bentak orang baju hitam.
"hahahaha." si bawuk merah tertawa keras mendengar ancaman itu. "bawuk kuning. bawuk hijau. bawuk biru. apa kalian dengar ucapan mereka? monyet buduk itu mengancam kita. hahahaha." serunya pada tiga temannya.
"hahahaha. kakang, aku rasa mereka tidak tahu siapa kita sampe berani mengancam kita. hahahaha." sahut bawuk biru tertawa.
"kau benar bawuk biru." kata bawuk merah tertawa mendengus. "sudah sekian lama kita mengawal barang namun tiada yang berani mengusik kita, hmmm. hari ini ada kawanan monyet berani main gila sama kiata, rasanya tangan ku sudah terlampau gatal tidak menghajar monyet monyet tidak tahu diri." ucapnya tandas.
"hahahaha !" tiba tiba terdengar suara tertawa di tempat itu, suara tawa itu bukan tawa biasa karna membuat telinga sakit seperti di tusuk jarum pertanda orang yang tertawa memiliki tenaga dalam cukup tinggi.
Empat jenggot maut dari utara tersentak oleh suara tawa yang menyakitkan telinga mereka, buru buru mereka mengerahkan tenaga dalam guna meredam suara tawa tersebut. tidak lama mereka merasa sudah mampu meredam suara tawa tersebut, jantung mereka tidak bergetar lagi seperti tadi.
"hmmm. entah tokoh sakti mana yang tertawa itu. lagak lagaknya aku merasa ada sesuatu yang bakal terjadi di tempat ini." batin bawuk merah dalam hati.
Tidak hanya si bawuk merah yang merasakan hal serupa tapi tiga kawannya juga merasakan hal yang tidak inginkan bakal terjadi di tempat itu. mereka meliat belasan orang baju hitam penghadang mereka tidak merasakan sakit di telinga mereka maka jelaslah suara ketawa itu di tujukan pada empat jenggot maut dari utara.
"heh. siapa kau? tunjukkan muka mu, jangan hanya tertawa secara sembunyi sembunyi !" teriak bawuk biru yang memang lebih banyak bicara.
"bawuk biru. jangan gegabah dalam bicara !" seru bawuk merah memberi peringatan. "kita tidak tahu entah tokoh sakti dari mana yang tertawa itu. kita jangan gegabah dalam bicara." ucapnya.
"hahahaha." suara ketawa itu masih menggema di hutan kuwaru tersebut namun tiba tiba lenyap di barengi berkelebatnya bayangan yang hinggap di atas sebuah pohon di samping kanan. tampak di atas dahan sebesar tangan telah berdiri seorang pria paruh baya yang berbaju penuh tambalan dan kumal. tangan kanan memegang sebatang tongkat warna hijau yang jika di perhatikan tongkat itu seperti mengeluarkan cahaya warna hijau. tangan kiri memegang buli buli dari tanah liat yang setiap saat di tempelkan di mulut, isi buli buli itu pastilah arak keras yang baunya sangat harum. sikapnya yang berdiri di atas dahan acuh tak acuh tanpa membuat dahan kecil itu patah bahkan melengkungpun tidak, menandakan ilmu ringan tubuh orang itu sangat tinggi dan mungkin sudah mencapai taraf sempurna. siapakah orang itu?! Dalam dunia persilatan orang itu di kenal dengan julukan pengemis sakti dari utara bernama suto manggolo. sepak terjangnya sangat di takuti di dunia persilatan delapan penjuru angin. orang orang persilatan sangat segan dan enggan bila berurusan dengan dia. itu sangat wajar karna memang ilmu silat pengemis sakti dari utara sukar di ukur berapa tingginya maka tiada seorang pun berani cari gara gara dengan dia.
"hik. hik. hik. asik asik ada tontonan menarik. puluhan monyet buduk melawan empat kambing aneh. hik. hik. hik." seru pengemis sakti dari utara tertawa geli seperti hendak menonton pertunjukan topeng monyet yang lucu.
Empat jenggot maut dari utara mukanya jadi merah padam karna di katai empat kambing aneh, jelas ini merendahkan nama mereka. meski mereka gusar menahan jengkel namun mereka tidak mau sembarang bertindak karna mereka tahu kalo orang yang berdiri di atas dahan kecil tanpa patah sedikitpun pasti bukan orang sembarangan. sebisa mungkin mereka tidak mau mencari gara gara atau permusuhan yang bisa menghancurkan pekerjaan mereka.
"heh. kenapa kalian diam saja? ayo lekas main, sudah lama aku tidak meliat pertunjukan lucu. hehehe." seru pengemis sakti dari utara.
bawuk kuning melirik bawuk merah sejenak lalu menatap pengemis sakti di atas dahan. "Entah kami sedang berhadapan dengan tokoh sakti dari mana, kami mohon maaf jika tidak lantas segera memberi hormat pada saudara." ucapnya bersikap ramah.
pengemis sakti tidak menggubris ucapan bawuk kuning, dia malah asik asikan duduk di atas dahan sambil menenggak arak dari buli buli di tangan kirinya.
"bolehkah kami tahu nama tuan yang mulia?" tanya bawuk merah ingin tahu. dia di dalam hati sudah menduga siapa orang yang duduk di atas dahan pohon namun dia ingin memastikan dugaannya benar atau tidak.
"hehehehe. untuk apa kau mau tahu nama ku? aku tidak punya nama mulia. aku hanya pengemis hina yang tak bernama jadi tiada untungnya kalian tahu nama ku. hehehe." kata pengemis sakti tertawa mengekeh.
"owh. kiranya begitu. sungguh besar rejeki kami yang rendah ini bisa bertemu tokoh sakti jaman ini. kami yang rendah empat kambing aneh memberi hormat pada tetua. terima hormat kami." kata bawuk merah kalem seraya memberi hormat pada pengemis sakti.
meski tiga orang kawannya heran dan bingung meliat sikap bawuk merah yang merendah bahkan sampe menyebut diri empat kambing aneh segala namun mereka tidak banyak bertanya dan segera mengikuti memberi hormat pada pengemis sakti itu.
"hehehehe." pengemis sakti hanya terkekeh saja lalu menenggak arak harumnya.
"Entah apa tujuan tetua di tempat ini hingga kami tidak sempat menyambut tetua dengan pantas. harap tetua tidak menjadi gusar atas ketidak sanggupan kami menyambut tetua dengan pantas." kata bawuk merah kalem.
"hahahaha. aku tidak butuh segala peradatan bodnh itu, aku kemari karna aku lagi bosan dan kebetulan sebentar lagi di tempat ini ada pertunjukan menarik. lumayan bisa mengusir rasa bosan ku. hehehehe." kata pengemis sakti terkekeh.
"tetua..." bawuk merah hendak bertanya tapi keburu di potong pengemis sakti.
"sudah. kalian tidak usah banyak bacot, liatlah monyet monyet buduk sudah mulai pertunjukan topeng monyet. hehehehe." seru pengemis sakti terkekek.
Benar saja puluhan orang baju hitam sudah mulai maju hendak menyerang empat jenggot maut dari utara.
"huh." dengus bawuk merah di hidung. "maaf tetua. kami akan segera memberi pelajaran pada monyet monyet buduk itu." ucapnya tandas.
"hati hatilah pada senjata rahasia mereka yang beracun." seru pengemis sakti memberi tahu.
Sejenak puluhan orang baju hitam terkejut karna orang yang duduk di atas dahan tahu kalo mereka memiliki senjata rahasia beracun namun mereka terus menerjang empat jenggot maut dari utara.
"terima kasih atas petunjuk tetua." sahut bawuk merah segera menyambut serangan orang orang baju hitam.
Terjadilah pertarungan sengit antara puluhan orang baju hitam dengan empat jenggot maut dari utara. pengemis sakti dari utara hanya menonton saja sambil minum arak dari buli buli di tangannya. dia terkekeh menyaksikan pertarungan yang menurut dia lucu, padahal ilmu silat empat jenggot maut tidaklah rendah dan cukup tinggi namun di mata pengemis sakti itu, ilmu silat empat jenggot maut tidak ubah jurus anak anak belaka. sungguh lucu sekali. "hehe." tawa si pengemis sakti di hidung meliat pertempuran yang terjadi. dia melirik ke salah satu pohon yang berada agak jauh di samping kanannya. "hmmm." gumam si pengemis sakti lirih. dia minum arak harum dari buli buli sebentar lalu menghela nafas pelan. "hmmm. ada seseorang bersembunyi di balik pohon di sana. siapa orang itu?" ucapnya lirih.
"pertempuran yang cukup menarik, hmmm. sayang sekali tidak seimbang." ucap suara dari samping belakang si pengemis sakti.
"Ekh?!" kejut si pengamis sakti mendengar suara orang di belakangnya. buru buru dia menoleh ke belakang tapi tiada seseorang terliat di belakangnya. hal ini jelas sangat mengherankan baginya. "aneh. jelas jelas tadi ada suara orang bicara di belakang ku tapi kenapa tiada nampak orang di belakang ku?" gumamnya keheranan.
"Aaakh ! Aaakh ! Aaakh !" suara teriakan keluar dari tempat pertempuran.
Tampak puluhan orang baju hitam terkapar tewas dengan tubuh kaku keluar darah warna kehijauan dari mulut. tidak hanya orang orang baju hitam yang terkapar tapi juga empat jenggot maut juga terkapar namun empat jenggot maut tidak tewas namun hanya terluka dalam. meski begitu empat jenggot maut tetap terluka dalam sangat parah, bisa di katakan sekarat.
Apa yang terjadi?!
Tampak seorang pria paruh baya berbaju merah darah berdiri di tengah tengah antara empat jenggot maut dan orang orang baju hitam dengan sikap angkuh sekali.
"hahahaha !" orang baju merah darah tertawa keras menggetarkan tempat itu.
Pengemis sakti yang duduk di dahan pohon terkejut sekali meliat orang baju merah darah yang tidak dia ketahui kapan muncul dan langsung membantai semua orang yang bertarung. dia juga heran sejak kapan orang baju merah darah membantai orang orang baju hitam dan empat jenggot maut. dia juga terkejut meliat orang orang itu terbantai dengan luka mengeluarkan darah berwarna kehijauan menandakan kalo mereka terkena suatu ilmu yang sangat beracun. siapa dan dari mana asal orang baju merah darah tidak dia ketahui. dia merasa orang baju merah bukan orang biasa, pasti orang itu memiliki ilmu yang sangat tinggi sekali.
"Pengemis bau !" teriak orang baju merah darah lantang menatap si pengemis sakti yang duduk di atas dahan pohon. "apakah kamu yang di juluki orang orang pengemis sakti dari utara?" tanyanya tegas sekali.
Pengemis sakti menatap orang baju merah darah tajam sejenak lalu tiba tiba melompat tinggi dan mendarat di hadapan orang baju merah darah. "hahahaha." tawanya keras juga membuat tanah menjadi bergetar. "tidak salah. siapa kau ini?" ucapnya bertanya.
"hehehehe. bagus. bagus sekali." seru orang baju merah darah tertawa dingin. "sudah lama aku mendengar nama besar mu di dunia persilatan, hari ini bisa bertemu membuat aku senang. hahahaha." ucapnya.
"hmmm." gumam pengemis sakti.
"Pengemis bau. nama ku junta kalayan bergelar iblis beracun dari barat." kata orang baju merah darah membertahu namanya.
"APA?!" seru si pengemis sakti kaget karna dia tahu siapa itu iblis beracun dari barat. "hahaha. bagus. bagus sekali. tidak aku sangka kalo aku bertemu iblis beracun dari barat. nama besar mu juga sering aku dengar. hahahaha." ucapnya tertawa lebar.
"hahahaha." orang baju merah darah bernama junta kalayan bergelar iblis beracun dari barat tertawa terbahak bahak.
"hehehe. iblis busuk, ada angin apa kau jauh jauh datang dari barat ke utara ini? pasti ada sesuatu hal yang sangat penting sampe membuat mu datang ke daerah utara ini. hmmm." tanya pengemis sakti.
"hahahaha. pengemis bau, maksut dan tujuan ku ke daerah utara ini tentu kau sudah tahu. apa aku harus memberi tahu mu sejelas siang dan malam. hmmm?" ucap si iblis beracun tandas.
"hmmm. Ya Ya Ya. tentu aku tahu apa maksut kedatangan mu itu. hehehehe." sahut pengemis sakti terkekeh.
Mereka berdua lalu tertawa terbahak bahak bareng.
"hari lima belas bulan delapan di puncak gunung lawu. apa kau akan ikut?" tanya iblis racun.
"Tentu saja. aku pasti datang ke sana. aku tidak mungkin melewatkan begitu saja keramaian yang terjadi di sana." kata pengemis sakti.
"bagus. haha !" seru iblis racun tertawa. "aku gembira kau ikut di acara itu. pasti di sana akan semakin ramai dan menarik. hahahaha." ucapnya.
"benar. aku dengar tidak hanya kita yang akan hadir di puncak lawu, tapi aku juga mendengar raja pedang dari selatan dan si sesat dari timur akan hadir di sana. puncak lawu pasti akan semakin menarik." kata pengemis sakti.
"Ya kau benar. Justru aku juga mendengar kalo dua jago hebat itu turut hadir di puncak lawu membuat aku tertarik untuk ikut dalam acara itu. hmmm, pasti dunia persilatan akan gempar dan menjadi sejarah oleh pertarungan terhebat di dunia ini. hahahaha." seru iblis racun tertawa lebar.
"hahahaha. iblis busuk, kau benar. dunia persilatan pasti gempar oleh pertarungan para jago jago nomor wahid di dunia ini." kata si pengemis sakti juga tertawa. "hmm. pengemis bau, menurut mu selain kita apa akan ada lagi yang hadir di sana?" tanya iblis racun.
Pengemis sakti diam sejenak berpikir. "hmmm. entahlah. aku tidak yakin akan hal itu, menurut mu sendiri apa ada yang berani ikut ke puncak lawu mengingat empat jago nomor wahid hadir di sana?" ucapnya balik bertanya.
"hmmm. aku juga tidak berani memastikan hal itu, tetapi aku pribadi berharap tidak akan ada lagi yang nekat untuk hadir di sana karna hanya buang buang waktu dan tenaga kita saja." kata iblis racun.
"kenapa? apa kau takut bila ada seorang jago selain kita dapat mengalahkan mu?" kata si pengemis sakti menyindir.
"apa? takut? hahahaha. iblis racun dari barat tidak takut dan gentar pada siapapun. meski kau dan raja pedang serta si sesat timur maju bareng melawan ku aku tidak pernah takut. mungkin juga kalian tidak akan bisa mengalahkan aku." seru iblis racun tegas sekali.
Ucapan iblis racun jelas tajam sekali dan memandang rendah pada pengemis sakti. itu sama kalo pengemis sakti bukan apa apa bagi iblis racun. tentu saja hal itu membuat si pengemis sakti jadi merasa tersinggung dan gusar namun karna dia sudah kenyang akan pengalaman di dunia persilatan membuat rasa gusarnya tidak terliat oleh iblis racun, dia hanya tertawa kecil saja di hidung.
"hu-uh. ucapan mu hebat juga racun busuk. baik, gimana kalo kita main main sebentar barang sejurus dua jurus sebelum hari lima belas bulan delapan esok. hmmm." ucapnya tenang mengandung tantangan.
"baik. aku terima tantangan mu itu. kita main main sebentar barang sejurus dua jurus." seru iblis racun.
"Bagus. mari !" seru pengemis sakti langsung membuka satu jurus silatnya.
"hahahaha." iblis racun juga langsung membuka jurus silatnya.
Mereka segera mengeluarkan tenaga dalam tinggi di seluruh tubuh. serentak mereka maju menghantamkan dua tangan mereka mereka yang berisi dan mengandung tenaga dalam tinggi. tangan pengemis sakti mengeluarkan aura warna merah agak ke kuningan dan tangan iblis racun keluar aura warna hijau tua.
"hyeaa !"
"hyeaa !"
"DUAARR !"
Suara teriakan keras keluar dari mulut mereka yang lalu terdengar suara ledakan hebat setelah dua pasang tangan beradu di udara membua tanah bergetar hebat bagai prahara. jelas itu hasil dari pertarungan dua tenaga dalam tinggi di antara mereka. seketika dua orang itu mundur bareng dua tiga langkah saling memandang dengan perasaan sama sama kagum akan tenaga dalam dari masing masing pihak.
"hmmm. tenaga dalam iblis racun itu memang hebat, tidak mudah aku bisa menang dari dia." batin si pengemis sakti dalam hati menatap iblis racun tajam.
"tenaga dalam pengemis bau itu sungguh hebat, jelas ini di luar apa yang aku bayangkan. tidak mudah untuk bisa menang dari dia. lebih baik aku pergi saja dari sini." batin iblis racun dalam hati. "hahahaha. pengemis bau, tenaga dalam mu memang hebat. sampe bertemu lagi di puncak lawu." serunya langsung melesat pergi.
Pengemis sakti menghela nafas lega meliat iblis racun pergi, dia segera duduk bersila untuk bersemedi mengatur hawa murninya yang tadi sempat bergolak akibat beradu dengan si iblis racun. cukup agak lama dia bersemedi namun setelah baikan dia membuka mata tapi dia jadi kaget karna meliat ada seorang pemuda berdiri di hadapannya. pemuda berbaju agak kumal seperti pemuda desa biasa, dia heran meliat kemunculan pemuda itu yang tanpa dia rasakan akan kehadirannya. meski dia duduk semedi namun tidak melepas kewaspadaan sedikitpun dari bahaya di sekitarnya, karna dia berjaga kalo kalo si iblis racun kembali dan menyerangnya secara licik ketika semedi. kini ada seorang pemuda desa berdiri di depan dia duduk jelas membuat dia jadi heran dan penasaran siapa pemuda itu.
"kisanak. apa kau baik baik saja?" tanya si pemuda ramah.
Meliat sikap dan bicara si pemuda yang ramah membuat lega si pengemis sakti, pertanda kalo pemuda itu bukan orang jahat. pengemis sakti tersenyum kecil lalu menggelengkan kepala pelan. "aku tidak apa apa." ucapnya.
"sukurlah." kata si pemuda bernafas lega.
"anak muda. apa kau sudah dari tadi disini?" tanya pengemis sakti menyelidik.
"Ya." jawab si pemuda mengangguk. "aku disini jauh sebelum kisanak datang." ucapnya.
pengemis sakti mengerutkan kening menatap pemuda desa tersebut. dia tidak merasa ada aura yang keluar dari dalam diri pemuda itu seperti lazimnya kaum persilatan, bahkan sorot mata pemuda itu juga biasa saja seperti orang yang tidak punya tenaga dalam apa apa. ini menunjukkan si pemuda hanya manusia biasa yang tidak punya ilmu silata apa apa, namun kenapa dia tidak merasakan kehadiran pemuda itu saat bersemedi tadi? jelas hal itu membuat dia jadi bingung dan heran sendiri. siapa pemuda itu sebenarnya?!
"kisanak !" sapa pemuda tadi kalem. "Empat orang jenggot aneh itu terluka parah. mereka mengalami luka dalam akibat pukulan beracun iblis racun dari barat. jika tidak segera di tolong mungkin mereka akan mati." ucapnya.
"anak muda. siapa nama mu?" tanya pengemis sakti.
"nama ku antoch ki." jawab si pemuda memberi tahu namanya.
"Antoch? hmmm. dari mana kau tahu mereka terkena pukulan beracun?" tanya pengemis sakti.
"Tadi aku meliat iblis beracun menyerang mereka dari jarak jauh dan aku juga sudah memeriksa luka mereka. maka aku tahu mereka terluka oleh pukulan beracun iblis racun dari barat." kata Antoch memberi tahu.
"Hmmm." gumam pengemis sakti lalu beranjak dari duduknya. dia mendekati salah satu dari empat jenggot maut dan memeriksa luka dalamnya. "hmm. dia masih hidup tapi sudah dalam keadaan sekarat. sukar untuk membuat dia bisa pulih dan sembuh. haihz, kasihan sekali." ucapnya setelah memeriksa keadaan salah satu dari empat jenggot maut.
"kisanak..." sapa antoch namun keburu di potong pengemis sakti.
"suto. nama ku suto manggolo. panggil nama ku saja." potong pengemis sakti.
"akh. mana berani saya memanggil nama kisanak secara sembarangan." kata antoch buru buru menyoja.
"Anak muda. meliat dari usia mu, kau panggil aku paman saja. gimana?" kata pengemis sakti.
"baiklah. paman." kata antoch mengangguk.
"hmmm. anak muda, di antara kita memang belum saling kenal tapi aku merasa kau pasti orang berhati baik. maukah kau mengantar mereka ke desa terdekat dari sini? aku tahu mereka adalah empat orang yang biasa bekerja menjadi pengantar barang. tujuan mereka ke desa muryo, desa itu tidak jauh dari tempat ini. antar mereka ke sana dan beri tahukan pada kepala desa apa yang terjadi di sini. apa kau mengerti?" kata pengemis sakti.
"Emm. Ya aku mengerti." kata antoch paham.
"aku ada urusan lain. selamat tinggal !" kata pengemis sakti lalu bersiap untuk pergi.
"Paman tunggu sebentar !" seru antoch buru buru mencegah pengemis sakti pergi.
"ada apa?" tanya pengemis sakti cepat.
"Maaf paman. tadi aku dengar pada hari lima belas bulan ke delapan di puncak gunung lawu ada acara. ada acara apa sebenarnya itu paman?" tanya antoch ingin tahu.
"kalo kau ingin tahu dan penasaran, datang saja ke sana pada hari lima belas bulan delapan. kau pasti akan tahu ada apa di sana." kata pengemis sakti langsung melesat pergi. "sampe jumpa anak muda di puncak lawu. hahahaha !" terdengar suara pengemis sakti menggema di tempat itu.
Antoch hanya menghela nafas panjang meliat pengemis sakti yang telah pergi jauh. dia lalu meliat empat jenggot maut yang masih tergeletak pingsan dalam keadaan sekarat karna terluka dalam parah. dia juga meliat puluhan orang baju hitam yang tewas terkena pukulan beracun iblis racun dari barat. "hmmm. sadis sekali. nyawa manusia seolah tiada harganya sama sekali. haihz, ini sungguh kejam sekali." gumamnya lirih geleng geleng kepala. "sudahlah. lebih baik aku coba menolong empat orang jenggot aneh itu, mudah mudahan masih sempat untuk di tolong." ucapnya pelan.
Satu persatu antoch mencoba mengobati empat jenggot maut dengan tenaga dalam sembilan mataharinya. setelah berhasil mendesak hawa racun keluar dari tubuh mereka maka bisa di katakan mereka sudah lepas dari masa kritisnya. kini mereka hanya perlu minum obat dan istirahat untuk memulihkan kondisi tubuh. karna antoch tidak membawa bekal obat obatan maka dia memutuskan membawa mereka ke desa terdekat dengan menaiki kereta barang yang di bawa oleh empat jenggot maut. sementara hari sudah hampir memasuki senja, buru buru antoch menjalankan kereta barang keluar dari hutan kowaru menuju desa terdekat yaitu desa muryo.
MALAM hari antoch baru tiba di gerbang desa muryo, desa muryo cukup besar dan padat penduduknya. suasana desa cukup ramai meski malam telah menyelimuti bumi ini. Antoch bertanya pada seorang penduduk dimana rumah kepala desa dan setelah di beri tahu dia segera menjalankan kereta ke arah rumah kepala desa. dia berhenti di depan sebuah rumah besar di pagari tembok cukup tinggi, rupanya kepala desa muryo adalah orang kaya yang terpandang di desa tersebut. di depan pintu gerbang ada dua orang penjaga menghadang kereta antoch.
"Berhenti !" seru seorang penjaga menahan kereta antoch. "siapa tuan dan mau apa ke tempat ini?" tanyanya cepat.
"Maaf. apa betul ini rumah kepala desa muryo?" tanya antoch ramah.
"betul. siapa tuan?" tanya penjaga itu.
"nama ku antoch. bolehkah aku bertemu kepala desa muryo?" kata antoch.
"Maaf. tuan datang pada saat yang tidak tepat, saat ini kepala desa sedang berduka jadi tidak bisa menemui siapa pun. harap lain waktu saja tuan datang kembali kemari." kata si penjaga.
"Wah. sayang sekali, padahal ada hal yang penting yang hendak saya sampekan pada kepala desa." kata antoch agak kecewa.
seorang penjaga yang lain yang dari tadi diam saja merasa heran karna meliat ada empat orang terbaring di atas kereta. dia mendekati kereta dan meliat siapa yang terbaring di atas kereta itu. "Ekh? bukankah mereka empat jenggot maut dari utara?" serunya mengenali empat orang yang tergeletak di atas kereta.
"Tuan penjaga kenal mereka?" tanya antoch cepat.
"Ya. mereka empat orang yang biasa mengantarkan barang ke desa ini dan juga beberapa desa di daerah lain. kenapa mereka terbaring di atas kereta? apa mereka sedang terluka?" kata penjaga itu bertanya.
"Benar. aku tidak sengaja menemukan mereka di hutan dekat sini. aku sengaja datang ke sini karna hendak bertanya pada kepala desa siapa yang memesan barang dalam kereta itu. mungkin beliau tahu." kata antoch.
"kau datang di tempat yang tepat. kepala desa memang tahu siapa yang memesan barang itu, tapi akh sayang sekali kepala desa tengah berduka jadi tidak bisa menemui tamu yang datang." kata penjaga itu setengah menyesal.
"Maaf. jika saya boleh tahu memang ada apakah yang terjadi sampe kepala desa berduka dan tidak bisa menemui tamu?" tanya antoch ingin tahu.
Penjaga itu terdiam sejenak memandang temannya seolah minta pendapat.
"dirman. beri tahu saja apa yang terjadi. kasihan tuan ini yang sudah bersusah payah datang kesini dengan maksut baik." kata penjaga yang lain.
"baiklah." sahut si penjaga yang di panggil diriman oleh kawannya. "tuan. kepala desa berduka karna putri beliau yaitu suwarsih lagi sakit keras. beliau sangat menyangi putri satu satunya itu sehingga beliau jadi sibuk merawat putri beliau dan tidak sempat menemui setiap tamu yang datang. harap tuan maklum." ucapnya pada antoch.
"kalo boleh tahu memang putri kepala desa sakit apa?" tanya antoch ingin tahu.
"kami tidak tahu. sudah banyak tabib terkenal di datangkan tapi mereka tidak tahu putri kepala desa sakit apa, itu makanya kepala desa sangat berduka sekali." kata dirman seperti turut berduka.
"Hmmm." antoch mengerutkan kening mendengar penuturan penjaga itu. dia penasaran memang apa yang di derita putri kepala desa sampe para tabib tidak tahu si putri kepala desa sakit apa. "maaf. sudah berapa lama putri kepala desa sakit?" tanyanya.
"kira kira sudah tiga hari ini." jawab dirman.
"dirman. lebih baik aku beri tahu kepala desa kedatangan tuan antoch ini. kasihan dia sudah susah payah mengantar barang bawaan yang di bawa empat jenggot maut. kalo di suruh pergi kan kasihan dia tidak tahu harus di bawa kemana barang barang tersebut." kata penjaga teman dirman.
"akh. kau benar tarjo. cepat kau beri tahu kepala desa, siapa tahu beliau kali ini bersedia menemui tuan antoch." kata dirman cepat.
Penjaga bernama tarjo mengangguk dan buru buru masuk ke dalam rumah untuk menemui kepala desa. tidak berapa lama dia keluar bersama seorang pria paruh baya yang cukup berwibawa.
"ini orangnya ki." kata penjaga itu menunjuk antoch.
Pria paruh baya kepala desa muryo menatap antoch sejenak lalu manggut manggut. "anak muda. benar kau menemukan empat jenggot maut tergeletak di hutan kowaru dan kemudian mengantar mereka kemari?" tanyanya seperti menyelidik.
"benar ki." kata antoch mengangguk.
"hmmm." kepala desa itu manggut manggut. "akh. kalo begitu silakan kau masuk ke dalam. kita bicara di dalam saja. aku akan menyuruh beberapa orang anak buah ku ke rumah orang yang memesan barang dalam kereta itu. silakan." ucapnya ramah.
"terima kasih ki." kata antoch mengangguk lalu bersama kepala desa masuk ke dalam rumah.
Sementara salah seorang penjaga pergi ke rumah orang yang di beri tahukan oleh kepala desa.
"anak muda. bisakah kau ceritakan apa yang terjadi? sebelumnya boleh aku tahu siapa nama dan dari mana kau berasal?" tanya kepala desa setelah duduk di kursi ruang tamu.
"Nama ku antoch ki. aku berasal dari desa yang sangat jauh yaitu di dekat lembah tengkorak." jawab antoch.
"hmmm. jauh juga. Nah coba ceritakan apa yang terjadi." kata kepala desa kalem.
"baik ki." kata antoch. dia lalu mulai cerita apa yang terjadi di hutan kowaru sampe selese tanpa di kurangi dan di lebih lebihkan. "begitulah ki." ucapnya mengakhiri cerita.
kepala desa itu menatap antoch tajam seolah memastikan kebenaran cerita antoch, namun sorot mata antoch tidak menunjukkan sorot mata kebohongan maka mau nggak mau dia harus percaya juga. "hmmm. terus terang aku ragu dengan apa yang kau ceritakan. setahu ku hutan kuwaru sangat aman dan tiada perampok di sana. tapi jika itu benar berarti hanya suatu kebetulan saja." ucapnya.
"aku mengerti keraguan ki kepala desa tapi apa yang aku ceritakan adalah kenyataan. aki bisa bertanya sendiri kepada empat jenggot maut benar apa tidak cerita ku." kata antoch.
"Ya Ya Ya." kata ki kepala desa manggut manggut.
"Maaf ki. empat jenggot maut saat ini sedang terluka dalam, aku mohon aki sudi memberi mereka obat guna mengobati mereka." kata antoch.
"baik. aku akan memanggil tabib guna mengobati empat jenggot maut." kata ki kepala desa.
"itu tidak perlu ki. aku akan menuliskan resep obat untuk mereka, ki kepala desa cukup menyuruh orang membeli obat itu untuk mereka." kata antoch tersenyum kecil.
ki kepala desa mengerutkan kening menatap antoch. "anak muda. kau mengerti ilmu pengobatan? apa kau ini seorang tabib?" tanyanya.
"kebetulan aku pahan sedikit ilmu pengobatan ki." kata antoch merendah.
"oh." ki kepala desa manggut manggut.
"maaf ki. aku mendengar putri aki sedang sakit, jika di ijinkan boleh saya mencoba mengobati putri aki." kata antoch serius.
"benarkah? tapi.. kau masih terlalu muda, aku tidak yakin..." kata ki kepala desa ragu ragu.
"tidak ada salahnya aku mencoba memeriksa sakitnya putri aki. perkara sembuh atau tidaknya kita pasrahkan pada sang hyang widi." kata antoch tenang.
"hmmm. terus terang anak muda. aku sudah pasrah pada nasib putri ku, beberapa tabib terkenal sudah aku datangkan namun mereka tidak bisa apa apa untuk mengobati sakit putri ku." kata ki kepala desa tertunduk lesu menghela nafas panjang. "tapi mudah mudahan kali ini kau mampu menolong putri ku. mari ikut aku anak muda." ucapnya beranjak berdiri.
Antoch berjalan mengikuti ki kepala desa menuju kamar putrinya yang bernama suwarsih. tampak di dalam kamar ada seorang gadis terbaring lemah di atas tempat tidur. seorang wanita paruh baya duduk di pinggir tempat tidur dalam keadaan sedih membelai wajah putrinya.
"bune. gimana keadaan suwarsih?" tanya ki kepala desa pada istrinya.
"belum ada perkembangan apa apa pak. suwarsih masih demam tinggi." kata istri kepala desa. dia lalu menatap pemuda di samping kepala desa. "siapa dia pak?" tanyanya.
"oh dia antoch bu. dia mengerti ilmu pengobatan dan akan menolong putri kita." kata ki kepala desa.
"benarkah pak? tapi..." kata istri kepala desa tidak percaya.
"kita pasrahkan saja pada ilmu pengobatan anak muda itu bune. mudah mudahan kali ini putri kita siapa tahu bisa di sembuhkan oleh nak antoch." kata ki kepala desa.
"tapi pak..." istri kepala desa itu masih sangsi antoch mampu mengobati putrinya.
"sudahlah bu. kita yakin saja pada dia." kata ki kepala desa.
"baiklah." kata istri kepala desa itu mengalah.
"nak antoch. silakan !" kata ki kepala desa menyilakan antoch memeriksa suwarsih putrinya.
"baik ki." kata antoch segera mendekati suwarsih yang terbaring lemah di atas tempat tidur.
Antoch segera memeriksa keadaan suwarsih dengan teliti, setelah memeriksa agak lama akhirnya dia mengetahui penyakit yang di derita suwarsih.
"gimana nak antoch? apa kau tahu penyakit yang di derita putri ku?" tanya ki kepala desa.
"Ya ki." antoch mengangguk. "putri mu hanya terkena infeksi usus saja. sakitnya tidak terlalu berbahaya. aku akan menuliskan resep obatnya, mudah mudahan demamnya cepat turun." ucapnya.
"benarkah itu nakmaz?" tanya ki kepala desa girang.
"saya minta alat tulis untuk menulis obat ki." kata antoch.
Buru buru ki kepala desa mengambil alat tulis yang lalu di berikan pada antoch.
Antoch segera menuliskan resep obat untuk penyakit suwarsih serta resep obat untuk luka dalam empat jenggot maut. "cukup tiga bungkus saja ki. dalam tiga hari sakit putri aki pasti sembuh." ucapnya.
"oh baik. baik nakmaz." sahut ki kepala desa senang sekali mengetahui putrinya bisa di sembuhkan.
"nak antoch. benarkah putri ku bisa sembuh?" tanya istri kepala desa memastikan.
"mudah mudahan saja nyai." kata antoch mengangguk.
ki kepala desa segera menyuruh pembantunya membeli resep obat yang di tulis antoch. benar saja keesokan harinya panas suwarsih sudah turun, bahkan suwarsih sudah bisa bicara dan tertawa tawa meski tubuhnya masih lemah. hal ini jelas membuat suami istri kepala desa itu girang bukan main. mereka berkali kali mengucapkan terima kasih pada antoch.
"Nakmaz. entah apa jadinya putri ku jika tidak ada kamu. mungkin dia tidak akan sembuh. terima kasih banyak nakmaz." kata ki kepala desa.
"Jangan berkata seperti itu ki. mungkin ini hanya kebetulan saja aku kesini. semua sudah takdir dari sang maha kuasa ki." kata antoch merendah.
"benar benar." kata ki kepala desa mengangguk cepat. "aku senang bisa kenal seseorang berhati mulia seperti mu nakmaz. kau suka merendah dan tidak mau menyombogkan diri. salut. salut sekali." ucapnya bangga.
"Maaf ki. karna urusan saya sudah selese di sini maka saya mau minta pamit sekarang." kata antoch cepat.
"Ekh. kenapa musti buru buru nakmaz. tinggalah di sini beberapa hari lagi. aku belum sempat membalas budi mu yang telah menolong putri ku." kata ki kepala desa terkejut antoch minta pamit.
"Maaf ki aku harus buru buru karna aku harus mencari tanaman obat yang tumbuh di jurang tebing gunung muria. jika aku tidak buru buru menemukan tanaman obat itu maka nyawa adik ku tidak mungkin bisa tertolong lagi. jadi aku mohon maaf tidak bisa memenuhi permintaan ki kepala desa." kata antoch serius.
"jurang tebing gunung muria?" seru ki kepala desa kaget. "nakmaz. apa kau yakin akan ke tempat itu?" tanyanya tidak percaya.
"Ya." jawab antoch yakin.
"nakmaz. apa kau tahu apa itu jurang tebing gunung muria?" tanya ki kepala desa sungguh sungguh.
"Ya. aku tahu ki." jawab antoch mengangguk. "kata orang tempat itu sangat berbahaya, tapi aku tidak peduli tempat itu berbahaya atau tidak. demi menolong adik ku maka aku harus menempuh bahaya tersebut apapun resikonya." ucapnya mantap.
"hmmm. aku salut akan keberanian mu nakmaz. kau tahu tempat itu sangat berbahaya tapi kau tetap nekat hendak kesana. sungguh aku jadi semakin kagum pada mu nakmaz. hmmm. baiklah jika kau tetap memaksa pergi aku tidak akan menahan mu lagi. tunggu sebentar nakmaz." kata ki kepala desa segera masuk ke dalam kamar lalu tidak lama keluar lagi membawa buntalan kain kecil. "nakmaz. ini ada sedikit perbekalan untuk mu, terimalah." ucapnya menyerahkan buntalan kain tersebut.
"Maaf ki. apa ini? aku menolong tanpa pamrih." kata antoch menolak.
"terimalah. ini bukan sebagai balas jasa kamu menolong kami tapi ini hanya bekal dari kami untuk mu. aku minta kau mau menerimanya, jika kau menolak berarti kau tidak menghargai kami." kata ki kepala desa memaksa.
"tapi ki?" kata antoch ragu ragu.
"Jangan ragu ragu. terimalah." kata ki kepala desa.
Antoch terdiam sejenak menimbang nimbang terima atau tidak. "hmmm. baiklah ki." ucapnya memutuskan menerima bekal itu. dia menerima bungkusan kain dari tangan ki kepala desa. "terima kasih ki." ucapnya.
"saya yang harusnya berterima kasih nakmaz. pertolongan nakmaz kepada kami tidak bisa di nilai dengan apapun. terima kasih banyak nakmaz." ucap ki kepala desa.
"sama sama ki." kata antoch mengangguk. "Ya sudah kalo begitu saya mohon pamit ki. permisi !" ucapnya segera beranjak pergi dari hadapan ki kepala desa.
ki kepala desa mengantar antoch sampe di depan pintu, setelah antoch hilang di balik pintu gerbang pagar dia baru masuk ke dalam rumah.
ANTOCH berlari menggunakan ilmu ringan tubuh secepat yang dia mampu menaiki gunung muria yang berdiri menjulang tinggi di depannya. hari semakin beranjak jelang siang maka dia mengempos semangatnya guna menambah kecepatan larinya hingga tubuhnya bagai bayangan saja. dia menuju arah barat sisi lereng gunung karna di tempat itulah terdapat tebing jurang tinggi. ketika matahari hampir di atas kepala dia telah tiba di sebuah daerah yang berbau menyengat gas beracun. tampaj daerah itu terdapat rawa yang berlumpur mengeluarkan gelembung putih seperti air mendidih. dia tahu kalo rawa lumpur itu sangat beracun, mustahil jika ada orang sanggup bertahan dari bau gas beracun tersebut, hanya orang tertentu saja yang bisa bertahan di tempat itu. tempat itu tampak tidak pernah di lalui oleh manusia tapi ada satu hal yang tidak di mengerti oleh antoch. apa itu? yaitu di tengah rawa lumpur terdapat batu batu sebesar kepala kerbau dewasa membentuk satu formasi unik menurut lima unsur atau unsur pancabuta. formasi yang menganut unsur lima kedudukan yang berarti ada seseorang sengaja membuat formasi itu dan itu artinya pernah ada orang yang lewat atau tinggal di wilayah tempat itu. Antoch paham akan perubahan unsur panca buta maka dia memperhatikan dengan teliti letak letak batu tersebut agar bilamana dia lewat tidak menginjak di batu yang salah dan bila dia salah perhitungan maka nyawanya bisa melayang karna terjatuh ke dalam rawa lumpur beracun. dia bisa secara sembarangan melewati batu dengan ilmu ringan badan yang telah mencapai kesempurnaan tanpa membuat batu tenggelam, namun perlu di ketahui formasi unsur panca buta dapat menyesatkan orang bila salah perhitungan. batu batu itu akan bergerak berubah posisi menjadi formasi lain bila orang salah menginjak batu. jadi ilmu ringan badan tidak sepenuhnya berguna dalam menghadapi formasi lima unsur itu.
"hmmm. aku bisa melewati susunan batu tersebut dengan mudah tapi aku tidak boleh gegabah karna bisa saja di ujung rawa sana sudah menanti jebakan yang lain. hmmm. gimana baiknya?" gumam antoch pelan.
Cukup lama antoch berdiri memikirkan jalan keluar terbaik namun tiada jalan lain kecuali harus melewati formasi batu tersebut.
"huah. terpaksa aku harus nekat melewati formasi batu itu. mudah mudahan di ujung rawa tiada jebakan lain." kata antoch memantapkan diri.
Antoch segera melompat dari satu batu ke batu lain menurut pehituangan. pertama tama dia maju menginjak tiga batu lalu ke kanan lima batu maju empat batu ke kiri lima batu lalu miring ke kiri tiga batu ke depan tiga batu miring lagi tujuh batu hingga terus dia bergerak cepat menurut perhitungan dan sampelah dia di ujung rawa. dia menarik nafas lega karna tidak ada jebakan di ujung rawa. dia maju berjalan berhati hati hingga tiba di sebuah daerah mirip kebun yang di tumbuhi pohon pendek setinggi orang dewasa. pohon pohon itu berbaris rapi seolah sengaja di tanam dengan rapi, namun antoch tidak mudah tertipu karna meski pohon pohon itu berbaris rapi namun pohon pohon itu mengandung unsur panca buta. antoch tahu formasi pohon itu jauh lebih rumit dan benar butuh perhitungan sangat tepat. setelah meliat sejenak dia tahu harus melangkah kemana, maka dengan tenang dia berjalan ke tempat tempat sesuai perhituangan dan tidak lama dia sudah keluar dari formasi pohon itu. sekarang tampak jelas di balik formasi pohon terdapat lembah kecil di penuhi aneka warna bunga, di tengah kebun bunga terdapat sebuah gubuk kecil yang berarti di dalam gubuk mungkin di huni oleh seseorang. dia segera berjalan mendekati gubuk itu melewati taman bunga, begitu tiba di depan gubuk terdengar suara orang dari dalam gubuk.
"Anak muda. masuklah. sudah hampir tujuh puluh tahun aku menunggu kedatangan mu di tempat ini. hari kau datang menandakan itu akhir dari penantian ku." ucap suara halus berpengaruh sangat kuat dari dalam gubuk.
Antoch terkejut sekali oleh suara dari dalam gubuk itu dan dia lebih terkejut lagi oleh ucapan suara itu dimana katanya bahwa orang di dalam gubuk sudah menunggu dirinya hampir tujuh puluh tahun. hal ini jelas membuat dia jadi heran dan bingung. belum juga meliat siapa datang tapi orang di dalam gubuk sudah yakin kalo antoch yang di tunggunya. sebenarnya siapa orang yang ada di dalam gubuk itu? batin antoch penasaran.
"Anak muda. jangan ragu, masuklah !" seru suara dari dalam gubuk.
Antoch terdiam sejenak untuk menimbang nimbang apa dia masuk ke gubuk atau tidak tapi karna sudah terlanjur sampe di tempat itu maka dia memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk sesuai yang di minta suara dari dalam gubuk.
Antoch perlahan lahan beranjak mendekati pintu gubuk lalu membuka pintu gubuk. begitu pintu terbuka maka nampaklah di dalam gubuk ada seorang kakek tua berjubah putih bersih sedang duduk bersila membelakangi antoch. tidak jelas wajah orang tersebut di karenakan orang tua itu duduk membelakangi antoch.
"hmm. duduklah anak muda." kata orang tua itu halus.
Antoch terkesan baik dengan nada suara orang tua di hadapannya yang halus, dia segera duduk bersila di lantai gubuk.
"hmmm. anak muda. sekian lama aku disini menunggu kedatangan mu, akhirnya setelah menunggu hampir 70 tahun penantian ku tidak sia sia. dengan begini aku bisa pergi dengan mata meram." kata orang tua itu.
Antoch tidak mengerti apa yang di katakan orang tua jubah putih itu, dia mengerutkan kening tanda bingung dan heran. dia ingin buka suara hendak bertanya tapi orang tua jubah putih itu tertawa keras yang membuat tempat itu bergetar kuat membuat antoch mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Orang tua jubah putih terus tertawa lalu tiba tiba berhenti dengan cepat. "anak muda. nama ku resi batara surya. aku tahu kau pasti bingung dengan apa yang aku katakan. benar begitu?" ucapnya tajam.
"benar resi." kata antoch mengangguk pelan. "mohon maaf resi. bolehkah resi menjelaskan apa maksut ucapan resi?" ucapnya bertanya.
"hehehehe." orang tua jubah putih bernama resi batara surya terkekeh. "hmm. tentu saja aku akan menjelaskan pada mu. hehe." ucapnya.
Orang tua jubah putih tiba tiba menggerakan dua tangannya ke bawah seperti orang memukul tanah, tiba tiba tubuhnya melayang satu meter lalu berputar dan turun ke bawah perlahan kembali duduk di tempat semula namun tidak lagi membelakangi antoch. luar biasa sekali apa yang di perbuat orang tua itu. hal itu menunjukkan ilmu ringan tubuh dan tenaga dalam yang sukar di ukur. kini tampak wajah orang tua itu dengan jelas. wajah orang tua klimis dan halus dengan sorot mata tajam tapi penuh wibawa. kumis dan jenggot sudah memutih menambah kesan wibawa yang tinggi. wajahnya seolah mengeluarkan aura yang cukup terang membuat teduh orang yang meliatnya.
"Anak muda. aku tahu riwayat kehidupan mu, kau terlahir bernama Dicky budianto berasal dari alam yang akan datang yaitu alam seribu tahun di muka. kau tersesat ke masa lampau karna menjalani takdir tiga kehidupan. kehidupan pertama yang jalani yaitu sekitar empat ratus tahun yang lampau dimana kau menjadi seorang raja besar bergelar pangeran matahari. kau berhasil menciptakan tiga ilmu maha hebat yang kemudian orang menyebutnya sebagai tiga ilmu dewa. ilmu itu adalah ilmu sembilan, ilmu penakluk langit dan bumi lalu ilmu merengkah gunung. Di kehidupan kedua yaitu masa dua ratus tahun yang lalu kau muncul dengan gelar pendekar pedang matahari yang berhasil menyatukan lima batu mustika sakti, tapi sayang sekali kau telah lalai dan membuat satu kesalahan sehingga kau gagal kembali ke masa depan yaitu alam di mana kau berasal. tahukah kamu kesalahan apa yang telah kau buat?! kesalahan mu adalah kau buru buru menyatukan lima batu mustika tanpa menyadari kalo salah satu batu mustika telah di curi orang dan di ganti batu mustika palsu. itulah penyebab kau gagal pulang ke tempat asal mu." ucapnya bercerita dengan serius. Antoch terdiam mendengarkan cerita itu dengan mulut ternganga karna heran dan kaget orang tua jubah putih itu mengetahui dengan sangat jelas mengenai tentang dirinya.
"kau.. kau.. kau tahu tentang diri ku?" tanyanya tergagap.
"hehehehe." resi batara surya tertawa terkekeh. "tidak hanya tahu tapi aku juga tahu kenapa dan apa penyebab kau sampe harus menjalani takdir tiga kehidupan." ucapnya.
"kau tahu?" tanya antoch tidak percaya.
"tentu saja." kata resi batara surya cepat. "coba kau lihat ini." ucapnya.
Resi batara surya menekan sesuatu di lantai, entah apa yang dia tekan namun tidak lama terdengar suara benda bergerak. benda apa itu? ternyata lantai gubuk itu seperti bergeser tepat di hadapan antoch. benar saja, lantai di depan antoch bergeser seperti terbelah selebar satu meter dan dari dalam lantai muncul sebuah batu pipih berbentuk kotak berwarna pelangi. batu itu terdapat tiga gambar guratan di tengah yaitu gambar mahkota dalam lingkaran, gambar pedang dalam lingkaran dan gambar tengkorak juga dalam lingkaran.
"Anak muda. coba kau liat batu itu dan tiga gambar itu. apa kau mengenal dan ingatnya?" tanya resi batara surya.
Antoch menatap batu pelangi dan gambar di atas batu dengan kening berkerut. dia seperti pernah meliat batu pelangi dan tiga gambar tersebut. cukup lama dia meliat dan mengingat ingat batu dan tiga gambar itu. tiba tiba antoch terlonjat kaget karna sudah ingat akan batu pelangi tersebut.
"buk.. buk.. bukankah.. ini adalah.. batu.. batu yang ada di museum?!" serunya tergagap penuh keheranan.
"hehehehe. benar." kata resi batara surya tertawa. "itu memang batu yang pernah kau lihat di museum purbakala. nah jika sudah ingat batu itu pasti kau ingat diri ku. hmmm?" ucapnya.
Antoch menatap resi batara surya dengan tajam sekali, dia merasa pernah meliat wajah orang tua itu dan tidak lama dia baru mendusin ingat siapa orang tua itu. "akh. aku ingat sekarang. kau adalah aki mangkurejo si pemahat batu di museum itu. kau yang telah memberi ku nasehat agar jangan menyentuh batu pelangi apa lagi sampe iseng mengotori batu pelangi itu tapi aku malah tetap nekat iseng menggurat batu pelangi dengan paku dan menggambar di atas batu itu." serunya.
"hmmm. bagus jika kau sudah ingat." kata resi batara surya mengangguk pelan.
Antoch buru buru membungkuk hormat dan minta maaf pada orang tua jubah putih tersebut. "maafkan aku ki yang tidak mau mendengarkan nasehat aki." ucapnya menyesal.
"hmmm. tidak apa apa nakmaz. itu semua memang takdir yang sudah di gariskan sang pencipta. aku tahu kamu berbuat itu karna memang kau iseng saja tapi kaupun tentu masih bingung kenapa ini semua bisa terjadi." kata resi batara surya atau aki mangkurejo tersenyum.
"benar." sahut antoch mengangguk. dia memang heran dan bingung kenapa dia sampe harus menjalani takdir tiga kehidupan hanya karna gara gara menggurat gambar di batu pelangi tersebut. hal itu pasti ada latar belakangnya dan dia ingin tahu apa yang menjadi latar belakang semua itu.
"Nakmaz. ketahuilah, aku melarang mu menggurat atau mengotori batu pelangi itu karna sesungguhnya batu itu adalah batu kutukan yang dahulu kala menjadi wadah pemasung kekuatan iblis. dahulu kala ada seorang anak manusia telah menciptakan suatu ilmu hitam yang maha dahsyat. ilmu itu adalah ilmu hawa neraka, ilmu penghancur jagat dan ilmu sukma merah. tiga ilmu bernama tiga ilmu iblis. kehebatan tiga ilmu itu tiada satu orangpun yang sanggup menghadapinya sehingga dunia di kuasai kekuatan jahat yang luar biasa. bisa kau bayangkan sendiri bila dunia di kuasai kekuatan jahat maka hancurlah dunia ini dalam keterpurukan. sudah banyak tokoh golongan putih mencoba melawan kekuatan jahat itu namun semua tewas dengan sia sia." kata resi batara surya bernada duka seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. dia diam menunduk tidak bersuara.
"siapa orang yang telah menciptakan tiga ilmu iblis itu resi?" tanya antoch.
resi batara surya menghela nafas panjang baru menjawab. "aku." ucapnya bergetar.
"APA?!" seru antoch terkejut.
"Ya. aku yang menciptakan tiga ilmu iblis itu. apa kau tahu, sejak aku berhasil menciptakan tiga ilmu iblis itu membuat aku tidak terkalahkan di kolong langit ini. ratusan dan bahkan ribuan nyawa telah melayang di tangan ku. dosa ku sangat besar, meski aku mati ribuan kali belum cukup menebus dosa ku itu." kata resi barata surya penuh rasa menyesal.
"Maaf resi. lalu kenapa aki bisa menjadi resi?" tanya antoch keheranan.
"hmmm. terus terang, semakin lama aku berbuat kejahatan malah membuat aku jadi hampa. semula aku begitu senang dan gembira melakukan semua itu namun entah kenapa aku juga semakin hampa, hingga suat ketika aku bertemu seorang anak kecil. anak kecil itu sama sekali tidak takut pada ku padahal semua orang sangat takut pada ku tapi anak kecil itu tidak. jelas hal ini membuat aku jadi gusar dan heran kenapa dia sama sekali tidak takut kepada ku." kata resi barata surya.
"lalu apa yang kau lakukan resi?" tanya antoch ingin tahu.
resi barata surya terdiam sejenak lalu mulai bercerita tentang masa lalunya dimana dia bertemu anak kecil.
TAMPAK di sebuah gubuk tua terliat seorang pria berbaju hitam duduk menatap seorang anak kecil berusia dua belas tahun. pria baju hitam itu bernama mangkurejo dan anak kecil itu bernama wanarejo.
"bocah !" bentak mangkurejo keras. "bagus. kau sama sekali tidak takut pada ku iblis raga hitam. apa kau sudah bosan hidup. hah?" bentaknya.
wanarejo hanya tersenyum kecil menatap mangkurejo.
"bocah ! kenapa tersenyum? apa kau benar benar tidak takut mati. hah?" bentak mangkurejo.
"hik. hik. hik. mangkurejo, aku ini manusia biasa yang punya hati yang pasti takut akan kematian tapi untuk apa aku memusingkan masalah hidup dan mati. garis hidup dan mati manusia semua sudah di atur oleh sang hyang widi. mati sekarang atau besok serta kelak toh sama saja tetap tidak bisa kita hindari. semua makhluk yang bernyawa pasti akan kembali kepada sang pencipta, begitupula kau dan aku." kata wanareja halus dan tenang sekali.
mangkurejo tertegun mendengar ucapan wanarejo. apa yang di katakan anak kecil itu memang benar adanya. timbulah rasa sayang pada anak kecil itu di hatinya namun tidak dia tunjukkan di raut wajahnya. dia tetap terliat bengis dan dingin.
"hidup dan mati seseorang adalah hal yang remeh di dunia ini. Justru hal yang besar adalah bagaimana kita bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan ini." kata wanarejo halus sekali.
mangkurejo tampak gusar sekali mendengar itu. kata kata anak kecil itu sama saja berarti kalo apa yang dia perbuat tiada manfaat sama sekali. matanya tampak berapi api menatap wanarejo seolah ingin menelan mentah mentah bocah itu.
Wanarejo tersenyum lembut meliat mangkurejo, tiada rasa takut sama sekali pada mangkurejo.
"bocah. benar kau tidak takut mati?" tanya mangkurejo dingin sekali.
"hmmm." gumam wanarejo menggelengkan kepala. "kasihan. sungguh sangat kasihan." ucapnya.
"kasihan apa?" bentak mangkurejo keras.
"aku kasihan pada mu." kata wanarejo.
"kau kasihan pada ku?" kata mangkurejo tertegun heran. "kenapa?" tanyanya.
"hmmm. pada dasarnya hati mu sangat baik dan bersih namun karna suatu hal kau berubah menjadi jahat. kau tersesat oleh hawa amarah mu dan ambisi mu, hanya karna sebuah nama kosong kau sampe tega meninggalkan keluarga mu. ayah ibu dan irtri mu kau lupakan bahkan anak yang seharusnya butuh kasih sayang seorang ayah tega kau campakan. setelah kau berhasil melaksanan ambisi mmu, apa yang kau rasakan sekarang? senangkah? puaskah? bahagiakah?" kata wanarejo halus sekali.
Mangkurejo terdiam mendengar ucapan anak kecil itu, dia teringat sama ayah ibu dan istrinya yang dia tinggalkan begitu saja. bahkan dia begitu tega meninggalkan seorang bayi mungil yang butuh kasih sayang seorang ayah. tanpa terasa hatinya berubah jadi berduka karna ingat akan anaknya yang masih kecil itu. benar kata bocah kecil itu, setelah berhasil menjadi jago tanpa tanding di kolong langit apa yang dia dapat? bahkan dia telah tersesat menjadi seorang penjahat yang kejam dan keji. awalnya dia sangat girang berhasil menjadi jago terhebat namun lama kelamaan dia merasa hampa dan seolah dia hidup seorang diri di dunia ini. mangkurejo yang terkenal kejam dan sadis seketika jadi seorang yang lemah. dia menangis karna teringat akan anaknya yang dia tinggal belasan tahun yang lalu, entah seperti apa nasib anaknya itu sekarang.
"mangkurejo. letakkan senjata mu dan bertobatlah. selama nyawa masih di kandung badan maka selama itu pula pintu taubat terbuka. kembalilah ke jalan yang lurus dan dekatkan diri pada sang maha pencipta karna itulah kebahagian sejati." kata wanarejo penuh welas asih.
mangkurejo diam menatap wanarejo, dia lalu menggeleng gelengkan kepala pelan. dia merasa bahwa dosanya begitu besar, setinggi langit dan sedalam lautan jadi tiada pintu taubat lagi untuk dirinya.
"kenapa? apa kau tetap akan berkubang dalam lumpur kesesatan?" tanya wanarejo.
"tidak. tidak mungkin aku bertaubat. dosa ku setinggi langit sedalam lautan. tiada tempat lagi bagi ku untuk bertaubat, semua sudah terlambat." kata mangkurejo lirih.
wanarejo tersenyum lembut. "aku senang kau bicara begitu, itu menandakan hati mu masih ada setitik sinar harapan untuk kembali ke jalan yang benar. ketahuilah mangkurejo, bahwasana pintu taubat terbuka untuk siapa saja dan tidak ada kata terlambat selama manusia mau kembali ke jalan yang benar." ucapnya penuh welas asih.
"tidak. itu tidak mungkin. semua sudah terlambat. aku tidak mungkin bisa bertaubat." seru mangkurejo geleng geleng kepala.
"apa yang terganjel dalam hati mu mangkurejo?" tanya wanarejo penuh sabar. Mangkurejo mengangkat dua tangannya di depan mukanya. "aku telah menciptakan tiga ilmu iblis, selama tiga ilmu itu masih mendekam dalam tubuh ku maka selama itu aku tidak bisa lepas dari dunia hitam. ilmu itu akan membuat ku hilang kendali dan terus melakukan kejahatan jadi mana mungkin aku bisa bertaubat?" ucapnya.
wanarejo tersenyum lembut. "hmmm. ketahuilah mangkurejo, bila ana niat semua pasti bisa kau lakukan, tergantung seberapa besar kau mau kembali ke jalan yang lurus." ucapnya lembut. "tentang tiga ilmu iblis yang ada di dalam tubuh mu kau tidak perlu risau karna pada hakekatnya setiap apa yang tercipta di muka bumi pasti berpasangan. kau berhasil menciptakan tiga ilmu iblis maka suatu saat akan muncul ilmu yang menjadi penangkalnya yaitu apa yang di sebut tiga ilmu dewa. Yang hitam biarlah tetap hitam dan Yang putih tetap menjadi putih. semua pasti menjadi satu kembali kosong." ucapnya lagi.
Mangkurejo terdiam mendengar ucapan wanarejo, memang benar jika ada niat yang kuat dan tulus maka semua pasti ada jalan. "aku mengerti." ucapnya mengangguk.
"syukurlah kalo kau mengerti mangkurejo." kata wanarejo tersenyum lembut.
Tiba tiba mangkurejo berlutut di hadapan wanarejo. "Guru. mohon guru sudi memberi petunjuk aga yang harus aku lakukan untuk menebus semua kesalahan ku." ucapnya.
Aneh sekali kenapa mangkurejo berlutut di hadapan wanarejo dan memanggil guru, bukankah itu aneh dan menggelikan.
"hahahaha." wanarejo tertawa meliat mangkurejo berlutut di hadapannya. "kenapa kau berlutut dan memanggil ku guru? jika di liat oleh orang lain bukankah itu aneh dan bisa menurunkan keangkeran mu sebagai tokoh sakti tanpa tanding di kolong langit ini. apa kau tidak malu?" serunya.
"Sesungguhnya nama besar dan derajat adalah kosong, buat apa aku malu akan sesuatu yang kosong itu." kata mangkurejo.
"hmmm. bagus. kau selangkah lebih maju." kata wanarejo manggut manggut.
"terima kasih guru." kata mangkurejo mengangguk pelan. "mohon guru sudi menerima saya menjadi murid guru. tuntunlah saya memjadi manusia yang berjalan di jalan lurus." ucapnya membungkuk dalam dalam.
"hmmm. baiklah jika kau sudah membulatkan tekad ingin kembali ke jalan lurus. aku bersedia menerima kau menjadi murid ku." kata wanarejo.
"terima kasih guru. terimalah sembah bakti murid." kata mangkurejo memberi hormat pada wanarejo dengan cara membungkuk dalam dalam dan ketika dia kembali mengangkat tubuhnya dia tersentak kaget karna anak kecil di hadapannya kini telah berubah menjadi sosok orang tua berjubah putih, berambut dan berkumis serta berjenggot panjang warna putih. orang tua itu kelihatan begitu agung penuh wibawa membuat mangkurejo jadi begitu segan terhadap orang tua itu. "guru?" ucapnya tertahan.
"hahahaha." orang tua itu tertawa meliat mangkurejo yang kaget meliat dirinya. "mangkurejo. inilah wujud asli ku. aku adalah pertapa yang hidup menyepi di gunung muria. selama ini aku jarang muncul di keramaian dan kemunculan ku memang sengaja menemui mu." ucapnya halus namun sangat berpengaruh.
mangkurejo terdiam penuh hormat di hadapan orang tua itu.
"mangkurejo. sekali lagi aku bertanya pada mu, apa kau sudah bertekad membulatkan hati ingin kembali ke jalan lurus?" tanya orang tua itu penuh tekanan.
Mangkurejo menangguk yakin. "benar." ucapnya.
"Asal kau tahu mangkurejo, menjadi orang baik tidaklah gampang. apa kau siap menjalani segala cobaan yang bakal menimpa mu kelak?" tanya orang tua itu.
"saya sudah bertekat ingin kembali menjadi orang baik. apapun resiko dan cobaan yang akan menimpa ku kelak maka aku siap menghadapinya." kata mangkurejo mantap.
"bagus." seru orang tua itu senang. "mulai sekarang kau akan ku didik di gunung muria. kelak kau akan menjalani tugas yang sangat berat hingga suatu saat tiga ilmu iblis mu akan berhadapan dengan tiga ilmu dewa maka saat itu semua akan kembali ke alam dan kosong." ucapnya tegas.
BEGITULAH mulai saat itu mangkurejo ikut orang tua jelmaan wanarejo ke puncak gunung muria. mulai saat itu juga nama iblis raga hitam hilang dari dunia persilatan, selama bertahun tahun orang orang sudah tidak mendengar lagi tokoh hitam yang di takuti seantero penjuru negeri. selama puluhan tahun mangkurejo mendapat gemblengan wanarejo hingga dia menjadi seorang resi yang bernama resi batara surya. hingga suatu ketika dia mendapat suatu tugas dari sang guru yaitu mencari sebuah batu pelangi yang konon berada di alam ribuan tahun yang akan datang. tentu hal itu membuat mangkurejo heran dan bingung karna bagaimana cara untuk mencari batu pelangi yang berada di alam ribuan tahun yang akan datang. itu adalah tugas yang mustahil di laksanakan, tapi kesulitan itu di ketahui oleh wanarejo maka wanarejo memberitahu bahwa ada ilmu yang sanggup menembus batas ruang dan waktu yaitu ilmu penembus ruang dan waktu. akhirnya wanarejo mengajarkan ilmu penembus ruang dan waktu pada mangkurejo namun apa yang terjadi selanjutnya sungguh membuat mangkurejo kaget, kenapa? karna setelah mengajarkan ilmu penembus ruang dan waktu akhirnya wanarejo harus kehilangan nyawanya. ternyata ilmu penembus ruang dan waktu mengandung resiko besar yaitu dimana harus mengorbankan nyawa sendiri bila di turunkan pada orang lain. Jelas hal itu membuat mangkurejo sangat berduka dan terpukul karna sang guru yang sangat di hormatinya bersedia berkorban nyawa hanya demi mangkurejo, maka mangkurejo bertekad dalam hati akan menjalankan pesan dan tugas dari gurunya sekuat tenaga.
MULAILAH Mangkurejo melaksanakan tugas dari gurunya yaitu mencari batu pelangi yaitu menurut gurunya batu pelangi itu adalah batu kutukan dimana bila ada seseorang menggurat di atas batu akan membuat orang itu menerima kutukan sebuah takdir. kebetulan ketika dia sampe di alam seribu enam ratus tahun di muka dia menemukan batu tersebut berada di museum. dia berlagak menjadi seorang pemahat batu agar bisa membawa batu pelangi itu tapi dia malah bertemu antoch yang hendak mencoret coret batu tersebut. buru buru dia mencegah hal itu namun antoch tetap saja menggurat di atas batu itu maka mangkurejo tidak dapat mencegah takdir kutukan yang menimpa antoch hingga dengan hati bimbang dia membawa batu pelangi itu kembali ke jamannya lagi. tidak di sangka dia malah tersesat ke jaman enam ratus tahun dari jaman dia berasal dan di jaman itu dia mendapat petunjuk bahwa akan bertemu dengan orang yang telah menggurat batu tersebut. maka dengan penuh kesabaran dia menunggu antoch hingga hampir 70 tahun menunggu akhirnya dia bertemu juga dengan antoch.
MANGKUREJO alias resi batara surya menatap antoch lalu menghela nafas panjang.
"begitulah cerita sebenarnya nakmaz." ucapnya pelan.
Antoch terdiam merenungkan cerita resi batara surya. sekarang dia mengerti alasan kenapa dia sampe harus menjalani takdir tiga kehidupan itu, semua berawal karna kecerobohanya yang terlalu iseng dan tidak mendengarkan nasehat resi batara surya. cukup lama mereka diam tenggelam dalam pikiran masing masing.
"hmmm. aaahk." gumam resi batara surya menghela nafas panjang. "semua memang takdir yang sudah di gariskan. mau tidak mau kita harus menjalani takdir itu." ucapnya pelan.
Antoch menatap resi batara surya hendak bertanya tapi di urungkannya karna tidak enak hati.
"hmmm. nakmaz. aku tahu apa yang hendak kau katakan. kau pasti berharap ingin belajar ilmu penembus ruang dan waktu untuk bisa kembali ke jaman kau berasal. benar bukan?" kata resi batara surya tepat sasaran.
"benar dan tidak." sahut antoch.
"Ekh. apa maksut mu benar dan tidak itu?" tanya resi batara surya bingung.
Antoch tertawa kecil menatap resi batara surya yang bingung. "benar aku memang ingin resi mengajari ilmu penembus ruang dan waktu agar aku bisa kembali ke tempat asal ku. tetapi aku juga tidak ingin belajar ilmu itu karna aku tahu jika aku belajar ilmu itu maka sama saja aku meminta resi mati." ucapnya.
"hahahaha." resi batara surya tertawa tergelak mendengar itu. "bagus. bagus. tidak percuma kau mendapat gelar pangeran matahari dan pendekar pedang matahari. hmmm. aku salut pada mu." ucapnya.
"resi. terus terang saja aku sudah capek dan ingin cepat pulang ke jaman asal ku. apakah resi punya petunjuk untuk ku?" kata antoch serius bertanya.
"hmmm." gumam resi batara surya menatap antoch tajam. "anak muda. terus terang andai saja aku bisa menggunakan ilmu penembus ruang dan waktu untuk membawa mu kembali ke masa depan sudah sejak dulu aku gunakan, tapi sayangnya setiap ilmu pasti ada batas kemampuannya. ilmu penembus ruang dan waktu tidak bisa membawa lebih dari satu orang, itu berarti ilmu itu tidak bisa di gunakan. kecuali kau belajar ilmu itu namun hal itu tidak mungkin aku ijinkan karna bisa merusak takdir kehidupan ruang dan waktu. asal kau tahu saja, setiap aku menggunakan ilmu itu maka aku harus menerima resiko yang tidak kecil yaitu seluruh ilmu ku akan musnah dan akan kembali setelah seratus tahun kemudian." ucapnya serius.
"kalo begitu saat ini ilmu resi telah musnah semuanya?" tanya antoch ingin tahu.
"benar. 20 tahun lagi ilmu ku baru akan pulih lagi. saat itulah aku akan kembali ke masa dimana aku berasal." kata resi batara surya.
"kalo begitu tiada petunjuk agar aku bisa kembali ke tempat asal ku?" tanya antoch.
resi batara surya terdiam sejenak menarik nafas. "coba kau lihat gambar di atas batu pelangi yang kau buat." ucapnya.
Antoch meliat tiga gambar di atas batu pelangi yang dia buat. dia tidak tahu apa maksut resi batara surya menyuruhnya meliat gambar itu.
"tiga gambar yang kau buat itu adalah takdir yang harus kau jalani. gambar pertama mahkota dalam lingkaran berarti kau menjalani hidup sebagai raja atau pangeran. kau sudah menjalani takdir itu hingga bergelar pangeran matahari. gambar kedua pedang dalam lingkaran berarti berhubungan dengan ilmu silat, kau sudah menjalani takdir itu hingga mendapat gelar pendekar pedang matahari. Nah, gambar ketiga tengkorak dalam lingkaran berarti itu takdir di kehidupan mu sekarang. terus terang aku tidak mengerti takdir apa yang akan kau jalani sekarang, yang tahu hanya kau sendiri karna kau yang menggambar sendiri. kira kira apa yang ada di dalam pikiran mu waktu menggambar itu?" kata resi batara surya.
Antoch hanya mengangkat bahu saja karna pada saat itu dia hanya asal atau iseng iseng saja membuat gambar itu.
"apa kau tidak ada niat apapun saat menggurat gambar itu?" tanya resi batara surya.
"tidak ada." kata antoch menggelengkan kepala.
"hmmm." gumam resi batara surya manggut manggut. "aku pikir gambar itu mengandung suatu misteri yang harus kau pecahkan sendiri. maaf aku tidak bisa membantu mu." ucapnya.
Antoch terdiam memandang batu pelangi yang juga di sebut batu kutukan, lama sekali dia memandangi batu itu berpikir apa maksut dari gambar yang ketiga yaitu tengkorak dalam lingkaran.
"Anak muda." kata resi batara surya memecah keheningan. "menurut ku kau pasrahkan semua takdir mu di jaman ini pada nasib. firasat ku mengatakan di jaman ini jika kau menggunakan salah satu pedang delapan unsur maka akan membuat jalan menuju masa depan menjadi tertutup. aku sarankan kau musnahkan saja delapan pedang itu." ucapnya.
"APA?!" seru antoch terkejut sekali. "aku harus memusnahkan delapan pedang itu?" tanyanya.
"Ya." sahut resi batara surya mengangguk. "coba kau pikir baik baik, jika kau tidak memusnahkan delapan pedang itu berarti jauh di dalam hati mu sesungguhnya kau tidak ingin meninggalkan jaman ini. pikirkanlah." ucapnya.
Antoch terdiam sejenak memikirkan kata kata resi batara surya. "hmmm. apa yang di katakan resi batara surya memang benar dan masuk akal. jangan jangan gagalnya aku pulang ke masa depan karna hal tersebut." batinnya dalam hati.
"apa kau tidak sanggup memusnahkan delapan pedang itu?" tanya resi batara surya tajam.
Antoch memang sangat sayang jika harus memusnahkan delapan pedang yang di buatnya dengan susah payah namun apa yang di katakan resi batara surya memang masuk akal dan beralasan, mau tidak mau dia memang harus memusnahkan delapan pedang itu agar terlepas dari rasa yang membelenggu di hatinya. dia akhirnya setuju dengan saran resi batara surya itu. "hmmm. baiklah. gimana caranya aku memusnahkan delapan pedang itu?" tanyanya.
resi batara surya terdiam untuk memikirkan cara bagaimana memusnahkan delapan pedang sakti namun tiada cara yang bisa membuat delapan pedang musnah. "hmmm. aku juga tidak tahu cara memusnahkan delapan pedang itu. delapan pedang itu di selimuti kekuatan yang bersumber dari tiga ilmu dewa. rasanya sulit memusnahkan delapan pedang itu." ucapnya.
Antoch tiba tiba memutar dua tangannya di depan dada lalu tangan kanan di angkat lurus ke atas. seketika muncul sebilah pedang di tangan kanan antoch, pedang itu dia letakkan di lantai gubuk lalu dia mengangkat tangan kanan lagi maka muncul pedang lagi. dia lakukan hal berturut turut sampe delapan kali maka tampak di lantai gubuk telah ada delapan pedang yaitu pedang matahari, bulan, rajawali, naga langit, halilintar, harimau, samudra dan bianglala. Anehnya dengan munculnya delapan pedang itu, pada sisi atas batu pelangi muncul delapan lubang yang mengeluarkan delapan sinar yaitu emas, perak, merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. delapan warna itu sama seperti warna pamor delapan pedang. ajaibnya delapan pedang itu secara serentak melesat masuk ke delapan lubang di batu pelangi sesuai warnanya.
Cess.. Cess...
Terdengar suara benda panas masuk ke air sampe delapan kali. delapan pedang itu telah leleh seperti lilin terkena api maka musnah sudah delapan pedang sakti yang dahulu menggemparkan dunia persilatan, kini tiada lagi delapan pedang sakti delapan unsur. dengan musnahnya delapan pedang sakti itu tiba tiba tiga gambar di atas batu juga hilang dan muncul sebaik kata kata yang berbunyi :
Hidup sendiri terasa sepi.
Hidup bahagia bersama sang pujaan hati.
Datang sendiri pulangpun harus sendiri,
Namun alangkah indahnya bila di temani sang kekasih hati.
Dua takdir di jalani dalam kesendirian,
Alangkah baiknya bila di takdir ketiga bisa bersama pujaan.
Pria sejati bagai matahari,
Wanita lembut bagai rembulan.
Matahari dan Rembulan bersatu terbukalah tirai kelabu.
Masa depan telah menanti maka janganlah di sia siakan lagi.
Janji suci sepasang kekasih membawa kembali ke dunia dimana seharusnya berasal.
Pikirkan dan hayati makna semua yang terjadi.
Pada akhirnya semua akan berakhir indah di masa depan.
Antoch dan resi batara surya saling pandang setelah meliat kejadian musnahnya delapan pedang sakti dan munculnya sebait kata kata mirip puisi di batu pelangi. mereka tidak mengerti apa maksut dari bait puisi itu. tiba tiba dari batu itu keluar asap putih yang lama lama membentuk sesosok orang tua berjubah putih. orang tua itu seperti melayang di atas batu dan tubuhnya seolah tembus pandang. begitu meliat sosok orang tua itu buru buru resi batara surya berlutut membungkuk dalam dalam memberi hormat karna mengenali siapa orang tua tersebut.
"Murid memberi hormat pada guru." kata resi batara surya.
Antoch terkejut meliat munculnya orang tua tersebut, dia mengenali orang tua itu karna dulu saat pertama kali dia tersesat ke masa lalu orang tua itulah yang telah memberi petunjuk dan mengajari tentang ilmu silat sehingga dia berhasil menciptakan ilmu tiga dewa. dia buru buru berlutut memberi hormat pada orang tua tersebut. "hamba memberi hormat pada resi guru." ucapnya.
Orang tua itu tersenyum lembut menatap dua orang muridnya yang berlutut memberi hormat pada dirinya. "hmmm. aku terima sembah bakti kalian." ucapnya halus penuh welas asih.
"terima kasih guru." kata resi batara surya dan antoch bareng. mereka segera duduk lagi di lantai gubuk.
"hmmm. murid ku mangkurejo bergelar resi batara surya dan cucu ku ananda dicky budianto bergelar pangeran matahari. aku senang sekali bisa bertemu kalian di tempat ini. ketahuilah kedatangan ku ini semata mata karna takdir dari sang hyang widi. kita hidup di jaman yang berbeda namun di karnakan kuasa sang maha agung kita dapat bertemu dan bertegur sapa di jaman dan tempat ini." ucap orang tua jubah putih itu lembut sekali. dia memandang mangkurejo alias resi batara surya kalem. "Murid ku mangkurejo. segala apa yang terjadi adalah suratan takdir, jadi kau tidak perlu gundah dan risau. semua pasti akan menuju yang namanya akhir. semua tugas yang kau emban telah berhasil kau laksanakan namun ada satu tugas lagi yang harus kau jalani sebelum kau kembali ke jaman dimana kau berasal. tugas itu adalah kau harus membantu cucu ku pangeran matahari dalam menjalani takdir terakhirnya di jaman ini. apa kau sanggup murid ku?" ucapnya.
Mangkurejo alias resi batara surya buru buru membungkuk hormat. "apa yang guru pesankan murid pasti siap melaksanakan titah guru." ucapnya.
"hmmm. bagus." kata orang tua jubah putih tersenyum. dia lalu mamandang antoch. "cucu ku pangeran matahari. segala apa yang terjadi tidak usah kau sesali karna setiap kejadian pasti ada hikmah di dalamnya, tergantung bagaimana kau menyikapinya. dua takdir yang telah kau jalani tentunya sudah membuat mu memahami makna dan lika liku kehidupan. apa yang kita harapkan belum tentu akan terwujud sesuai keinginan kita. sekeras apapun kita berusaha bila tanpa di dasari niat yang tulus bersih dan pasrah pada sang maha esa maka akan sia sia belaka. manusia hanyalah makhluk ciptaan bukan makhluk pencipta, jadi manusia pasti punya keterbatasan kemampuan daya dan upaya. bila kita sadar akan hal itu maka kita pasti akan selamat di dunia dan akherat kelak. mengerti cucu ku?" ucapnya.
"hamba paham resi guru." sahut antoch mengangguk.
"hmmm." gumam orang tua jubah putih terseyum lembut. "kalian adalah murid ku yang berhati baik namun sayang sekali kalian harus mengalami takdir kutukan yang berat sekali. tiga ilmu dewa dan tiga ilmu iblis pada hakekatnya tiada berfaedah bagi kalian. tiga ilmu yang kalian miliki kelak harus kalian musnahkan agar tiada lagi angkara murka di bumi ini. 20 tahun lagi kalian berjanjilah bertemu di puncak gunung mahameru, kalian harus mengadu tiga ilmu itu agar semua menjadi kosong. apa kalian mengerti?" ucapnya.
"kami mengerti guru !!" sahut antoch dan resi batara surya bareng.
"hmmm. murid ku mangkurejo, mulai hari ini kau harus angkat kaki meninggalkan gunung muria ini, pergilah kau ke barat yaitu ke gunung salak. berdiamlah diri di sana dan aku melarang mu meninggalkan tempat itu sampe 20 tahun di muka." ucapnya.
"baik guru." sahut resi batara surya.
"Nah, pergilah sekarang murid ku, namun sebelum kau berangkat aku akan menitipkan tiga buah pusaka pada mu yaitu pedang pelangi, seruling pualam dan kipas khayangan. tiga pusaka itu kelak harus kau berikan kepada tiga orang murid mu." kata orang tua jubah putih. dia membuka tangan kananya dan secara gaib muncul tiga benda pusaka di tangannya yaitu pedang, suling dan kipas yang lalu di serahkan pada resi batara surya. "terimalah murid ku." ucapnya.
Resi batara surya menerima tiga pusaka itu dengan penuh rasa hormat.
"Meski tiga ilmu iblis mu belum terbuka karna terkunci oleh ilmu penembus ruang dan waktu namun ilmu yang aku turunkan pada mu masih bisa kau gunakan. turunkan ilmu itu pada murid murid kelak karna di masa yang akan datang mereka menjadi pendekar pembasmi angkara murka di bumi ini. Nah, berangkatlah sekarang kau ke gunung salak murid ku. doa ku slalu menyertai mu." kata orang tua jubah putih.
"baik guru. murid mohon diri." kata resi batara surya. dia berlutut memberi hormat di hadapan gurunya lalu beranjak berdiri menatap antoch sejenak. "nakmaz. sampe jumpa di puncak gunung mahameru 20 tahun di muka." ucapnya.
"Baik. hati hati resi." sahut antoch mengangguk.
Resi batara surya segera keluar dari gubuk lalu melesat pergi dengan cepat sekali. tinggalah antoch berdua dengan orang tua jubah putih.
"Cucu ku." tegur orang tua jubah putih menatap antoch lembut. "tentunya hati mu masih bingung dengan apa yang kau liat di atas batu pelangi. apakah benar begitu?" tanyanya.
"Mohon maaf resi guru. hamba memang bingung apa maksut dari puisi di atas batu, bolehkah resi guru memberi petunjuk maksut dari puisi tersebut." kata antoch.
"hmmm. puisi itu sebenarnya adalah petunjuk kunci kau kembali ke tempat asal mu." kata sang resi guru tersenyum kecil. "berbeda dari dua takdir sebelumnya, kali ini kau tiada larangan apapun dalam menjalani kehidupan mu di jaman ini. kau bebas berbuat apa selayaknya manusia pada umumnya karna mulai saat ini tiga ilmu dewa yang kau miliki akan terkunci sampe kau bertemu mangkurejo di puncak gunung mahameru 20 tahun ke depan." ucapnya.
"apakah itu berarti semua ilmu ku juga musnah resi guru?" tanya antoch.
"tentu tidak. hanya tiga ilmu dewa mu saja yang terkunci, sedangkan ilmu yang lain masih bisa kau gunakan, apa lagi aku tahu saat ini kau tengah mengembangkan sebuah ilmu yang telah kau ciptakan. ilmu itu bernama ilmu tangan dewa, bukankah begitu cucu ku?" kata sang resi guru tersenyum.
"benar, resi guru." antoch mengangguk.
"Sempurnakan ilmu itu lalu kau turunkan pada murid murid mu, kelak ilmu itu akan menjadi ilmu terhebat di kolong langit ini. aku tahu kau sangat cerdas dan berbakat dalam mencipta suatu ilmu namun hendaknya kau jangan menurunkan semua ilmu mu itu agar dunia persilatan tidak timbul malapetaka yang tidak di inginkan. mengerti?" kata sang resi guru memberi wejangan.
"hamba akan slalu mengingat pesan resi guru." kata antoch.
"hmmm. bagus." kata sang resi guru kalem. "Nah mengenai puisi di atas batu pelangi kau hayati dan kau selami sendiri apa maksutnya. kelak kau akan tahu apa maksut dari isi puisi tersebut." ucapnya.
"baik." kata antoch.
"apakah masih ada yang hendak kau katakan cucu ku?" tanya sang resi guru.
Antoch terdiam sejenak hendak bertanya atau tidak namun dia bertanya juga. "mohom maaf resi guru. hamba belum lama ini dalam perjalanan kemari bertemu dua orang tokoh sakti, yaitu iblis racun dari barat dan pengemis sakti dari utara. hamba dengar pada hari lima belas bulan delapan di puncak gunung lawu akan ada acara besar, kira kira acara apakah itu dan bolehkah hamba kesana?" tanyanya.
"hmmm. aku tahu apa yang kamu pikirkan cucu ku. seperti apa yang tadi aku bilang pada mu, kau bebas hendak kemana dan melakukan apa saja. aku tidak akan melarang mu. ketahuilah di puncak gunung lawu pada hari lima belas bulan delapan orang orang rimba persilatan akan bertanding mengukur tinggi rendahnya ilmu mereka dalam acara pertandingan ilmu pedang. konon dalam acara itu juga memperebutkan gelar pendekar nomor satu di tanah jawa ini. kau mau kesana atau tidak itu terserah pada mu tapi pesan ku pergilah kau kesana meramaikan acara itu." kata sang resi guru kalem.
"baik. hamba mengerti resi guru." kata antoch kalem.
"Nah, sebelum aku pergi ada sesuatu yang akan aku titipkan pada mu cucu ku, yaitu tiga pusaka yang kelak harus kau berikan pada murid mu. pedang gadis suci, seruling kumala dan kipas langit." kata sang resi guru. dia segera mengangkat dua tangannya ke depan dada maka secara gaib muncul tiga benda yaitu pedang, suling dan kipas. tiga pusaka itu dia serahkan pada antoch yang di terima antoch dengan penuh rasa hormat. "ketiga pusaka itu adalah pasangan tiga pusaka yang aku berikan pada mangkurejo. kelak dua pemilik pusaka pusaka itu akan bertemu dan berjodoh." ucapnya.
Antoch diam mengangguk pelan saja tanda mengerti.
"Sepuluh tahun kemudian munculah di dunia persilatan dengan nama panji tengkorak karna takdir itu yang akan kau jalani di jaman ini. Nah, aku harus segera pergi cucu ku. setelah kau pergi dari sini maka akan datang seorang anak laki laki menemui mu di lembah tengkorak, anak itu membawa lencana naga dan di punggung anak itu ada tanda lahir berbentuk gambar naga kecil. terimalah anak itu sebagai murid mu." kata sang resi guru.
"baik. hamba akan melaksanakan pesan resi guru." kata antoch membungkuk hormat.
"Selamat tinggal cucu ku." kata sang resi guru perlahan lahan mulai pudar masuk ke dalam batu pelangi. tiba tiba batu pelangi itu melayang ke atas kemudian melesat menjebol atap gubuk dan hilang di langit.
Antoch terdiam duduk di lantai gubuk untuk beberapa lama memikirkan setiap kejadian dan perkataan sang resi guru dan juga resi batara surya. setelah cukup lama dia merenung dia segera beranjak berdiri lalu keluar dari gubuk tersebut. di luar hari sudah menjelang senja dan hampir gelap. tidak terasa obrolanya dengan resi batara surya dan resi guru memakan waktu hampir seharian, itu berarti rencana mencari jamur dewa langit harus di lakukan esok hari, maka dia memutuskan akan bermalam di gubuk itu dan mencari jamur dewa langit esok hari.
KEESOKAN hari antoch mulai menyusuri kawasan tempat itu, dia menuju ke arah utara dimana terdapat sebuah tebing jurang yang sangat curam. dia mengamati tebing itu guna memastikan apakah tebing itu terdapat jamur dewa langit yang di carinya. setelah cukup lama di amati namun tiada satupun tumbuh jamur di tebing curam itu. dia menduga memang sudah tiada lagi jamur dewa langit yang memang hanya tumbuh seratus tahun sekali. antoch mencari jalan guna turun ke dasar jurang berharap bisa menemukan jamur itu di dasar jurang. setelah berjalan kesana kemari akhirnya dia menemukan jalan menuju ke dasar jurang meski jalanan itu sangat sulit. hati hati sekali dia menuruni jalan setapak itu dan tak lama dia mendengar suara air mengalir berarti di dasar jurang terdapat sungai. semakin jauh ke bawah maka semakin keras suara air yang mengalir. tidak lama dia sampe di dasar jurang itu, tampak di dasar jurang memang terdapat sungai kecil yang cukup deras airnya. di ujung sungai terliat air terjun kecil yang airnya keluar dari sebuah lubang di dinding tebing jurang. antoch berjalan ke arah air terjun tersebut secara hati hati karna bukan tidak mungkin di sekitar tempat itu terdapat binatang berbisa seperti ular dan hewan melata lainnya. begitu tiba di air terjun itu dia terlonjak kaget karna meliat sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. tampak di atas air terjun tepatnya di dalam cekungan dinding tebing tumbuh pohon kecil mirip pohon cabe yang berbuah mirip buah tomat. buah itu adalah buah dewa yang tumbuh dan berbuah setiap lima ratus tahun sekali. antoch pernah meliat buah itu saat pertama kali tiba di masa lampau. tidak hanya itu saja yang membuat antoch terlonjak kaget karna di bawah pohon buah dewa itu juga tumbuh puluhan jamur sebesar telapak tangan. jamur itu berwarna putih bintik merah biru dan juga ada yang berwarna biru bergaris merah yang tidak lain adalah jamur dewa langit, jamur yang di cari antoch.
Antoch segera mengambil tiga jamur dewa langit dan tiga buah dewa serta beberapa jamur bintik dua. dia tidak mau serakah mengambil semuanya karna suatu saat pasti ada orang yang membutuhkan jamur dan buah dewa tersebut. setelah mengambil seperlunya dia segera pergi meninggalkan jurang tersebut.
* * *
DI Lembah di bagian barat kaki gunung merbabu terdapat daerah yang cukup subur dan indah. lembah itu bernama lembah tengkorak, lembah itu di namakan lembah tengkorak karna berada di sekitar bukit setan dan juga bukit tengkorak. meski namanya menyeramkan tetapi padahal tidak seseram yang di bayangkan. di tengah lembah itu berdiri sebuah pondok yang di huni oleh seorang tabib cukup terkenal di sekitar daerah tengah. tabib itu bernama tabib ki jalasena yang bergelar tabib sakti delapan penjuru angin. ki jalasena tinggal berdua bersama cucu perempuan yang masih kecil berusia sembilan tahun. kini mereka tidak lagi tinggal berdua di tempat itu karna sekarang ada antoch dan juga kinanti. pagi ini antoch telah tiba di lembah tengkorak setelah dari gunung muria guna mencari jamur dewa langit, antoch pulang tidak hanya membawa jamur dewa langit tapi juga jamur bintik dua dan buah dewa serta sembilan benih bunga yang dia ambil di dekat gubuk resi batara surya.
ki jalasena yang meliat antoch sudah pulang terliat girang sekali, dia buru buru menemui antoch ke depan pondok.
"syukurlah kau sudah pulang nakmaz." kata ki jalasena terliat senang.
"Ya ki." kata antoch kalem.
"bagaimana? apa kau berhasil mendapat jamur dewa langit?" tanya ki jalasena ingin tahu. "oh ya duduk dulu nakmaz. kau pasti capek sekali setelah dari perjalanan jauh." ucapnya menyuruh antoch duduk.
"terima kasih." kata antoch lalu duduk di alas tikar depan pondok. "kinanti gimana keadaannya ki?" tanyanya setelah duduk.
"kinanti sudah membaik kesehatannya nakmaz, mungkin dalam waktu dua bulan seluruh kesehatannya akan kembali seperti sedia kala." jawab ki jalasena.
"owh. hmmm." gumam antoch manggut manggut.
"bagaimana perjalanan mu nakmaz?" tanya ki jalasena ingin tahu.
"Berhasil ki. aku berhasil mendapatkan jamur dewa langit itu, bahkan aku juga mendapatkan buah dewa yang tumbuh lima ratus tahun sekali." jawab antoch segera mengeluarkan buntalan kain yang berisi jamur dewa langit, jamur bintik dua dan buah dewa. dia juga menceritakan perjalanannya ke gunung muria sampe mendapat jamur dewa langit dan yang lain, namun dia tidak menceritakan tentang pertemuannya dengan resi batara surya dan resi gurunya.
"owh. ini sungguh luar biasa sekali nakmaz." seru ki jalasena terkagum kagum akan hasil yang di dapat antoch.
"ki. aku akan mengolah jamur dewa langit dan jamur bintik dua menjadi pil obat. tolong simpan buah dewa ini di tempat khusus dan rahasia karna jika hilang akan sayang sekali." kata antoch.
"baik nakmaz. mari aku bantu meramu obat itu." kata ki jalasena mengangguk.
"terima kasih ki." kata antoch.
Mereka segera menuju belakang pondok guna meramu dan mengolah jamur dewa langit dan jamur bintik dua. mereka mencampur bahan bahan obat lain agar khasiatnya lebih besar. satu jamur dewa langit mampu menjadi dua puluh pil obat yang mereka beri nama pil penyambung nyawa. orang terluka dalam separah apapun pasti akan sembuh bila minum satu pil tersebut. satu jamur bintik dua mampu menjadi puluhan pil obat yang mereka beri nama pil pemunah racun, racun jenis apapun akan sanggup di tawarkan oleh pil tersebut. itu makanya kedua jenis pil obat tersebut menjadi pil pusaka yang sangat langka dan hanya mereka yang memilikinya.
Antoch memberi satu pil penyambung nyawa pada kinanti agar luka kinanti cepat pulih. benar saja tidak kurang dari dua bulan kesehatan kinanti sudah sembuh seluruhnya. kini kinanti sudah bergerak seperti orang sehat pada umumnya. hal ini sangat menggirangkan hati ki jalasena dan antoch. selama dua bulan itu antoch telah membuat pondok sendiri tidak jauh dari pondok ki jalasena yaitu di dekat air terjun tempat biasa dia bersemedi. pondok tempat tinggal antoch di kelilingi kebun bunga beraneka warna yang jumlahnya ada sembilan macam jenis bunga. dari hasil penelitian antoch pada bunga bunga itu maka dia telah membuat sebuah jenis pil obat yang bernama pil sari embun simbilan bunga yang bermanfaat menambah kekuatan tubuh. tidak lupa dia juga telah menyempurna kan ilmu baru ciptaannya yaitu ilmu tangan dewa. uniknya ilmu tangan dewa dapat dimainkan dengan tiga jenis senjata yaitu pedang, seruling dan kipas. ilmu itu nantinya akan dia coba turunkan pada kinanti agar kelak kinanti bisa menuntut balas atas nasib yang menimpa keluarganya.
PGGI jelang siang ini antoch memandang dua gadis cilik yang sedang asik bermain main di kebun bunga yang berada di depan gubuknya. dia tersenyum senang meliat dua gadis kecil itu yang asik bermain dengan gembira. dua gadis itu siapa lagi kalo bukan kinanti dan kirana? Ya mereka memang kinanti dan kirana. kinanti adalah gadis kecil yang di bawa antoch dari sebuah desa yang terkena prahara hebat oleh perampok hutan tengkorak. sedang kirana adalah cucu kandung ki jalasena. mereka berdua meski belum lama saling kenal tapi sudah sangat dekat bagai saudara kandung. hal itu jelas membuat antoch dan ki jalasena girang karna dengan kedekatan mereka membuat kinanti bisa melupakan trauma yang di deritanya dan itu bagus untuk perkembangan mental kinanti.
ketika antoch sedang asik memperhatikan keceriaan kirana dan kinanti, datang ki jalasena menghampiri antoch yang lagi duduk di depan pondoknya.
"Nakmaz." sapa ki jalasena kalem.
"owh. ki." sapa antoch balik. "silakan duduk ki." ucapnya menyilakan duduk.
"terima kasih nakmaz." kata ki jalasena segera duduk di alas tikar. "hmmm. kau sedang melamunkan apa nakmaz?" tanyanya.
"aku sedang meliat mereka ki. mereka begitu ceria dan gembira seolah tiada beban di pundak mereka." kata antoch.
"owh. hmmm." ki jalasena manggut manggut juga meliat kinanti dan kirana yang sedang asik bermain. "kau benar nakmaz. ternyata apa yang kita takutkan tidak terjadi. dengan adanya kirana membuat kinanti bisa melupakan traumanya. ini sungguh di luar dugaan kita." ucapnya.
"Ya ki. secara tidak langsung kirana telah menolong kinanti lepas dari traumanya. ini sungguh melegakan hati ku ki." kata antoch.
"apa rencana mu nakmaz?" tanya ki jalasena.
Antoch terdiam sejenak meliat kinanti dan kirana. "hmmm. mungkin aku akan mengajari kinanti ilmu kanuragan ki, agar kelak dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri dan tidak terhina lagi." ucapnya.
"hmmm." gumam ki jalasena manggut manggut. "aku setuju dengan rencana mu itu nakmaz. kinanti memang harus menuntut balas atas musibah yang menimpa keluarga dan para penduduk desanya. akh sayangnya aku tidak memiliki ilmu silat tinggi, yang ku miliki hanyalah ilmu pengobatan saja. jika tidak aku bisa membantu mu nakmaz." ucapnya.
"ki jalasena jangan terlalu merendah, aku tahu ki jalasena adalah tokoh sakti yang cukup terkenal di dunia persilatan. aku justru malu hati karna berani berkata akan mengajari ilmu silata pada kinanti padahal aku tidak punya kemampuan apa apa." kata antoch tersenyum kecil.
"hahahaha." ki jalasena tertawa lebar. "kamu jangan merendah nakmaz. sejak meliat mu pertama kali aku sudah tahu kau memiliki tenaga dalam yang jauh di atas ku. waktu menolong kinanti yang sudah sekarat yang aku sendiri sudah tidak sanggup tapi kau mampu menolongnya. begitu juga saat kau ke gunung muria mencari jamur dewa langit, itu semua sudah cukup menunjukkan bahwa kau orang yang memiliki ilmu yang tinggi sekali. kau tidak bisa mengelabui mata ku nakmaz. hahahaha." ucapnya.
Antoch hanya tertawa kecil saja mendengar ucapan ki jalasena.
ki jalasena menepuk pundak pelan. "nakmaz. bila niat mu sudah bulat hendak mengajari ilmu silat pa kinanti maka aku harap jangan tanggung tanggung. ajarilah dia ilmu tingkat tinggi agar kelak dia tumbuh menjadi seorang wanita yang tegar, kuat dan pilih tanding. hmmm." ucapnya serius sekali.
"Pasti. aku akan mengajari dia ilmu silat tingkat tinggi. selain ilmu silat dia akan ku ajari ilmu sastra, musik dan kebatinan jadi dia tidak hanya pandai beladiri tapi juga pandai dalam ilmu surat dan kebatinan." kata antoch serius.
"bagus. bagus sekali." seru ki jalasena. "kalo begitu aku juga mau nakmaz mengajari ilmu silat pada kirana biar dia juga sama seperti kinanti. apa kau bersedia?" tanyanya.
"tapi ki?" kata antoch ragu ragu karna tidak enak hati pada ki jalasena.
"aku tahu apa yang kamu pikirkan nakmaz. kau tidak usah sungkan dan merasa tidak enak hati pada ku. aku serahkan kirana pada mu." kata ki jalasena serius.
"hmmm." gumam antoch terdiam sejenak. "baiklah ki." ucapnya mengangguk.
ki jalasena tersenyum senang seraya menepuk pundak antoch pelan. "bagus. kalo begitu aku akan memberi tahu kirana dan kinanti tentang niat mu itu." ucapnya.
ki jalasena lalu memanggil kirana dan kinanti, dua gadis kecil itu segera berlari ke tempat antoch dan ki jalasena berada.
"kirana. kinanti. kalian dengarkan apa yang akan kakek sampekan pada kalian." kata ki jalasena menatap kirana dan kinanti lembut. "Mulai besok kalian akan belajar ilmu silat, kakek dan kak antoch yang akan mengajari kalian ilmu silat. apa kalian mau belajar?" tanyanya.
kirana dan kinanti langsung mengangguk bareng. "kami mau kek !" serunya.
"bagus. kakek senang kalian mau belajar ilmu silat, tapi kalian harus janji, kalian harus belajar sungguh sungguh. tidak boleh cengeng, tidak boleh mengeluh atau mudah putus asa dan harus menurut apa kata kakek dan kak antoch. kalian mengerti?" kata ki jalasena.
"baik. kami janji kek !!" seru kirana dan kinanti serentak.
"bagus. Nah, sekarang kalian berlututlah beri hormat pada kak antoch menjadi guru kalian." kata ki jalasena menyuruh kirana dan kinanti.
kinanti segera berlutut di depan antoch di susul kirana juga berlutut memberi hormat pada antoch sebagai ritual atau tata cara pengangkatan guru dan murid.
"Murid memberi hormat kepada guru !!" kata dua gadis kecil itu bareng.
"hmmm. aku terima hormat kalian. bangunlah." kata antoch kalem.
kinanti dan kirana segera bangkit dari berlutut.
"Nah. kalian sudah menjadi murid kak antoch, mulai sekarang kalian panggil kak antoch guru. paham?" kata ki jalasena.
"paham kek." sahut kinanti dan kirana. "Guru !!" sapa mereka pada antoch.
"hmmm." antoch tersenyum meliat dua gadis kecil itu kemudian mengangguk.
"Ya sudah. kalian pergilah bermain lagi." kata ki jalasena.
"baik kek." sahut dua gadis kecil itu segera berlari ke taman bunga lagi untuk bermain.
ki jalasena menghela nafas panjang. "hmmm. andai saja aku tidak ceroboh menghilangkan kitab pelebur sukma, aku pasti akan mengajari mereka ilmu pelebur sukma. tapi sayang sekali kitab itu telah hilang di curi orang." ucapnya pelan.
"kitab pelebur sukma? kitab apa itu ki?" tanya antoch ingin tahu.
kembali ki jalasena menghela nafas panjang. "kitab pelebur sukma adalah sebuah kitab sakti yang sangat luar biasa hebat. kitab itu milik mendiang guru ku yaitu tokoh sakti yang berdiam di gunung slamet. guru ku bernama datuk selojati bergelar datuk selaksa api. guru ku memiliki tiga orang murid yaitu wira soka, aku dan parih. bertahun tahun kami belajar ilmu silat pada guru ku, awalnya kami bertiga sangat dekat dan saling menyangi tapi entah kenapa suatu hari wira soka pergi dari padepokan tanpa pamit, guru ku sangat murka sekali mengetahui wira soka pergi dari padepokan tanpa pamit. dua tahun lebih wira soka pergi tanpa ada kabar beritanya namun suatu hari dha datang kembali ke padepokan. dia meminta maaf pada guru karna pergi tanpa pamit tapi guru terlanjaur murka dan tidak mau menerima wira soka di padepokan lagi. guru mengusir wira soka dan melarang wira soka menginjakan kaki lagi di padepokan. wira soka pergi dari padepokan membawa rasa sakit hati karna di usir oleh guru. setahun setelah wira soka di usir guru, akhirnya guru wafat tapi beliau memberikan sebuah kitab pada ku dan sebuah kitab lagi pada nyi parih. kitab yang di berikan pada ku adalah kitab pelebur sukma, sedang kitab yang di berikan pada nyi parih adalah kitab bunga persik. dua kitab itu adalah ilmu ciptaan guru ku. sebenarnya ada sebuah kitab lagi yang akan di berikan pada wira soka tapi karna wira soka telah di usir maka guru menyimpan kitab itu di suatu tempat yang tiada seorangpun mengetahuinya. kitab itu bernama kitab pukulan tapak besi." ucapnya bercerita. dia diam sejenak mengambil nafas. "setelah guru wafat maka aku dan nyi parih turun gunung berkelana di dunia persilatan. suatu hari nyi parih bertemu seorang pemuda tampan dan mereka saling jatuh cinta hingga mereka menikah, nyi parih dan suaminya pergi ke timur dan sejak saat itu aku tidak pernah dengar lagi kabar beritanya. aku berkelana ke arah barat hingga bertemu seorang wanita yang memikat hati ku yaitu nyai welasih. kami menikah sampe memiliki seorang putri yang aku beri nama sekar. kami menetap di lembah merpati dekat pantai pangandaran. suatu hari kami kedatangan tamu yaitu wira soka. dia bercerita apa alasan dulu pergi dari padepokan tanpa pamit, dia terpaksa pergi karna ingin membalas demdam pada orang yang telah membunuh orang tuanya. aku bertanya kenapa tidak mohon ijin pada guru? katanya dia sudah minta ijin mau balas dendam tapi guru melarang maka terpaksa dia pergi diam diam dari padepokan. beberapa hari dia tinggal bersama kami dan saling tukar cerita hingga tanpa aku sadari ternyata dia menyimpan niat busuk di hatinya. malam itu ketika kami semua terlelap tidur, dia mencuri kitab pelebur sukma. aksinya di ketahui istri ku maka mereka bertarung hingga istri ku terbunuh. saat itu aku sangat marah sekali dan mengejar wira soka tapi wira soka berhasil kabur. aku mencarinya ke seluruh penjuru tetapi tiada kabar beritanya. dia seolah tenggelam di telan bumi. karna putus asa aku memutuskan mengasingkan diri dari dunia persilatan dan memilih membesarkan putri ku sekar. kami menetap di lembah tengkorak ini dan aku mulai belajar ilmu pengobatan dan menjadi tabib menolong setiap orang yang sakit atau terluka. banyak orang berobat pada ku hingga entah siapa yang menyiarkannya tahu tahu orang orang menjuluki aku tabib sakti delapan penjuru, padahal ilmu pengobatan ku biasa biasa saja, aku merasa malu akan gelar itu tapi mau gimana lagi mau tidak mau aku menerima saja gelar itu, toh niat ku tulus hanya ingin menolong orang yang membutuhkan pengobatan ku." ucapnya kalem.
Antoch terdiam mendengarkan cerita masa lalu ki jalasena. dia tidak menyangka kalo ki jalasena memiliki masa lalu yang suram juga. dia hanya manggut manggut pelan tanpa berkata apa apa.
"hmmm. Yeaah, sudahlah itu hanya masa lalu saja, biarlah itu menjadi masa lalu yang tidak patut untuk di sesali lagi. Yang penting sekarang aku hidup bahagia bersama cucu ku kirana." kata ki jalasena.
"benar ki." kata antoch. "masa lalu biarlah menjadi masa lalu, tidak perlu di ungkit ungkit lagi apa lagi di sesali. aku setuju ki." ucapnya.
ki jalasena tertawa kecil menepuk bahu antoch pelan. "nakmaz. bicara tentang masa lalu, aku jadi kangen dengan masa sewaktu berkelana di dunia persilatan. sudah lama aku tidak menggerakkan otot otot ku. bagaimana kalo kita main main sebentar?" ucapnya.
"maksut aki?" tanya antoch kurang mengerti.
"maksut ku kita bermain main barang sejurus dua jurus, bagaimana?" kata ki jalasena tersenyum.
"maksut aki kita bertanding ilmu silat?" tanya antoch menegaskan.
"benar." kata ki jalasena mengangguk cepat.
"tapi..." antoch tampak ragu ragu.
"jangan ragu ragu nakmaz. kita bertanding hanya sekedar saling menguji ilmu silat kita. aku harap kamu jangan menolak lagi." kata ki jalasena.
Antoch terdiam sejenak, dia paham akan maksut ki jalasena mengajak bertanding. pada dasarnya ki jalasena hendak menguji ilmu silatnya pantas atau tidak menjadi guru bagi kinanti dan kirana. mau tidak mau antoch harus menunjukkan ilmu silatnya agar ki jalasena merasa puas dan berlega hati kirana dan kinanti menjadi murid antoch.
"hmmm. baiklah ki." ucapnya mengangguk.
"bagus. mari kita mulai." seru ki jalasena segera melompat ke halaman pondok menunjukkan ilmu ringan tubuhnya. ki jalasena melayang di udara lalu mendarat ringan di tanah.
"hupz." antoch tidak mau kalah. dia melompat tinggi ke udara lalu melayang turun ringan sekali bagai kapas yang jatuh ke tanah, sangat ringan dan indah sekali apa lagi ketika mendarat tanpa terdengar suara sedikitqun. jelas dalam hal ini tampak perbedaan cukup mencolok ilmu ringan badan di antara keduanya. ilmu ringan badan antoch masih unggul di banding ki jalasena.
"hmmm." gumam ki jalasena tersenyum senang meliat ìlmu ringan badan antoch yang lebih unggul dari ilmu ringan badanya. dia jadi semakin penasaran seberapa tinggi ilmu silat antoch. "nakmaz. karna kau lebih muda maka silakan mulai duluan." serunya.
"baik. bersiaplah ki. aku mulai !" seru antoch segera maju menyerang ki jalasena dengan jurus pembuka yaitu dia mengeluarkan jurus ratusan burung menghadap dewa gunung yaitu rangkaian jurus pembuka untuk menghormati lawan yang lebih tua.
Jurus itu terliat sederhana namun hempasan angin yang di timbulkan bisa membuat pohon bergoyang, dapat di bayangkan bila manusia terkena hempasan angin tersebut maka tubuhnya pasti akan terdorang ke belakang.
ki jalasena tersentak oleh hempasan angin dari jurus ratusan burung menghadap dewa gunung yang di keluarkan antoch, buru buru dia menotol tanah melesat ke atas dengan jurus naga terbang ke langit guna menghindari jurus antoch namun tiba tiba antoch melesat mengejar mengeluarkan jurus sepasang walet berebut mutiara. sepasang tangan antoch menyerang ke arah dada ki jalasena, karna berada di udara maka tidak mungkin ki jalasena menghindari serangan itu. dia memapaki serangan antoch dengan jurus naga air mengikuti aliran air untuk memanfaatkan tenaga lawan agar bisa melesat mundur menjauh namun tiba tiba antoch merubah jurusnya menjadi anak naga masuk ke dalam air. sepasang tangan antoch berubah arah menuju perut ki jalasena, perubahan jurus yang tiba tiba itu membuat ki jalasena kaget sekali namun dia tidak gugup dan dengan cepat mengubah jurusnya menjadi naga air mengibaskan ekor. tanganya bergerak cepat seperti ekor naga memapaki serangan tangan antoch.
Plak !
Tubuh ki jalasena terdorong ke belakang lalu mendarat ke tanah dengan tenang. antoch juga mendarat ke tanah dengan tenang. mereka sama sama kagum akan kemampuan masing masing.
"hebat. jurus pembuka yang hebat." seru ki jalasena memuji.
"aki juga hebat." puji antoch balik.
"Cukup sudah kita main mainya nakmaz. mulai sekarang kita keluarkan jurus andalan kita, jurus ku bernama jurus api mendera bumi. apa nama jurus yang akan kau keluarkan nakamaz?" seru ki jalasena.
"Maafkan aku ki. ijinkan aku menggunakan jurus ciptaan ku sendiri yang baru saja aku sempurnakan." sahut antoch menyoja.
"hmm?!" gumam ki jalasena mengerutkan kening. "jurus apa itu?" tanyanya penasaran.
"Jurus itu aku berinama jurus tangan dewa." jawab antoch.
"jurus tangan dewa?" gumam ki jalasena lirih. "hmmm. baiklah. keluarkan jurus itu nakmaz." serunya.
"Mohon ki jalasena sudi memberi petunjuk atas kekurangan jurus ku itu." kata antoch membungkuk hormat.
"aku mulai nakmaz. bersiaplah. hyeaat !" seru ki jalasena mulai menyerang antoch dalam jurus naga api membakar batu karang. tangan kanan ki jalasena lurus ke depan menuju ke arah dada antoch.
Antoch segera menyambut dengan jurus dewa bumi menghormat gunung. tangan antoch berada tepat di depan dada dengan badan agak membungkuk, sikapnya mirip orang memberi hormat namun sikap yang sederhana itu terdapat banyak perubahan yang saling susul menyusul.
ki jalasena saat tangannya hampir tiba ke dada antoch tiba tiba dia merubah jurusnya ke jurus naga berputar mengibaskan ekor. tubuhnya tiba tiba berputar dan kaki kiri melakukan tendangan berputar menerjang ke arah lambung antoch namun antoch sudah mengantisipasi dengan jurus dewa bumi mendorong pintu memanah bulan, tubuhnya melengkung ke belakang namun dua tangannya di dorong ke depan, kaki ki jalasena hanya lewat setengah jengkal dari perut antoch dan tiba tiba tangan antoch sudah mendorong dada ki jalasena maka tanpa ampun ki jalasena terpental beberapa langkah ke belakang. namun belum juga ki jalasena bisa berdiri tegak mengimbangi diri tiba tiba sudah datang serangan antoch dalam jurus tangan dewa menghantam batu karang, maka tiada jalan lain lagi buat ki jalasena untuk menghindar kecuali menjatuhkan diri ke tanah karna kalo tidak dia pasti akan roboh terkena pukulan antoch. ki jalasena segera menjatuhkan diri seperti pohon ambruk dan benar saja pukulan antoch hanya lewat di atasnya saja, setelah antoch lewat dia buru buru melompat bangun bersiap dalam jurus anak naga menunggu kelinci untuk mengantisipasi serangan susulan antoch tapi antoch tidak menyerang lagi dan hanya diam berdiri sambil tersenyum.
"hmmm. jurus yang hebat nakmaz." puji ki jalasena kagum.
"ayo lanjut lagi ki." kata antoch.
"baik. bersiaplah nakmaz. aku akan mulai serius." seru ki jalasena.
ki jalasena maju menyerang antoch dengan jurus yang jarang dia keluarkan yaitu jurus naga air merejam bumi. jurus ini terliat agak kaku dan lambat namun sebenarnya memiliki kelincahan yang sukar di tebak, jurus itu juga mengandung tenaga dalam yang bersifat keras dan dapat menghancurkan sebuah batu besar. kali ini ki jalasena mulai serius karna dia menyadari kalo antoch memiliki ilmu yang tidak berada di bawahnya, dia mengeluarkan jurus itu karna ingin tahu seberapa tinggi ilmu silat yang di miliki antoch.
Antoch coba memapaki jurus ki jalasena guna mengetahui seberapa hebat jurus ki jalasena. dia menangkis pukulan ki jalasena dan dia terdorong tiga langkah ke belakang. antoch mendusin kalo jurus ki jalasena bersifat keras, jika di lawan keras dengan keras maka bukan tidak mungkin salah satu dari mereka akan terluka dalam parah, maka antoch segera mengeluarkan jurus dewa langit menahan topan. jurus ini bersifat lunak yang mampu meredam sifat keras jurus lawan. benar saja setiap serangan ki jalasena slalu dapat di patahkan dan memunahkan tenaga dalam ki jalasena. hal ini jelas membuat ki jalasena jadi penasaran maka dia segera meningkatkan kecepatan jurus dan tenaga dalamnya untuk menindih tenaga lunak antoch.
"hmmm." gumam antoch tertawa pelan merasakan perubahan jurus dan tenaga dalam ki jalasena maka dia segera meningkatkan jurus dewa langit menahan topan dan ketika kedua tenaga dalam beradu maka antoch segera mengerahkan jurus tangan dewa menghantam air bah. tenaga dalam ki jalasena seperti hilang di lautan namun tiba tiba ada kekuatan besar menghantam ki jalasena membuat ki jalasena terpentak beberapa tombak ke belakang namun tidak membuat dia terluka.
ki jalasena berdiri terdiam menatap antoch dengan perasaan yang sukar di lukiskan betapa tinggi sekali ilmu silat antoch. "hmmm. dia menahan tenaga dalamnya hingga tidak membuat aku celaka. jika ini pertarungan hidup mati maka aku yakin saat ini aku pasti sudah terkapar jadi mayat. luar biasa ilmu silatnya, apakah ini kemampuan aslinya atau baru sebagian kecil saja? hmmm. sukar aku mengukur tinggi rendahnya ilmu silatnya." batinnya dalam hati.
Antoch berjalan mendekati ki jalasena lalu menyoja hormat. "ilmu silat aki sungguh luar biasa tinggi, kebetulan saya menang karna kebetulan saja. mohon maaf atas kelancangan saya ki." ucapnya kalem.
"hahahaha." ki jalasena tertawa lebar lalu menepuk pundak antoch pelan. "kau jangan bilang begitu nakmaz. aku tahu kau sengaja menahan ilmu silat mu, kalo tidak pasti sudah siang siang aku kalah." ucapnya salut.
"aki terlampau memuji." kata antoch merendah.
"tidak. tidak. aku berkata yang sebenarnya. ilmu silat mu memang jauh di atas ku. aku mengakui itu." kata ki jalasena menggeleng cepat.
"terima kasih atas pujian aki." kata antoch kalem.
"hmmm. nakmaz. bolehkah aku tahu ada berapa jurus ilmu tangan dewa mu itu? berapa bagian yang kau keluarkan tadi?" tanya ki jalasena ingin tahu menatap antoch serius sekali.
Antoch terdiam sejenak mengambil nafas. "hmmm. terus terang ilmu tangan dewa berisikan 18 jurus utama dimana setiap jurusnya terdapat tiga sampe lima jurus perubahan yang bervariasi. tadi aku hanya mengeluarkan lima jurus saja." ucapnya terus terang.
"benarkah?" tanya ki jalasena tersentak.
"benar ki." kata antoch.
"hmmm." gumam ki jalasena manggut manggut."apa nama jurus jurus itu nakmaz?" tanyanya ingin tahu.
"18 jurus tangan dewa antara lain yaitu jurus pertama bernama dewa bumi menghormat gunung, jurus ke dua yaitu tangan dewa mendorong gunung. jurus ketiga dewa bumi terbang ke langit. jurus ke empat tangan dewa menghantam bumi. jurus ke lima dewa naga meluruk bumi..." kata antoch memberitahukan nama nama jurus dari 18 jurus tangan dewa sambil memperagakan gerakan gerakan jurus tersebut bersama perubahan di setiap jurusnya hingga sampe ke jurus terakhir yaitu jurus yang terdahsyat bernama jurus tangan dewa merejam bumi.
"luar biasa !" seru ki jalasena terpana dan kagum akan jurus jurus 18 jurus tangan dewa. apa lagi saat antoch menunjukkan jurus terakhir dimana antoch menghantam sehelai daun bunga. daun itu tidak hancur sama sekali tapi daun itu di penuhi lubang kecil yaitu mirip tertembus ribuan jarum. dapat di bayangkan bila terkena tubuh manusia maka dapat di pastikan seluruh urat saraf akan terkoyak putus. sungguh jurus pukulan yang mengerikan sekali sampe membuat bulu kuduk berdiri karna saking mengerikannya jika sampe kena pukulan tersebut.
* * *
KEESOKAN hari antoch mulai melatih kinanti dan kirana ilmu silat, pertama tama mereka di latih antoch dengan latihan kesabaran dan kosentrasi, ini bertujuan agar dua gadis kecil itu bisa gampang menyerap setiap pelajaran yang di ajarkan antoch. kinanti dan kirana di luar dugaan adalah dua gadis kecil yang penuh bakat tinggi dan memiliki otak yang sangat cerdas. setelah itu mereka di latih antoch jurus silat yang ringan yaitu jurus tarian naga langit yang mengandalkan kelincahan dan kegesitan serta kecepatan. meski di katakan jurus ringan namun pada dasarnya itu adalah jurus tingkat tinggi yang jarang ada tandingannya karna pada hakekatnya ilmu silat yang di miliki antoch adalah ilmu silat kelas tinggi. antoch menyuruh mereka untuk menghafal jurus jurus tarian naga langit beserta jurus perubahan yang ada di setiap jurusnya dengan tujuan agar mereka bisa menyelami intisari dari jurus tarian naga langit. dua bulan sudah mereka belajar jurus tarian naga langit dan mereka sudah mampu menguasai jurus tersebut, meski belum terlihat sempurna karna mereka masih memiliki tenaga dalam namun mereka cukup bisa di katakan sudah bisa menguasai jurus tarian naga langit.
Hari ini antoch menyuruh kirana dan kinanti berlatih jurus tarian naga langit memake senjata pedang yang terbuat dari bambu. antoch duduk di depan pondok memperhatikan latihan dua muridnya itu. tidak lama ki jalasena datang lalu duduk di samping antoch ikut meliat latihan kinanti dan kirana. sebagai orang yang sudah kenyang asam garam dan pengalaman di dunia persilatan, dia tahu kalo jurus yang di ajarkan antoch pada kinanti dan kirana adalah jurus tingkat tinggi meski antoch bilang itu jurus terendah dan ringan namun dia tahu itu suatu jurus silat yang sangat istimewa dan sukar untuk mempelajarinya. keistimewaan jurus tarian naga langit adalah memiliki gerakan yang unik dan lembut serta perubahan jurus yang sulit di tebak arahnya. ki jalasena yakin jika suatu saat kinanti dan kirana akan tumbuh menjadi pendekar wanita yang sangat tangguh dan berilmu tinggi.
"hmmm. jurus yang kau ajarkan pada mereka jurus yang istimewa nakmaz. hebat." puji ki jalasena.
"terima kasih ki." kata antoch kalem.
"hmmm. apakah kau jadi pergi ke puncak lawu nakmaz?" tanya ki jalasena.
"Ya." antoch mengangguk pelan.
semalam antoch sudah berbicara ke ki jalasena bahwa dia akan pergi ke puncak gunung lawu untuk turut hadir menyaksikan keramaian di sana, dia beralasan ingin meliat tokoh tokoh sakti ternama di dunia persilatan agar bisa menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia persilatan. ki jalasena tidak mungkin melarang antoch pergi karna dia tahu antoch memang harus menambah pengalamannya di dunia persiltan tanah jawa ini.
"kapan kau akan berangkat?" tanya ki jalasena kalem.
"hari ini juga ki. selama aku pergi tolong aki yang melatih mereka." kata antoch.
"baik." ki jalasena mengangguk. "kau tenang saja nakmaz. kau pergilah dan cepat kembali." ucapnya.
"Pasti ki. aku akan secepatnya kembali setelah dari puncak lawu." kata antoch mengangguk cepat.
Antoch segera masuk ke dalam pondoknya mengambil bekal perjalanan. dia berpamitan pada ki jalasena dan dua muridnya lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
* * *
DI SEBUAH hutan rimba yang sangat lebat pada sore hari ini terliat ada sebuah kereta kuda di kawal enam orang pria gagah menunggang kuda. dua orang di antaranya adalah prajurit kadipaten jatinom. orang yang berada di dalam kereta kuda pastilah orang penting atau seorang pembesar kadipaten. ketika rombongan tiba di tengah hutan tiba tiba muncul puluhan orang yang langsung menyerang rombongan itu. terjadilah pertarungan sengit di tengah hutan tersebut. karna kalah jumlah maka rombongan orang kadipaten jatinom jatuh di bawah angin, mereka sudah terluka terkena senjata lawan.
"Berhenti !" teriak suara orang keras menggelegar bagai guntur membuat pertarungan seketika jadi berhenti.
Dari atas pohon besar muncul sosok orang berpakaian serba putih yang melayang turun ringan sekali di antara dua rombongan tersebut. orang itu seorang pemuda cukup tampan memegang sebuah kipas di tangan kanan. pemuda itu memiliki paras wajah yang terliat angkuh dan sorot mata penuh kelicikan.
Begitu meliat kemunculan pemuda itu maka puluhan orang yang menyerang orang dari kadipaten jatinom buru buru memberi hormat.
"Tuan muda !" seru mereka serentak membungkuk hormat.
"hmmm." gumam pemuda itu acuh tak acuh. dia maju mendekati kereta kuda dengan sikap yang angkuh sekali lalu dia berdiri menatap enam orang yang menjadi pengawal kereta kuda. "huh. apa kalian tetap mau bertahan melindungi tua bangka joyo sumpena. hah?" serunya dingin.
"siapa kau? berani sekali menyerang kami, apa kau tidak tahu siapa kami, hah?" bentak seorang pria berkumis klimis menatap tajam pemuda itu.
"hahahaha." pemuda itu tertawa mendengar bentakan pria berkumis klimis yang merupakan pemimpin rombongan dari kadipaten jatinom. "jarpala. perwira tinggi kadipaten jatinom, kau tidak usah berlagak di hadapan ku. apa mata mu sudah buta tidak mengenali lambang di dada ku. hmm?" serunya dingin.
Pria berkumis klimis bernama jarpala yaitu perwira tinggi kadipaten jatinom mengerutkan kening meliat gambar kecil di dada kanan pemuda itu. dia langsung tersentak kaget meliat tanda itu yaitu dimana di dada kanan pemuda itu terdapat gambar naga hitam dalam lingkaran, itu adalah lambang sebuah aliran persilatan yaitu aliran naga hitam yang cukup terkenal di dunia persilatan. aliran itu cukup besar dan di segani namun aliran itu oleh orang orang persilatan di sebut sebagai aliran sesat karna sering bertindak serampangan dan sesuka hati.
"hahahaha." pemuda baju putih itu tertawa meliat ekspresi jarpala yang tersentak kaget meliat tanda di dadanya. "apa kau sudah tahu jarpala?" tanyanya angkuh.
"huh." dengus jarpala dingin di hidung. "setahu ku di antara kita tiada silang sengketa apa apa. kami pihak kadipaten tidak pernah mengusik aliran naga hitam kalian tapi kenapa kalian hari ini mengusik kami?" tanyanya.
"huh. huh. benar. memang di antara kita tiada silang sengketa tapi kau jangan berlagak bodoh. beberapa waktu yang lalu kau dan beberapa anak buah mu telah melukai salah seorang saudara ku, apa kau masih bilang tiada silang sengketa?" seru pemuda itu dingin sekali.
"APA? aku melukai saudara mu? kau jangan mengada ngada. aku tidak merasa pernah melukai saudara mu." seru jarpala tandas.
"huhuhu. sudah berbuat tapi tidak berani berterus terang. apakah ini sikap seorang murid padepokan kemuning yang terhormat? huh. sungguh sikap gagah sdjati." dengus pemuda itu dingin menyindir tajam.
Perkataan itu amatlah tajam dan merendahkan sekali, secara tidak langsung menyinggung ki ampel wetu yaitu guru besar padepokan kemuning, guru yang sangat di hormati jarpala karna jarpala memang berasal dari padepokan kemuning. kontan saja jarpala langsung gusar sekali karna pemuda baju putih itu telah menghina padepokan kemuning serta sang guru besar yang sangat dia hormati.
"Tutup mulut mu. berani sekali kau menghina padepokan kemuning. mulut mu benar benar tidak tau aturan." teriak jarpala gusar sekali.
"hahahaha." pemuda baju putih itu tertawa lebar. "kenapa? apa kau marah? apa ucapan ku tepat mengena pada mu. huh." serunya tajam sekali.
"kurang ajar ! kau boleh menghina ku bocah busuk tapi jangan sekali kali menghina padepokan kemuning, itu sama saja kau telah lancang menghina guru ku." bentak jarpala coba menahan gusar dan bersabar agar tidak terjadi masalah yang lebih luas.
"huh. jika kau mengaku murid padepokan kemuning maka kau harus berani berterus terang jangan hanya bersembunyi di balik jubah perwira mu." dengus pemuda baju putih dingin.
"Bocah. siapa nama mu? kau dari terus menuduh ku telah melukai saudara mu, kau hanya mengada ada cari perkara atau hendak menantang ku. heh?" seru jarpala menatap tajam pemuda baju putih.
"Jarpala !" tegur suara tiba tiba dari dalam kereta menegur jarpala. tampak pintu kereta terbuka dan muncul seorang pria paruh baya berwajah kalem namun berwibawa. pria itu memake pakaian warna kuning gading yaitu jubah adipati. orang itu adalah adipati jatinom yang bernama adipati joyo sempena. dia bersama istri dan dua anaknya pergi ke desa menur di daerah timur untuk ziarah ke makam orang tua istri adipati joyo sumpena yaitu diah purwaning, tidak di sangka saat dalam perjalanan pulang ke kadipaten jatinon di serang oleh orang orang aliran naga hitam di hutan rimba. adipati joyo sumpena mendekati jarpala dan bertanya apa yang terjadi. "Jarpala. apa yang terjadi? kenapa orang orang itu menyerang kita?" tanyanya halus namun penuh wibawa.
"Ampun gusti adipati. mereka orang orang aliran naga hitam, entah kenapa tanpa sebab yang jelas mereka menyerang kita. hamba tidak tahu apa alasan mereka menyerang kita." sahut jarpala setelah memberi hormat.
"hmmm." gumam adipati joyo sumpena tenang. dia menatap pemuda baju putih dengan sikap tenang sekali. "Tuan. entah ada masalah apa sampe kalian menyerang kami tanpa sebab. bolehkah aku tahu apa alasan kalian menyerang kami?" ucapnya bertanya halus namun sangat berwibawa.
Pemuda baju putih menatap adipati joyo sumpena dengan rasa kagum akan ketenangan sang adipati. dia mengakui kabar berita yang mengatakan kalo adipati jatinom memang terkenal tenang dan berwibawa, meliat sendiri gimana sikap sang adipati yang sangat tenang mau tidak mau pemuda itu harus menaruh rasa hormat juga. "hahahaha. sungguh bukan kabar isapan jempol belaka tentang sosok adipati jatinom yang penuh ketenangan. hari ini bisa meliat sendiri sungguh buat aku merasa kagum." ucapnya kalem.
Adipati joyo sumpena tersenyum kecil mendengar pujian si pemuda baju putih. "terima kasih atas pujian mu anak muda. boleh aku tahu nama tuan yang mulia?" tanyanya bersikap ramah.
"akh. aku yang rendah ini mana punya nama mulia, tapi karna gusti adipati bertanya maka tidak pantas bagi ku untuk tidak menjawab. aku yang rendah bernama selut winarya berjuluk si kipas putih." kata pemuda baju putih memberi tahu dengan sikap hormat namun tetap terkesan angkuh.
"owh. kiranya putra ketua bayan tunggul ketua aliran naga hitam." kata adipati joyo sumpena tersenyum.
"kau kenal ayah ku?" tanya selut winarya terkejut.
"hmmm." gumam adipati joyo sumpena tersenyum. lembut. "apa ayah mu dalam keadaan sehat?" tanyanya.
selutwinarya tampak gugup salah tingkah di tanya sang adipati tapi buru buru dia dapat menguasai gugupnya. "ayah ku baik baik saja." jawabnya agak gemetar.
Adipati joyo sumpena manggut manggut pelan. dia memandang orang orang di belakang selut winarya dengan kening berkerut tanda ada sesuatu yang di pikirkannya. dia menatap selut winarya dan tersenyum. "hmmm. baguslah. aku senang ayah mu baik baik saja." ucapnya. "apakah sekarang aku boleh tahu apa alasan kalian menyerang kami?" tanyanya.
Selut winarya terdiam sejenak memutar otak apa yang dia katakan karna pada dasarnya dia dan anak buahnya menyerang rombongan adipati joyo sumpena karna ada maksut tersembunyi dan hanya dia sendiri yang tahu. ketika meliat paras berkerut sang adipati, dia menyadari kalo sang adipati mengetahui rahasia tentang dirinya maka tanpa pikir panjang dia langsung menyuruh anak buahnya menyerang adipati joyo sumpena dan yang lain.
"serang dan bunuh mereka semua tanpa sisa !" teriak selut winarya lantang memberi perintah.
Mendengar perintah selut winarya maka serentak puluhan anak buah selut winarya segera menyerang adipati joyo sumpena dan yang lain. maka tak ayal lagi terjadi pertempuran kembali di hutan rimba tersebut.
selut winarya langsung menyerang sang adipati dengan gencar bertujuan menghabisi nyawa sang adipati. pertarungan keduanya terliat seru dan sengit karna sama sama memiliki ilmu silat yang seimbang. sementara enam orang yang menjadi pengawal sang adipati harus meladeni serbuan puluhan anak buah selut winarya, karna sejak awal mereka sudah terluka maka satu persatu mereka roboh terkapar meregang nyawa dan hanya tersisa dua orang yang memang memiliki ilmu silat cukup tinggi. dua orang itu adalah jarpala dan seorang teman jarpala bernama sugondo.
Mengetahui empat orang pengawalnya telah tewas maka membuat adipati jadi cemas memikirkan nasib istri dan dua anaknya sehingga kosentrasinya jadi terpecah. dia lengah terkena tendangan selut winarya tepat di perut, seketika perutnya jadi mual lalu muntah darah tanda terluka dalam.
"kakang !" jerit seorang wanita dari dalam kereta terkejut meliat sang adipati muntah darah. wanita itu adalah istri sang adipati joyo sumpena.
Sang adipati semakin cemas ketika meliat beberapa orang coba memaksa istri dan dua anaknya keluar dari kereta.
"Jarpala !" teriak adipati joyo sumpena. "cepat lindungi istri dan anak ku. bawa mereka kabur, cepat !" teriaknya.
"hahahaha." selut winarya tertawa terbahak bahak. "tidak ada seorangpun yang bisa lolos dari tangan ku. kalian semua akan mampus di tangan ku. hahahaha !" serunya.
Adipati joyo sumpena tidak menghiraukan ucapan selut winarya. dia terus berteriak menyuruh jarpala pergi membawa istri dan anaknya. "Jarpala. cepat pergi !" teriaknya keras.
"Tapi gusti?" seru jarpala ragu ragu.
"Jangan pikirkan aku. cepat selamatkan istri dan anak ku !" teriak sang adipati.
"Baik gusti !" sahut jarpala mau tidak mau harus melaksanakan perintah sang adipati.
Jarpala segera memgamuk bagai banteng terluka, setiap kibasan pedang di tangannya membuat puluhan orang penyerangnya kesulitan maju menggempur. memanfaatkan kesempatan itu, jarpala langsung melesat ke arah orang orang yang hendak melukai istri dan anak sang adipati.
"Jarpala. bawa pergi gusti putri dan raden berdua. aku akan melindungi mu !" seru sugondo membantu jarpala.
"Sugondo. hati hati !" sahut jarpala.
"Cepatlah !" seru sugondo tegas.
Jarpala segera membawa istri dan dua anak adipati joyo sumpena pergi.
"Kurang ajar. kejar mereka !" teriak selut winarya gusar meliat jarpala membawa kabur istri dan dua anak adipati.
beberapa orang segera melesat mengejar jarpala tapi mereka tertahan oleh serangan adipati joyo sumpena dan sugondo yang menghadang jalan mereka yang hendak mengejar jarpala.
Selut winarya gusar bukan kepalang meliat adipati dan sugondo menghalangi anak buahnya mengejar jarpala yang membawa kabur istri dan dua anak sang adipati.
"kurang ajar. aku bunuh kau adipati bangsat." teriaknya keras sekali.
"huh. huh. coba saja kalo kau bisa bocah." seru adipati joyo sumpena dingin. "Jangan harap kau dengan mudah mengalahkan ku. katakan, siapa kalian sebenarnya? aku tahu kau bukan selut winarya putra bayan tunggul dan aku juga tahu kalian bukan orang orang aliran naga hitam. setahu ku aliran naga hitam tidak mau berurusan dengan pihak kadipaten apa lagi aku sangat mengenal ketua aliran naga hitam." ucapnya.
"hahahaha." selut winarya tertawa terbahak bahak. "adipati joyo sumpena. mata mu tajam juga, kau mengetahui kalo kami bukan orang aliran naga hitam. hebat, hebat. hebat. baiklah, aku akan beri tahu kamu sebelum kau menghadap raja akherat. dengar baik baik adipati joyo sumpena, aku memang bukan selut winarya tetapi nama ku adalah sura widura. aku adalah putra rejoyasa mantan adipati jatinom yang telah kau bunuh dua puluh tahun yang lalu." ucapnya dengan penuh berapi api.
Adipati joyo sumpena terkejut begitu mendengar nama rejoyasa, rejoyasa adalah mantan adipati jatinom terdahulu sebelum dirinya. dia menatap tajam pemuda baju putih yang ternyata bernama sura widura.
"kenapa kau diam joyo sumpena? apa kau sudah lupa dengan ayah ku, mantan adipati rejoyasa?" seru sura widura dingin.
"hmmm. jadi kau datang hendak membalas dendam pada ku?" tanya adipati joyo sumpena.
"benar. aku memang datang untuk balas dendam pada mu joyo sumpena. kau harus membayar perbuatan mu itu joyo sumpena !" seru sura widura keras sekali. "sura widura. sebagai seorang anak, aku sangat salut atas bakti mu pada orang tua mu, namun hendaknya ada sesuatu yang harus kau ketahui. aku tidak pernah membunuh ayah mu mantan adipati rejoyasa. ayah mu di hukum oleh kerajaan karna dia telah bersekongkol dengan para pemberontak dan berniat memberontak pada kerajaan." kata adipati joyo sumpena tenang.
"Fitnah ! kau jangan coba coba memfitnah ayah ku joyo sumpena. ayah ku bukan pemberontak, kau jangan bicara sembarangan !" bentak sura widura keras.
"aku tidak bicara sembarangan, apa lagi memfitnah. ayah mu memang berniat memberontak dan semua orang mengetahui hal tersebut." kata adipati joyo sumpena.
"Diam !" bentak sura widura keras. "aku bukan anak kecil yang bisa kau bohongi dengan cerita palsu mu joyo sumpena. huh. aku tidak menyangka seorang adipati jatinom yang terkenal jujur dan bijaksana hari bisa bicara dusta. ternyata itu semua hanya akal busuk mu joyo sumpena." teriaknya.
"aku bicara sebenarnya sura widura. kalo kau tidak percaya kau bisa bertanya pada singo lodra, dia mantan bawahan ayah mu dulu." kata adipati joyo sumpena.
"hahahaha. joyo sumpena, kau suruh aku untuk bertanya pada singo lodra? asal kau tahu gusti adipati joyo sumpena, paman singo lodralah yang memberi tahu semuanya pada ku. kaulah yang telah memfitnah ayah ku padahal kau sendiri yang picik karna kau ingin menjadi adipati jatinom." seru sura widura tajam.
"APA?!" seru adipati joyo sumpena terkejut. "singo lodra bilang seperti itu pada mu?" tanyanya.
"Ya. kenapa? apa kau kaget?" tanya sura widura tertawa dingin.
"hahahaha." adipati joyo sumpena tertawa di hidung. "singo lodra. rupanya dugaan ku tidak meleset pada mu. hahahaha." serunya tertawa.
"joyo sumpena. hari ini adalah hari terakhir mu meliat matahari. atas nama ayah ku yang telah kau bunuh maka aku akan membunuh mu sekarang juga. bersiaplah !" seru sura widura dingin sekali.
Adipati joyo sumpena tersenyum menatap sura widura. "huhuhu. sura widura, kau memang berhak balas dendam demi ayah mu tapi asal kau tahu, harusnya kau bukan balas dendam pada ku tapi pada singo lodra, karna dialah yang telah menghasut ayah mu untuk memberontak. kau jangan sampe terjebak oleh tipu daya dan akal liciknya. kau harus tahu itu sura widura." ucapnya.
"huh. kau tidak usah coba coba mempengaruhi ku joyo sumpena. bersiaplah menemui raja akherat. hyeaaatt.!" teriak sura widura langsung maju menerjang sang adipati. Adipati joyo sumpena segera menangkis serangan maut sura widura. pertarungan dua orang itu berlangsung seru dan sengit, sedang puluhan anak buah sura widura menerjang sugondo, karna di keroyok puluhan orang maka tidak lama sugondo tewas di rejam puluhan senjata tajam penyerangnya.
Adipati joyo sumpena bukan tokoh lemah, dia lama di gembleng oleh gurunya di gunung puring oleh seorang tokoh sakti yang berdiam di gunung puring tersebut, tapi karna menjadi seorang adipati yang sibuk oleh urusan pemerintahan membuat joyo sumpena tidak pernah melatih ilmu silatnya lagi. karna alasan itu membuat joyo sumpena harus menelan pil pahit di hajar oleh seorang anak muda yang tengah panas panasnya berlatih ilmu silat, maka ketika memasuki jurus ke empat puluh, adipati joyo sumpena sudah jatuh di bawah angin hingga tidak menunggu lama sura widura akhirnya berhasil membuat joyo sumpena roboh terkapar dengan dada remuk dan leher hampir putuh terkena sabetan kipas putih sura widura.
"hahahaha." sura widura tertawa puas melihat musuh yang telah membunuh ayahnya tewas mengenaskan di tanganya. "joyo sumpena. akhirnya kau mampus juga di tangan ku. hahahaha !" serunya terus tertawa keras.
"Tuan muda. apa rencana kita selanjutnya?" tanya salah seorang anak buah sura widura.
"hmmm. kita harus mengejar jarpala yang membawa kabur istri dan anak adipati joyo sumpena. cepat.!" seru sura widura tegas sekali.
"baik !!!" sahut seluruh anak buah sura widura serentak.
Sura widura dan puluhan anak buahnya segera mengejar ke arah jarpala pergi membawa istri dan dua anak adipati joyo sumpena.
JARPALA terus mengajak istri dan anak anak adipati joyo sumpena berlari agar tidak terkejar oleh orang orang yang ingin mencelakai mereka. mereka terus berlari dan berlari namun karna dua anak adipati joyo sempana masih kecil maka dua anak kecil itu tidak kuat lagi di ajak berlari. mereka akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak, mereka istirahat di bawah pohon rindang untuk melepas lelah.
"Gusti. kita tidak bisa istirahat terlalu lama, saya kuatir para penjahat itu akan segera menemukan kita." kata jarpala cepat.
"Tapi jarpala. putra putri ku masih letih dan tidak kuat untuk berlari. tunggulah sebentar lagi." sahut istri adipati joyo sempana yang bernama diah purwaning sambil memeluk putra dan putrinya.
Putra adipati joyo sempana yang merupakan anak pertama bernama bagus sundali, dia berusia 12 tahun. sedang anak adipati yang nomer dua dan paling akhir berusia 8 tahun bernama dewi nilam.
"Tapi gusti. bagaimana jika penjahat itu berhasil menyusul kita?" ucap jarpala cemas.
"sebentar saja jarpala. biarkan kami istirahat sebentar lagi, kasihan putra putri ku yang keletihan karna berlari, terutama putri ku, kasihan dia." kata diah purwaning memohon.
Jarpala menatap dewi nilam yang memang sangat kelelahan karna terus di ajak berlari. "baiklah jika begitu." ucapnya pelan.
Jarpala lalu duduk di bawah pohon yang lain untuk melepas rasa lelah, karna terus berlari tanpa peduli keadaan diri sendiri yang sebenarnya terluka di bahu, dia baru merasa perih setelah duduk. dia menyeka darah di bahunya yang sudah hampir mengering sementara lukanya tidak terlalu dalam dan itu membuat dia sedikit bernafas lega.
"ibu. kenapa kita harus berlari? aku lelah sekali." kata dewi nilam polos yang memang belum mengerti apa apa.
"putri ku. ada orang jahat yang mengejar kita makanya kita harus berlari agar mereka tidak menangkap kita." ucap diah purwaning lembut seraya mengusap kepala dewi nilam penuh kasih sayang.
"kenapa orang orang jahat itu mengejar kita? apa kita punya salah?" tanya dewi nilam polos.
"kita tidak punya salah putri ku." ucap diah purwaning lembut.
"lalu kenapa mereka mengejar kita?" tanya dewi nilam.
"putri ku. mereka orang orang jahat. mereka berbuat jahat pada siapa saja, jadi kita punya salah atau tidak pasti akan di jahati mereka juga." ucap diah purwaning sabar sekali.
"owh begitu." kata dewi nilam polos.
"ibu. kenapa ayah tidak ikut kita berlari? apa ayah kalah sama orang orang jahat itu?" tanya bagus sundali.
"Entahlah anak ku ibu juga tidak tahu." jawab diah purwaning menggelengkan kepala pelan. dia memang cemas memikirkan nasib suaminya tapi tidak di perlihatkan ke dua anaknya agar mereka tidak sedih.
"Tenang saja raden. ayah raden adalah orang yang berilmu tinggi, beliau pasti tidak mungkin kalah melawan para penjahat itu." seru jarpala menjawab pertanyaan bagus sundali.
Jarpala tidak tahu kalo adipati joyo sumpena telah tewas di tangan sura widura yang mengaku sebagai selut winarya.
Raden bagus sundali sedikit lega mendengar jawaban jarpala.
"Jarpala. terus terang aku sangat cemas sekali dengan keadaan suami ku. maukah kau melihat keadaan suami ku?" kata diah purwaning tiba tiba.
"Tapi gusti?" kata jarpala ragu ragu.
"kami akan menunggu disini. tolong kau lihat keadaan suaimi ku." kata diah purwaning memaksa.
Jarpala terdiam sejenak guna menimbang nimbang permintaan diah purwaning. "hmmm. baiklah. saya akan ke tempat gusti adipati, mudah mudahan beliau tidak apa apa." ucapnya mengerti.
"terima kasih, jarpala." kata diah purwaning.
"sama sama, gusti. mohon gusti tunggu di sini dan jangan kemana mana." kata jarpala segera beranjak berdiri lalu berlari kembali ke tempat pertarungan.
Diah purwaning menatap jarpala yang berlari pergi tuk beberap lama, dia berharap semoga jarpala kembali bersama suaminya.
"ibu. aku haus sekali." rengek dewi nila pelan.
"Putri ku. ibu juga haus tapi kita membawa minum, sabar ya. tunggu ayah mu datang dulu." kata diah purwaning lembut mengusap kepala putrinya.
"tapi aku haus sekali." rengek dewi nila.
"Tahan sebentar ya. setelah ayah mu datang baru kita cari minum." kata diah purminta penuh kesabaran.
"ibu. biar aku carikan air buat kita minum, tidak jauh dari sini pasti ada sungai kecil. aku akan mengambil air dari sana." kata bagus sundali.
"Tapi nak, ibu kuatir penjahat itu akan menemukan dan menangkap mu." kata diah purwaning cemas dan kuatir sekali jika putranya pergi.
"ibu tenang saja, aku pasti akan hati hati." kata bagus sundali menenangkan ibunya.
"tapi ibu tetap kuatir nak." kata diah purwaning.
"ibu. percayalah. aku pasti baik baik saja." kata bagus sundali meyakinkan ibunya.
"hmmm. baiklah putra ku. cepatlah kau kembali." kata diah purwaning terpaksa mengijinkan.
"baik ibu." sahut bagus sundali segera pergi.
Diah purwaning memeluk dewi nila putrinya erat sekali. dia berusah tenang dan tegar meski dia sangat cemas sekali akan keadaan suaminya yaitu adipati joyo sumpena. setelah di tunggu agak lama, bagus sundali belum kembali juga dari dia mengambil air, jarpalapun juga belum kembali, hal ini semakin membuat hati diah purwaning jadi tidak enak dan cemas sekali.
"hahahaha." tiba tiba muncul beberapa orang di tempat itu yang salah satunya adalah sura widura. mereka tertawa terbahak bahak menemukan diah purwaning dan dewi nila. "akhirnya kami menemukan mu juga diah purwaning, istri adipati joyo sumpena yang telah mampus. hahahaha !" seru sura widura tertawa.
Diah purwaning terkejut meliat sura widura dan anak buahnya muncul di hadapannya, dia semakin kaget begitu mendengar sura widura bilang suaminya telah mati. "APA?! Suami ku sudah mati?" serunya tercekat.
"Benar. suami mu yang sangat kau cintai itu sudah mampus. kenapa? apa kau kaget?" kata sura widura tertawa penuh rasa puas.
"tidak. tidak mungkin. tidak mungkin. suami ku tidak mungkin mati. tidak !" teriak diah purwaning tidak percaya.
"hahahaha. terserah kau mau percaya atau tidak, tapi yang jelas adipati joyo sumpena kini sudah mampus di tangan ku. hahahaha !" kata sura widura tertawa.
"biadab. kalian sungguh keji sekali. kalian kejam sekali." teriak diah purwaning lalu menangis sedih sekali seraya memeluk putrinya erat.
"hahahaha." sura widura tertawa lebar. "diah purwaning. aku memang kejam tapi aku tidak sekejam suami mu, sebentar lagi nasib mu juga akan sama menyusul suami mu. hahahaha !" serunya lantang dan tertawa terbahak bahak.
"ibuuu !" dewi nila ketakutan sekali memeluk ibunya erat sekali.
Diah purwaning memeluk dewi nila putrinya sambil menangis terisak isaka. dia tidak tahu harus berbuat apa karna hatinya sangat shock dan berduka sekali mengetahui suaminya telah mati di tangan para penjahat itu.
"semuanya !" seru suar widura keras. "tangkap mereka dan bawa mereka !" perintahnya pada anak buahnya.
"baik !!" sahut anak buah sura widura serentak.
Mereka segera menangkap diah purwaning dan dewi nila lalu membawa ibu dan anak itu pergi.
Kemana bagus sundali dan kenapa belum kembali?!
Bagus sundali setelah pergi meninggalkan ibu dan adiknya guna mencari air buat minum segera berjalan mencari sungai terdekat namun setelah agak jauh dia belum juga menemukan sungai atau mata air hingga tanpa dia sadari kalo dia telah terlalu jauh meninggalkan ibunya berada. dia tidak lama tiba di sebuah daerah berbatu yang juga ada sungai kecil yang mata airnya berasal dari celah bebatuan. bagus sundali girang sekali karna berhasil menemukan mata air, buru buru dia mendekati mata air tersebut namun karna batu batu itu berlumut dan licin serta kurang berhati hati maka bagus sundali terpeleset jatuh hingga kepalanya terbentur batu, seketika dia jatuh tidak sadarkan diri dengan kepala berdarah.
Tak lama muncul sesosok orang tua berjubah putih di tempat itu, orang tua itu terkejut meliat ada seorang anak laki laki yang pingsan dengan kepala teluka mengeluarkan darah banyak maka tanpa pikir panjang orang tua itu mengangkat tubuh bagus sundali dan membawanya pergi.
Jarpala yang di minta diah purwaning untuk meliat keadaan gusti adipati joyo sumpena sengaja melewati jalan memutar untuk menghindari bertemu para pengejar. begitu tiba di tempat pertarungan, tampak tempat itu sudah sepi dan hanya terliat mayat mayat beberapa anak buah sura widura dan lima orang teman jarpala. jarpala mengepalkan tangan erat dan rahang menggembung tanda menahan amarah yang sangat besar karna meliat kekejaman di depan matanya. sugondo salah satu sahabat terbaiknya tewas dengan penuh luka di seluruh tubuh. jarpala terduduk di samping mayat sugondo dengan perasan yang di liputi rasa duka, marah dan gregetan karna menyaksikan sahabatnya telah tewas.
"sugondo. aku bersumpah akan membalaskan sakit hati mu pada orang orang terkutuk itu. akan ku bunuh mereka dengan tangan ku sendiri." kata jarpala penuh tekanan.
Jarpala seketika ingat akan sang adipati joyo sumpena. dia bergegas mencari dimana sang adipati berada, dia tidak meliat mayat sang adipati membuat dia merasa kalo sang adipati mungkin selamat atau tertangkap oleh kawanan penjahat itu. dia terus coba mencari di sekitar tempat itu namun tiada terliat mayat sang adipati. dia semakin yakin kalo sang adipati berhasil kabur atau mungkin tertangkap. karna sudah terlalu lama dia meninggalkan diah purwaning membuat dia kuatir kalo kalo para penjahat itu berhasil menyusul ke tempat diah purwaning berada. secepat kilat jarpala berlari kembali ke tempat diah purwaning dan dua anaknya berada namun sayang sekali jarpala terlambat dan ketika sampe di tempat itu dia tidak meliat diah purwaning dan dua anaknya. jelas hal itu membuat jarpala merasa cemas sekali. dengan hati yang penuh rasa kuatir jarpala mencari jejak diah purwaning dan dua anaknya berada namun hampir seluruh daerah hutan rimba itu telah di jelajahi, tidak juga jarpala menemukan jejak keberadaan diah purwaning dan dua anaknya. akhirnya dengan putus asa jarpala berjalan tak tentu arah, dia tanpa sadar berjalan ke arah utara hingga dia malah semakin menjauh dari arah menuju ke kadipaten jatinom yang berada di wilayah perbatasan tengah dan selatan, namun arahnya justru tepat karna diah purwaning dan dewi nila di bawa sura widura ke arah utara, hingga ketika hari hampir gelap dia tiba di daerah perbukitan, dia terkejut karna mendengar ada suara orang sedang bertarung.
Tampak di atas bukit ada puluhan orang sedang bertarung melawan seorang pemuda berbaju biru tua, meski di keroyok puluhan orang namun pemuda itu tidak jatuh di bawah angin, malah pemuda itu seperti tengah mempermainkan para penyerangnya. Jarpala meliat pertarungan itu dengan sikap yang kagum pada pemuda itu, namun dia langsung naik pitam begitu melihat para penyerang pemuda baju biru itu karna dia mengenali orang orang itu. orang orang itu adalah para penjahat yang telah menyerang adipati joyo sumpena sekeluarga dan membunuh para teman temanya.
"hyeaat !" teriak jarpala langsung menerjang orang orang yang menyerang pemuda baju biru.
seketika terjadi pertarungan terbagi dua kelompok, enam orang melawan jarpala dan delapan orang menyerang pemuda baju biru.
siapakah pemuda baju biru itu?!
Pemuda itu adalah antoch yang secara tidak kebetulan berpapasan dengan sura widura dan anak buahnya. karna meliat sura widura menawan seorang wanita dan seorang gadis kecil, apa lagi si wanita terus menjerit minta tolong maka secara reflek antoch menahan sura widura dan anak buahnya lalu meminta sura widura untuk melepaskan diah purwaning dan anaknya. karna sura widura tidak mau melepas diah purwaning dan dewi nila maka terpaksa antoch bertarung dengan mereka, puluhan anak buah sura widura langsung menyerang antoch namun sura widura tidak mau berlama lama di tempat itu, dia segera pergi membawa diah purwaning dan dewi nila. ketika antoch sedang bertarung itulah muncul jarpala yang langsung menyerang anak buah sura widura untuk membalas sakit hati sugondo, dalam beberapa jurus dia telah membunuh dua anak buah sura widura.
Antoch tidak membunuh para pengeroyoknya tapi hanya melukai mereka saja. dalam sekali gebrakan dia sudah membuat empat orang terluka.
"kisanak. bunuh saja orang orang jahat itu. mereka telah berani membunuh para pengawal adipati jatinom dan melukai sang adipati !" seru jarpala tegas seolah memberi perintah pada antoch.
Mendengar nada bicara seorang pria yang tidak dia kenal dan baru muncul sudah turun tangan membunuh beberapa orang yang bertarung dengan antoch membuat antoch merasa heran dan tersinggung. "huh. huh. tiada hujan tiada angin kenapa bisa muncul badai. bukan sanak bukan bawahan bukan pula majikan. sungguh menggelikan !" serunya dengan dingin sekali. dia tiba tiba melesat pergi dengan cepat sekali dan sekejapan mata sudah hilang.
Jarpala terkejut mendengar perkataan pemuda baju biru yang bermaksut menyindir dirinya. ucapan pemuda baju biru maksutnya adalah tidak ada masalah tidak silang sengketa kenapa harus membunuh? bukan sanak saudara, bukan anak buah dan bukan juga tuan besar tapi berani sekali memberi perintah, padahal tidak kenal dan baru ketemu namun seolah olah dirinya berlagak sebagai majikan atau tuan besar yang sukanya memberi perintah. jelas hal ini membuat jarpala tersentak menyadari kesalahan bicara pada pemuda baju biru. karna tengah bertarung tidak memungkinkan jarpala untuk memikirkan hal itu terlalu lama. dia sibuk menahan dan menyerang anak buah sura widura.
Antoch melesat ke arah barat dimana tadi sura widura pergi membawa diah purwaning dan dewi nila. hari gelap tidak membuat antoch merasa sukar mengikuti jekak sura widura dan dewi nila. dia meliat jejak kaki sura widura dan seorang anak buahnya menuju ke arah barat yang lalu ke arah barat daya. setelah tidak beberapa mengejar akhirnya antoch berhasil menyusul juga sura widura dan seorang anak buahnya yang ternyata berada di bangunan tua di lembah kecil. bangunan tua itu di jaga oleh empat orang penjaga bersenjata golok dan tombak.
Tampak sura widura berhenti depan pintu pagar yang di jaga empat penjaga.
"Tuan muda?!" seru seorang penjaga terkejut meliat sura widura datang membawa wanita di bahunya. wanita itu dalam keadaan kaku karna tertotok, salah seorang anak buah sura widura juga menggendong gadis kecil dalam keadaan pingsan.
"Apa guru ada?" tanya sura widura tanpa basa basi.
"Owh. guru ada di dalam, beliau sedang menerima tamu di ruang tengah." kata si penjaga cepat.
"tamu? siapa?" tanya sura widura ingin tahu.
"ketua partai kuda terbang ki kajar dan tetua sudra." jawab si penjaga.
"apa? ketua partai kuda terbang ki kajar dan tetua sudr.a?!" seru sura widura terkejut. "kapan mereka kesini?" tanyanya cepat.
"senja tadi." jawab si penjaga.
"owh. jadi mereka baru tiba senja tadi." kata sura widura manggut manggut. "hmm. Ya sudah aku akan menemani guru di ruang tengah. kalian tolong bawa wanita ini ke kamar dan suruh yang lain menjaga kamar agar dia dan putrinya tidak kabur." ucapnya.
"Memang siapa wanita itu tuan muda?" tanya si penjaga penasaran.
"kalian tidak usah rewel. cepat bawa saja ke kamar dan jaga mereka. mengerti ?" kata sura widura tegas dengan wajah tidak senang karna penjaga itu rewel terus.
"baik." sahut penjga itu yang lalu membawa diah purwaning dan dewi nila ke samping bangunan.
Sura widura segera masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang tenah dimana kata si penjaga tadi gurunya sedang menerima tamu.
Antoch yang mendengar pembicaraan sura widura dengan penjaga pintu pagar menjadi penasaran, tempat apa itu sebenarnya dan kenapa pemuda berbaju putih dan beberapa temannya menculik seorang wanita dan gadis kecil. antoch yang tidak tahu masalah apa yang terjadi tidak mau bertindak sembrono langsung membebaskan wanita dan gadis kecil yang di culik karna dia sendiri juga tidak tahu siapa dua orang yang di culik itu. jika dia langsung membebaskan dua orang yang di culik itu maka bisa saja malah jadi terseret dalam masalah yang tidak jelas buatnya. Jalan satu satunya adalah mencoba menyelidiki apa masalah yang terjadi sebenarnya. antoch terdiam sejenak menatap area bangunan untuk menentukan langkah apa yang akan dia ambil. setelah berpikir sejenak dia segera melesat cepat ke sebuah pohon di dekat pagar guna meliat situasi di dalam tempat tersebut. dia segera melesat ke samping bangunan dimana ada dua orang yang menjaga di depan pintu, dia bersembunyi di balik tembok dekat tempat dua orang tadi. terdengar pembicaraan menarik di antara dua orang penjaga tadi. antoch jadi penasaran apa yang mereka bicarakan itu, dia mendengarkan pembicaraan itu dengan penuh perhatian.
"Aku juga tidak tau mau apa tuan muda menyekap ibu dan anak itu di sekap disini. dia juga tidak ingin guru mengetahui tentang hal ini. aku benar benar tidak mengerti apa tujuan tuan muda." kata orang di sebelah kiri. orang itu bernama jamal dan temannya yang di sebelah kanan bernama karso.
"terus terang, aku jadi takut kalo rampe guru tahu masalah ini. salah salah kita di hukum guru. Ya kalo cuma di marahi tapi kalo sampe guru membunuh kita, gimana coba?" kata karso.
"tadi aku sempat tanya pada teman tuan muda siapa wanina dan gadis kecil itu. dia memberi tahu aku kalo wanita itu adalah istri adipati jatinom.." kata jamal.
"APA?!" seru karso kaget sekali mendengar itu. "wanita itu istri adipati jatinom?" tanyanya tidak percaya.
"Ya." jawab jamal mengangguk. "dan gadis kecil itu putri adipati jatinom. dia cerita kalo sore tadi tuan muda bersama puluhan teman temannya menyerang adipati jatinom di hutan mendoh sebelah utara bukit karang." ucapnya.
"benarkah? lalu bagaimana?" tanya karso cepat.
"benar. tuan muda berhasil membunuh sang adipati dan para pengawalnya tapi seorang perwira berhasil membawa kabur istri adipati dan dua anaknya." kata jamal.
"lalu gimana ceritanya tuan muda berhasil membawa istri adipati dan putrinya?" tanya karso penasaran. "katanya mereka berhasil menyusul istri adipati itu tapi tidak menemukan si perwira dan putra adipati." jawab karso.
"hmmm. begitu... ini sungguh berita yang bisa membuat guru marah jika sampe guru mendengarnya. ini sama saja tuan muda telah melakukan kejahatan sangat besar. aku benar benar tidak mengerti kenapa guru sampe punya murid seperti tuan muda." kata karso geleng geleng kepala.
"kau benar. jujur saja, aku sebenarnya tidak suka pada tuan muda tapi karna guru sangat menyayangi tuan muda maka kita tidak bisa apa apa lagi. hmmm." kata jamal pelan.
"sudahlah. kita tidak usah ngomongin tuan muda lagi, jika sampe ada yang mendengar, kita bisa celaka. kau tahu sendirikan banyak kawan kawan kita yang menjadi penjilat di depan tuan muda." kata karso.
"Ya." jawab jamal mengangguk. "oh ya, kira kira mau apa ya ketua partai kuda terbang dan tetua sudra datang kesini. apa kau bisa menebaknya?" tanyanya mengalihkan obrolan.
"Entahlah. aku juga tidak tahu mau mereka kesini menemui guru. masalahnya kita tidak pernah mendengar ada hubungan apa di antara guru dengan mereka." kata karso mengangkat bahunya.
"Ya. aku juga tidak tahu. mungkin mereka adalah sahabat lama atau kalo tidak nama besar guru di dunia persilatan yang membuat ketua partai kudang terbang ki kajar dan tetua sudra ingin menjalin persahabatan." kata jamal.
"Ya, mungkin kau benar. jika guru dan ki kajar serta tetua sudra menjalin persahabatan maka posisi partai kita yaitu partai pasir besi akan semakin kuat dan di kenal di dunia persilatan. mungkin juga akan sejajar dengan tujuh partai besar dunia persilatan." kata karso.
"betul. betul. jika mereka menjalin persahabatan maka nama partai pasir besi akan semakin di kenal luas di dunia persilatan. guru di kenal bergelar malaikat pasir besi karna guru memiliki ilmu yang membuatnya terkenal yaitu pukulan malaikat pasir besi. nama ketua partai kuda terbang juga tidak kalah terkenal dengan guru, ki kajar di gelari si tangan baja serta tetua sudra yang juga di kenal dengan gelar pendekar trisula maut. bukankah itu sangat menguntungkan, benar tidak?" seru jamal tersenyum lebar.
"benar. hahaha." sahut karso juga ikut tertawa.
Dua orang itu terus bercakap cakap tanpa tahu kalo ada orang yang mendengarkan obrolan mereka yaitu antoch.
Antoch jadi tahu siapa wanita dan gadis kecil yang di bawa sura widura. rupanya istri dan putri adipati jatinom. antoch segera pergi menjauhi bangunan yang mungkin adalah markas dari partai pasir besi. antoch sejenak terdiam di bawah pohon guna berpikir apa yang sebaiknya dia lakukan untuk menolong istri dan putri adipati jatinom.
"hmmm. jika aku cerna dari obrolan dua orang tadi, orang yang mereka sebut tuan muda tidak mau guru besar partai pasir besi tahu perihal dia telah menangkap istri dan putri adipati jatinom. aku juga tadi dengar guru besar partai pasir besi sedang menerima tamu yaitu ketua kuda terbang dan tetua sudra. hmmm. apa lebih baik aku coba mencuri dengar apa yang mereka bicarakan lalu muncul dan meminta istri dan putri adipati jatinom secara baik baik. hmmm. aku akan mengambil resiko terburuk jika mereka tidak mau menyerahkan istri dan putri adipati jatinom. Ya aku harus melakukan itu." gumam antoch lirih.
Antoch segera melesat kembali mendekati bangunan tua itu dan bergerak seringan mungkin agar orang orang yang di dalam tidak mengetahui kedatangannya. antoch hinggap di atas genting tepat dimana guru besar partai pasir besi menjamu dua tamunya. dia membuka sedikit celah genting untuk meliat keadaan di dalam rumah.
Tampak ada beberapa orang berada di dalam ruangan itu. di dekat dinding yang ada gambar pedang bertuliskan huruf berbunyi partai pasir besi terdapat seorang pria tua berjubah biru hitam memiliki tampang keras namun berwibawa duduk di kursi indah, orang ini adalah renggo sukaji ketua partai pasir besi bergelar malaikat pasir besi. di dekatnya berdiri seorang pemuda cukup tampang yaitu sura widura murid kesayangan ki renggo sukaji. di depan dua orang itu yaitu di sebelah kanan ada empat orang yang salah satu di antaranya duduk di kursi memakai jubah longgar yang di punggungnya ada gambar kuda terbang warna merah yaitu simbol partai kuda terbang. orang berjubah itu seorang pria berkumis agak tebal dan berjenggot tipis, dia adalah ketua partai kuda terbang yaitu ki kajar bergelar si tangan baja. di belakang ki kajar ada tiga muridnya yang salah satunya seorang wanita yang tidak lain adalah putri ki kajar. putri ki kajar seorang gadis muda berusia 17 tahun berwajah cantik dengan mata yang indah, gadis itu bernama seruni dan dari tadi slalu di lirik oleh sura widura namun seruni tidak pedulikan sura widura meski dia tahu kalo sering di lirik sura widura.
Di sebelah kiri ketua pasir besi yaitu duduk seorang berumur berjubah warna abu abu dengan rambut hampir memutih semua, orang itu adalah tetua sudra bergelar pendekar trisula maut.
"hahahaha." ketua partai pasir besi yaitu ki renggo sukaji tertawa. "mana mungkin aku melewatkan acara turnamen pedang di puncak lawu. aku pasti akan hadir di sana. hahaha." ucapnya.
"bagus. jika ketua sukaji ikut di turnamen pedang di puncak lawu maka puncak lawu akan semakin meriah. hahaha." seru ketua partai kuda terbang yaitu ki kajar.
"tentu saja. di sana pasti turut hadir para pesilat tangguh dari berbagai lapisan dan golongan, di saat itulah akan membuat nama partai pasir besi ku semakin di kenal luas agar bisa sejajar dengan tujuh partai besar yang sudah ada. bukankah itu sangat menggembirakan. hahaha." kata ki renggo sukaji.
"aku mendengar selain ketua tujuh partai besar yang akan hadir, ada beberapa tokoh kosen yang turut ikut turnamen pedang itu. di antaranya yaitu dari daerah utara ada sokalira si ruyung perak, aki jomblang si cakar setan dan suto menggolo pengemis sakti dari utara." kata tetua sudra.
"hmmm. tiga orang itu sangat hebat terutama pengemis sakti dari utara, dia memiliki ilmu yang sangat tinggi yaitu 18 pukulan penakluk naga." kata ki kajar.
"benar. konon 18 pukulan penakluk naga sangat luar biasa namun aku tidak pernah mendengar suto menggolo pernah mengeluarkan pukulan itu. menurut ku ilmu itu hanya kabar kosong belaka." kata ki renggo.
"mungkin saja tapi kita tetap harus waspada pada pengemis itu." kata ki kajar serius. "tetua sudra. siapa lagi orang yang kau tahu akan hadir di puncak lawu?" tanyanya pada tetua sudra.
"Dari daerah barat aku dengar ki parung si pisau terbang, nyai jentrik si selendang maut dan si iblis racun juga akan hadir." kata tetua sudra.
"hmmm. ki parung dan nyai jentrik tidak perlu kita takuti karna ilmu mereka biasa biasa saja, aku pernah bertarung dengan mereka dan mereka berhasil aku kalahkan dalam 25 jurus. kalo si iblis racun aku kurang begitu tahu akan ilmu silatnya namun karna dia cukup terkenal di wilayah barat maka tidak ada salahnya kita harus hati hati terhadap dia." kata ki renggo.
"kalo menurut ku justru yang perlu kita waspadai adalah manusia misterius yang bermukim di kaki gunung gede, orang ini tiada seorangpun tahu akan namaya tapi dia sering di juluki insan tanpa wujud. dia jarang muncul di keramean tapi dia sangat di segani oleh para pendekar wilayah barat." kata ki kajar dengan mimik wajah serius.
"akh. kau benar saudara kajar. aku juga pernah mendengar tentang orang misterius itu, tiada yang tahu pasti gimana sosok orang itu tapi ilmunya sungguh luar biasa. tokoh sehebat datuk pulau ular bisa dia robohkan hanya dalam 10 jurus, benar benar orang yang tidak bisa di ukur ilmu silatnya." kata tetua sudra.
"Ya. aku juga pernah dengar berita itu, tapi itu sudah lama berlalu karna sejak saat itu dia sudah tidak terdengar kabar beritanya lagi. entah sudah mati atau masih hidup tiada yang tahu." kata ki renggo.
"jika dia muncul di puncak lawu maka harapan kita bisa merajai dunia persilatan semakin sulit. aku berharap dia tidak akan muncul." kata ki kajar pelan.
"Paman. aku rasa insan tanpa wujud tidak akan muncul di puncak lawu." kata sura widura ikut buka suara.
"benarkah? kenapa kau bisa yakin kalo dia tidak akan muncul?" tanya ki kajar heran dan ingin tahu.
"sura. apa dasar alasan mu mengatakan insan tanpa wujud tidak akan muncul di puncak lawu. hmm?" tanya ki renggo ingin tahu alasan muridnya bisa berkata seperti itu.
"Maaf guru. aku bicara begitu hanya menerka saja, aku pikir insan tanpa wujud tidak mau mencampurkan diri di keramean. jarang ada yang mengetahui sosoknya bahkan bisa di katakan hanya segelintir orang yang tahu atau pernah meliat sosoknya, nah bukankah itu bisa di artikan bahwa dia tidak sudi berada di keramean. benar tidak guru?" kata sura widura memberikan alasan.
Tiga orang tua itu manggut manggut membenarkan pendapat sura widura.
"hmmm. alasan mu masuk akal. kau pintar sekali berpendapat seperti itu." puji ki kajar pada sura widura.
"terima kasih atas pujian paman." kata sura widura tersenyum girang karna di puji. dia melirik seruni berharap gadis itu akan meliatnya dengan rasa kagum karna dia ingin memberi kesan baik tentang dirinya ke gadis putri ketua partai kuda terbang itu, namun dia jadi kecewa karna seruni tidak meliatnya dan mimik muka gadis itu biasa saja.
"hahahaha. ketua renggo, aku tidak mengira kau punya murid yang sangat pintar." kata ki kajar tertawa memuji.
"hahahaha. terima kasih atas pujian ketua kajar." sahut ki renggo tertawa senang.
sura widura semakin terliat sumringah dan bangga karna mendapat pujian.
seruni yang dari tadi hanya diam jadi semakin muak mendengar ayahnya memuji sura widura, karna sejak dia pertama meliat sura widura dia merasa pemuda itu bersikap angkuh dan memiliki otak licik. itu makanya dari tadi dia tidak menggubris sura widura yang sejak awal terus mencuri pandang pada dirinya. dia menganggap kalo sura widura hanya coba mencari pujian dengan berpendapat seperti tadi.
"Ayah. aku rasa pendapat itu tidaklah terlalu di besar besarkan. Aku justru tidak sependapat dengan pendapat itu." kata seruni pada ki kajar ayahnya tanpa meliat dan menyebut nama sura widura sedikitpun.
ki kajar menatap seruni putrinya seolah ingin tahu apa pendapat putrinya itu.
"nimaz. apa pendapat mu itu?" tanya ki renggo ingin tahu apa pendapat seruni. dia juga ingin tahu apa pendapat seruni lebih baik dari pendapat sura widura, jika tidak maka dengan sendirinya akan membuat citra dan nama baik ki renggo akan naik karna memiliki murid seperti sura widura yang lebih pintar.
"Maaf paman jika aku lancang dan jika pendapat ku nanti tidak berkenan." kata seruni sedikit membungkuk merendah. "aku rasa kita tidak akan pernah tahu orang yang di juluki insan tanpa wujud akan muncul atau tidak. siapa di antara kita yang dapat memastikan insan tanpa wujud akan muncul atau tidak? seperti yang ayah dan paman katakan tadi bahwa insan tanpa wujud jarang yang tahu sosoknya, di antar kita tidak ada yang tahu seperti apa sosoknya, jadi sekalipun dia muncul di depan kita apakah kita akan tahu kalo itu adalah insan tanpa wujud? aku rasa tidak ada yang tahu. jadi intinya dia muncul atau tidak kita tidak akan pernah tahu. itu pendapat ku." ucapnya mengemukan pendapat.
semua orang membenarkan pendapat seruni yang memang jauh lebih masuk akal dan bisa di terima semua orang.
Antoch yang dari tadi terus meliat dan mendengar pembicaraan itu dari atas genting tersenyum memuji pendapat putri ki kajar yang jauh lebih masuk akal.
"hmmm. gadis yang pintar. hebat." pujinya dalam hati.
"hahahaha." ki renggo tertawa lebar. "ki kajar. putri mu sungguh pintar. pintas sekali. aku sangat setuju akan pendapat putri mu. hahaha." ucapnya.
"hahaha. ki renggo terlampau memuji putri ku, sungguh aku jadi tidak enak hati mendengar pujian ki renggo." kata ki kajar tertawa kecil.
"Eitz. aku berkata sejujurnya. putri mu memang pintar, aku senang sekali mendengar pendapat putri mu." kata ki renggo sungguh sungguh.
"terima kasih atas pujian ki renggo. murid mu juga pintar. hehehe." kata ki kajar tertawa.
"Paman. aku juga merasa pendapat nona seruni memang jauh lebih masuk akan di banding aku. nona seruni memang sangat pintar." kata sura widura memuji seruni berharap seruni senang dan mau menghiraukan dirinya namun seruni tetap tidak mau meliat dia sama sekali, wajahnya juga tetap tidak berubah. "huh. sialan. gadis itu tetap tidak mau meliat ku sama sekali. liat saja, akan ku buat kau bertekuk lutut pada ku." batinya dalam hati.
"hehehe. ki kajar, ki renggo. kalian sama sama memiliki anak didik yang pintar kenapa tidak kalian jodohkan saja mereka? pasti mereka terliat serasi. hehe." seru tetua sudra lalu tertawa.
"hahahaha. tetua sudra, kau benar sekali. murid ku pintar dan tampan,putri ki kajar juga pintar dan cantik. mereka terliat cocok dan serasi. ketua kajar, apa kita jodohkan sama mereka berdua. hmm?" kata ki renggo cepat.
sura widura mendengar hal itu jadi girang sekali, dia dari awal meliat seruni memang sudah merasa jatuh hati pada gadis itu, sekarang mendengar gurunya berniat menjodohkan dirinya dengan seruni maka betapa girang sekali hatinya.
"hahaha. ketua partai pasir besi terlampau menghargai putri ku. sebagai seorang ayah tentunya aku sangat senang putri bisa berjodoh dengan pemuda tampan dan pintar seperti murid ki renggo, namun begitu aku juga tidak mau memaksa putri ku, biarkan mereka saling mengenal lebih dahulu, kalo memang cocok baru kita bicarakan masalah selanjutnya." kata ki kajar tersenyum.
"akh. kau benar sekali. kita memang tidak boleh memaksa dalam perjodohan, biarkan saja semua berjalan secara alami." kata ki renggo manggut manggut.
"Ayah. lebih baik biarkan tetua sudra melanjutkan ceritanya. aku tidak mau mendengar obrolan yang tidak penting." kata seruni agak di tekan nada suaranya seolah mengatakan dia tidak sudi dengan perjodohan itu.
"seruni. Yang sopan di depan ketua renggo. kau tidak boleh bicara seperti itu." hardik ki kajar memarahi seruni.
"maaf ayah." kata seruni menunduk.
"Paman. maaf kalo saya lancang, aku rasa ucapan nona seruni ada benarnya juga, kita fokus saja dulu pada turnamen pedang di puncak lawu, masalah yang lain bisa di bicarakan lain waktu." kata sura widura membela seruni. dia berharap seruni kali ini bersimpatik padanya.
"ketua renggo, liatlah murid mu, belum apa apa dia sudah membela putri ku. jika mereka benar benar berjodoh maka dia pasti akan menjaga putri ku baik baik. hahaha." seru ki kajar tertawa.
"hahaha. kau benar ki kajar." sahut ki renggo ikut tertawa.
Seruni jadi semakin kesal dan muak mendengar pembicaraan itu tapi dia tidak mungkin bisa membantah ucapan ayahnya itu. Dari arah pintu tiba tiba muncul seorang murid partai pasir besi yang memberi tahu kalo seorang pemuda ingin bertemu sura widura.
"siapa orang itu?" tanya sura widura.
"Dia tidak mau memberitahukan namanya, katanya dia harus ketemu tuan muda." kata murid yang melapor.
"dia tidak mau memberi tahu namanya?" tanya sura widura heran.
"sura. biarkan saja dia masuk !" kata ki renggo menyuruh orang yang di maksut masuk.
"baik guru." sahut sura widura mengangguk."suruh dia masuk !" serunya pada orang yang melapor.
"baik !" sahut murid yang melapor segera pergi dan tidak lama kembali bersama seorang pemuda tampan berbaju biru gelap.
Sura widura langsung kaget sekali begitu meliat pemuda baju biru yang baru datang itu. "KAU?!" serunya tercekat.
Pemuda baju biru tidak meliat sura widura, dia membungkuk memberi hormat kepada semua orang yang ada di ruangan itu. "Maafkan atas kelancangan saya telah berani mengganggu ketenangan para tetua sekalian. harap para tetua yang terhormat tidak menjadi gusar atas kekurang ajaran saya." ucapnya sopan.
ki renggo dan yang lain terliat senang dengan sikap pemuda baju biru yang sangat sopan, mereka sama sama tersenyum sambil manggut manggut.
"hmmm. anak muda." sapa ki renggo kalem. "siapa nama dan dari mana asal mu?" tanyanya.
"Nama ku Panji, aku berasal dari desa terpencil di kaki gunung merbabu." jawab pemuda baju biru sopan.
"hmmm. panji? ada maksut apa kau ingin ketemu murid ku, sura widura?" tanya ki renggo.
"Maksut dan tujuan saya ke sini hanya ingin meminta sesuatu pada tuan sura widura dan tuan widura saya rasa mengetahui apa itu." kata panji kalem.
semua orang langsung meliat sura widura dengan tatapan penasaran hal apa yang di minta oleh pemuda baju biru itu.
Sura widura tentu tahu apa yang di minta panji tapi tidak mungkin dia memberikan apa yang di minta oleh panji. dia jadi bingung sendiri karna kalo sampe panji cerita hal yang sebenarnya maka gurunya pasti akan murka sekali. apa yang musti dia lakukan? pikir sura widura dalam hati.
sura widura tertawa datar menatap panji tajam. "tuan. aku tidak pernah merasa kenal kamu jadi mana bisa aku tahu apa maksut mu itu?" ucapnya tawar.
Panji tersenyum tipis mendengar ucapan sura widura. "akh. kiranya tuan sura sudah lupa dengan apa yang saya minta, padahal baru sore tadi kita bertemu tapi tuan sura sudah lupa." ucapnya kalem.
"huh. huh. tuan, aku bermaksut baik pada mu tapi kenapa kau tidak tahu malu berani datang kesini. disini ada para ketua partai terhormat, jadi aku harap tuan jangan mencari perkara agar tuan tidak menyesal nantinya." kata sura widura berlagak gagah, padahal dalam hati dia sudah merasa was was akan kedatangan pemuda baju biru tersebut.
"hahaha. banyak terima kasih atas maksut baik tuan sura widura yang terhormat. sungguh aku memang bodoh dan tidak tahu malu berani datang ke tempat ini." kata panji tertawa lebar.
"huh. huh. bagus kalo kau sudah sadar akan kesalahan mu. sekarang pergilah sebelum kau bertambah malu bila terlalu lama di sini." kata sura widura tawar.
"Tuan sura widura memang benar. memang tidak baik bila aku berada di sini terlampau lama." kata antoch tersenyum simpul. dia menatap ki renggo sejenak lalu sedikit membungkuk memberi hormat. "Nama malaikat pasir besi sudah lama berkibar di dunia persilatan, siapa yang mendengar nama malaikat pasir besi pasti tahu akan kegagahannya dan merasa hormat, akh tapi sayang sekali mutiara yang berkilau terang menjadi redup hanya karna gara gara tertutup setitik noda." ucapnya datar.
Ucapan itu amat menyindir sekali meski di ucapkan dengan kata kata yang terdengar indah, hanya beberapa orang saja yang paham akan arti ucapan panji, maka mereka langsung menatap ki renggo dengan pandangan yang merendahkan.
ki renggo yang juga paham akan ucapan panji langsung menatap sura widura tajam sekali. "sura widura ! apa yang kau kerjakan sore tadi sebenarnya. hah?" tanyanya tegas sekali.
Sura widura yang tidak tahu apa maksut ucapan panji jadi heran dan bingung, dia jadi semakin heran karna gurunya bertanya apa yang di lakukanya sore tadi, jelas ini di luar perkiraan sura widura yang dengan menyuruh panji pergi maka masalah akan selese tapi ternyata tidak, dengan hanya berbicara pendek dari panji yang tidak dia mengerti namun membuat gurunya seperti tengah marah padanya.
"Maaf guru. aku tidak melakukan apa apa sore tadi, aku hanya jalan jalan sebentar di luar mencari angin segar." ucapnya berbohong.
"Jangan bohong. katakan dengan jujur apa yang perbuat tadi sore di luar sana?" kata ki renggo tegas sekali.
"benar guru. aku tidak berbuat apa apa di luar sana. aku hanya jalan jalan saja tadi sore." kata sura widura sedikit bergetar.
"huh." dengus ki renggo di hidung menatap tajam sura widura. "baik. sekarang kau tidak mau mengaku tetapi jika nanti aku tahu kau berbuat sesuatu yang melanggar aturan partai maka aku tidak segan segan akan menghukum mu." ucapnya.
sura widura tidak berani berkata apa apa lagi dan hanya menunduk dalam dalam.
ki renggo lalu menoleh menatap pemuda baju biru yang berdiri tenang di tengah ruangan. dia tidak pernah meliat pemuda itu sebelumnya namun sikap pemuda itu sangat tenang dan tiada raut tegang sama sekali pertanda pemuda itu tidak main main.
"Anak muda. aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kau dan murid ku, kalo aku boleh tahu memang apa yang terjadi?" ucapnya bertanya.
Panji tersenyum menatap ki renggo, dia tidak menjawab tapi malah menatap dua tamu penting ki renggo lalu menatap ki renggo lagi seraya agak membungkuk hormat.
ki renggo mengerutkan kening menata panji, dia paham apa maksut panji yang ingin bilang kalo disini ada orang lain yang bisa membuat partai pasir besi malu. "hmmm. sikap pemuda itu menunjukkan menjaga nama baik ku dan partai pasir besi. dia berhati baik tapi aku jadi bingung dengan apa yang terjadi antara sura widura dan dia." batinya dalam hati.
"Guru. pemuda itu aku yakin hanya ingin berbuat onar di sini. ijinkan aku untuk memberi pelajaran pada dia !" seru sura widura cepat. "heh. kau berani sekali berbuat onar di tempat kami. kau harus di hukum karna berani lancang berbuat onar di tempat ini. hyeaaat !" serunya langsung maju menyerang panji dengan gencar.
ki renggo hendak mencegah sura widura namun sura widura sudah terlanjur maju menyerang panji maka dia terpaksa membiarkan pertarungan terjadi karna dia juga penasaran seperti apa ilmu silat pemuda baju biru itu, dengan begitu dia jadi tahu dari perguruan mana pemuda baju biru itu berasal.
Apa yang di pikir ki renggo berbeda dengan pikiran sura widura, sura widura berbuat itu yaitu menyerang panji karna ingin membungkam mulut panji agar tidak punya kesempatan memberi tahu apa yang telah di lakukanya.
Tampak sura widura mulai menyerang panji dengan jurus tingkat tinggi yang di pelajari dari gurunya yaitu jurus badai pasir lima penjuru. jurus tingkat tinggi yang sangat hebat karna membuat lawan akan terkurung dalam serangan jurus tersebut, seolah tergencet dari arah lima penjuru.
"badai pasir lima penjuru?!" seru ki kajar dan tetua sudra mengenali jurus yang di gunakan sura widura.
mereka kenal dan tahu akan kehebatan jurus badai pasir lima penjuru karna mereka pernah meliat jurus itu saat di keluakan ki renggo dalam pertarungan melawan tokoh sakti di bukit waru jurus itu sangat hebat karna lawan seperti di serang dari lima arah maka tiada celah bagi lawan untuk menghindar kecuali menangkis namun justru hal itulah yang di harapkan dari jurus tersebut, bila lawan menangkis maka celakah lawan tersebut.
"hmmm." gumam panji mendapat serangan sura widura yang tiba tiba itu, dia tenang sekali tetap diam berdiri di tempat menunggu serangan itu.
"huhu. bodoh." seru sura widura girang dalam hati meliat panji diam berdiri tidak menghindar dan dia semakin girang meliat panji hendak menahan serangan jurus badai pasir lima penjuru.
Panji bergerak mengangkat tangan kirinya untuk menahan serangan sura widura dalam jurus tangan dewa menahan air bah mendorong bumi, yaitu jurus bertahan sekaligus menyerang yang memanfaatkan tenaga lawan, karna panji hanya ingin membela diri saja dan tidak berniat mencelakai maka dia tidak mengeluarkan tenaga dalam sepenuhnya yaitu cuma dua tiga bagian saja.
Bukk ! Plaakk !
Terdengar suara benturan tangan beradu di udara, semua orang mengira panji akan terpental dan terluka dalam tapi mereka jadi terkejut karna justru sura widura yang terdorong ke belakang lima enam langkah, sedang panji tetap berdiri tidak bergeming sedikitpun.
Apa yang terjadi sebenarnya?
Kenapa malah sura widura yang terdorong ke belakang?
Jawabannya adalah ketika tangan mereka beradu di udara, tenaga dalam sura widura yang menyerang dengan jurus badai pasir lima penjuru langsung menekan panji namun oleh panji tenaga itu di redam dengan tangan dewa menahan air bah mendorong bumi, jadi tenaga dalam sura widura seperti menghantam benda lunak dan tenaga itu malah berbalik menghantam sura widura sendiri. nah itu sebabnya sura widura terpental ke belakang. karna panji tidak berniat mencelakai maka tenaga yang berbalik tidak membuat sura widura celaka dan hanya mendorong saja tapi meski begitu jantung sura widura jadi tergetar karna terkena tenaga dalamnya sendiri. untuk beberapa saat sura widura tidak mampu bergerak untuk menyerang lagi.
Antoch menatap ki renggo dengan tatapan tajam sekali karna orang tua itu tidak mencegah muridnya ketika muridnya menyerang panji. "huh. tidak aku duga sama sekali kalo aku akan di serang di sini. aku datang dengan niat baik dan berusaha tidak terjadi silang sengketa di antara kita namun... huhu.. ckckck.." ucapnya tawar sambil berdecak kecil seolah menyindir. ki renggo yang merasa tersindir jadi geram, dia juga menatap tajam panji. "huh. anak muda. aku akui kau punya ilmu yang patut di banggakan, tapi bukan berarti kau bisa berkata yang merendahkan partai pasir besi. aku tidak bisa menerima sindiran mu itu." dengusnya dingin.
Panji tertawa kecil bersikap acuh tak acuh. "aku berkata apa adanya, di sini ada dua tamu terhormat dan mereka pasti tahu apa aku salah atau benar." ucapnya.
"huhu. mereka tamu tamu ku yang ku hormati, kau datang dengan niat baik juga selayaknya aku hargai tapi bukan berarti kau berhak berkata semau mu sendiri." kata ki renggo tajam.
"hmmm. lalu apa mau ketua partai pasir besi yang terhormat?" tanya panji tersenyum.
"hmmm. karna kau sudah menghina kami maka aku ingin menantang mu bertanding. bagaimana?" kata ki renggo.
"bertanding untuk apa?" tanya panji.
"bertanding untuk kehormatan." kata ki renggo.
"hmmm." gumam panji pelan menatap ki renggo. "kau dari kalangan tetua dunia persilatan sedangkan aku dari kalangan muda, apa kata orang orang jika aku berani kurang ajar bertanding dengan mu." ucapnya tenang.
Memang pada hakekatnya di dunia persilatan tidak pantas jika kalangan kaum lebih muda berlaku kurang ajar pada golongan tua, tapi tingkatan itu tidak hanya berdasarkan usia saja namun juga tingkat tinggi rendahnya ilmu seseorang serta kedudukan orang orang tersebut. jadi tidak salah jika panji merasa sungkan jika harus melawan ki renggo yang jauh lebih tua sekaligus berkedudukan tinggi di sebuah partai persilatan.
semua orang yang ada di dalam ruangan itu juga mengerti akan aturan tersebut. panji memang kurang pantas jika berani melawan ki renggo tapi juga tidak bisa menolak karna ki renggo sudah mengajukan tantangan itu. mau tidak mau panji harus menerima tantangan itu.
"hahahaha." ki renggo tertawa lebar mendengar ucapan panji yang menghormati akan aturan dunia persilatan, ada rasa salut di hatinya pada pemuda itu. "anak muda. aku senang kau menghormati aturan di dunia persilatan tapi tantangan sudah ku keluarkan maka kau tidak bisa menolak lagi." ucapnya.
"Guru. biar murid saja yang bertanding dengan dia, guru tidak perlu mencapekkan diri melawan orang itu." seru sura widura cepat. dia masih penasaran sekali kenapa jurus silatnya tadi tidak membuat panji terluka atau bergeming, padahal jurus yang dikeluarkan adalah salah satu jurus andalannya. dia berharap sang guru mau memberi dia kesempatan untuk membalas kecerobohanya tadi karna memandang sebelah mata pada panji saat menyerang tadi. dia bertekad akan membuat panji roboh dan kalah agar panji malu dan dia bisa mengangkat nama guru dan partainya lagi.
"Diam kau !" bentak ki renggo tegas sekali menatap tajam sura widura. "apa kau ingin membuat nama guru semakin malu. hah?" bentaknya.
"Maaf guru. tadi murid hanya lengah saja tapi kali ini murid akan bertarung dengan sungguh sungguh agar tidak memalukan nama guru dan partai kita." kata sura widura menunduk. dia tetap berharap sang guru mau memberikan kesempatan sekali lagi.
ki renggo mendengus di hidung, jika menuruti amarahnya maka dia ingin sekali menghajar muridnya itu karna telah membuat malu dirinya tapi dia tetap mencoba bersabar wibawanya hancur di depan para tamu tamunya.
"ketua renggo." seru tetua sudra membuka suara setelah dari diam saja. "aku rasa urusan ini terjadi di antara murid mu dan pemuda itu, jadi aku sarankan biar mereka yang menyelesekan urusan mereka. kita sebagai orang tua cukup meliat saja, tidak usah turut campur dalam masalah mereka." ucapnya kalem.
"aku setuju dengan saran tetua sudra. biarkan mereka yang bertanding, kita cukup jadi penengah saja. jangan turut mempermalukan diri sendiri dalam urusan orang muda." seru ki kajar ketua partai kuda terbang turut menimpali.
ki renggo pada dasarnya adalah orang yang berwatak keras dan tinggi hati serta tidak mau mendengar nasehat orang lain, namun dia sangat menghormati ki kajar dan tetua sudra maka mau tidak mau dia setuju juga dengan usul mereka. memang tidak ada untungnya sama sekali turut campur masalah anak muda, malah akan mempermalukan diri sendiri.
"hmmm." guma ki renggo. "baiklah. kau boleh maju bertanding dengan dia." ucapnya.
"terima kasih, guru." seru sura widura girang karna gurunya memberikan kesempatan bertanding dengan panji. dia segera maju beberapa langkah hingga berjarak empat langkah dengan panji. "aku yang akan melawan mu, tadi aku hanya lengah saja tapi kali ini kau bisa mengalahkan aku dengan mudah." ucapnya masih memandang rendah panji.
Panji tersenyum simpul menatap sura widura. "hmmm. baiklah kalo begitu. aku tiada alasan lagi menolak tantangan ini, tetapi aku ingin mengajukan syarat dalam pertandingan ini. apa boleh?" ucapnya.
"syarat? syarat apa?"" tanya sura widura mengerutkan kening.
"syarat ku mudah saja, jika aku menang kau harus melepas dua orang yang kau sekap. bagaimana?" ucap panji.
sura widura terdiam menatap tajam panji, dia tidak mungkin melepaskan diah purwaning dan dewi nila yang susah payah dia tangkap karna dia punya rencana penting dengan menangkap ibu dan anak itu setelah adipati jatinom berhasil ia bunuh.
"bagaimana? apa kau setuju?" tanya panji.
"bagaimana jika aku menolak?" tanya sura widura balik.
Panji tersenyum sinis. "jika kau menolak maka aku tidak sudi bertanding dengan mu." ucapnya.
"sura widura !" seru ki renggo cepat. "aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi kau terima saja syarat pemuda itu." ucapnya.
"Tapi guru?" kata sura widura ragu ragu meliat gurunya.
"terima saja !" seru ki renggo tegas sekali.
"hmmm. baiklah kalo begitu." ucap sura widura mengalah.
"apa aku bisa memegang kata kata mu itu?" tanya panji memastikan.
"Anak muda. kau bisa pegang kata kata ku. aku adalah ketua partai pasir besi, jadi aku tidak mungkin mengingkari apa yang telah aku janjikan." seru ki renggo tegas penuh wibawa.
"baik. aku percaya." sahut panji tersenyum lega.
"kisanak. guru ku sudah berjanji maka tidak mungkin aku ingkar, tapi bagaimana kalo kau kalah?" tanya sura widura tajam.
panji tersenyum simpul. "jika aku kalah setengah jurus saja maka kau boleh berbuat apa saja pada ku, termasuk kau boleh membunuh ku." ucapnya.
"baik. aku pegang kata kata mu. sekarang bersiaplah !" seru sura widura langsung membuka jurus anak singa menerkam kelinci dan jurus tendangan penghancur jagat. jurus jurus itu terliat biasa namun pada dasarnya mengandung tenaga luar yamg bisa menghancur batu besar.
Semua orang yang ada di ruangan itu menyaksikan pertarungan yang menentukan kehormatan partai pasir besi dengan pemuda baju biru.
Dari semua orang yang meliat di ruangan itu dengan berdebar debar tapi ada satu orang yang meliat dengan mata yang berbeda, pandangan mata yang penuh harap yaitu seruni. gadis putri ketua partai kuda terbang itu berharap panji memenangkan pertarungan itu karna kalo sura widura kalah maka dengan sendirinya pandangan ayahnya pada sura widura akan jadi lain yaitu dari suka jadi tidak suka. seruni berdoa dalam hati agar panji menang dalam pertarungan itu.
Panji tersenyum menatap sura widura yang sudah membuka jurus, dia juga mulai membuka jurus awal yaitu jurus sembilan langkah kilat yang terdiri dari sembilan jurus utama dengan perubahan jurus yang tidak terduga. dia sengaja memake jurus sembilan langkah kilat karna ingin mengukur kelincahan gerak sura widura, lagian dia yakin hanya dengan jurus sembilan langkah kilat sudah cukup untuk mengalahkan sura widura. dia tidak memandang tinggi sura widura dan bahkan dia hanya memandang sura widura tidak lebih dari orang yang tidak berguna alias rendah.
"silakan !" kata panji mengundang tantangan.
"huh. aku mulai !" dengus sura widura langsung maju menerjang dengan mengandalkan kegesitan karna kalo dia mengandalkan tenaga keras maka dia pasti kewalahan karna dia sudah merasakan sewaktu beradu ilmu tadi.
semua orang memuji akan kecepatan jurus yang di mainkan sura widura, mereka jadi mengakui kalo partai pasir besi berdir kuat di dunia persilatan karna memang ilmu silatnya tidak rendahan tapi tinggi.
sura widura yakin kali ini serangannya yang sangat cepat pasti berhasil mengalahkan panji tapi dia jadi terkejut saat cakarnya hampir mendarat di dada panji yaitu sekitar sejengkal saja tiba tiba dia tidak meliat panji dan serangannya mengenai udara kosong belaka. dia jadi heran dan celingukan mencari cari panji berada tapi tiba tiba merasa ada tepukan halus di bahu kirinya dan sedikit rasa seperti di gigit semut.
"aku disini !" sapa suara dari belakang sura widura.
Tanpa menoleh sura widura mengeluarkan jurus pukulan memutar cakar singa namun lagi lagi hanya udara kosong yang dia pukul, panji seperti hilang di telan bumi, lagi lagi dia merasa ada tepukan halus kali ini di bahu kanan.
kejadian dua kali itu membuat semua orang yang meliat jadi ternganga karna gerakan panji yang bagai kilat, padahal gerakan sura widura sangat cepata tapi panji lebih cepat. hal itu memberikan rasa kagum di hati semua orang terutama seruni, dia bersorak dalam hati karna meliat pemuda baju biru telah mempermainkan sura widura, dengan begitu dia pasti bebas dari perjodohan dengan sura widura.
Delapan kali sura widura melakukan gebrakan tapi tiada satupun yang mengenai panji dan malah dia slalu mendapat tepukan halus di beberapa bagian tubuhnya, setiap tepukan itu seperti di gigit semut sehingga dia tidak menjadi kuatir akan terluka dalam.
sura widura menatap panji dengan sorot mata merendahkan. "huh.huh. apa kau akan terus terusan seperti monyet yang cuma bisa menghindar?" ejeknya.
Panji tertawa kecil menatap sura widura karna sesungguhnya dia menghindar dan menepuk halus di beberapa tempat bagian tubuh sura widura karna memiliki tujuan tertentu yang tidak ketahui sura widura. "hmmm. apa kau yakin aku cuma menghindar seperti monyet?" tanyanya tersenyum penuh arti.
"sura ! kau jangan terlena dan tertipu oleh gerakan menghindar pemuda itu. bila sekali lagi kau terkena tepukan tepat di titik darah belakang leher mu maka kau akan roboh. hati hati !" seru ki renggo cepat memberi tahu bahaya yang mengintai sura widura.
Panji menoleh menatap ki renggo dengan sorot mata kagum karna orang tua itu begitu jeli meliat apa yang bakal di lakukannya jika sura widura kembali menyerang. "hebat. ketua sungguh jeli. aku merasa kagum akan kejelian ketua." ucapnya tersenyum.
"hahahaha. anak muda. aku puluhan tahun berkecimpung di dunia persilatan. berbagai ilmu silat pernah aku liat, meski aku tidak pernah meliat ilmu silat yang gunakan tapi aku tahu kau sedang mengincar sesuatu yang orang lain tidak menyadarinya." seru ki renggo tertawa lebar menunjukkan sikap tidak mau kalahnya, padahal dalam hati dia mengakui kecerdikan pemuda baju biru dan kagum akan ilmu silat pemuda itu.
Sura widura meski tidak mengerti kenapa gurunya berkata dia harus berhati hati dengan serangan panji yang akan mengincar titik darah di belakang lehernya, padahal dia tidak merasakan apa apa setiap panji menepuk beberapa tempat di bagian tubuhnya kecuali hanya seperti di gigit semut saja. "guru. kenapa aku harus hati hati jika pemuda itu menepuk lagi titik darah di belakang leher ku? aku merasa tepukan pemuda itu tiada pengaruh apa apa pada ku." tanyanya heran.
Seruni yang juga heran dengan kekuatiran ki renggo jika sampe panji berhasil menepuk titik darah di bagian leher belakang sura widura, padahal titik darah itu tidak menyebabkan kematian dan hanya membuat kesemutan saja, lagian dia tidak meliat panji melakukan totokan dan hanya menepuk biasa, lalu apa yang musti di kuatirkan? batinnya heran.
"Ayah. kenapa paman renggo begitu kuatir jika panji sampe berhasil menepuk leher belakang sura widura? aku tidak mengerti." tanya seruni berbisik pada ki kajar ayahnya.
ki kajar tertawa kecil menatap putrinya. "dasar anak bodoh. ki renggo punya segudang pengalaman di dunia persilatan, dia tahu mana yang serangan mematikan, membinasakan dan membahayakan. pengalaman mu masih terlampau rendah jadi tidak tahu kalo pemuda baju biru berhasil menepuk titik darah di bagian belakang leher maka itu akan membahayakan sura widura." ucapnya.
"memang apa bahayanya?" tanya seruni penasaran. "Jika sura widura terkena tepat di titik darah belakang leher maka dia akan lumpuh dan cacat seumur hidupnya." kata ki kajar memberi tahu.
"APA? dia akan cacat seumur hidup?" seru seruni kaget sekali.
"Ya. dia akan lumpuh dan cacat seumur hidup, itu makanya ki renggo menyuruh sura widura untuk berhati hati." kata ki kajar.
seruni manggut manggut paham. "oh begitu." ucapnya lirih.
"kalo ayah jadi ki renggo, ayah akan menghentikan pertarungan itu." kata ki kajar.
"kenapa?" tanya seruni heran.
"pertarungan itu sudah dapat di tebak siapa pemenangnya. kau liatlah pemuda baju biru itu, meski ki renggo sudah mengetahui pemuda itu akan mengincar titik darah di bagian belakang leher sura widura tapi dia masih terliat tenang dan tidak terkejut apa lagi panik. ayah merasa ada sesuatu yang di rencanakan pemuda itu, entah rencana apa ayah tidak mengetahuinya." kata ki kajar serius sekali.
seruni menatap pemuda baju biru dengan penuh serius, dia meliat raut wajah pemuda itu sangat tenang sekali tidak gugup atau panik. "hmmm. benar kata ayah. pemuda itu memang terliat tenang sekali meski serangan yang akan dia lancarkan sudah di ketahui ki renggo. apa yang di pikirkan pemuda itu?" batinnya dalam hati.
Tetua sudra yang dari tadi terdiam meliat pertarungan antara panji dan sura widura mau tidak mau harus memberi tahu ki renggo agar menghentikan pertarungan, karna dia tahu apa yang akan terjadi jika pertarungan tetap di lanjutkan, sura widura pasti akan celaka dan bercacat seumur hidup.
"ki renggo. hentikan saja pertarungan ini, pemenang pertarungan ini sudah dapat di tebak siapa pemenangnya. sebelum semua terlambat cepat hentikan saja pertarungan ini." serunya cepat mengingatkan.
ki renggo meliat tetua sudra tenang. "tetua sudra. aku tahu apa yang kau takutkan tapi kalian belum tahu sura widura murid ku belum mengeluarkan ilmu simpannya yaitu malaikat pasir besi. kalian tenang saja !" ucapnya penuh percaya diri.
"Terserah kau saja tapi aku sudah memberi mu peringatan, sekalipun murid mu mengeluarkan ilmu malaikat pasir besi dia tetap akan roboh." kata tetua sudra serius.
"huh. kau belum mengetahui ilmu malaikat pasir besi yang sesungguhnya. kita liat saja siapa yang bakal roboh, murid ku atau pemuda itu." seru ki renggo penuh tekanan. "sura. keluarkan ilmu malaikat pasir besi dan kalahkan pemuda itu !" serunya memberi perintah.
"baik guru !" sahut sura widura mengangguk. sura widura menatap tajam panji seraya tertawa dingin. "kali ini kau akan merasaka kehebatan ilmu andalan partai pasir besi yaitu ilmu malaikat pasir besi. sebaiknya kau mengaku kalah saja dan aku akan membiarkan mu pergi dengan baik baik dan jangan pernah ikut campur urusan ku lagi. bagaimana?" ucapnya merendahkan sekali.
Panji tetap tenang dan tersenyum simpul tidak takut akan gertakan sura widura.
"bagaimana? apa kau tetap tidak mau mengaku kalah?" tanya sura widura mengejek.
"huh. harusnya ucapan itu di tujukan untuk diri mu sendiri. ilmu apapun yang akan kau gunakan saat ini tidak akan bisa membantu mu sama sekali. aku sarankan kau serahkan saja dua orang yang kau bawa itu pada ku dan aku tidak akan mengusik mu lagi." kata panji tenang sekali.
"kurang ajar ! kau meremehkan ilmu malaikat pasir besi kami. huh. kau akan merasakan akibatnya telah berani meremehkan ilmu terhebat partai pasir besi. bersiaplah untuk merasakan kehebatan ilmu malaikat pasir besi !" seru sura widura gusar sekali dan mulai bersiap mengeluarkan ilmu malaikat pasir besi.
"Ayah. sura widura hendak mengeluarkan ilmu malaikat pasir besi, apa panji akan bisa menang melawan ilmu itu?" tanya seruni pada ki kajar.
"Entahlah. ayah tidak tahu. jika sampe pemuda baju biru itu terkena pukulan malaikat pasir besi maka pemuda itu pasti akan roboh dan terluka parah." kata ki kajar.
"apa ilmu malaikat pasir besi benar benar hebat?" tanya seruni penasaran.
"Ya. ilmu itu sangat hebat sekali. jarang ada yang bisa bertahan jika sampe terkena ilmu itu." jawab ki kajar.
"kalo begitu, pemuda itu akan kalah?" tanya seruni cemas sekali. entah kenapa seruni jadi mencemaskan keselamatan pemuda baju biru, sejak pemuda itu muncul dia merasa tertarik dengan pemuda itu karna memang pemuda itu memiliki paras wajah yang sangat tampan sekali, wajar jika seruni tertarik pada pemuda baju biru itu.
"Entahlah. kita liat saja pertarungan mereka." kata ki kajar cepat.
Tampak sura widura mulai mmengeluarkan tenaga dalam ilmu malaikat pasir besi di kedua tangan, dua telapak tangan sura widura berubah menjadi merah kehitaman tanda tenaga dalam itu mengandung racun jahat yang mematikan, hawa yang keluar dari telapak tangan itu sangat panas namun bila sampe terkena lawan maka lawan malah akan menjadi kedinginan dengan tubuh mengecap tanda telapak tangan berwarna merah kehitaman.
"ilmu malaikat pasir besi ! hyeaaat !" teriak sura widura langsung maju melesat cepat menghantam ke arah dada panji.
"hmmm. bodoh." gumam panji lalu mendengus di hidung.
Panji tetap diam berdiri di tempatnya, dia tidak terliat bergerak menghindar atau menangkis serangan dahsyat sura widura yang mengeluarkan ilmu malaikat pasir besi, bahkan panji bersikap acuh tak acuh seolah tidak menggubris serangan sura widura.
Bugk !
Suara pukulan tepat mendarat di dada panji, semua orang menduga pasti panji akan terpental roboh dengan terluka parah terkena pukulan malaikat pasir besi sura widura. seruni bahkan sampe melengoskan kepala tidak kuat meliat panji terkena pukulan maut sura widura. namun apa yang terjadi sungguh di luar dugaan semua orang, tampak panji tetap diam berdiri di tempat tidak bergeming sedikitpun, malah panji tertawa kecil menatap sura widura yang tangannya menempel tepat di dadanya.
"HAH?!" seru semua orang tekejut bukan main sampe mulut ternganga tidak percaya menyaksikan apa yang terjadi. ilmu malaikat pasir besi sedikitpun tidak mampu melukai panji bahkan panji tertawa seolah tidak terjadi apa apa.
Panji berjalan ke samping dua langkah menjauh dari sura widura yang terdiam berdiri tidak bergerak dengan posisi tidak berubah yaitu seperti saat memukul panji. dia menatap ki renggo dengan tenang sekali. "ki renggo. murid mu sudah kalah, dia kalah oleh kecerobohanya sendiri, aku sudah memberi peringatan tapi tetap tidak di dengar, jadi jangan salahkan aku jika dia kalah." ucapnya.
ki renggo yang masih terdiam karna kaget oleh kejadian tadi tidak bersuara sejenak, dia baru bergerak setelah tersadar dari rasa terkejutnya. dia buru buru mendekati sura widura dan meliat apa yang terjadi dengan muridnya itu, kenapa sura widura diam tidak bergerak dari posisinya. dia menduga sura widura terkena totokan namun ketika memeriksa dengan teliti dia jadi tersentak kaget sekaligus keheranan. seluruh aliran darah sura widura mengalir tidak teratur dan sembilan titik darah di tubuhnya seperti mengeluarkan hawa hangat bersifat lunak. jelaslah sudah kalo sura widura telah terkena semacam ilmu aneh yang tidak ia kenali dan sura widura lumpuh total meski tidak permanen. kelumpuhan itu dapat di sembuhkan dalam waktu yang tidak sebentar tapi cukup lama, mungkin beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun tergantung orang yang menyembuhkan sura widura.
"hmmm." gumam ki renggo menatap panji penuh rasa kagum. "anak muda. aku kagum akan ilmu silatmu. bolehkah aku tahu ilmu apa yang kau gunakan untuk melawan ilmu malaikat pasir besi yang kami andalkan?" ucapnya bertanya ingin tahu dan merasa penasaran ilmu apa yang di gunakan panji karna mampu menahan ilmu malaikat pasir besi, ilmu yang sangat di andalkannya. dia sadar bahwa kini partainya sulit berdiri tegak di dunia persilatan karna ilmu malaikat pasir besi yang di bangga banggakan telah runtuh oleh seorang pemuda tidak ternama.
Panji tersenyum membungkuk dalam dalam sebagai rasa hormat. "ilmu malaikat pasir besi hebat luar biasa, bagaimana bisa paman berkata aku mengalahkan ilmu itu. paman terlampau merendah." ucapnya ramah.
"huh. kau jangan berkata yang membuat aku jadi semakin merasa malu. pujian mu malah semakin membuat aku merasa terhina." dengus ki renggo dingin karna tersinggung oleh pujian panji yang menurutnya menghina dirinya.
"apa maksut paman?" tanya panji tidak mengerti karna heran oleh ucapan ki renggo yang seperti marah.
"huh. anak muda. siapapun sudah meliat jelas seperti siang dan malam. ilmu malaikat pasir besi telah kau mentahkan, ilmu itu tidak membuat mu terluka dan bahkan tidak berpengaruh pada mu, itu saja kau telah menghancurkan ilmu malaikat pasir besi yang ku banggakan. apa kau sekarang sadar kalo pujian mu saja menghina ku. hah?" seru ki renggo penuh tekanan.
Panji tersenyum lebar mendengar penjelasan ki renggo yang tersinggung oleh ucapnnya tadi. "owh. kiranya paman telah salah paham dengan ucapan ku tadi. maaf paman, aku tidak bermaksut menghina atau menyinggung paman. pujian ku tadi tulus dan berkata sebenarnya." ucapnya kalem.
"apa maksut mu?" tanya ki renggo tajam.
"Paman. andai saja murid paman tidak terkena ilmu sembilan jalur pelumpuh raga, maka ilmu malaikat pasir besi yang di keluarkannya pasti akan membuat aku roboh terluka parah atau mungkin saat ini aku sudah jadi mayat dengan seluruh tulang remuk. apakah aku sebodoh itu sampe berani menerima pukulan ilmu malaikat pasir besi secara sembrono, huh. orang gilapun pasti tidak akan berani main main dengan ilmu sehebat itu." kata panji sungguh sungguh dengan mimik wajah serius sekali.
ki renggo menatap panji dengan sorot mata tidak percaya akan penjelasan panji tapi pemuda itu terliat serius dan tidak main main dengan ucapannya. "benarkah itu?" tanyanya ingin memastikan.
"benar." panji mengangguk meyakinkan.
"baik. aku percaya. tapi aku masih tidak mengerti, padahal tadi jelas jelas murid ku mengelurakan ilmu malaikat pasir besi dan menghantam dada mu tapi tidak berpengaruh sama sekali. bisa kau jelaskan? apa pula ilmu sembilan jalur pelumpuh raga itu?" tanya ki renggo ingin tahu.
"hmmm. aku akan jelaskan agar paman tidak merasa penasaran dan salah paham. memang benar murid paman tadi menghantam ku dengan ilmu malaikat pasir besi tapi seperti yang katakan tadi, murid paman sudah terkena ilmu sembilan jalur pelumpuh raga ku, sudah delapan jalur berhasil aku sarangkan di setiap bagian tubuh murid paman, tinggal satu jalur lagi yang belum aku sarangkan dan paman sudah mengetahui jalur mana yang aku incar lalu paman memberi tahu murid paman agar berhati hati jangan sampe terkena di titik yang ku incar. paman menyuruh murid mu mengeluarkan ilmu malaikat pasir besi dan aku sudah memberi peringatan agar tidak melanjutkan pertarungan, perlu paman ketahui bahwa siapa saja yang telah terkena delapan jalur dari ilmu sembilan jalur pelumpuh raga ku maka pada dasarnya telah kalah karna jika sampe mengeluarkan tenaga dalam untuk menyerang maka tenaga dalam atau ilmu yang di keluarkannya akan berbalik menghantam diri sendiri tepat di titik jalur yang kesembilan. oleh karna itu pada hakekatnya dia sendiri yang telah memukul jalur yang ke sembilan itu tanpa aku yang melakukannya. akibatnya seperti yang ki renggo liat sendiri. begitulah paman." kata panji menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"akh. ternyata seperti kejadian sebenarnya. maaf aku anak muda telah menaruh prasangka buruk pada mu." kata ki renggo mengaku salah.
"Paman jangan berkata begitu, justru aku yang harusnya minta maaf karna telah mengusik paman dan tamu tamu paman. sekali lagi aku minta maaf." kata panji segera membungkuk hormat pada ki renggo dan yang lain.
"sama sama anak muda." kata ki renggo tersenyum lebar sambil menepuk bahu panji pelan.
"sekarang aku minta paman untuk menepati janji. tolong bebaskan dua orang yang di tangkap murid paman." kata panji.
"tentu. tentu. aku pasti menepati janji." kata ki renggo mengangguk. dia segera memanggil salah seorang muridnya dan tidak lama muncul seorang murid menghadap ki renggo. "katakan. apa tadi sura widura membawa dua orang kesini?" tanyanya angker sekali.
"Maaf guru. tadi tuan muda memang membawa seorang wanita dan seorang gadis kecil kemari, tuan muda menyuruh jamal dan karso mengurung dua orang itu di kamar samping dan berpesan menjaga kamar itu agar dua orang itu tidak melarikan diri." lapor murid itu takut takut.
"huh. berani sekali sura widura membawa orang asing ke tempat ini. cepat bebaskan mereka dan antar kesini." seru ki renggo tegas sekali.
"baik guru !" sahut murid itu mengangguk dan buru buru pergi melaksanakan perintah gurunya.
"huh. ini benar benar di luar pengetahuan ku. murid yang aku banggakan berani berbuat seperti itu. hmmm." ucap ki renggo menggertakan gigi menahan gusar. "anak muda. jujur aku tidak tahu apa yang telah terjadi di antara kalian, bisakah kau menceritakan apa yang terjadi?" tanyanya pada panji.
"maaf paman." kata panji membungkuk dalam dalam. "untuk masalah itu aku tidak berani bicara di muka umum karna ini adalah masalah dalam rumah tangga perguruan paman. untuk jelaskan biar murid paman yang menjelaskan sendiri, jika aku yang bicara takutnya malah menjadi fitnah dan aku tidak mau itu sampe terjadi. sekali lagi aku minta maaf paman." ucapnya halus.
"hmmm. aku mengerti." gumam ki renggo mengerti akan maksut panji. jika dia bicara di muka umum maka itu sama saja menyuruh panji membuka air partai pasir besi. ki renggo semakin kagum akan jiwa pemuda baju biru yang setiap tindakannya menjaga nama baik partainya.
Tidak lama muncul murid tadi dengan terburu buru dan mimik wajah panik. "guru. guru. gawat guru. gawat !" serunya tergesa gesa.
"ada apa? kenapa kalian tergesa gesa dan panik? mana dua orang yang aku suruh kalian bawa kemari?" tanya ki renggo keheranan.
"maaf guru. tadi aku ke tempat jamal dan karso yang menjaga dua orang yang di bawa tuan muda tapi jamal dan karso aku temukan pingsan dan terluka, dua wanita itu juga sudah tidak ada lagi di kamar tempat mereka di sekap." lapor murid itu tergesa gesa dan panik.
"APA?!" teriak ki renggo kaget. "dimana jamal dan karso sekarang?" serunya cepat.
"mereka sedang di rawat oleh teman teman di ruang pengobatan." lapor murid itu ketakutan.
ki renggo langsung berjalan cepat menuju ruang pengobatan di ikuti panji dan yang lain. begitu sampe di ruang pengobatan tampak beberapa orang sedang mengobati jamal dan karso. ki renggo langsung menghampiri karso yang tidak pingsan karna jamal masih pingsan.
"karso. katakan, apa yang terjadi dengan kalian?" tanyanya tegas sekali.
karso begitu meliat sang guru besar langsung ketakutan. "ampun guru. murid mengaku salah." ucapnya gemetar.
"kurang ajar. aku tidak butuh kau minta ampun cepat katakan apa yang terjadi pada kalian?" seru ki renggo tegas sekali.
karso semakin ketakutan. "ampun guru. tadi saya bertemu tuan muda yang membawa dua orang wanita. tuan muda datang bersama seorang temannya dan tuan muda menyuruh saya membawa dua orang itu ke kamar dan menjaga kamar itu agar tidak melarikan diri. ketika saya dan jamal sedang berjaga di depan pintu tiba tiba datang teman tuan muda, dia tiba tiba menyerang kami dan dia tidak sendiri, ada dua orang membantu menyerang kami dan akhirnya kami kalah dan terluka. tiga orang itu langsung membuka kamar dan membawa kabur dua orang yang di dalam itu. ampuni saya guru." cerita karso dengan suara bergetar karna takut pada gurunya.
"siapa tiga orang yang menyerang kalian? apa kalian kenal orang itu?" tanya ki renggo cepat.
"maaf guru. saya tidak kenal mereka, yang saya tahu mereka teman teman tuan muda." jawab karso tergagap.
"huh." dengus ki renggo di hidung.
Panji maju mendekati karso. "maaf. boleh saya tahu kemana orang orang itu pergi?" tanyanya.
karso menatap panji karna tidak mengenal panji, dia menoleh meliat gurunya seolah ingin bertanya siapa pemuda itu.
"Jawab saja pertanyaan pemuda itu, jangan bohong atau di tutupi." kata ki renggo angker.
"baik guru." kata karso mengangguk pelan. dia lalu menatap panji sejenak. "mereka pergi ke arah barat. aku sempat mendengar salah satu dari mereka berkata 'kita serahkan dua orang ini ke pemimpin, dia pasti girang sekali. ayo kita ke markas besar partai cakar elang !' ... begitu yang aku dengar." ucapnya memberi tahu.
"partai cakar elang?" gumam panji dengan kening berkerut. dia menoleh memandang ki renggo seolah ingin bertanya apa itu partai cakar elang.
"Entahlah. aku juga tidak tahu apa itu partai cakar elang dan siapa ketuanya." kata ki renggo pelan. "tetua sudra. ki kajar. apa kalian tahu apa itu partai cakar elang?" tanyanya pada ki kajar dan tetua sudra.
"hmmm. aku juga tidak tahu dan belum pernah aku mendengar partai cakar elang." kata ki kajar geleng geleng kepala.
"aku juga belum pernah dengar kalo ada partai cakar elang di dunia persilatan. mungkin itu partai baru yang bergerak secara gelap dan kita tidak pernah mendengar tentang mereka." kata tetua sudra.
Mereka semua terdiam merenung dan bertanya tanya apa itu partai cakar elang yang baru kali mereka dengar.
"Paman. kalo begitu saya mohon pamit, mungkin mereka belum jauh pergi. aku akan coba mengejar mereka, kali saja aku dapat menyusul mereka." kata panji memohon pamit untuk pergi.
"hmmm. baiklah. silakan !" kata ki renggo lalu menepuk bahu panji pelan. "karna masalah ini berawal dari murid ku maka aku minta maaf pada mu. kami akan membantu kamu mencari dua orang itu dan menyelidiki partai cakar elang itu." ucapnya serius.
"terima kasih." kata panji tersenyum.
"Jika ada waktu mampirlah kesini, aku pasti akan menyambut mu dengan baik." kata ki renggo.
"baik." kata panji mengangguk cepat. "maaf. aku mohon diri. permìsi !" ucapnya segera keluar dari ruangan pengobatan dan begitu sampe di luar dia langsung melesat pergi secepat kilat meninggalkan markas partai pasir besi untuk mengejar orang orang yang telah membawa pergi istri dan anak adipati jatinom.